Perspektif Suku Jawa Terhadap Kehamilan Di Klinik Khadijah Medan

(1)

PERSPEKTIF SUKU JAWA TERHADAP KEHAMILAN

DI KLINIK KHADIJAH MEDAN

SITI KHAIRUNNISA

105102079

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN SIDANG HASIL Nama Mahasiswa : Siti Khairunnisa Batubara

Nim : 105102079

Judul KTI : Perspektif Suku Jawa Terhadap Kehamilan

Telah disetujui untuk melaksanakan sidang hasil Karya Tulis Ilmiah

Medan, 2011 Pembimbing,

(dr. Rina Amelia, MARS) NIP.197604202003122002


(4)

PROGRAM BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Siti Khairunnisa Batubara

PERSPEKTIF SUKU JAWA TERHADAP KEHAMILAN ix + 49 Halaman + 6 lampiran

ABSTRAK

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis, setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat yang telah mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat, sehingga sangat besar kemungkinannya mengalami kehamilan. Pengaruh sosial budaya sangat jelas terlihat pada ibu hamil dan keluarga yang menyambut masa-masa kehamilan. Upacara-upacara yang diselenggarakan mulai dari kehamilan, masa melahirkan dan masa nifas sangat beragam menurut adat istiadat daerah masing-masing. Suku Jawa termasuk suku terbesar jumlahnya di Indonesia termasuk di Sumatera Utara, mereka termasuk sebagai masyarakat pandatang dari Pulau Jawa ke Medan. Walupun demikian masyarakat Jawa tidak melupakan adatnya terutama adat, kebiasaan dan pantangan di saat hamil. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi yang bertujuan untuk mengidentifikasi cara pandang suku Jawa terhadap kehamilan di kota Medan. Jumlah informan adalah 10 orang. Proses pengumpulan data melalui kuesioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara mendalam dengan menggunakan alat perekam suara. Pengumpulan data dihentikan pada saat telah mencapai saturasi data. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah didapatkannya filosofi kesehatan suku Jawa tentang kehamilan menyatakan bahwa tradisi maupun pantangan perilaku yang dilakukan pada saat hamil berhubungan dengan kesehatan bagi ibu dan bayinya sampai proses persalinan. Nilai-nilai yang mendasari praktik budaya dan dalam merawat kehamilan yaitu terdiri atas : (a) pantangan perilaku, (b). adat tiga dan tujuh bulanan, (c). minum jamu saat hamil, (d). kusuk saat hamil. Hasil penelitan diharapkan akan dapat menjadi sumber ilmu pengtahuan dan informasi bagi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada wanita selama hamil tanpa mengabaikan aspak bispikososial agar tingkat kesehatan masyarakat meningkat. Hasil penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian kualitatif etnografi terkait dengan masalah penelitian yang sama.

Kata Kunci : Perspektif suku Jawa, kehamilan. Daftar Pustaka : 29 (1998-2011)


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah, atas kebesaran dan kuasa-Nya yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah mengenai “Perspektif Suku Jawa Terhadap Kehamilan di Klinik Khadijah Medan Tahun 2011”. Shalawat kita persembahkan pada Rasulullah salallahu ‘alaihi wassallam.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan karya ilmiah yang harus penulis susun sebelum menyelesaikan pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Tugas ini merupakan salah satu syarat bagi penulis guna mencapai gelar Sarjana Sains Terapan (SST). Telah diketahui bahwa karya tulis bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam asuhan kebidanan, sehingga Karya Tulis Ilmiah yang penulis susun mencerminkan penguasaan penulis tentang substansi dan metodologi penelitian. Selama proses penyusunan penelitian ini penulis banyak menghadapi beberapa kesulitan, namun dengan bantuan dari berbagai pihak karya tulis ini akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Rina Amelia, MARS selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, memberikan arahan, bimbingan, dan masukan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.


(6)

4. Dina Indarsita, SST, S,Pd, M.Kes selaku penguji I dan Farida Lindasari S, S.Kep, NS, M.Kep, selaku penguji II yang telah menyediakan waktu, memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam rangka perbaikan karya tulis ini.

5. Seluruh dosen, staf, dan pegawai administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan.

6. Keluarga tercinta, teristimewa kepada Ayahanda H. Ahmad Efendi Batubara, S.Sos dan Ibunda Hj.Nadira, S.Sos, dan kepada adik saya Ruslan Abdul Rahman yang telah memberikan dukungannya dengan perhatian, pengertian, kasih sayang, cinta, dan do’a.

7. Keluarga besar serta saudara, teman-teman SMA dan Akbid yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya. Terimakasih telah memberikan dukungan semangat, perhatian dan doanya, Khususnya buat Rahmad terimakasih atas perhatian, pengertian, semangat, dan doanya.

8. Teman-teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU T.A 2010/2011, khususnya buat Nia, Elvi dan Rika satu bimbingn saya yang telah memberikan bantuan, motivasi dan semangat bagi peneliti dan buat Iqa, Yana, Meny, Ade, Fitmel, Mardiah, kak Suri dan anak D-IV yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya thank’s for all buat kalian semua.

9. Seluruh partisipan yang telah bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Ibu Klinik Khadijah dan pegawai yang telah membantu dan mengizinkan untuk saya meneliti.


(7)

Penulis menyadari bahwa, penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat jauh dari kategori sempurna, dari itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik maupun saran dari semua pihak guna kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan.

