Pengaruh Faktor Fundamental Ekonomi Dan Perusahaan Terhadap Harga Obligasi Perusahaan Swasta Di Bursa Efek Indonesia

(1)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA OBLIGASI PERUSAHAAN SWASTA

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

JUNG SEN

087019084/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E

K O L A H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA OBLIGASI PERUSAHAAN SWASTA

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

JUNG SEN

087019084/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI

DAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA

OBLIGASI PERUSAHAAN SWASTA DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Jung Sen

Nomor Pokok : 087019084

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing,

(Dr. Muslich Lufti, MBA) Ketua

(Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc, Ac) Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Rismayani, SE, MS)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Muslich Lufti, MBA

Anggota : 1. Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc, Ac 2. Prof. Dr. Rismayani, SE, MS

3. Dr. Khaira Amalia F, SE. Ak, MBA 4. Drs. Syahyunan, M.Si


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul:

“Pengaruh Faktor Fundamental Ekonomi dan Perusahaan terhadap Harga Obligasi Perusahaan Swasta di Bursa Efek Indonesia”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2010 Yang membuat pernyataan


(6)

ABSTRAK

Salah satu jenis instrumen surat utang yang dapat diterbitkan oleh perusahaan di Indonesia sebagai sarana menggalang dana adalah obligasi. Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) baik jumlah emiten maupun nilai emisi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 mengalami peningkatan. Harga obligasi dipengaruhi oleh faktor fundamental ekonomi dan perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor fundamental ekonomi dan perusahaan yang mempengaruhi harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia. Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga, nilai tukar, Current Ratio (CR), Debt to

Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), dan Return on Investment (ROI).

Obligasi merupakan intrumen hutang yang meminta penerbit membayar kembali pada investor sejumlah uang yang dipinjam (pokok uang) ditambah bunga selama periode tertentu. Suku bunga adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada suatu investasi. Nilai tukar adalah banyaknya valuta suatu negara yang dibutuhkan untuk ditukar dengan unit tertentu valuta negara lain. CR adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. DER adalah rasio untuk mengukur tingkat penggunaan utang sebagai sumber pembiayaan perusahaan. ROE dan ROI adalah rasio untuk mengukur tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan.

Dalam pengambilan sampel penelitian, metode yang digunakan adalah purposive

sampling method. Dari populasi emiten penerbit obligasi sebanyak tujuh puluh lima

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diambil sebanyak tiga puluh tujuh perusahaan yang memenuhi kriteria sampel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian pada hipotesis pertama menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh adalah 52,3% dan dengan menggunakan confidence interval sebesar 95%, secara serempak suku bunga dan nilai tukar berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia, sedangkan secara parsial hanya suku bunga yang berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian pada hipotesis kedua menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh adalah 55,6% dan dengan menggunakan confidence interval sebesar 95%, secara serempak CR, DER, ROE, dan ROI berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia, sedangkan secara parsial hanya DER, ROE, dan ROI yang berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia.

Kesimpulan menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial hanya variabel suku bunga, DER, ROE dan ROI yang berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia.


(7)

ABSTRACT

One of the notes kinds which company can issued in Indonesian as tools to collect funds is bond. Based on Bapepam-LK data amount of company or the amount of the fund since 2006 up to 2008 rise significantly. Bond price is influence by fundamental economic and company factors. The purpose of this research is to find out what factors of the fundamental economic and company that influence private bond price at Indonesian Stock Exchange. The factors used in this research are Interest Rate, Exchange Rate, Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), and Return on Investment (ROI).

Bond is debt instrument which ask issuer to pay back investor for the money that investor borrow added with interest for some periods. Interest rate is profit rate which been ask by investor for his investment. Exchange rate is amount of oe currency which needed to change with amount of other currency. CR is ratio to measure company capability to pay short term liability. DER is ratio to measure debt rate as company finance source. ROE and ROI is ratio to measure company financial profile.

The sampling method used in is purposed sampling method. From seventy five companies, that listed at Indonesian Stock Exchange, thirty seven were selected which fit to sample criteria. Hyphotesis testing was done by multiple regression analysis and prior to the classic assumption test.

Result of this research for first hypothesis is showing the determination coefficient (R2) is 52,3% and using Confidence Interval 95%, simultaneously interest ratio and exchange rate have significant influence towards private bond price at Indonesian Stock Exchange, while partially only interest rate influence towards private bond price at Indonesian Stock Exchange. Result test of second hypothesis is showing the determination coefficient (R2) is 55,6% and using Confidence Interval 95%, simultaneously CR, DER, ROE and ROI have significant influence towards private bond price at Indonesian Stock Exchange, while partially only DER, ROE and ROI which influence towards private bond price at Indonesian Stock Exchange.

The conclusion of the research showed that all independent variable simultaneously influence towards private bond price at Indonesian Stock Exchange. Partially only Interest Rate, DER, ROE and ROI which influence towards private bond price at Indonesian Stock Exchange.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala kasih, berkat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian tesis ini dengan baik. Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian yang dilakukan penulis adalah: Pengaruh Faktor Fundamental Ekonomi dan Perusahaan terhadap Harga Obligasi Perusahaan Swasta di Bursa Efek Indonesia”.

Penulis selama masa perkuliahan hingga penulisan tesis ini, telah banyak mendapat bimbingan, nasehat dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, MS., selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc, Ac., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.


(9)

6. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Ibu Dr. Khaira Amalia F, SE. Ak, MBA selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

8. Seluruh Staf Pengajar (Dosen) Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis dan seluruh Staf Pegawai Administrasi Magister Ilmu Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh guru-guru penulis (TK, SD, SMP, dan SMA) dan Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara selama penulis menuntut ilmu atas bimbingan dan arahannya kepada penulis.

10. Kedua orang tua, Lie Koei Lung dan Tio A Kiaw, yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, motivasi, nasehat, bantuan dana dan material, serta doa yang selalu menyertai penulis.

11. Adik terkasih: Nora dan Dorin yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, motivasi, nasehat, serta doa yang selalu menyertai penulis.

12. Seluruh keluarga besar Lie tersayang: nenek, paman dan bibi, sepupu (Hence, Ayang, Asen, Lince, Awi, Dolly, Velly, Mega, Wendi, Desi, Rio) dan dua keponakan yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, motivasi, nasehat, serta doa yang selalu menyertai penulis.

13. Sahabat-sahabat penulis: Hendrik, Hendry, Tere, Nero, Willy, Asien, Wongso, Shierly, Laura, Feri, Rudi, Gunawan, Defiani, Erik, Alvin, Vera, Nerissa, Lukas, Felix, Wilson dan Jenny H.


(10)

14. Sahabat-sahabat dan teman-teman angkatan XV Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana USU (Andreas Saing, Arie Anfi Sembiring, Bahensa Purba, Batara Sumartio, Desi Ariyanti, Dina Rosmaneliana, Enrich Simanungkalit, Ferdinand, Evi Indriyani Purba, Ferawati, Hendra, Herlina Sitorus, Johanes Gunawan, Mangisi Ronald Sianturi, Manotar Ambarita, Mukhlis, Nur Afrina, Sariaty Sebayang, Ulfah Wikendari, Wanri Sihombing), senior-senior (Beby Kendida Hasibuan, Muhammad Andi Abdillah Triono, Rina Friska, Rudy, Sawitri, dan Yusnita) dan teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu. Terima kasih atas motivasi, semangat, dukungan, perhatian dan persahabatan yang telah diberikan kepada penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat, berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian kepada penulis ketika masa kuliah dan saat penulisan tesis ini. Penulis menyadari tesis ini belum sempurna, namun diharapkan akan dapat berguna bagi semua pihak khususnya bagi pengembangan serta penelitian dalam bidang Ilmu Manajemen Keuangan.

Medan, Agustus 2010 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Jung Sen lahir pada tanggal 8 Januari 1986 di Medan Provinsi Sumatera Utara, anak sulung dari tiga bersaudara, dari pasangan Ayahanda Lie Koei Lung dan Ibunda Tio A Kiaw.

