dari Md
1
menjadi Md
o
maka masyarakat akan mengalami kekurangan uang kas yang dipegang. Untuk mengatasi kekurangan ini dilakukan dengan
menjual obligasi Nasution, 1998.
2.5 Penelitian Sebelumnya
Andry 2005 dalam tulisannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi prediksi peringkat obligasi dengan pengambilan sampel
menggunakan metode Purposive sampling. Pengujian hipotesis menggunakan regresi logistik. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan tentang faktor-
faktor apa saja yang dapat mempengaruhi prediksi peringkat obligasi pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa growthpertumbuhan perusahaan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. Pengujian yang masyarakat bahwa sizeukuran perusahaan
mempengaruhi prediksi peringkat obligasi ditolak. Peneliti menduga penolakan terhadap hipotesis kedua disebabkan oleh sizeukuran perusahaan
yang diproksikan dengan total aset tidak dapat ditentukan peringkat obligasi perusahaan karena pada umumnya untuk melihat peringkat obligasi yang
dilihat dari segi kewajibanutang perusahaan, selain itu peringkat obligasi terkait dengan kemampuan perusahaan melunasi kewajibanutang. Jadi
berapapun besarnya total aset suatu perusahaan tidak akan mempengaruhi peringkat obligasi. Sinking fund juga akan mempengaruhi prediksi peringkat
obligasi. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki sinking fund
Universitas Sumatera Utara
akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. Hasil pengujian yang menyatakan bahwa securejaminan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi
ditolak. Peneliti menduga penolakan terhadap hipotesis ini diduga bahwa obligasi yang dijamintidak dijamin tidak akan mempengaruhi prediksi
peringkat obligasi, karena dilihat dari catatan laporan keuangan walaupun perusahaan tidak mempunyai jaminan tetapi peringkat yang dikeluarkan
PEFINDO tetap berada pada investment grade. Sedangkan maturityumur obligasi mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. Dapat disimpulkan bahwa
perusahaan yang memiliki umur obligasi kurang dari 5 tahun akan berada pada peringkat investment grade dan akan mempengaruhi prediksi peringkat
obligasi. Lena dan Atahau 2003 dalam tulisannya pengukuran durasi obligasi
untuk mengetahui sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga di Indonesia dengan mengambil sampel obligasi yang diperdagangkan
di pasar modal Indonesia dengan teknik non probability sampling. Hasil uji beda mean sampel dependen menunjukkan t-testt-tabel maka Ha diterima
karena ada perbedaan yang signifikan antara perkiraan harga dengan harga yang sebenarnya berarti pengukuran durasi obligasi tidak dapat dipergunakan
untuk memperkirakan perubahan harga obligasi akibat perubahan tingkat suku bunga di Indonesia. Ditinjau dari segi data, penerimaan Ha disebabkan terlalu
besarnya range dari d. Besarnya range mengakibatkan rata-rata d kurang representatif dan t-tes makin besar. Faktor lain yang menyebabkan Ha
Universitas Sumatera Utara
diterima adalah tidak dipenuhinya asumsi bahwa investor Indonesia menggunakan tingkat suku bunga SBI sebagai pembanding dalam investasi
obligasi. Sifat perdagangan bligasi yang banyak dilakukan di luar bursa resmi untuk menghindari pajak transaksi sehingga kurang mencerminkan keadaan
yang sebenarnya. Faktor terakhir adalah perdagangan obligasi Indonesia yang cenderung secara diskon. Obligasi perusahaan yang diaudit oleh Big 4 akan
mempengaruhi peringkat bligasi investment grade auditor akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi.
Levi 2001 dalam tulisannya mengenai obligasi dan diversifikasi portofolio internasional menyebutkan bahwa kontribusi kurs terhadap resiko
obligasi jauh lebih besar daripada terhadap saham. Harga saham berubah mengikuti laju inflasi, maka laju inflasi yang lebih tinggi di suatu negara
akan meningkatkan harga saham pada waktu yang sama karena inflasi menyebabkan depresiasi mata uang negara tersebut. Inflasi meningkatkan
harga, termasuk harga aset tetapi menyebabkan terjadinya depresiasi. Dalam situasi tersebut, pengruh inflasi dalam harga aset mata uang diimbangi
dengan depresiasi saat harga aset diukur dalam Dolar AS. Sedangkan dalam kasus obligasi, situasi yang berlawanan dapat terjadi. Depresiasi mata uang
dapat mendorong pemerintah untuk meningkatkan tingkat bunga dalam usaha untuk mendongkrak nilai mata uang, praktek ini disebut ”learning agaist the
wind”. Tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan harga obligasi dalam mata uang lokal, sehingga depresiasi mata uang diikuti dengan
Universitas Sumatera Utara
penurunan nilai obligasi dalam mata uang lokal. Berbeda dengan kasus saham, niali aset mata uang lokal dan pergerakan kurs saling menguatkan
yang meningkatkan variasi nilai obligasi dalam Dolar AS. Terjadinya korelasi positif antara nilai aset mata uang lokal dan kurs menamah volatilitas.
Dimasukkannya obligasi sebagai saham dalam portofolio diversifikasi internasional memberikan peluang untuk mengurangi resiko pengembalian
yang diberikan sebagai lawan portofolio stock-only. Terdapat manfaat dari kepemilikan obligasi sekalipun resiko nilai tukar pada obligasi relatif tinggi.
2.6 Hipotesis Penelitian