Medan, Juni 2011 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG KARYA TULIS ILMIAH... i

ABSTRAK……… ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR SKEMA……… vii

DAFTAR TABEL………. viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perspektif……….. 6

1. Defenisi……… 6

2. Konsep Sosial Budaya………. 6

3. Suku Jawa di Sumatera Utara……….. 10

B. Kehamilan ... 11

1. Pengertian Kehamilan ……….. 11

2. Pelayanan Antenatal pada Ibu Hamil ……… 11

3. Pengawasan Pemeriksaan Kehamilan……… 13

4. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan……… 13

5. Standar Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan……….. 13

6. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan………... 14

C. Penelitian Fenomenologi ………. 14

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian………. 16


(9)

C. Defenisi Operasional……….. 17

D. Populasi dan Sampel………... 17

E. Tempat Penelitian………... 18

F. Waktu Penelitian………. 18

G. Etika Penelitian ……….. 18

H. Instrumen Penelitian ………... 19

I. Prosedur Pengumpulan Data .………. 20

J. Analisis Data ……….. 21

K. Tingkat Keabsahan Data ……… 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 23

B. Hasil Wawancara……… 27

a. Filosofi Kesehatan Suku Jawa tentang Kehamilan………. 27

b. Nilai-nilai yang Mendasari Praktek Budaya Jawa dan Dalam merawat kehamilan……….. 28

C. Pembahasan………. 37

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil……… 39

2. Keterbatasan Penelitian……….. 44

3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan / Pendidikan Bidan…………... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 47

B. Saran…………..……….. 47

a. Rekomendasi Penelitian………. 47

b. Ilmu Kebidanan……….. 48

c. Bagi Responden……….. 48


(10)

DAFTAR SKEMA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Defenisi Operasional………. 17 Tabel 4.2. Data Demografi Informan………. 24


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Formulir Persetujuan Menjadi Respoden Lampiran 2 : Kuisioner Data Demografi

Lampiran 3 : Panduan Wawancara

Lampiran 4 : Formulir Persetujuan Penelitian Perspektif Suku Jawa Terhadap Kehamilan di Khadijah Medan Tahun 2011

Lampiran 5 : Surat Balasan Penelitian dari Klinik Khadijah Medan Tahun 2011


(13)

PROGRAM BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Siti Khairunnisa Batubara

PERSPEKTIF SUKU JAWA TERHADAP KEHAMILAN ix + 49 Halaman + 6 lampiran

ABSTRAK

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis, setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat yang telah mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat, sehingga sangat besar kemungkinannya mengalami kehamilan. Pengaruh sosial budaya sangat jelas terlihat pada ibu hamil dan keluarga yang menyambut masa-masa kehamilan. Upacara-upacara yang diselenggarakan mulai dari kehamilan, masa melahirkan dan masa nifas sangat beragam menurut adat istiadat daerah masing-masing. Suku Jawa termasuk suku terbesar jumlahnya di Indonesia termasuk di Sumatera Utara, mereka termasuk sebagai masyarakat pandatang dari Pulau Jawa ke Medan. Walupun demikian masyarakat Jawa tidak melupakan adatnya terutama adat, kebiasaan dan pantangan di saat hamil. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi yang bertujuan untuk mengidentifikasi cara pandang suku Jawa terhadap kehamilan di kota Medan. Jumlah informan adalah 10 orang. Proses pengumpulan data melalui kuesioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara mendalam dengan menggunakan alat perekam suara. Pengumpulan data dihentikan pada saat telah mencapai saturasi data. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah didapatkannya filosofi kesehatan suku Jawa tentang kehamilan menyatakan bahwa tradisi maupun pantangan perilaku yang dilakukan pada saat hamil berhubungan dengan kesehatan bagi ibu dan bayinya sampai proses persalinan. Nilai-nilai yang mendasari praktik budaya dan dalam merawat kehamilan yaitu terdiri atas : (a) pantangan perilaku, (b). adat tiga dan tujuh bulanan, (c). minum jamu saat hamil, (d). kusuk saat hamil. Hasil penelitan diharapkan akan dapat menjadi sumber ilmu pengtahuan dan informasi bagi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada wanita selama hamil tanpa mengabaikan aspak bispikososial agar tingkat kesehatan masyarakat meningkat. Hasil penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian kualitatif etnografi terkait dengan masalah penelitian yang sama.

Kata Kunci : Perspektif suku Jawa, kehamilan. Daftar Pustaka : 29 (1998-2011)


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia sehat adalah suatu gambaran kondisi Indonesia di masa depan, yakni masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Visi Depkes 2010-2014 yaitu masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan (Depkes, 2010 ¶ 2).

Salah satu indikator untuk pencapaian tujuan tersebut adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang masih tinggi di Asia Tenggara. AKI di Indonesia menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2003 adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi (AKB) tercatat 35 per 1.000 kelahiran hidup. Menurut Dinas Kesehatan pada tahun 2009 AKI di Sumatera Utara sebanyak 266 per 100.000 kelahiran hidup (PERSI, 2009 ¶ 1).

Untuk mengatasi tingginya AKI dan AKB di dunia terutama negara-negara yang berkembang, maka WHO (World Health Organization) mencanangkan program Safe motherhood tahun 1988 Untuk di Indonesia sebagai perwujudan dari program safe motherhood, pemerintah mewujudkannya dengan adanya program Making Pregnancy Safer (MPS). Dari pelaksanaan MPS ini, diharapkan target yang dapat dicapai pada tahun 2010 adalah AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi baru lahir menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes, 2008


(15)

Diperkirakan dari setiap ibu yang meninggal dalam kehamilan, karena menderita komplikasi, ini diakibatkan karena adanya penyebab langsung dan tidak langsung dari kematian ibu tersebut. Penyebab utama kematian ibu yaitu adanya perdarahan (25 %), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8 %), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan penyebab lain (8%) maka penyebab tidak lansung dari kematian ibu seperti anemia, malaria, hepatitis, tuberkulosis, dan penyakit kardiovaskuler (Prawirohardjo, 2008 hal. 54).

Dari penyebab kematian ibu tersebut masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas dari faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat di mana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti berbagai pantangan, hubungan sebab akibat, antara makanan dan kondisi sehat sakit, kebiasaan, dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.

Kebudayaan dan masyarakat merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, karena kebudayaan berhubungan dengan budi atau akal. Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, keilmuan, sosial, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain untuk keperluan masyarakat. (Prasetyo. 2004.)

