41
3. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi, agar dapat perkiraan yang tidak bias dan  efisiensi  maka  dilakukan  pengujian  asumsi  klasik  yang  harus
dipenuhi, yaitu:
a. Uji Normalitas
Tujuan  uji  normalitas  adalah  untuk  mengetahui  apakah distribusi  sebuah  data  mengikuti  atau  mendekati  distribusi  normal.
Santoso  2000:235  mengungkapkan  bahwa  model  regresi  yang  baik adalah  memiliki  distribusi  data  normal  atau  mendekati  normal.
Pengujian  normalitas  menggunakan  grafik  normal  probability  plot. Apabila  variabel  berdistribusi  normal,  maka  penyebaran  plot  akan
berada  disekitar  dan  disepanjang  garis  45 .  Kenormalan  data  yang
akan  dianalisis  merupakan  salah  satu  prasyarat  yang  harus  dipenuhi dalam  analisis  regresi.  Deteksi  adanya  kenormalan  dalam  model
regresi  yang  diperoleh  dapat  dilihat  dari  grafik  normal  P-P  plot  dari hasil  analisis  menggunakan  program  SPSS.  Apabila  titik-titik  yang
terbentuk  mendekati  garis  diagonal  dapat  disimpulkan  bahwa  model regresi berdistribusi normal.
b. Uji Heterokedastisitas
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Heterokedastisitas  menunjukkan  bahwa  variasi  variabel  tidak  sama
42 untuk  semua  pengamatan.  Pada  heterokedastisitas  kesalahan  yang
terjadi  tidak  random,  tetapi  menunjukkan  hubungan  yang  sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel.
Heterokedastisitas  bertujuan  untuk  menguji  apakah  dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual atau dari satu
pengamatan  ke  pengamatan  lainnya,  jika  varian  residual  dari  satu pengamatan
ke pengamatan
lainnya tetap
maka disebut
homokedastisitas dan tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk  mengetahui  ada  atau  tidaknya  heterokedastisitas  ada
beberapa cara yaitu : 1  Melihat  grafik  scatterplot  antara  nilai  prediksi  variable  terikat
ZPRED  dengan  residualnya  SRESID.  Deteksi  ada  atau tidaknya  heterokedastisitas  dapat  dilakukan  dengan  melihat  ada
tidaknya  pola  tertentu  pada  grafik  scatterplot  antara  SRESID  dan ZPRED  dimana  sumbu  Y  adalah  Y  yang  telah  diprediksi  dan
sumbu X adalah residual Y prediksi – Y sesungguhnya.
2  Dasar  analisis,  jika  ada  pola  tertentu  seperti  titik –  titik  yang
membentuk  pola  yang  teratur  bergelombang,  melebar,  kemudian menyempit.  Jika  tidak  ada  pola  yang  jelas  secara  titik
–  titik menyebar  diatas  dan  dibawah  angka  nol  pada  sumbu  Y,  maka
tidak terjadi heterokedastisitas.
43
c. Uji Multikolinearitas
Artinya variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Uji
multikolinearitas  diperlukan  untuk  mengetahui  ada  tidaknya  variabel independen  yang  memiliki  kemiripan  dengan  variabel  independen
yang  lain  dalam  satu  model.  Kemiripan  antar  variabel  independen dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat
kuat antar variabel independen dengan variabel independen yang lain. Selain  itu,  deteksi  terhadap  multikolinearitas  juga  bertujuan  untuk
menghindari  kebiasaan  dalam  proses  pengambilan  kesimpulan mengenai  pengaruh  uji  parsial  masing
–  masing variabel independen terhadap  variabel  dependen.  Untuk  mengetahui  ada  tidaknya  gejala
multikolinearitas  dapat  dilihat  dari  besarnya  nilai  Tolerance  dan  VIF Variance  Inflation  Factor  melalui  program  SPSS.  Tolerance
mengukur  variabilitas  variabel  terpilih  yang  tidak  dijelaskan  oleh variabel  independen  lainnya.  Nilai  umum  yang  biasa  dipakai  adalah
nilai  Tolerance    0,1  atau  nilai  VIF    5,  maka  tidak  terjadi multikolinearitas Situmorang, 2008:104.
Deteksi  multikolinearitas  pada  suatu  model  dapat  dilihat  dari beberapa hal :
1  Jika  nilai  Variance  Inflation  Factor  VIF  tidak  lebih  dari  10  dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan
44 terbebas  dari  multikolinearitas  VIF  =  1Tolerance,  jika  VIF  =  10
maka Tolerance  = 110  = 0,1. Semakin tinggi  VIF maka semakin rendah Tolerance.
2  Jika  nilai  koefisien  korelasi  antar  masing –  masing  variabel
independen  kurang  dari  0,70  maka  model  dapat  dinyatakan  bebas dari asumsi klasik multikolinearitas.
3  Jika nilai koefisien determinan R-Square diatas 0,60 namun tidak ada  variabel  independen  yang  berpengaruh  terhadap  variabel
dependen, maka model terkena multikolinearitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi  adalah  hubungan  yang  terjadi  antara  anggota –
anggota  dari  serangkaian  pengamatan  yang  tersusun  dalam  rangkaian waktu  yang  berkaitan  dengan  tenggang  waktu  Time  length  yang
dapat  diartikan  bahwa,  hubungan  korelasi  dari  masing –  masing
variabel  saat  ini  akan  sama  keadaannya  di  masa  yang  akan  datang. Salah  satu  pengujian  yang  digunakan  untuk  mengetahui  autokorelasi
adalah dengan uji Durbin Watson. Rumus uji Durbin Watson :
d =
Hipotesis : e
n
– e
n - 1
∑e
n 2
∑
45 Ho : Tidak ada autokorelasi
Ha : Ada autokorelasi positif  negatif Kriteria Pengujian :
Ho  diterima  jika  nilai  D
w
diantara  angka  -2    d    2  nilai Durbin Watson hitung mendekati atau sekitar angka 2.
Untuk  mendiagnosis  adanya  autokorelasi  dalam  suatu  model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai Uji Durbin Watson
Uji D
w
dengan ketentuan sebagai berikut :
Tabel 3.2
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Uji Durbin Watson
D
w
Kesimpulan Kurang dari 1,10
1,10 dan 1,54 1,55 dan 2,46
2,47 dan 2,90 Lebih dari 2,91
Ada Autokorelasi Tanpa Kesimpulan
Tidak ada Autokorelasi Tanpa Kesimpulan
Ada Autokorelasi Siti Hajar, 2008:44
4.  Uji Hipotesis