penurunan hingga November 2005. Indeks terendah terjadi di bulan November 2005 sebesar 1.797,4046 yang turun sebesar 43,8604 poin dari
bulan Oktober 2005. Kecenderungan naiknya suku bunga menyebabkan turunnya harga
obligasi dan membuat beberapa perusahaan menunda realisasi penerbitan obligasinya hingga waktu yang menguntungkan. Frekuensi perdagangan
obligasi mengalami penurunan yang signifikan yang menyebabkan indeks melemah. Indeks kembali mengalami kenaikan di triwulan IV-2005 hingga
mencapai level 1.913,2841 diakhir tahun 2005.
4.2 Perkembangan Tingkat Bunga
Penaksiran terhadap harga obligasi sangat tergantung pada tingkat bunga. Tinggi rendahnya tingkat bunga berpengaruh pada tinggi rendahnya
harga obligasi. Di Indonesia, tingkat bunga yang dijadikan acuan benchmark dalam pembelian obligasi adalah tingkat bunga Sertifikat Bank
Indonesia. Sebagai instrumen moneter naik turunnya suku bunga SBI selain berdampak pada harga obligasi juga berdampak langsung pada suku bunga
perbankan, baik suku bunga tabungan dan deposito maupun kredit. Bila dikaitkan dengan perekonomian, turunnya suku bunga akan sangat membantu
mendorong kegiatan ekonomi yang berjalan, menggerakkan sektor riil ataupun juga mendinamiskan kegiatan perekonomian agar tercipta
kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat. Turunnya suku bunga
Universitas Sumatera Utara
diharapkan dapat memancing para pelaku ekonomi untuk membuka investasi baru atau mengadakan perluasan usaha. Perkembangan suku bunga SBI satu
bulan periode 2001-2005 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
4 8
12 16
20
Ja nua
ri Feb
ru ari
MaretAp ril
M ei
Ju ni
Ju li
A gu
stu s
S ept
embe r
Ok tobe
r N
ovem be
r Dese
m be
r
Periode Suku Bunga
2001 2002
2003 2004
2005
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Suku Bunga SBI 1 Bulan Periode 2001-2005
Tahun 2001 suku bunga SBI mengalami kenaikan. Di awal tahun 2001 suku bunga SBI 1 bulan berada pada posisi 14,79 terus mengalami
peningkatan hingga akhir tahun 2001 berada pada 17,61. Kenaikan suku bunga SBI 1 bulan tertinggi terjadi pada September 2001 yaitu sebesar
17,64. Tahun 2002 suku bunga SBI mengalami penurunan. Pada Januari 2002
suku bunga SBI 1 bulan berada pada posisi 17,22 terus mengalami penurunan hingga mencapai 13 diakhir tahun 2002. melemahnya suku
Universitas Sumatera Utara
bunga SBI ini dikhawatirkan akan berdampak pada melemahnya kinerja sektor-sektor keuangan dan perbankan.
Tahun 2003 suku bunga SBI 1 bulan terus mengalami penurunan. Pada Januari 2003 suku bunga SBI berada pada posisi 12,79 turun menjadi
8,39 di akhir tahun. Turunnya suku bunga ini tidak semata-mata bermanfaat bagi pengusaha. Turunnya suku bunga SBI ini juga akan mengurangi beban
bunga yang akan dibayar Bank Indonesia. Semakin kecil bunga SBI maka semakin kecil beban pembayaran bunga oleh Bank Indonesia yang
menyangkut SBI. Kegiatan perekonomian pada tahun 2003 juga menunjukkan
peningkatan. Tingkat inflasi secara tahunan mencapai 6,62 pada triwulan II- 2003. Rendahnya laju inflasi terutama disebabkan oleh membaiknya
ekspektasi inflasi dan penguatan nilai tukar rupiah. Stabilnya nilai tukar rupiah dan penurunan laju inflasi telah memberi peluang bagi berlanjutnya
suku bunga instrumen moneter. Penurunan suku bunga SBI ini membantu mengurangi beban anggaran pemerintah, mendorong perkembangan obligasi
perusahaan dan membantu restrukturisasi utang perusahaan. Tahun 2004 pergerakan suku bunga SBI cukup stabil. Pada triwulan I-
2004 suku bunga SBI ini terus mengalami penurunan juga pada triwulan III- 2004 dan triwulan IV-2004. Suku bunga SBI pada Maret 2004 sebesar 7,42
turun menjadi 7,33 di triwulan II-2004. kecenderungan penurunan suku bunga SBI masih terus berlanjut sejalan dengan membaiknya ekpektasi
Universitas Sumatera Utara
inflasi, relatif stabilnya nilai tukar rupiah dan terkendalinya uang primer. Akhir tahun 2004 suku bunga SBI 1 bulan mengalami peningkatan menjadi
7,43. Sedangkan di tahun 2005 suku bunga SBI 1 bulan mengalami
peningkatan yang signifikan pada triwulan I-2005 suku bunga SBI 1 bulan berada pada posisi 7,42 menjadi 12 pada triwulan IV-2005. kenaikan suku
bunga ini disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia, hingga mencapai level USD 70,80barel. Kenaikan harga minyak dunia mendorong terjadinya
inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah. Untuk itu pemerintah mengambil keputusan untuk menaikkan BI rate dengan pertimbangan ekspektasi inflasi
yang cenderung meningkat sejalan dengan kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan nilai tukar rupiah. Pertimbangan lainnya yaitu meningkatnya
resiko stabilitas makro ekonomi terkait dengan perkembangan faktor eksternal yaitu kenaikan suku bunga Fed, melemahnya mata uang dunia
terhadap USD dan meningkatnya harga minyak.
4.3 Perkembangan Nilai Tukar