Suatu kepercayaan tradisional dari pemikiran ada sisi baik dan tidaknya (pengaruh kepercayaan tradisional), namun permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada seorang Ibu pada masa kehamilan adalah masalah gizi. Kegiatan ibu hamil sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil. Apabila kurangnya asupan energi dari makanan, tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Karena adanya kepercayaan dan pantangan terhadap beberapa makanan, sehingga anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di


(16)

daerah pedesaan yang masih minim pengetahuan mengenai kehamilan, melahirkan dan menyusui.

Masyarakat Jawa misalnya khususnya pada wanita hamil percaya bahwa makan pulut dan kerak nasi akan menyebabkan ari-ari si bayi lengket dan mereka juga percaya jika makan di piring kecil maka ari-ari si bayi juga kecil oleh sebab itu mereka makan di piring besar sedangkan di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan.

Selain itu pada Ibu hamil tidak boleh makan nanas, durian, dan mentimun. Mitos ini sangat dipercaya oleh sebagian masyarakat Jawa karena bisa mengakibatkan keputihan. Bahkan mereka percaya bahwa nanas bisa menyebabkan keguguran. Faktanya mengkonsumsi nanas, dan mentimun justru disarankan karena kaya akan viatamin C dan serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan melancarkan proses pembuangan sisa-sisa pencernaan. Adapun keputihan tidak selalu membahayakan. Saat hamil maupun setelah melahirkan adalah normal jika ibu mengalami keputihan. Kecuali jika keputihan tersebut terinfeksi oleh bakteri, jamur, dan virus yang biasanya ditandai dengan keluhan gatal, bau tidak sedap, dan warnanya kekuningan, kehijauan, atau kecoklatan (Oktavia, 2009 ¶ 4).

Di daerah Jawa ada istilah “di kotoni panas dingin” atau pantangan makanan dalam keadaan panas untuk ibu hamil di mana si ibu hamil dilarang mengkonsumsi makanan yang bersifat panas dan harus memakan makanan yang dingin. Selain ada pantangan makanan ada juga pantangan perbuatan contohnya ibu hamil dilarang keluar rumah pada waktu magrib karena akan menyebabkan akan beranak hantu, pandangan budaya dan kepercayaan ini akan berlangsung sampai proses persalinan (Syafrudin,2009).


(17)

Suku Jawa termasuk suku terbesar jumlahnya di Indonesia termasuk di Sumatera Utara. Kita banyak menemui perkampungan atau desa yang dihuni oleh mayoritas suku Jawa maka tidak heran Jawa sangat kental dengan adat istiadat dan pantangannya sampai saat ini sehingga upacara adat untuk wanita hamil baik yang di Pulau Jawa maupun di Sumatera Utara pasti akan melakukan acara yang sama. Ada dua acara adat yang mereka lakukan yang pertama acara adat 3 bulanan yang disebut dengan Neloni dan acara 7 bulanan yang disebut dengan mitoni, rangkaian upacara mitoni pada dasarnya melambangkan harapan baik bagi sang bayi untuk utuh dan sempurna fisiknya dan selamat serta lancar kelahirannya dan Salah satu ritual mitoni yang harus dijalankan oleh ibu hamil tersebut adalah tingkeban.

Jadi berdasarkan fakta yang terjadi pada masyarakat Jawa, dapat dikatakan bahwa ada beberapa nilai kepercayaaan masyarakat Jawa atau cara pandang ibu hamil suku Jawa terhadap kehamilan. Maka pengetahuan tentang aspek budaya merupakan hal penting diketahui oleh pelayanan kesehatan untuk memudahkan dalam melakukan pendekatan dan pelayanan kesehatan. Sebab, tidak semua perawatan yang dilakukan dengan berpedoman pada warisan leluhur tersebut bisa diterima sepenuhnya, bisa saja perawatan yang dilakukan tersebut memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan bayinya (Ratna, 2010).

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang perawatan ibu hamil khususnya pada suku Jawa, mengingat bahwa masyarakat suku Jawa adalah masyarakat yang banyak tersebar di berbagai kepulauan di Indonesia, yang salah satunya adalah pulau Sumatera yang masih memegang erat kepercayaan dan adat istiadat sehingga saya ingin meneliti tentang ‘’Perspektif suku Jawa terhadap kehamilan di Klinik Khadijah Medan’’.


(18)

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalah Bagaimana perspektif suku Jawa terhadap kehamilan.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perspektif suku Jawa terhadap kehamilan.

D. Manfaat Penelitian 1. Pelayanan kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan dan strategi bagi bidan dalam melakukan pelayanan kehamilan tanpa mengesampingkan faktor budaya.

2. Pendidikan kebidanan

Penelitian ini bisa menjadi sumber informasi awal bagi peneliti lainya yang tertarik untuk meneliti aspek pelayanan kebidanan bagi suku Jawa.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang kehamilan tanpa mengesampingkan faktor budaya.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Perspektif

1. Defenisi

Perspekif adalah cara pandang atau sudut pandang, yang merupakan pandangan dari sudut satuan bahasa sebagaimana satuan itu berhubungan dengan yang lain.

2. Konsep Sosial Budaya a. Pengertian Budaya

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat menurut EB. Taylor sedangkan menurut Selo Soemardjan Soelaeman Soemadi adalah semua hasil karya, rasa cipta, masyarakat yang berfungsi sebagai tempat berlindung, kebutuhan makanan dan minum, pakaian dan perhiasan (Syafrudin, 2009).

Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berfikir, merasa, mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktek komunikasi, tindakan sosial, kegiatan ekonomi dan politik, dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola budaya (Mulyana, 2002).

Maka kebudayaan berfungsi sebagai “alat” yang paling efektif dan efisien dalam menghadapi lingkungan Kebudayaan bukan sesuatu yang dibawa bersama kelahiran, melainkan diperoleh dari proses belajar dari lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Dengan kata lain, hubungan antara manusia dengan lingkungannya dijembatani oleh kebudayaan yang dimilikinya.