Pendidikan dimulai pada tahun 1992 di Sekolah Dasar (SD) Sutomo 2 Medan, tamat dan lulus pada tahun 1998. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sutomo 2 Medan pada tahun 1998, tamat dan lulus pada tahun 2001. Selanjutnya pada tahun 2001 meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Sutomo 2 Medan, tamat dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya pada tahun 2004 meneruskan pendidikan ke Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dengan mengambil Jurusan Manajemen, tamat dan lulus pada tahun 2008. Selanjutnya pada tahun 2008, melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pascasarjana (Strata-2) Program Studi Magister Ilmu Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Pernah bekerja di C.V Hendrik Sandy pada tahun 2008 hingga tahun 2009, sebagai guru di SMP Methodist-2 pada tahun 2009 hingga tahun tahun 2010 dan sebagai kepala pembukuan di PT. Karunia Beton Lestari dari tahun 2010 hingga sekarang.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Kerangka Berpikir... 7

1.6 Hipotesis... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Penelitian Terdahulu ... 11

2.2 Teori tentang Obligasi... 13

2.3 Penawaran Perdana Obligasi... 20

2.4 Penilaian Obligasi ... 23

2.5 Faktor Fundamental Ekonomi... 25

2.6 Faktor Fundamental Perusahaan ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 35

3.1 Tempat dan Pelaksanaan Penelitian ... 35

3.2 Metode Penelitian... 35

3.3 Populasi dan Sampel ... 35

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 38

3.5 Teknik Pengumpulan Data... 38

3.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel... 38

3.7 Model Analisis Data... 44

3.8 Pengujian Asumsi Klasik ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Hasil Penelitian ... 50


(13)

4.1.3 Data Penelitian ... 52

4.1.4 Deskripsi Data Penelitian... 54

4.2 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 57

4.2.1 Hasil Uji Hipotesis Pertama ... 57

4.2.2 Hasil Uji Hipotesis Kedua... 63

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

4.3.1 Pembahasan Hipotesis Pertama... 68

4.3.2 Pembahasan Hipotesis Kedua ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 81

5.1 Kesimpulan ... 81

5.2 Saran... 82


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jumlah Emiten dan nilai Emisi... 2

3.1 Daftar Emiten Sampel Penelitian ... 37

3.2 Definisi Operasional Variabel ... 43

4.1 Perkembangan Jumlah Emiten dan Nilai Emisi Obligasi... 52

4.2 Data Log Tingkat Suku Bunga dan Log Nilai Tukar ... 53

4.3 Data Rasio Keuangan ... 54

4.4 Deskripsi Data Penelitian ... 55

4.5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Hipotesis Pertama... 60

4.6 Uji Multikolinearitas Hipotesis Pertama ... 61

4.7 Uji Autokorelasi Hipotesis Pertama ... 61

4.8 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Hipotesis Kedua ... 65

4.9 Uji Multikolinearitas Hipotesis Kedua ... 66

4.10 Uji Autokorelasi Hipotesis Kedua... 66

4.11 Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama... 69

4.12 Uji F Hipotesis Pertama... 70

4.13 Uji t Hipotesis Pertama... 71

4.14 Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua ... 74

4.15 Uji F Hipotesis Kedua ... 75


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 1.1 Kerangka Berpikir ... 10 4.1 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama dengan Menggunakan

Histogram ... 58 4.2 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama dengan Menggunakan

P-Plot ... 59 4.3 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama ... 62 4.4 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua dengan Menggunakan

Histogram ... 63 4.5 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua dengan Menggunakan

P-Plot ... 64 4.6 Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Kedua... 68


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1 Hasil Uji Statistik Hipotesis Pertama... 87 2 Hasil Uji Statistik Hipotesis Kedua ... 90 3 Daftar Populasi ... 93


(17)

ABSTRAK

Salah satu jenis instrumen surat utang yang dapat diterbitkan oleh perusahaan di Indonesia sebagai sarana menggalang dana adalah obligasi. Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) baik jumlah emiten maupun nilai emisi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 mengalami peningkatan. Harga obligasi dipengaruhi oleh faktor fundamental ekonomi dan perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor fundamental ekonomi dan perusahaan yang mempengaruhi harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia. Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga, nilai tukar, Current Ratio (CR), Debt to

Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), dan Return on Investment (ROI).

Obligasi merupakan intrumen hutang yang meminta penerbit membayar kembali pada investor sejumlah uang yang dipinjam (pokok uang) ditambah bunga selama periode tertentu. Suku bunga adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada suatu investasi. Nilai tukar adalah banyaknya valuta suatu negara yang dibutuhkan untuk ditukar dengan unit tertentu valuta negara lain. CR adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. DER adalah rasio untuk mengukur tingkat penggunaan utang sebagai sumber pembiayaan perusahaan. ROE dan ROI adalah rasio untuk mengukur tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan.

Dalam pengambilan sampel penelitian, metode yang digunakan adalah purposive

sampling method. Dari populasi emiten penerbit obligasi sebanyak tujuh puluh lima

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diambil sebanyak tiga puluh tujuh perusahaan yang memenuhi kriteria sampel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian pada hipotesis pertama menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh adalah 52,3% dan dengan menggunakan confidence interval sebesar 95%, secara serempak suku bunga dan nilai tukar berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia, sedangkan secara parsial hanya suku bunga yang berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian pada hipotesis kedua menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh adalah 55,6% dan dengan menggunakan confidence interval sebesar 95%, secara serempak CR, DER, ROE, dan ROI berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia, sedangkan secara parsial hanya DER, ROE, dan ROI yang berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia.

Kesimpulan menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial hanya variabel suku bunga, DER, ROE dan ROI yang berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia.


(18)

ABSTRACT

One of the notes kinds which company can issued in Indonesian as tools to collect funds is bond. Based on Bapepam-LK data amount of company or the amount of the fund since 2006 up to 2008 rise significantly. Bond price is influence by fundamental economic and company factors. The purpose of this research is to find out what factors of the fundamental economic and company that influence private bond price at Indonesian Stock Exchange. The factors used in this research are Interest Rate, Exchange Rate, Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), and Return on Investment (ROI).

Bond is debt instrument which ask issuer to pay back investor for the money that investor borrow added with interest for some periods. Interest rate is profit rate which been ask by investor for his investment. Exchange rate is amount of oe currency which needed to change with amount of other currency. CR is ratio to measure company capability to pay short term liability. DER is ratio to measure debt rate as company finance source. ROE and ROI is ratio to measure company financial profile.

The sampling method used in is purposed sampling method. From seventy five companies, that listed at Indonesian Stock Exchange, thirty seven were selected which fit to sample criteria. Hyphotesis testing was done by multiple regression analysis and prior to the classic assumption test.

Result of this research for first hypothesis is showing the determination coefficient (R2) is 52,3% and using Confidence Interval 95%, simultaneously interest ratio and exchange rate have significant influence towards private bond price at Indonesian Stock Exchange, while partially only interest rate influence towards private bond price at Indonesian Stock Exchange. Result test of second hypothesis is showing the determination coefficient (R2) is 55,6% and using Confidence Interval 95%, simultaneously CR, DER, ROE and ROI have significant influence towards private bond price at Indonesian Stock Exchange, while partially only DER, ROE and ROI which influence towards private bond price at Indonesian Stock Exchange.

The conclusion of the research showed that all independent variable simultaneously influence towards private bond price at Indonesian Stock Exchange. Partially only Interest Rate, DER, ROE and ROI which influence towards private bond price at Indonesian Stock Exchange.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketika perusahaan ingin menghimpun dana dari masyarakat, selain menerbitkan surat utang, perusahaan bisa meminjam ke bank dan atau go public. Terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan menerbitkan surat utang yaitu jumlah kebutuhan dana sedemikian besar sehingga tidak ada satu atau beberapa bank yang mampu memenuhi kebutuhannya; karena alasan teknis, prosesnya lebih cepat dan lebih sederhana daripada kalau memperoleh kredit perbankan; kalau biaya menerbitkan surat utang lebih murah daripada biaya memperoleh pinjaman perbankan; perusahaan mungkin menerbitkan surat utang semata-mata karena belum memenuhi syarat untuk menerbitkan saham.

Salah satu jenis instrumen surat utang yang dapat diterbitkan oleh perusahaan di Indonesia sebagai sarana menggalang dana adalah obligasi. Obligasi merupakan janji pihak penerbit untuk membayar sejumlah bunga dalam periode waktu tertentu dan membayar nilai nominal obligasi pada waktu jatuh tempo.

Perkembangan pasar obligasi dapat dilihat dari penawaran umum obligasi. Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) baik jumlah emiten maupun nilai emisi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 mengalami peningkatan.


(20)

Tabel 1.1. Jumlah Emiten dan Nilai Emisi

2006 2007 2008

No Klasifikasi Industri Jumlah

Emiten Nilai (Triliun) Jumlah Emiten Nilai (Triliun) Jumlah Emiten Nilai (Triliun) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertanian Pertambangan

Industri Dasar & Kimia Aneka Industri

Industri Barang Konsumsi Properti & Real Estate Infrastruktur

Keuangan

Perdagangan, Jasa & Investasi 7 1 19 9 10 17 10 65 24 2,23 1,50 7,44 3,02 9,33 5,83 20,44 45,02 7,83 7 1 20 9 11 19 13 68 27 3,58 1,50 7,94 3,02 11,83 6,93 31,67 58,57 8,88 8 1 21 9 11 19 14 69 27 3,88 1,50 7,94 3,02 12,13 7,83 34,92 65,22 9,48

Total 162 102,64 175 133,92 179 145,92

Sumber: www.bapepam.co.id

Perkembangan obligasi juga dapat dilihat dari meningkatnya jumlah permintaan terhadap obligasi yang tercermin dari terjadinya kelebihan permintaan terhadap penawaran perdana obligasi baik obligasi pemerintah maupun obligasi korporasi.

Beberapa obligasi yang mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed), yaitu:

1. Obligasi PT Bank Tabungan Negara Tbk sebesar Rp. 1,5 triliun mencatat kelebihan permintaan (oversubscribed) sebesar 1,83 kali.

2. PT Indosat Tbk mengalami oversubsribe hingga melampaui Rp. 2 triliun dari nilai emisi yang direncanakan sebesar Rp. 1,5 triliun.

3. PT Medco Energi Internasional Tbk menaikkan jumlah penawaran obligasi Rupiah II tahun 2009 menjadi Rp. 1,5 triliun. Pasalnya, dalam periode book building, permintaan atas obligasi perseroan mengalami oversubscribe mencapai


(21)

1,78 kali atau setara Rp. 1,784 triliun, jumlah tersebut melebihi jumlah emisi yang ditawarkan sebelumnya Rp. 1 triliun.