(20)

Di lihat dari segi kebudayaan dapat dikatakan bersifat adaptif karena melengkapi manusia dengan cara-cara menyesuaikan diri pada kebutuhan fisiologis dari diri mereka sendiri, penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik geografis maupun lingkungan sosialnya. Kenyataan bahwa banyak kebudayaan bertahan malah berkembang menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang dikembangkan oleh suatu masyarakat disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan tertentu dari lingkungannya. Dengan kata lain, kebiasaan masyarakat manusia yang berlainan mungkin akan memilih cara-cara penyesuaian yang berbeda terhadap keadaan yang sama. Kondisi seperti itulah yang menyebabkan timbulnya keaneka ragaman budaya (Sutrisno,M. 2006).

b. Kehamilan Menurut Adat Istiadat

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, Di antara kebudayaan maupun adat istiadat ada kebiasaan yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil. Ini di pengaruhi karena ilmu pengetahuan yang kurang sehingga timbulah mitos yang sering kali kita temui bahkan dipercayai dalam kehidupan sehari-hari. Saat seorang wanita suku Jawa mengandung dan usia kandungannya sudah mencapai tujuh bulan, mereka akan melakukan semacam

Salah satu ritual mitoni yang harus dijalankan oleh ibu hamil tersebut adalah .

tingkeban. Pada ritual ini, wanita yang tengah mengandung dimandikan menggunakan campuran air dan terlebih dahulu apakah kain itu cocok atau tidak dipakai kalau cocok barulah kain jarik dipakaikan kepada ibu hamil dan di pakai secara bergantian saat acara tingkeban berlangsung lalu berlanjut ke acara belah kelapa yang digambar wayang dan kelapa yang dipakai adalah


(21)

kelapa gading ini dilakukan untuk mengetahui jenis kelamin pada bayi yang dikandung (Syafrudin, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan : (a). Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan sosial yaitu interaksi masyarakat, adat istiadat, pendidikan, dan tingkat ekonomi. Contoh : ibu hamil pada suku Jawa biasanya akan melakukan upacara adat 7 bulanan, ini dipercaya agar bayi yang dikandung sehat jasmani dan rohani serta menjadi anak yang bermanfaat bagi orang tua, agama dan masyarakat.

(b). Faktor Prilaku

Faktor budaya setempat dan budaya sendiri. Contoh : bagi ibu yang akan melahirkan meminum dan mengolesi minyak kelapa di vagina akan mempercepat proses kelahiran, faktanya minyak kelapa dalam dunia kedokteran tidak ada hubunganya dalam proses kelancaran persalinan, pada dasarnya makanan akan diolah dalam usus halus menjadi asam amino, glukosa, dan asam lemak yang kemudian diserap oleh usus.

(c). Faktor Pelayanan kesehatan

Merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Contoh : seorang ibu hamil akan bersalin, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan harus melintasi jarak berkilo meter dengan jalan kaki. Artinya pusat pelayanan kesehatan sangat berpengaruh dari segi jarak pemukiman, kelengkapan alat-alat dan obat yang tersedia serta tenaga ahli yang trampil menguasai teknologi kesehatan.

(d). Faktor Keturunan

Faktor yang telah ada pada diri manusia yang di bawa sejak lahir. Contoh: asma, diabetes militus, hipertensi dan lain-lain (Syafrudin, 2009).


(22)

Menurut pendekatan biososiokultural, kehamilan bukan hanya dilihat semata-mata dari aspek biologis dan fisiologisnya saja. Lebih dari itu, fenomena ini juga harus dilihat sebagai suatu proses yang mencakup pemahaman dan pengaturan hal-hal, seperti pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dalam pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran berlangsung, cara-cara pencegahan bahaya, penggunaan ramuan atau obat-obatan dalam proses kelahiran, cara menolong persalinan, dan pusat kekuatan dalam perawatan bayi dan ibunya .

c. Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Kehamilan

Pengaruh sosial budaya sangat jelas terlihat pada ibu hamil dan keluarga yang menyambut masa-masa kehamilan. Upacara-upacara yang diselenggarakan mulai dari kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan masa nifas sangat beragam menurut adat istiadat daerah masing-masing (syafrudin, 2009).

Di Bali mempunyai kebiasaan pada waktu hamil tua diberi makanan pelusuh (jantung pisang yang direbus) dan diberi doa-doa. Bila waktu melahirkan, tiba dukun bayi membawa calon ibu keruangan khusus dekat dapur untuk melahirkan.

Presepsi ini terbentuk berdasakan kepercayaan dari simbol-simbol yang dimiliki masyarakat. Proses kehamilan dan persalinan dan bagaimana pengelolahan kehamilan dan persalinan ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan dari dalam daripada lingkungan perawatan dari luar, oleh karena itu sebagian masyarakat memandang bahawa hal yang lebih penting dilakukan adalah memenuhi tuntutan atau kepercayaan dari perwatan kesehatan .


(23)

3. Suku Jawa di Sumatera Utara

Suku Jawa termasuk suku terbesar jumlahnya di Indonesia termasuk di Sumatera Utara bahkan kita banyak menemui perkampungan atau desa yang dihuni oleh mayoritas suku Jawa. Suku bangsa Jawa dapat ditemui dibeberapa daerah Kabupaten/Kota bekas Keresidenan Sumatera Timur yang dulunya daerah perkebunan asing pada masa kolonial Belanda. Pada saat ini suku bangsa Jawa tersebar hampir diseluruh daerah Sumatera Utara. Meraka disebut dengan Jawa Deli (Jadel), Jawa Kontrak (Jakon) namun istilah ini dianggap merendahkan, sehingga mereka lebih suka disebut Pujakesuma (Putra Jawa kelahiran Sumatera).

Suku bangsa Jawa mengenal upacara sehubungan dengan kehamilan yang tidak hanya didasari kepercayaan rakyat asli, melainkan sudah dipengaruhi sistem budaya Hindu, sehingga upacara ritualnya pun hasil campuran budaya Jawa dan Hindu. Dalam menghadapi kelahiran, keluarga sudah memulai keadaan prihatin sejak bulan pertama masa kandungan, yang diikuti dengan selamatan sederhana.