Makin populernya obligasi sebagai alternatif investasi tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk mengembangkan pasar obligasi. Langkah pertamanya pada tahun 1977 adalah dengan mendirikan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), yang berfungsi sebagai pialang instrumen pasar uang. Pada tahun 1993, dalam rangka mewujudkan pasar obligasi yang wajar, teratur, dan efisien, pemerintah memprakarsai pendirian perusahaan pemeringkat efek, yakni PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Setahun kemudian pemerintah mewajibkan obligasi yang ditawarkan melalui penawaran umum untuk memperoleh peringkat dari lembaga pemeringkat yang sudah memperoleh lisensi dari Bapepam-LK.

Untuk mendorong keterbukaan informasi, khususnya berkenaan dengan penetapan harga obligasi, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 139/2000 yang intinya mendorong pemodal mentransaksikan obligasi di bursa efek, atau sedikitnya melaporkan transaksi tersebut di bursa efek. PP ini memberi fasilitas bebas pajak bunga dan diskonto obligasi kepada bank nasional, cabang bank asing, reksa dana dan dana pensiun di Indonesia sepanjang transaksi obligasi terjadi di, atau yang dilaporkan ke bursa efek.

Harga obligasi sendiri dipengaruhi oleh faktor fundamental ekonomi dan faktor fundamental perusahaan. Faktor fundamental ekonomi seperti tingkat suku bunga deposito dan nilai tukar. Faktor fundamental perusahaan dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan.


(22)

Harga obligasi sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku, karena pemodal selalu mencari hasil investasi yang terbaik. Harga obligasi, yang mempengaruhi yield bagi pemegangnya, bergerak ke arah berlawanan dengan perubahan suku bunga. Jika suku bunga naik, harga obligasi akan turun. Sebaliknya, jika suku bunga turun, maka harga obligasi akan naik. Pergerakan harga obligasi dan tingkat suku bunga deposito mempunyai hubungan terbalik dari tahun 2006-2008. Ketika suku bunga deposito turun dari 11.88% pada tahun 2006 menjadi 8.64% pada tahun 2007, secara rata-rata harga obligasi mengalami kenaikan pada tahun 2007 dibandingkan pada tahun 2006. Sebaliknya ketika suku bunga deposito naik kembali menjadi 9.10% pada tahun 2008 secara rata-rata harga obligasi kembali mengalami penurunan. Walaupun demikian, terdapat juga beberapa pergerakan harga obligasi yang tidak sesuai dengan teori, seperti harga obligasi dari Bank NISP, Bank Mayapada, Kalbe Farma, dan Lautan Luas yang mengalami penurunan harga pada tahun 2007. Hal serupa juga terjadi pada tahun 2008 di mana terdapat beberapa pergerakan harga obligasi yang mengalami kenaikan seperti harga obligasi Apexindo Pratama Duta, Bank Tabungan Negara, Bank NISP, Bank Mandiri, Bank Mayapada, Charoen Pokphand Indonesia, Duta Pertiwi, dan Sona Topas Tourism Industry.

Kontribusi kurs terhadap resiko obligasi jauh lebih besar daripada terhadap saham. Depresiasi mata uang rupiah dapat mendorong pemerintah untuk meningkatkan tingkat bunga dalam usaha mendongkrak nilai mata uang, praktek ini disebut “learning against the wind”. Tingkat bunga yang lebih tinggi akan


(23)

menurunkan harga obligasi dalam mata uang lokal, sehingga depresiasi mata uang diikuti dengan penurunan nilai obligasi dalam mata uang lokal.

Pada pertengahan Mei 2006 harga obligasi perbankan menunjukkan penurunan yang cukup tajam meskipun pada minggu selanjutnya harga obligasi kembali meningkat. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap penurunan harga obligasi ini antara lain depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar, isu capital outflow, sentimen regional (penurunan sebagian besar nilai tukar mata uang negara-negara di kawasan Asia terhadap US Dolar) serta kinerja IHSG yang terus mengalami tekanan (www.bi.co.id).

Selain dipengaruhi oleh suku bunga, harga obligasi juga dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diketahui salah satunya melalui analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat menunjukkan hubungan antar account dalam laporan keuangan. Rasio keuangan mampu mencerminkan kesehatan perusahaan. Current Ratio (CR) mewakili rasio likuiditas. Debt to Equity Ratio (DER) mewakili rasio total hutang. Return on Equity (ROE) dan Return on Investment (ROI) mewakili ukuran manajemen terhadap penggunaan hutang dan aktiva. Dalam penelitian lain ditemukan bahwa ada kaitan antara rasio-rasio keuangan dengan harga obligasi. Menurut penelitian yang dilakukan Yeni Puspitasari, variabel CR, DER, ROE dan ROI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga obligasi pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.


(24)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis mengajukan perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Sejauhmana faktor fundamental ekonomi yang terdiri suku bunga dan nilai tukar berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia? 2. Sejauhmana faktor fundamental perusahaan yang terdiri Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE) dan Return on Investment (ROI) berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana pengaruh dari faktor fundamental ekonomi dan fundamental perusahaan terhadap harga obligasi. Dengan demikian sejalan dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor fundamental ekonomi yang

terdiri suku bunga dan nilai tukar terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor fundamental perusahaan yang terdiri Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE) dan Return on Investment (ROI) terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia.


(25)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Sebagai sarana untuk menambah wawasan kepada peneliti tentang faktor fundamental ekonomi dan perusahaan yang mempengaruhi harga obligasi dan variabel yang mempengaruhinya.

2. Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya termasuk akademisi, khususnya di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang tertarik mendalami bidang investasi.

3. Sebagai pedoman bagi para investor khususnya dan masyarakat umumnya, dalam memberikan informasi yang lebih lengkap, dan jelas mengenai pengaruh faktor fundamental ekonomi dan perusahaan terhadap harga obligasi di Bursa Efek Indonesia, sehingga dapat mempertimbangkan pengambilan keputusan yang akurat dalam menginvestasikan dananya di pasar modal.

1.5. Kerangka Berpikir

Menurut Pandji dan Piji (2001: 108), dalam memilih investasi yang aman, diperlukan analisis yang cermat, teliti, dan didukung data yang akurat. Secara umum, teknik analisis yang paling banyak dipakai adalah analisis fundamental, dan analisis teknikal.

Menurut Dedhy dan Liliana (2007: 8) analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan data fundamental eksternal dan fundamental perusahaan. Data fundamental eksternal dapat berupa kebijakan pemerintah, suku


(26)

bunga, inflasi, dan nilai tukar. Sementara data fundamental perusahaan dapat berupa data laporan keuangan, data pangsa pasar, dan siklus bisnis.

Apabila suku bunga meningkat, maka para investor cenderung menanamkan dananya pada pasar uang daripada pasar modal karena para investor lebih memilih menginvestasikan dananya pada return yang lebih tinggi. Menurunnya permintaan obligasi di pasar modal mengakibatkan turunnya harga obligasi. Jika bunga obligasi lebih tinggi dari tingkat bunga yang berlaku di pasar (suku bunga), harga obligasi lebih tinggi dari nilai nominalnya. Sebaliknya jika bunga obligasi lebih rendah dari tingkat bunga yang berlaku di pasar (suku bunga), harga obligasi lebih kecil dari nilai nominalnya (Dermawan, 2007: 47).

Menurut Levi (2001), kontribusi kurs terhadap resiko obligasi jauh lebih besar daripada terhadap saham. Depresiasi mata uang rupiah dapat mendorong pemerintah untuk meningkatkan tingkat bunga dalam usaha mendongkrak nilai mata uang, praktek ini disebut “learning against the wind”. Tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan harga obligasi dalam mata uang lokal, sehingga depresiasi mata uang diikuti dengan penurunan nilai obligasi dalam mata uang lokal.

Semakin besar nilai Current Ratio (CR) suatu perusahaan berarti perusahaan tersebut semakin likuid. Dengan semakin likuidnya perusahaan berarti mengurangi resiko gagal bayar obligasi yang telah jatuh tempo (Gitman, 2000: 134). Dengan berkurangnya resiko gagal bayar, permintaan investor akan obligasi meningkat. Hal ini mengakibatkan harga obligasi akan meningkat juga.


(27)

Nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang meningkat menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan leverage keuangan (hutang) yang meningkat juga. Semakin meningkatnya hutang maka resiko untuk gagal bayar pada perusahaan tersebut juga semakin besar. Semakin besar resiko gagal bayar maka permintaan akan obligasi akan menurun. Menurunnya permintaan obligasi mengakibatkan menurunnya harga obligasi. Menurut Kwantoro (2003: 44), Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return obligasi pada analisis tahun 2000.

Rasio profitabilitas baik rasio Return on Equity (ROE) maupun Return on Investment (ROI) merupakan salah satu indikator kesehatan keuangan perusahaan. Dengan kedua rasio profitabilitas di atas yang tinggi, mencerminkan pertumbuhan perusahaan sehingga memiliki prospek masa depan yang baik. Dengan demikian persepsi investor terhadap perusahaan tersebut akan baik dan meningkatkan permintaan terhadap obligasi. Meningkatnya permintaan terhadap obligasi akan berdampak pada meningkatnya harga obligasi (Bodie et al. 2006: 473).

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka peneliti mengajukan model kerangka pemikiran sebagai berikut:


(28)

Gambar 1.1. Kerangka Berpikir 1.6. Hipotesis

Sehubungan dengan kerangka pemikiran pada Gambar 1.1 maka perumusan hipotesis sebagai pijakan dalam pembahasan selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Faktor fundamental ekonomi yang terdiri suku bunga dan nilai tukar berpengaruh

terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia.

2. Faktor fundamental perusahaan yang terdiri Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), dan Return on Investment (ROI) berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia.

Faktor Fundamental Ekonomi

- Tingkat suku bunga - Nilai tukar rupiah

Faktor Fundamental Perusahaan

- Current Ratio (CR)

- Debt to Equity Ratio (DER)

- Return on Equity (ROE)

- Return on Investment (ROI)


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terhadap faktor fundamental ekonomi dan perusahaan terhadap harga surat berharga seperti saham maupun obligasi telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Beberapa peneliti terdahulu yang menjelaskan pengaruh dari faktor fundamental ekonomi dan perusahaan terhadap harga maupun imbal hasil dari surat berharga seperti saham dan obligasi sebagai berikut:

1. Elfithasari (2008), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Ekonomi terhadap Indeks Harga Obligasi Perusahaan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental ekonomi terhadap indeks harga obligasi perusahaan. Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah tingkat bunga SBI, nilai tukar dan jumlah uang yang beredar. Penelitian ini menggunakan data time series selama periode Januari 2001- Desember 2005, yang menggunakan model regresi linear.

Penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi indeks harga obligasi perusahaan adalah tingkat bunga SBI, nilai tukar dan jumlah uang beredar.

2. Hutajulu (2007), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Fundamental Ekonomi dan Perusahaan terhadap Imbal Hasil Obligasi Perusahaan Terbuka di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini dilakukan untuk


(30)

mengetahui faktor-faktor fundamental ekonomi dan perusahaan yang mempengaruhi imbal hasil obligasi. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam pengambilan sampel, dan menggunakan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara serempak, faktor fundamental ekonomi dan perusahaan yang terdiri dari Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Investment, Return on Equity, nilai tukar dan inflasi memiliki pengaruh signifikan tehadap imbal hasil obligasi. Secara parsial faktor fundamental perusahaan yang berpengaruh secara signifikan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio, sedangkan faktor fundamental ekonomi yang berpengaruh pada imbal hasil obligasi adalah nilai tukar pada besaran alpha 0,05%. Namun pada tingkat alpha 0,10% faktor inflasi termasuk faktor yang berpengaruh terhadap imbal hasil obligasi.

3. Lubis (2009), dalam tulisannya “Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, dan GDP terhadap Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan obligasi swasta di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah nilai kurs, suku bunga deposito dan GDP di Indonesia. Data yang digunakan adalah data time series antara tahun 1993-2007. Metode yang digunakan Ordinary Least Square (OLS).


(31)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kurs, suku bunga deposito dan GDP secara bersama-sama mempengaruhi permintaan obligasi swasta di Indonesia yang signifikan pada á = 1%.

4. Puspitasari (2007), dalam tulisannya “Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Obligasi (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Surabaya)”. Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga obligasi pada perusahaan manufaktur. Variabel yang digunakan adalah Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Investment, Return on Equity. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Investment, Return on Equity mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga obligasi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Surabaya.

2.2. Teori tentang Obligasi 2.2.1. Pengertian Obligasi

Obligasi merupakan sekuritas yang diterbitkan sehubungan dengan perjanjian pinjaman (Bodie et al. 2006: 259). Pihak peminjam menerbitkan (menjual) obligasi kepada pihak pemilik dana dengan imbalan sejumlah uang; jadi obligasi tersebut merupakan surat pernyataan utang dari pihak peminjam.

Menurut Fabozzi (2000: 1), obligasi merupakan instrumen hutang yang meminta penerbit membayar kembali pada investor sejumlah uang yang dipinjam (pokok uang) ditambah bunga selama periode tertentu.


(32)

Obligasi merupakan surat tanda utang yang memiliki tenor jangka panjang. Di AS, efek pemerintah yang bertenor 10 tahun ke atas disebut obligasi. Statistik obligasi yang terdaftar di Bapepam memasukkan surat utang yang bertenor 2 tahun. 2.2.2. Karakteristik Obligasi

Ketika investor membeli obligasi berarti investor meminjamkan uang kepada penerbit obligasi tersebut. Sebagai bukti bahwa investor telah meminjamkan uang maka pihak yang berhutang akan menerbitkan sertifikat obligasi (indenture) yang pada intinya berisi persyaratan dan ketentuan pinjaman.

Isi indenture antara lain (Cahyana, 2004: 32): 1. Nama dan nilai pokok obligasi

Informasi yang paling awal tertera dalam indenture adalah nama dan nilai total penerbitan, yakni jumlah dana yang akan penerbit himpun melalui obligasi tersebut. Sebagai contoh: Obligasi VIII Perum Pegadaian tahun 2001 dengan nilai Rp. 300 miliar.

2. Denominasi

Nilai obligasi umumnya sangat besar sehingga tidak ada satu pemodal yang mampu memenuhinya. Maka dari itu, agar dapat menghimpun dana sebesar yang dibutuhkan, penerbit menawarkan obligasi dalam berbagai pecahan (denominasi).

Untuk melayani berbagai macam pemodal, maka denominasi dibuat tidak sama. Sebagai contoh, Obligasi PT Wijaya Karya II tahun 1996 senilai Rp. 100 miliar


(33)

juta, 100 lembar bernilai Rp. 100 juta, 100 lembar bernilai Rp. 250 juta, 40 lembar bernilai Rp. 500 juta, dan 40 lembar bernilai Rp. 1000 juta.

3. Tenor (jangka waktu) pinjaman

Waktu antara tanggal penerbitan dan tanggal penebusan disebut tenor (jangka waktu) obligasi dan dinyatakan dalam tahun. Umumnya obligasi menyebutkan tanggal di mana obligasi itu akan habis masa berlakunya. Contoh, Obligasi Semen Gresik I tahun 2001 akan jatuh tempo pada 12 Juli 2006. Karena diterbitkan pada 21 Juli 2001 maka Semen Gresik I mempunyai tenor lima tahun. 4. Kupon bunga obligasi

Kupon bunga besarnya ditetapkan di muka dan tercantum dalam sertifikat obligasi. Kupon bunga obligasi dinyatakan dalam persentase dan dihitung secara tahunan. Besaran bunga obligasi bisa bersifat tetap, mengambang, atau perpaduan di antara keduanya. Kupon bunga bisa dibayarkan setiap triwulan, setiap enam bulan atau setiap tahun. Contoh, Obligasi HM Sampoerna II tahun 2000 yang menawarkan kupon bunga tetap sebesar 17,5% dan akan dibayarkan setiap 3 bulan pada tanggal 17 Februari, 17 Mei, 17 Agustus, dan 17 November. Artinya, jika obligasi tersebut dalam denominasi Rp. 100 juta, maka investor akan menerima bunga sebesar 17,5 juta setahun yang dibayar empat kali.

5. Agunan dan garansi

Pada umumnya obligasi diterbitkan dengan dukungan agunan, bisa berupa agunan khusus atau umum. Kalaupun tidak ada agunan, maka sesuai dengan peraturan yang berlaku, yakni Pasal 131 dan 132 KUHPerdata, seluruh harta


(34)

kekayaan penerbit baik barang bergerak maupun tidak bergerak baik yang ada maupun akan ada menjadi jaminan atas obligasi yang bersangkutan. Sebagai contoh, Obligasi Sinar Sosro I tahun 2001 mempunyai agunan berupa beberapa pabrik Teh Botol Sosro milik penerbit obligasi tersebut.

Obligasi bisa juga dijamin (guaranteed) atau tidak. Penjamin obligasi umumnya adalah perusahaan induk, atau perusahaan afiliasi. Kalau perusahaan penerbit lalai dalam memenuhi kewajibannya, guarantor yang bersangkutan yang akan membayarnya.

6. Hasil pemeringkatan

Berdasarkan ketentuan yang berlaku sejak tahun 1994, setiap obligasi yang akan dicatatkan di bursa efek domestik wajib diperingkat oleh lembaga pemeringkat yang sudah memperoleh lisensi dari Bapepam. Salah satu perusahaan yang memperoleh lisensi dan memeringkat hampir semua obligasi adalah PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

2.2.3. Bentuk Obligasi

Obligasi bisa diterbitkan dalam tiga bentuk yang berbeda (Cahyana, 2004: 37) yaitu:

1. Obligasi atas nama (registered bond) yaitu obligasi yang diterbitkan dengan mencantumkan nama pembeli. Atau nama pemilik sekarang tercatat dalam sebuah register yang ditatausahakan oleh penerbit atau agen yang ditunjuk penerbit. Nama pemodal yang tercantum dalam register yang berhak atas bunga,


(35)

2. Obligasi atas unjuk (bearer bond) yaitu obligasi yang tidak terdapat nama pemodalnya. Siapa saja yang membawa obligasi ini dianggap sebagai pemiliknya.