Si calon ibu mulai saat itu harus menuruti beberapa pantangan makanan dan pantangan lain. Demikian pula bagi calon ayah pun berlaku pantangan untuk perbuatan yang akan berakibat kurang baik bagi calon bayi mereka. Selamatan ini dimulai sejak bulan pertama sampai bulan ke sembilan bahkan sampai bulan kesepuluh apabila ada kehamilan mencapai sepuluh bulan.

B. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester dimana


(24)

trimester kesatu dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2008).

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis, setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat yang telah mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinannya mengalami kehamilan (Mandriwati,2008, hal.3).

2. Pelayanan Antenatal Pada Ibu Hamil

Menurut Depkes RI (2007), kebijakan operasional dalam pelayanan antenatal pada ibu hamil yaitu : (a) Menemukan kehamilan resiko tinggi sedini mungkin, (b) Melakukan upayah pencegahan neonatal tetanus dengan imunisasi TT, (c) Pemberian tablet tambah darah (Fe) pada setiap ibu hamil selama kehamilanya, (d) Melakukan pemerikasaan kehamilan minimal 4 kali, (e) Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan atas indikasi, (f) Setiap ibu hamil di buat kartu ibu untuk mencatat hasil pemeriksaan kehamilan, diberikan KMS ibu hamil dan imunisasi, (g) Menyediakan sarana pelayanan kesehatan antenatal yang sesuai dengan standar pada jenjang pelayanan, (h) Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, keluarga, suami mengenai cara hidup sehat, (i) Memberikan pelayanan antenatal di puskesmas pada setiap hari kerja, (j) Melakukan rujukan interen di dalam puskesmas untuk menjaring ibu hamil yang datang dengan keluhan lain.

Dalam program kesehatan ibu dan anak melalui pendekatan tim kesehatan menyebutkan bahwa kebijakan pelayanan antenatal merupakan kebijakan umum dalam memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar pada jenjang pelayanan yaitu : meningkatkan peran serta masyarakat (suami, keluarga, dan kader) dalam menunjang penyelenggaraan pelayanan antenatal dan pencegahan resiko tinggi melalui kegiatan bimbingan dan penyuluhan kesehatan,


(25)

meningkatkan mutu dan jumlah tenaga pelaksana maupun peralatan fasilitas pelayanan antenatal, melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali yaitu pada triwulan pertama 1 kali, triwulan kedua 1 kali, dan pada triwulan ketiga 2 kali, serta meningkatkan system rujukan kehamilan resiko tinggi (Depkes, 2007).

Tujuan umum dari pemeriksaan kehamilan adalah seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat (Manuaba,2001).

Kunjungan ibu hamil adalah kontak anatara ibu dan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan standar pemeriksaan kehamilan.Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat sebaiknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya atau di posyandu (Depkes, 2007).

3. Pengawasan Pemeriksaan Kehamilan

Pengawasan pemeriksaan kehamilan sangat penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Pengawasan pemeriksaan kehamilan memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya (Manuaba, 1998, hlm. 128).

4. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan pertama kali adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan. Periksa ulang satu kali sebulan sampai kehamilan 28 minggu, periksa ulang dua kali sebulan


(26)

sampai kehamilan 36 minggu, dan periksa khusus bila ada keluhan-keluhan (Mochtar, 1998, hlm. 48).

Setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali keuntungan selama kehamilan yaitu : satu kali kunjungan selama trimester pertama. Satu kali kunjungan selama trimester kedua. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga. Pada setiap kali kunjungan pemeriksaan kehamilan, perlu didapatkan informasi yang penting yaitu : trimester pertama, membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

5. Standar Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan pemeriksaan kehamilan seperti yang ditetapkan dalam Buku Pedoman Pelayanan Antenatal Bagi Petugas Puskesmas. Walaupun pelayanan pemeriksaan kehamilan selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi, serta tindakan dasar dan khusus (sesuai resiko yang ada), namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal 7 T untuk pelayanan pemeriksaan kehamilan.


(27)

6. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan

Tanda bahaya pada masa kehamilan perlu diketahui ibu hamil terutama yang mengancam keselamatan ibu maupun janin yang dikandungnya. Sesuai dengan program di Puskesmas, minimal yang perlu diketahui ibu hamil untuk mengenal tanda bahaya kehamilan yaitu perdarahan yang keluar dari jalan lahir, hyperemesis, pre-eklampsia dan eklamsia, ketuban pecah dini, dan gerakan janin yang tidak dirasakan (Salmah, 2006, hlm. 98). Keluar darah dari kemaluan ibu sebelum ada tanda-tanda akan melahirkan, keluar air yang merembes atau mengalir dari vagina tanpa kontraksi pada kehamilan yang belum cukup bukan dan dapat menyebabkan infeksi selama kehamilan atau persalinan, nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang, anemia yang ditandai dengan ibu hamil tampak pucat, pening, lesu, dan mudah lelah, nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang, koma, tekanan darah tinggi, demam tinggi disertai menggigil, dan gerakan janin tidak dirasakan sesudah kehamilan 22 minggu atau selama persalinan (Depkes RI, 2007, hlm. 33).

Pemeriksaan kehamilan memiliki peran yang sangat penting dalam menurunkan angka kesakitan ibu dan anak. Tujuan perawatan kehamilan adalah menjamin setiap calon ibu tetap menjaga kesehatannya, mempelajari cara merawat bayi, dan melahirkan dengan normal dan mempunyai anak sehat. Perawatan kehamilan yang cermat merupakan pencegahan yang terbaik untuk mengurangi kematian ibu sewaktu melahirkan dan bayi yang dilahirkan (Musbikin, 2005, hlm. 184).

C. Penelitian Fenomenologi

Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal atau suatu studi tentang kesadaran dari perspektif dari seseorang (Husserl) (Linkoln & Guba,


(28)

1985 dalam Moleong, 2005). Istilah fenomenologi juga sering diartikan sebagai anggapan umum untuk menunjukkan pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Istilah fenomenologi juga mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang (Lincoln & Guba, 1985, dalam moleong, 2005).