3. Book entry bond yaitu obligasi yang diterbitkan tanpa sertifikat seperti halnya dalam dua bentuk obligasi di atas. Bukti kepemilikan pemegang obligasi berupa bukti tanda terima yang diterbitkan oleh lembaga penyimpan obligasi. Perpindahan hak kepemilikan obligasi dapat dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari satu rekening ke rekening efek lain secara elektronis. Di sini pemegang rekening adalah pemegang bukti obligasi yang sah dalam hubungannya untuk menerima pelunasan pokok, pembayaran bunga dan hak-hak lain yang berhubungan dengan obligasi.

2.2.4. Resiko Obligasi

Fabozzy (2004: 6), menguraikan jenis-jenis resiko yang terkait dalam instrumen investasi surat berharga obligasi sebagai berikut:

1. Interest rate risk, adalah resiko yang berkaitan dengan tingkat suku bunga. Jika suku bunga meningkat, maka harga obligasi akan turun dan sebaliknya jika suku bunga turun maka harga obligasi akan naik.

2. Reinvestment rate, yaitu resiko yang berkaitan dengan perubahan strategi dari tingkat penanaman kembali investasi di mana hal tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan suku bunga pasar.

3. Call risk, yaitu resiko yang berkaitan dengan penarikan seluruh atau sebagian obligasi yang telah diterbitkan sebelum obligasi tersebut jatuh tempo.


(36)

4. Credit risk atau default risk, yaitu resiko apabila penerbit obligasi gagal memenuhi kewajiban keuangan meliputi pembayaran bunga dan pokok utang atau nilai nominal.

5. Inflation risk atau purchasing power risk, yaitu resiko yang disebabkan oleh inflasi yang menurunkan purchasing power (daya beli) kupon yang diterima investor.

6. Exchange rate risk, yaitu resiko yang dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar. Misalnya seorang investor Indonesia membeli obligasi yang dibayar dalam Yen Jepang dan Yen mengalami depresiasi, maka jumlah Rupiah yang diperoleh akan lebih sedikit. Jika Yen mengalami apresiasi, maka investor akan memperoleh keuntungan dengan menerima Rupiah lebih banyak.

7. Liquidity risk, yaitu resiko yang disebabkan tidak aktifnya pasar sekunder obligasi, sehingga pemegang obligasi yang membutuhkan likuiditas sulit untuk menjual obligasinya dengan segera, ataupun kalau ada yang mau membeli harganya sangat rendah. Ukuran yang utama dari likuiditas adalah selisih antara harga jual dan harga beli yang ditetapkan penjual. Semakin besar selisih harga jual dan harga beli, maka resiko likuiditasnya akan semakin besar.

8. Volatility risk, yaitu tingkat resiko yang disebabkan oleh berfluktuasinya suku bunga di pasar, sehingga harga dari obligasi bisa berubah-ubah (volatile).

2.2.5. Harga Obligasi


(37)

1. Par (nilai Par), di mana harga obligasi sama dengan nilai nominal.

2. At premium (dengan premi), di mana harga obligasi lebih besar dari nilai nominal.

3. At Discount (dengan diskon), di mana harga obligasi lebih kecil dari nilai nominal.

2.2.6. Imbal Hasil Obligasi

Seorang investor mempertimbangkan membeli obligasi dengan mengharapkan sebagai berikut (Fabozzy, 2000: 195):

1. Periodic coupon interest made by issuer. Kupon obligasi, merupakan imbal hasil obligasi saat ini yang dihitung berdasarkan kupon obligasi sampai jatuh tempo. Selain menawarkan kupon bunga tetap, ada obligasi yang menawarkan kupon bunga mengambang (floating) yaitu kupon bunga berubah-ubah setiap waktu sesuai dengan tingkat bunga referensi yang digunakan, kupon yang besarnya ditentukan oleh kinerja perusahaan penerbitnya (profit sharing bond), dan ada yang tidak memberikan bunga (zero coupon bond) tapi mendapatkan discount. 2. Any capital gain (or capital loss-negative dollar return) when the bond matures,

is called, or is sold. Capital gain merupakan selisih positif harga pembelian dan penjualan obligasi atau pemegang obligasi mendapat discount pada saat pembelian obligasi, dengan catatan obligasi tersebut dipegang sampai dengan jatuh tempo, mengingat harga pada saat jatuh tempo harga obligasi akan ditebus sebesar nilai nominalnya.


(38)

3. Interest income generated from reinvestment of the periodic cash flow. Reinvestasi dari kupon, yaitu adanya kesempatan bagi investor penerima kupon untuk menginvestasikan kembali kupon obligasi pada surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito bank.

2.3. Penawaran Perdana Obligasi

Ada tiga prosedur penerbitan dan penjualan obligasi yang lebih umum, yaitu melalui penempatan terbatas (private placement), lelang (Public Offering Auction System), dan penawaran umum (Initial Public Offering/IPO).

1. Penempatan Terbatas

Pada umumnya, metode penempatan terbatas banyak digunakan oleh penerbit obligasi konversi, yang umumnya mengawali proses emiten tersebut untuk go public. Calon emiten menunjuk penasehat keuangan untuk membantu calon emiten dalam mempersiapkan penerbitan dan mungkin juga mencarikan pemodalnya. Setelah persiapan selesai dan jumlah emisi sudah disepakati obligasi tersebut ditawarkan kepada kalangan pemodal dalam jumlah terbatas. Ada beberapa alasan emiten memilih menerbitkan dan menjual obligasi melalui penawaran terbatas daripada penawaran umum. Salah satu diantaranya bahwa prosedur penempatan terbatas lebih sederhana dan tidak harus tunduk pada ketentuan yang berlaku pada penawaran umum, seperti mempunyai persyaratan administrasi tertentu, memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK, dan


(39)

2. Lelang

Penerbitan dan penjualan obligasi melalui mekanisme lelang di Indonesia sejauh ini baru dilakukan oleh pemerintah, yakni ketika menerbitkan dan menjual 2 juta unit Obligasi Negara (ON) Seri FR0021 senilai Rp. 2 triliun pada bulan Desember 2002 dan 2,7 juta unit ON Seri FR0022 senilai Rp. 2,7 triliun pada bulan April 2003.

Melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 66/KMK.01/2002 tanggal 10 Februari 2002, Menteri Keuangan menunjuk Bank Indonesia (BI) sebagai agen pelaksana lelang. Menkeu juga menunjuk BI, melalui SK No. 83/KMK.01/2003 tanggal 4 Maret 2002 tentang lelang SUN di pasar perdana, untuk bertindak sebagai penata usaha SUN dan pusat pencatatan (central register).

3. Penawaran Umum

Menurut ketentuan yang berlaku, antara lain Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor Kep-46/PM/1996, kalau obligasi ditawarkan kepada lebih dari 100 pihak dan atau menggunakan media massa dan nilai seluruh penawaran sedikitnya Rp. 1 miliar maka penawaran tersebut dianggap sebagai penawaran umum. Jika sebuah perusahaan menerbitkan obligasi dalam jumlah besar, maka perlu baginya untuk mempunyai basis pemodal yang luas, mungkin lebih dari 100 pemodal, yang secara teknis tidak bisa lagi dikatakan sebagai penempatan terbatas. Maka pilihan bagi banyak penerbit obligasi adalah menjualnya melalui penawaran umum, yang dalam prosesnya menggunakan jasa perusahaan bank investasi.


(40)

Proses penawaran umum jauh lebih rumit dibandingkan dalam penempatan terbatas dan sedikitnya melalui langkah-langkah berikut:

1. Persiapan internal, meliputi mencari persetujuan dari para pemegang saham dalam rapat umum luar biasa, mencari jasa penjaminan (underwriting) dari perusahaan efek (di Indonesia) atau bank investasi (di beberapa negara asing). Peran perusahaan efek tersebut selain konvensi pasar juga menangani masalah teknis penerbitan obligasi dan mempunyai jaringan ke pemodal.

2. Mencari penjamin pelaksana emisi, yang bertugas menawarkan kepada pemodal dan melakukan pengumpulan pesanan, dan segala upaya pengaturan bagi penerbitan itu seperti: mengirim undangan untuk membeli, menyelenggarakan press conference dan mengkoordinasi operasi penerbitan, membantu emiten mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan selama proses penerbitan.

3. Menentukan struktur obligasi, yang menyangkut nilai total emisi, tenor, besar dan frekuensi kupon bunga, ada atau tidaknya agunan, peringkat dan harga penawaran bersama penjamin emisi termasuk fee untuk penjamin emisi. 4. Menetapkan penatausahaan obligasi, yaitu mempersiapkan dokumentasi

lengkap tentang emiten dan informasi tentang emisi kepada lembaga terkait dan juga kepada calon pemodal yang digabung dalam sebuah prospektus atau edaran penawaran (offering circular). Prospektus berisi dokumen perjanjian antara emiten dengan pihak-pihak yang terkait.


(41)

5. Proses Penawaran. Untuk dapat menerbitkan obligasi harus mendapat ijin efektif dari Bapepam-LK. Setelah itu, emiten dan penjamin emisi akan mencetak prospektus, dokumen-dokumen lain, sertifikat obligasi, dan Formulir Pemesanan Pembelian Obligasi (FPPO). Setelah itu, mereka harus mengiklankan prospektus ringkas di sekurang-kurangnya dua surat kabar berbahasa Indonesia yang beredar secara nasional. Masa penawaran umum, berlangsung 3 hari. Dalam masa inilah secara resmi pemodal mengajukan pemesanan pembelian. Proses emisi selesai setelah pemesan memperoleh sertifikat obligasi atau tanda bukti lain.