Penelitian sosial yang menggunakan pendekatan kualitatif diuraikan oleh (Hutomo 1992, dalam Moleong, 2005), merupakan penelitian sosial yang sumber datanya bersifat ilmiah, artinya peneliti harus berusaha memahami fenomena sosial secara langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Peneliti sendiri adalah merupakan instrumen penelitian yang paling penting dalam pengumpulan data dan penginterpretasian data. Penelitian kualitatif bersifat memberikan deskripsi artinya mencatat segala gejala (fenomena) yang dilihat dan didengar. Data dan informan harus berasal dari tangan pertama. Dan kebenaran data harus dicek dengan data lain, misalnya wawancara atau observasi mendalam.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif fenomenologi. Penelitian ini bertujuan untuk menggali bagaimana perspektif suku Jawa terhadap kehamilan.

B. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antar variabel yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoadtmodjo, 2003). Berdasarkan pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian maka peneliti mengembangkan kerangka konsep peneliti yang berjudul “Perspektif suku jawa terhadap kehamilan”.

Skema 1. Kerangka Konsep

C. Defenisi Operasional

Defenisi operasioanal adalah mendefinisikan variabel secara operasional secara berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Aziz Alimul,2007).

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Perspektif Suku


(30)

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur 1. Perspektif

suku Jawa kehamilan

Cara pandang suku Jawa tentang kebiasaan, tradisi, sikap, dalam menghadapi kehamilan.

Kuesioner data demografi dan tape recorder tuk merekam.

wawancara mendalam (depth interview).

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil pada suku Jawa. Dari survei awal yang dilakukan, mulai dari September 2010 sampai April 2011 ada 71 0rang ibu hamil yang bersuku Jawa di Klinik Khadijah.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti (masalah penelitian) sehingga sampel dapat mewakili karateristik populasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Nursalam, 2003).

Besarnya jumlah sampel yang diteliti tidak mempunyai batasan akan tetapi dengan metode saturasi data yaitu peneliti berhenti mengambil sampel ketika tidak di temukan lagi data baru dari subjek peneliti (Moleong, 2005). Adapun kriteria informan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ibu hamil suku Jawa (usia kehamilan diatas 7 bulan bagi kehamilan pertama dan 3 bulan keatas bagi yang sudah pernah hamil dan melahirkan sebelumnya ).

2. Ibu hamil bersuku Jawa yang orang tuanya asli suku Jawa dan orang tua ibu hamil yang bersuku Jawa campuran .


(31)

3. Dapat berbahasa Indonesia.

4. Bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

E. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Khadijah Medan. F. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari September 2010 sampai april 2011. Waktu pengumpulan data dilakukan mulai dari Februari 2011 sampai April 2011.

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan kepada ketua Program Studi D-IV bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan kepada pimpinan Klinik Khadijah agar dapat memperoleh persetujuan penelitian. Menempatkan orang-orang yang diteliti bukan sebagai “objek” melainkan orang yang derajatnya sama dengan peneliti. Menghargai, menghormati dan patuh semua peraturan yang ada di Klinik Khadijah. Memegang segala rahasia yang berkaitan dengan informasi yang diberikan. Informasi tentang informan tidak dipublikasikan bila informan tidak menghendaki, termasuk nama informan tidak akan dicantumkan dalam laporan penelitian. Peneliti dalam merekrut informan terlebih dahulu, memberikan informed consent, yaitu memberi tahu secara jujur maksud dan tujuan terkait dengan tujuan penelitian pada informan dengan sejelas-jelasnya. Selama dan sesudah penelitian privacy tetap dijaga, semua informan diperlakukan sama, nama informan diganti dengan nomor, peneliti akan menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan dan hanya digunakan untuk kegiatan penelitian serta tidak akan dipublikasikan tanpa izin informan. Selama


(32)

pengambilan data peneliti memberi kenyamanan pada informan dengan mengambil tempat wawancara sesuai dengan keinginan informan. Sehingga informan dapat leluasa tanpa ada pengaruh lingkungan untuk mengungkapkan informasi yang diketahuinya.

H. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis instrument yaitu :

a. Kuesioner data demografi berisi tentang data umum partisipan pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yakni : Usia, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, usia kandungan, kehamilan yang keberapa, suku.

b. Panduan wawancara mendalam (depth interview) berupa pertanyaan seputar kehamilan suku Jawa, kebiasaan yang dilakukan selama hamil dan pantangan suku Jawa selama hamil serta tujuanya.

I. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan pemilik Klinik Khadijah. Kemudian peneliti melakukan pendekatan dan memperkenalkan diri kepada informan dan menjelaskan hal-hal yang terkait serta tujuan dari penelitian ini. Wawancara dilakukan dalam waktuyang telahdisepakati oleh penelita dan informan.

Setelah itu informan terlebih dahulu diminta mengisi kuesioner data demografi, lalu memulai wawancara dan atas kesediaan informan peneliti merekam wawancara dengan menggunakan tape recorder lebih kurang 20 menit pada setiap pertemuan. Setelah itu hasil wawancara ditulis dalam bentuk transkip dan dibaca ulang. Peneliti menganalisa data yang telah


(33)

dilakukan dan mengelompokkan data lalu menguraikannya kedalam bentuk narasi. Peneliti membahas hasil penelitian sesuai dengan analisa data yang telah dilakukan. Jika ada hal yang kurang jelas maka peneliti akan melakukan wawancara ulang terhadap informan sampai data yang dibutuhkan terpenuhi.