2.4. Penilaian Obligasi

Menurut Weston dan Brigham (1990: 220), nilai intrinsik suatu obligasi adalah nilai sekarang dari aliran kas yang diharapkan dari obligasi tersebut. Nilai intrinsik obligasi diperoleh dengan mendiskontokan semua aliran kas yang berasal dari pembayaran kupon obligasi ditambah dengan pelunasan obligasi sebesar nilai par yang akan diterima pada saat jatuh tempo dengan yield yang disyaratkan investor.

Persamaan berikut dipakai untuk menghitung nilai obligasi:

Nilai = V =

               n t kd M kd I t n 1 1 1 1 1

= I (PVIFAkd,n) + M (PVIFkd,n)

Di mana:


(42)

I = jumlah bunga setiap tahun = suku bunga kupon x nilai pari M = nilai pari, atau nilai jatuh tempo

kd = suku bunga yang disyaratkan/suku bunga pasar n = jumlah tahun sampai obligasi itu jatuh tempo PVIFA = Present Value Interest Factor Annuity PVIF = Present Value Interest Factor

Contoh 1 : Sebuah obligasi memiliki nilai pari $1.000 dan setiap tahun dibayar bunga $150. Berapa nilai obligasi sekarang jika suku bunga pasar 10% dan obligasi mempunyai waktu jatuh tempo 14 tahun?

Jawab : V = $150(PVIFA10%,14) + $1.000 (PVIF10%,14)

= $150(7,3667) + $1.000(0,2633) = $1.368.31

Contoh 2 : Sebuah obligasi memiliki nilai pari $1.000 dan setiap tahun dibayar bunga $150. Berapa nilai obligasi sekarang jika suku bunga pasar 20% dan obligasi mempunyai waktu jatuh tempo 14 tahun?

Jawab : V = $150(PVIFA20%,14) + $1.000 (PVIF20%,14)

= $150(4,6106) + $1.000(0,0779) = $769,49

Kedua contoh di atas menunjukkan bahwa harga obligasi dan suku bunga yang berlaku (kd) mempunyai hubungan yang berbanding terbalik. Contoh 1 menunjukkan suku bunga yang turun dari 15% menjadi 10% menyebabkan harga obligasi naik menjadi di atas harga nominalnya. Sedangkan contoh 2 menunjukkan suku bunga yang naik dari 15% menjadi 20% menyebabkan harga obligasi turun menjadi di bawah harga nominalnya.


(43)

2.5. Faktor Fundamental Ekonomi

1. Suku Bunga

Obligasi yang baru diterbitkan biasanya dijual sama atau mendekati nilai nominalnya. Hal ini disebabkan karena bunga obligasi yang diberikan hampir sama dengan suku bunga yang berlaku di pasar. Suku bunga yang berlaku di pasar adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada suatu obligasi. Tinggi rendahnya tingkat keuntungan yang disyaratkan pada obligasi ini tergantung pada resiko kegagalan obligasi yang diperkirakan oleh investor (Dermawan, 2007: 47).

Harga obligasi di pasar sekunder akan naik jika suku bunga atau tingkat keuntungan yang disyaratkan pada obligasi turun. Ini terjadi karena bunga obligasi tetap tetapi tingkat keuntungan yang disyaratkan turun sehingga obligasi menjadi lebih menarik, otomatis harganya akan naik. Sebaliknya jika suku bunga atau tingkat keuntungan yang disyaratkan pada obligasi naik, harga obligasi akan turun.

Besarnya pengaruh suku bunga terhadap fluktuasi harga obligasi tergantung pada seberapa sensitifnya harga obligasi karena perubahan tingkat bunga. Sensitivitas ini secara langsung bergantung pada dua hal yaitu jangka waktu hingga jatuh tempo dan tingkat bunga kupon. Dengan asumsi semua hal yang lainnya sama, semakin panjang waktu hingga jatuh tempo, maka makin besar pengaruh tingkat suku bunga, dan semakin rendah tingkat bunga kupon, maka semakin besar resiko tingkat bunga (Dermawan, 2007: 49).

Menurut Weston dan Brigham (1990: 222), hubungan antara suku bunga dengan harga adalah sebagai berikut:


(44)

1. Kapan saja suku bunga berjalan, sama dengan tingkat kupon, maka obligasi akan dijual seharga nilai nominalnya.

2. Suku bunga berubah sepanjang waktu, tetapi tingkat kupon tetap sama. Jika suku bunga berjalan lebih besar daripada tingkat kupon, maka obligasi itu akan dijual di bawah nilai nominalnya.

3. Jika suku bunga berjalan lebih kecil daripada tingkat kupon, maka obligasi itu akan dijual di atas nilai nominalnya

4. Dengan demikian, kenaikan suku bunga akan menyebabkan harga obligasi turun, sedangkan penurunan suku bunga akan menyebabkan harga obligasi naik.

5. Nilai pasar suatu obligai akan selalu mendekati nilai nominalnya dengan semakin mendekatnya jatuh temponya, asalkan perusahaan tidak bangkrut.

2. Nilai Tukar

Nilai tukar adalah banyaknya valuta suatu negara yang dibutuhkan untuk ditukar dengan unit tertentu valuta negara lain (Heli, 2004: 6). Misalnya diperlukan 9 juta rupiah untuk membeli seribu Dollar atau dengan kata lain diperlukan 9000 Rupiah untuk membeli satu Dollar. Maka dapat dikatakan bahwa harga satu US Dollar adalah 9000 Rupiah. Devaluasi dan depresiasi adalah sama yaitu penurunan nilai tukar mata uang negara tertentu terhadap nilai mata uang negara lain. Tetapi ada sedikit perbedaan antara keduanya, kalau depresiasi penurunannya tidak terlalu besar dan bersifat sementara sedangkan devaluasi penurunannya besar dan biasanya melalui pengumuman resmi pemerintah. Begitu pula dengan revaluasi dan apresiasi, pada dasarnya adalah sama yaitu kenaikan nilai tukar mata uang negara tertentu terhadap nilai mata uang negara lain. Hanya kalau apresiasi kenaikannya relatif kecil dan bersifat sementara sedangkan


(45)

revaluasi kenaikannya relatif besar dan biasanya melalui pengumuman resmi pemerintah.

Dalam sejarah perkembangannya, ada beberapa sistem nilai tukar yang digunakan oleh banyak negara dalam menentukan dan mengelola nilai tukarnya (Heli, 2004: 13) antara lain:

1. Gold Standard (1880-awal perang dunia pertama)

a. Gold Specie Standard

Standar ini menentukan nilai mata uang suatu negara dikaitkan dengan nilai jumlah tertentu emas. Nilai nominal yang tertera pada mata uang tersebut sama dengan harga bahan baku emas mata uang tersebut. Dalam standar ini likuiditas sangat dipengaruhi oleh tingkat produksi emas dan penggunaan emas dalam industri.

b. Gold Bullion Standard

Standar ini digunakan saat uang kertas mulai banyak digunakan dan beredar di masyarakat sehingga pada standar ini nilai mata uang tersebut dikaitkan dengan sejumlah tertentu emas. Bank sentral menjamin konvertibilitas mata uangnya (uang kertas) dengan emas. Secara teoritis, setiap unit uang yang dikeluarkan pemerintah di

backup” sejumlah tertentu emas. Namun pada kenyataanya emas yang disimpan biasanya kurang dari jumlah seharusnya disediakan untuk “backup” seluruh uang yang beredar. Hal ini disebabkan karena kepercayaan masyarakat terhadap mata uang tersebut. Contohnya, Pemerintah Inggris bisa mempertahankan cadangan emasnya hanya 5% dari jumlah yang seharusnya disediakan.


(46)

2. Fixed Exchange Rate System (1944-1970)

Dalam sistem ini, nilai tukar mata uang dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi dalam kisaran sempit. Ketika nilai tukar mulai berfluktuasi terlalu besar, maka pemerintah akan melakukan intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap dalam kisaran yang diinginkan.

Karena adanya kewajiban negara untuk mempertahankan nilai tukar maka jumlah cadangan devisa negara tersebut akan bergantung pada tren pergerakan nilai tukar. Sebagai contoh apabila permintaan terhadap valuta lokal negara tersebut naik sedang penawaran tetap maka nilai tukarnya akan cenderung naik. Dalam kasus ini maka bank sentral akan membeli valuta asing dengan valuta lokal sehingga cadangan devisanya bertambah.

Keuntungan sistem ini adalah perusahaan dapat melakukan kegiatan bisnis tanpa kuatir terhadap perubahan nilai mata uang di kemudian hari. Dengan demikian perusahaan dapat melakukan proyeksi bisnis ke masa yang akan datang. Sementara kerugiannya adalah resiko pemerintah akan melakukan perubahan nilai mata uang secara mendadak, dan membuat kondisi perekonomian sebuah negara menjadi sangat tergantung dari kondisi ekonomi negara lain.

3. Floating Exchange Rate System

Dalam konsep ini nilai tukar valuta dibiarkan bergerak bebas. Nilai tukar valuta

ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran valuta tersebut

di pasar.

Dalam prakteknya terdapat dua jenis Floating exchange rate system yaitu:


(47)

Dalam sistem ini nilai tukar dibiarkan bergerak bebas. Pergerakan sepenuhnya tergantung dari kekuatan penawaran dan permintaan di pasar. Bank sentral tidak melakukan intervensi guna mempengaruhi nilai tukar mata uangnya.

b. Managed (Dirty) Floating Exchange Rate System

Pada sistem ini bank sentral dapat melakukan intervensi ke pasar guna mempengaruhi pergerakan nilai tukar valuta. Bank sentral melakukan intervensi ini biasanya disebabkan karena pergerakan kurs valuta dipandang tidak menguntungkan bagi perekonomian negara tersebut sehingga perlu dilakukan intervensi untuk mencegah akibat yang lebih buruk lagi.

Keuntungan sistem mengambang bebas adalah bahwa kondisi ekonomi suatu negara akan lebih terlindung dari kondisi ekonomi negara lain. Kerugiannya adalah bila suatu negara mengalami inflasi yang tinggi maka nilai tukar mata uangnya akan menurun, dan jika inflasi rendah maka kecenderungan meningkatnya nilai mata uangnya akan meningkat. Dalam sistem ini, perusahaan yang berhubungan dengan ekspor impor harus mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk mengukur dan mengelola resiko-resiko akibat fluktuasi nilai tukar.

Teori yang berkaitan dengan nilai tukar valuta (Heli, 2004: 18), antara lain:

1. Balance of Payment Approach

Pendekatan ini mendasarkan diri pada pendapat bahwa nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan terhadap valuta tersebut. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan penawaran dan permintaan adalah balance of

payment karena balance of payment dapat menunjukkan aliran dana masuk dan


(48)

Sebagai contoh, balance of payment yang defisit dapat berarti permintaan akan valuta asing akan bertambah sehingga nilai tukar mata uang lokal akan mengalami penurunan.

2. Teori Puchasing Power Parity

Teori ini menghubungkan nilai tukar dengan daya beli valuta terhadap barang dan jasa. Pendekatan ini menggunakan Law of One Price sebagai dasar. Dalam Law of

One Price disebutkan bahwa dengan asumsi tertentu, dua barang yang identik (sama

dalam segala hal) harusnya mempunyai harga yang sama.

Sebagai contoh, harga satu kilogram apel di Indonesia adalah 20 ribu Rupiah dan harga satu kilogram apel di Amerika Serikat adalah USD dua dollar, maka sesuai dengan Law of One Price berarti USD 2 = Rp 20.000,- dan seharusnya nilai tukar Valuta USD dibandingkan dengan Rupiah adalah 20.000,-/2 = 10.000,- Rupiah untuk setiap satu Dollar.

3. International Fisher Effect

Pendapat ini menyatakan bahwa pergerakan nilai mata uang satu negara dibandingkan negara lain disebabkan oleh perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua negara tersebut.

Sebagai contoh, jika suku bunga di Amerika Serikat adalah 2% dan suku bunga di Indonesia adalah 16% maka menurut International Fisher Effect mata uang Indonesia (Rupiah) akan terdepresiasi sekitar 16% - 2% =14% dibandingkan mata uang Amerika (USD).

US Dollar menjadi mata uang utama dunia sejak akhir Perang Dunia II hingga saat ini. Hal ini disebabkan pada saat Perang Dunia II, perekonomian di negara Eropa


(49)

hancur akibat perang dan dilain pihak tanah Amerika tidak tersentuh oleh perang tersebut walaupun Amerika ikut serta dalam peperangan tersebut. Dengan digelarnya konferensi internasional mengenai sistem nilai tukar yang diadakan di Bretton Woods, New Hampshire Amerika Serikat pada tahun 1944 yang menandai dimulainya Fixed Exchange Rate System semakin mengukuhkan peran mata uang US Dollar sebagai mata uang utama dunia karena pada konferensi tersebut, disebutkan negara-negara lain dapat mengaitkan nilai mata uangnya dengan emas atau mata uang US Dollar. Walaupun pada akhir 1960-an, Fixed Exchange Rate System runtuh sebagai implikasi dari US Dollar tidak lagi di back-up sejumlah tertentu emas lagi tetapi karena besarnya perekonomian Amerika Serikat membuat US Dollar tetap menjadi mata uang utama dunia.

Menurut Levi (2001), kontribusi kurs terhadap resiko obligasi jauh lebih besar daripada terhadap saham. Depresiasi mata uang rupiah dapat mendorong pemerintah untuk meningkatkan tingkat bunga dalam usaha mendongkrak nilai mata uang, praktek ini disebut

learning against the wind”. Tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan harga obligasi dalam mata uang lokal, sehingga depresiasi mata uang diikuti dengan penurunan nilai obligasi dalam mata uang lokal.

2.6. Faktor Fundamental Perusahaan

Menurut Dedhy dan Liliana (2007: 8) data fundamental perusahaan dapat berupa data laporan keuangan, data pangsa pasar, dan siklus bisnis.


(50)

Perubahan harga obligasi, selain karena suku bunga dapat terjadi karena ada perubahan kualitas kreditnya, seperti kinerja emiten memburuk sehingga tidak mampu memenuhi kewajiban membayar kupon bunga dan nilai pokok utang (Cahyana, 2004: 243).

Dalam mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan, terdapat beberapa rasio keuangan yang berpengaruh seperti:

1. Rasio Likuiditas

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio. Rasio lancar merupakan perbandingan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

Semakin besar nilai Current Ratio suatu perusahaan berarti perusahaan tersebut semakin likuid karena mempunyai total aktiva lancar yang lebih besar. Dengan semakin likuidnya perusahaan berarti mengurangi resiko gagal bayar bunga obligasi dan obligasi yang telah jatuh tempo (Gitman, 2000: 134). Dengan berkurangnya resiko gagal bayar, permintaan investor akan obligasi meningkat. Hal ini mengakibatkan harga obligasi akan meningkat juga.

2. Rasio Leverage

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang sebagai sumber pembiayaan perusahaan. Rasio leverage yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio. Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara total hutang dan total modal sendiri.

Nilai Debt to Equity Ratio yang meningkat menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan leverage keuangan (hutang) yang meningkat juga. Semakin meningkatnya


(51)

hutang maka resiko untuk gagal bayar pada perusahaan tersebut juga semakin besar. Semakin besar resiko gagal bayar maka permintaan akan obligasi akan menurun. Menurunnya permintaan obligasi mengakibatkan menurunnya harga obligasi. Menurut Kwan, Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return obligasi pada analisis tahun 2000 (Kwantoro, 2003: 44).

3. Rasio Profitabilitas

Rasio ini mengukur tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan. Rasio Profitabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Equity (ROE) dan Return on

Investment (ROI). Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan dari

suatu perusahaan dalam memanfaatkan modal (equity) yang dimilikinya untuk memperoleh laba. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total

equity. Return on Investment (ROI) digunakan untuk mengukur kemampuan dari suatu

perusahaan dalam memanfaatkan aset yang dimilikinya untuk memperoleh laba. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva.

Rasio profitabilitas baik rasio return on equity (ROE) maupun return on investment (ROI) merupakan salah satu indikator kesehatan keuangan perusahaan. Dengan kedua rasio profitabilitas di atas yang tinggi, mencerminkan pertumbuhan perusahaan sehingga memiliki prospek masa depan yang baik. Dengan demikian persepsi investor terhadap perusahaan tersebut akan baik dan meningkatkan permintaan terhadap obligasi. Meningkatnya permintaan terhadap obligasi akan berdampak pada meningkatnya harga obligasi (Bodie et.al., 2006: 473).


(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang beralamat di Jl. Jenderal Sudirman kav 52-53, Gedung BEI lantai 1 Tower 2, Jakarta melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.bei.co.id). Penelitian ini dilakukan sejak bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yaitu menggunakan statistik indukif untuk menganalisis data penelitian. Berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini digolongkan kepada bentuk penelitian kausal asimetris, yakni penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Sifat penelitian ini adalah deskriptif eksplanatory yaitu penelitian yang menggambarkan dan menjelaskan apa yang nyata terjadi (http://ssantoso.blogspot.com).

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan swasta terbuka yang menerbitkan obligasi di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2006 sampai dengan 2008 baik obligasi tunggal maupun berseri, dan menerbitkan laporan keuangan pada tahun buku 31 Desember yang totalnya berjumlah 75 perusahaan.


(53)

Dalam proses pengambilan sampel dipergunakan metode purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan yang menerbitkan obligasi dan masih aktif diperdagangkan dalam pasar sekunder. Dengan kata lain, obligasi tersebut belum jatuh tempo sampai dengan tahun 2008.

2. Menerbitkan dan menyampaikan laporan keuangan secara lengkap dan berkala dari tahun 2006, 2007, dan 2008.

3. Perusahaan berturut-turut sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 menghasilkan laba (tidak mengalami kerugian).