J. Analisis Data

Proses analisis data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti langsung setelah mengumpulkan data dari masing – masing informan. Setelah melakukan wawancara dengan informan segera melakukan transkipsi hasil rekaman untuk selanjutnya dianalisa. Proses analisis data dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data. Adapun tahap proses analisis

data menggunakan metode miles dan huberman (1984) adalah sebagai berikut :

1. Membuat analisis data dari yang sudah ada dan sedang berlangsung, kemudian membaca hasil analisis dan memilih pertanyaan-pertanyaan penting yang diungkapkan oleh partisipan. 2. Mengelompokkan pertanyaan-pertanyaan penting yang sejenis sehingga diperoleh beberapa

pertanyaan kelompok (reduksi data)

3. Membaca kembali pertanyaan-pertanyaan sejenis di setiap kelompok sehingga ditemukan tema dari kelompok pertanyaan tersebut.

4. Setelah diperoleh beberapa tema dari tiap –tiap kelompok, kemudian disajikan dalam bentuk narasi (verifikasi data).


(34)

Tingkat kepercayaan hasil penelitian yang dilakukan berpegangang kepada beberapa perinsip dan kriteria yaitu:

1. Credibility untuk memperoleh nilai kebenaran data informasi yang telah terkumpul

dengan cara memperpanjang masa pengamatan (prolonged engagement) menambah keakraban antara peneliti dan informan sehingga informan lebih terbuka lagi dan informasi tidak ada yang disembunyikan dan dengan mengadakan member chek terhadap data yang diperoleh peneliti dari informan.

2.Confirmability, peneliti akan membicarakan hasil penelitian dengan pembimbing agar data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat lebih objektif.


(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Penelitian ini melibatkan 10 orang informan yang memiliki kriteria ibu hamil seperti wanita yang hamil muda bagi yang sudah pernah melahirkan dan wanita yang hamil tua bagi yang belum pernah melahirkan. Berikut ini paparan masing-masing karakteristik informan dari data demografi.

a. Informan 1

Informan 1 adalah seorang wanita berusia 30 tahun. Beragama Islam suku jawa asli, pendidikan terakhir ibu SMA, pekerjaan ibu rumah tangga dengan usia kehamilan tujuh bulan, saat ini tinggal di rumah sendiri dan ini kehamilan kedua.

b. Informan 2

Informan 2 adalah seorang wanita berusia 24 tahun. Beragama Islam suku jawa campuran serta tinggal di kota Medan dari sejak lahir, pendidikan terakhir ibu SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, saat ini tinggal di rumah mertua dengan usia kehamilan sembilan bulan dan ini kehamilan yang pertama.

c. Informan 3

Informan 3 adalah seorang wanita berusia 29 tahun. Beragama Islam suku jawa asli serta tinggal di kota Medan dari sejak lahir, pendidikan terakhir ibu SMA, pekerjaan wiraswasta, saat ini tinggal dirumah sendiri dengan usia kehamilan lima bulan dan ini kehamilan yang ketiga, mempunyai dua orang anak laki-laki.


(36)

Informan 4 adalah seorang wanita berusia 21 tahun. Beragama Islam suku Jawa asli, pendidikan terakhir ibu SMP, pekerjaan ibu rumah tangga saat ini tinggal di rumah orang tua sendiri dengan usia kehamilan sembilan bulan dan ini kehamilan yang pertama.

e. Informan 5

Informan 5 adalah seorang wanita berusia 24 tahun. Beragama Islam suku Jawa campuran serta tinggal di kota Medan dari sejak lahir, pendidikan terakhir ibu sarjana diploma / D-III, pekerjaan ibu PNS saat ini tinggal di rumah sendiri dengan usia kehamilan lima bulan dan ini kehamilan yang kedua.

f. Informan 6

Informan 6 adalah seorang wanita berusia 31 tahun. Beragama Islam suku Jawa asli serta tinggal di kota Medan dari sejak lahir, pendidikan terakhir ibu SMA, pekerjaan ibu wiraswasta saat ini tinggal di rumah orang tua dengan usia kehamilan tujuh bulan dan ini kehamilan yang ketiga, mempunyai satu anak perempuan dan satu anak laki-laki.

g. Informan 7

Informan 7 adalah seorang wanita berusia 30 tahun. Beragama Islam suku Jawa campuran serta tinggal di kota Medan semenjak menikah, pendidikan terakhir ibu SMP, pekerjaan ibu rumah tangga saat ini tinggal di rumah sendiri dengan usia kehamian sembilan bulan dan ini kehamilan yang kedua, mempunyai satu anak laki-laki.

h. Informan 8

Informan 8 adalah seorang wanita berusia 26 tahun. Beragama Islam suku jawa campuran serta tinggal di kota Medan dari sejak lahir, pendidikan terakhir ibu SMA, pekerjaan ibu wiraswasta saat ini tinggal di rumah mertua dengan usia kehamilan enam bulan dan ini kehamilan yang kedua mempunyai satu anak perempuan.


(37)

i. Informan 9

Informan 9 adalah seorang wanita berusia 25 tahun. Beragama Islam suku jawa campuran serta tinggal di kota Medan, pendidikan terakhir ibu perguruan tinggi / S1 pekerjaan ibu PNS dengan usia kehamilan enam bulan dan saat ini tinggal di rumah mertua, ini adalah kehamilan yang kedua yang memiliki satu anak perempuan.

j. Informan 10

Informan 10 adalah seorang wanita berusia 32 tahun. Beragama Islam suku jawa campuran serta tinggal di kota Medan dari sejak lahir, pendidikan terakhir ibu SMA, pekerjaan ibu wiraswasta, saat ini tinggal di rumah sendiri dengan usia kehamilan tiga bulan dan ini kehamilan yang keempat.

Dari sepuluh informan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah informan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta menandatangani persetujuan menjadi informan sebelum wawancara di mulai. Data demografi informan dapat dilihat pada Tabel 4.2.