Berdasarkan kriteria di atas, maka terdapat 37 perusahaan yang menjadi sampel penelitian dan memenuhi persyaratan seperti dalam tabel di bawah ini:


(54)

Tabel 3.1. Daftar Emiten Sampel Penelitian

No Nama Perusahaan Jatuh Tempo Obligasi

1 Adhi Karya 06 Juli 2012

2 Adira Dinamika Multi Finance 13 Mei 2012

3 4 5

Alfa Retailindo

Apexindo Pratama Duta Arpeni Pratama Ocean Line

18 Maret 2013 19 Juni 2012 18 Maret 2015 6 7 8 9 10 Astra Graphia Bank Buana Bank Bukopin Bank Mandiri Bank Mayapada

18 Maret 2014 08 Desember 2011 20 Oktober 2012 11 Desember 2014 29 Mei 2012 11

12 13 14

Bank Negara Indonesia Bank NISP

Bank Panin Bank Permata

10 Mei 2012 30 Juni 2017 06 Oktober 2014 14 Desember 2016 15

16

Bank Rakyat Indonesia Bank Tabungan Negara

22 Desember 2014 11 Juni 2020 17

18 19 20

Berlian Laju Tanker Branta Mulia

Bumi Serpong Damai Charoen Pophand Indonesia

28 Mei 2014 15 Juli 2013 20 Oktober 2011 26 Maret 2014

21 Citra Marga Nusaphala Persada 21 Juni 2016

22 Duta Pertiwi 11 Juli 2012

23 HM Sampoerna 18 Maret 2014

24 Indofood Sukses Makmur 18 Juni 2014

25 26 27 Indosat Jasa Marga Kalbe Farma

15 Juli 2012 08 Desember 2016 21 juni 2017

28 Lautan Luas 26 Maret 2013

29 Matahari Putra Prima 14 April 2012

30 Mayora Indah 05 Juni 2013

31 Medco Energi internasional 17 Juni 2014

32 Sona Topas Tourism Industry 29 Mei 2015

33 Summarecon Agung 25 Juni 2013

34 Surya Citra Televisi 10 Juli 2012

35 Trimegah Securities 27 Juli 2012

36 37

Unggul Indah Cahaya Wijaya Karya

29 Juli 2014 08 Januari 2016 Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (data diolah)


(55)

3.4. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan data runtun waktu (time series) selama kurun waktu 2006-2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga obligasi, tingkat bunga (persen), nilai tukar (Rupiah), dan laporan keuangan perusahaan.

Data tersebut berasal dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.bei.co.id) dan Bank Indonesia (www.bi.co.id).

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengakses situs resmi Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal, serta melalui buku, jurnal yang relevan dengan penelitian.

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 3.6.1. Identifikasi Variabel

3.6.1.1.Identifikasi variabel hipotesis pertama

Variabel-variabel yang akan diuji dalam hipotesis pertama penelitian ini adalah: a. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat dalam hipotesis pertama penelitian ini adalah harga obligasi. b. Variabel bebas (X)

Variabel bebas dalam hipotesis pertama penelitian ini adalah faktor fundamental ekonomi yang terdiri dari: Tingkat suku bunga dan Nilai tukar.


(56)

3.6.1.2.Identifikasi variabel hipotesis kedua

Variabel-variabel yang akan diuji dalam hipotesis kedua penelitian ini adalah: a. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat dalam hipotesis kedua penelitian ini adalah harga obligasi. b. Variabel bebas (X)

Variabel bebas dalam hipotesis kedua penelitian ini adalah faktor fundamental perusahaan yang terdiri dari: Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return

on Equity (ROE), dan Return on Investment (ROI).

3.6.2. Definisi Operasional Variabel

3.6.2.1.Definisi operasional variabel hipotesis pertama

Untuk menjelaskan variabel-variabel yang sudah diidentifikasi, maka definisi operasional variabel hipotesis pertama sebagai berikut:

1. Harga obligasi (Y1), merupakan harga obligasi perusahaan yang dinyatakan dalam

persen yang dilaporkan kepada otoritas Bursa Efek Indonesia. 2. Faktor fundamental ekonomi (X) yang terdiri dari:

a. Tingkat suku bunga (X1), yaitu tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

dengan jangka waktu 1 bulan. Dalam penelitian ini, tingkat suku bunga adalah sama bagi semua perusahaan. Untuk dapat menilai faktor tingkat suku bunga dalam proses komputasi statistik, maka tingkat suku bunga dinilai dengan mengalikan terhadap total hutang. Hal ini dilakukan mengingat apabila suku bunga mengalami kenaikan, maka akan mengakibatkan biaya utang yang meningkat. Hal ini akan membuat kewajiban emiten dalam membayar kewajibannya (pokok dan bunga) menjadi semakin besar, dan menyulitkan emiten. Mengingat setiap pengukuran hasil tersebut


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan analisis uji serempak, diperoleh hasil bahwa suku bunga dan nilai tukar secara serempak berpengaruh high significant terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia. Makna high significant menunjukkan bahwa suku bunga dan nilai tukar secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan pengujian secara parsial pada hipotesis pertama, diketahui hanya variabel suku bunga yang berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia.

2. Dengan menggunakan analisis uji serempak, diperoleh hasil bahwa CR, DER, ROE, dan ROI secara serempak berpengaruh high significant terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia. Makna high significant menunjukkkan bahwa CR, DER, ROE, dan ROI secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan pengujian secara parsial, diketahui hanya variabel DER, ROE, dan ROI yang berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia. Dari ketiga variabel ini, variabel ROI merupakan


(2)

variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia. Hal ini memberi arti bahwa harga obligasi perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia sangat ditentukan oleh ROI yang tinggi.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, dapat dibuat saran sebagai berikut:

1. Baik investor dalam membeli maupun perusahaan dalam menerbitkan obligasi diharapkan memperhatikan variabel suku bunga. Perubahan suku bunga dapat mengakibatkan investor maupun perusahaan mengalami keuntungan maupun kerugian. Suku bunga yang naik akan mengakibatkan investor mengalami kerugian karena turunnya harga obligasi. Penurunan harga obligasi disebabkan karena pemodal selalu mencari hasil investasi yang terbaik dengan menjual obligasi dan menempatkan dananya di deposito. Sebaliknya, suku bunga yang naik akan menguntungkan bagi perusahaan karena perusahaan akan menanggung beban bunga yang lebih kecil.

2. Perusahaan diharapkan mampu meningkatkan laba bersih dengan cara meningkatkan efisiensi dan kinerja keuangan sehingga rasio ROI perusahaan dapat meningkat yang akhirnya akan meningkatkan harga obligasi.


(3)

3. Peneliti lain yang berminat untuk melakukan kajian terhadap obligasi disarankan untuk menambah faktor makro seperti tingkat inflasi, dan GDP dan faktor lain seperti rating dan jangka waktu obligasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji, dan Pakarti Piji. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. PT Asdi Mahasatya. Jakarta.

Berlianta, Heli Charisma. 2004. Mengenal Valuta Asing. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Bodie Zvi, Kane Alex dan Marcus Alan J. 2006. Investments. Edisi Keenam. Salemba Empat. Jakarta.

Cahyana, Jaka E. 2004. Langkah Taktis Berinvestasi di Obligasi. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Darmadji, Tjiptono dan Fakharuddin, Hendy M. 2006. Pasar Modal dan Uang

di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Salemba Empat. Jakarta.

Elfithasari. 2008. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Ekonomi terhadap Indeks

Harga Obligasi Perusahaan. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara. Medan.

Frank, Fabozzy. 2000. Bond Markets, Analysis and Strategies. Prentice Hall International, Inc. Fourth Edition. New Jersey.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gitman, Lawrence J. 2000. Principles of Managerial Finance. Ninth Edition. Addison Weasly. United State of America.

Gujarati, Damodar. 1995. Ekonomerika Dasar. Erlangga. Jakarta.

Hakim, Abdul. 2002. Statistik Induktif untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonesia. Jakarta. Hutajulu, Maju. 2008. Pengaruh Faktor Fundamental Ekonomi dan Perusahaan

terhadap Imbal Hasil Obligasi Perusahaan Terbuka di Bursa Efek Indonesia.

Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kwantoro, Kwan Indrawati. 2003. Pengaruh Quick Ratio, EBIT per Total Debt, ROE,

DER, Debt dan Durasi terhadap Return Obligasi Korporasi Indonesia.


(5)

Levi. 2001. Pengaruh Obligasi dan Diversifikasi Portofolio Internasional pada Bursa

Efek Jakarta. Universitas Kristen Petra. Surabaya.

Lubis, Richard Noviandi. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito,

dan GDP terhadap Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia. Tesis Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Manurung Adler, Desmon, Wilson. 2007. Hubungan Rasio-rasio Keuangan dengan

Rating Obligasi. Institute Perbanas. Jakarta.

Meitasari, Yasmine dan Emelia. 2007. Analisis Pengaruh Suku Bunga dan

Rasio-Rasio Keuangan terhadap Return Obligasi Korporasi. Universitas Kristen

Petra. Surabaya.

Nachrowi, Nachrowi D. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika: Untuk

Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. Jakarta.

Puspitasari, Yeni. 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Obligasi

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Surabaya).

Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Sjahrial, Dermawan. 2007. Manajemen Keuangan Lanjutan. Edisi Pertama. Penerbit Mitra Wacana Media. Jakarta.

Sulitiawan, Dedhy, dan Liliana. 2007. Analisis Teknikal Modern pada Perdagangan

Sekuritas. Edisi Pertama. ANDI. Yogyakarta.

Weston, J Fred and Eugene F, Brigham. 1990. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Wydia, Andry. 2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat

Obligasi. Perpustakaan Unika Atma Jaya. Jakarta.

www.bapepam.co.id. www.bei.co.id

www.bi.co.id www.detik.com


(6)

www.infobanknews.com http://ssantoso.blogspot.com