(38)

Tabel 4.2. Data Demografi Informan

Karakteristik Jumlah

1. Usia :

21 - 26 tahun 27 - 32 tahun

5 5 2. Agama :

Islam 10

3. Suku Jawa : Asli

Campuran

4 6 4. Pendidikan :

SMP SMA Perguruan tinggi 2 6 1 5. Pekerjaan :

Ibu Rumah Tangga Wiraswasta

PNS

4 4 2 6. Selama hamil tinggal :

Dirumah sendiri Dirumah mertua Dirumah orang tua 7. Suami ibu bersuku : Jawa

Suku lain

8. Usia kehamilan :

5 3 2

3 7

B. Hasil Wawancara

Suku Jawa memiliki ciri khas tersendiri terhadap kehamilan yang meliputi :

a. Filosofi kesehatan suku jawa tentang kehamilan menyatakan bahwa tradisi maupun pantangan perilaku yang dilakukan pada saat hamil berhubungan dengan kesehatan bagi ibu dan bayinya sampai proses persalinan.


(39)

b. Nilai-nilai yang mendasari praktek budaya dan dalam merawat kehamilan yaitu terdiri atas : (1) pantangan perilaku, (2). adat 3 dan 7 Bulanan, (3). minum jamu saat hamil, (4). kusuk saat hamil.

a. Filosofi kesehatan suku Jawa tentang kehamilan

filosofi kesehatan suku Jawa tentang kehamilan diketahui berdasarkan hasil wawancara dari sepuluh informan yang menyatakan bahwa tradisi maupun pantangan terhadap makanan yang dilakukan di masa kehamilan berhubungan dengan ibu dan bayinya sampai proses melahirkan. Bila pantangan yang dibuat dilanggar maka dampaknya akan terlihat pada masa setelah melahirkan, itu terlihat dari pantangan apa yang dilanggar. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan .

“Saat hamil nda boleh mangan nenas nanti anaknya keguguran tapi biasanya pantangan itu tuk yang lagi hamil muda aja”.

(Informan 1) “Ya…kalau lagi hamil gini ga boleh makan pulut, kerak nasi juga katanya nanti ari-arinya bisa lengket, trus ga boleh makan nenas dan durian nanti bisa

keguguran pa lagi saat hamil muda”,

(Informan 2)

“ga boleh kerak nasi katanya ari-arinya lengket trus ga boleh makan tebu nanti bisa mngeluarkan darah sedikit tapi sakit biasanya bagi orang Jawa disebut

dengan wakidang”.

(Informan 4)

“ya ga boleh aja, katanya kalau mangan nenas, durian ma tape tu kan panas ya jadi nanti bayinya cepet lahir sebelum waktunya, trus kalau mangan nenas ma timun bisa mencegah keputihan soalnya disaat lagi hamil kayak gini gampang keputihan apa lagi di hamil tua kayak gini”.


(40)

“Misalnya pantangannya nda’ boleh makan nenas, durian, dan tape juga, nanti anaknya jatuh atau keguguran gitu, minum es juga nda’ boleh nanti anaknya besar jadi susah dilahiri”.

(Informan 6) “Katanya kalau makan kerak nasi sama pulut ari-arinya bisa lengket”. (Informan 7)

b. Nilai-nilai yang mendasari praktek budaya Jawa dan dalam merawat kehamilan (1) Pantangan perilaku

Menurut informan terdapat beberapa pantangan perilaku yang dilakukan selama hamil. Pantangan perilaku tersebut yaitu pantangan duduk di depan pintu, si suami maupun ibu hamil tidak boleh membunuh binatang, harus membawa gunting, makan di piring kecil.

Yang pertama tentang pantangan duduk di depan pintu selama hamil. Menurut informan apabila duduk di depan pintu maka pada saat menjelang persalinan anak yang akan dilahirkan susah untuk keluar.

‘’Nda’ boleh duduk di depan pintu nanti anaknya susah lahirnya’’.

(informan 1) “ga boleh duduk di depan pintu nanti susah melahirkan’’.

(informan 2)

“kata orang tua saya, ga boleh duduk di depan pintu, biar pas bersalin bayinya gampang keluarnya’’. (informan 3)

“nda’ boleh duduk di depan pintu nanti anaknya susah lahirnya iku da suatu pantangan dari orang tua dulu ya kalau iku dilanggar pasti nanti susah saat melahirkannya’’. (informan 6) “hmm…ga boleh duduk di depan pintu nanti anaknya susah dilahirkan’’.


(41)

Yang kedua pantangan membunuh binatang menurut informan bahwa bagi suami yang istrinya lagi hamil dan bagi ibu hamil tidak boleh membunuh binatang sebab di percaya anak yang dilahirkan nanti akan cacat.

‘’ga boleh bunuh binatang supaya anaknya ga cacat’’.

(informan 1) ‘’suami maupun ibu sendiri ora iso bunuh binatang…takutnya nanti pas anaknya lahir, cacat makanya nda’ boleh bunuh binatang’’.

(informan 2) ‘’Ga boleh bunuh binatang, nah…biasanya kyak bunuh ular, potong ayam, ikan atau binatang yang lainnya ga boleh pantangan ini berlaku untuk suami ibu dan ibu juga soalnya nanti bayinya lahir cacat’’.

(informan 3) ‘’trus nda’ boleh bunuh binatang supaya anaknya ga cacat baik suami maupun ibu sendiri iku da jadi suatu kepercayaan turun menurun’’.

(informan 6) ‘’Kalau membunuh binatang nanti anaknya bisa cacat’’.

(informan 7)

Salah seorang dari sepuluh informan mengatakan kalau membunuh binatang maka anak yang dilahirkan akan cacat.

‘’…trus ga’ boleh bunuh binatang supaya anaknya ga cacat, ya pernah kejadian juga suami ibu bunuh ular karna waktu itu masuk ular kerumah eh…pas lahir anak ibu sumbing makanya nyesal kali ibu ga percaya kata orang tua dulu’’.


(42)

Yang ketiga pantang kalau tidak membawa gunting sewaktu hamil, menurut mereka dengan membawa gunting sewaktu hamil mereka akan terhindar dari gangguan makhluk halus.

‘’Katanya bawa gunting saat hamil, gunanya agar nda’ diganggui makhluk halus atau hantu, malahan bukan gunting aja paku juga dibawa kata orang “tua dulu ya…supaya nda’ di ganggui hantu … tapi cukup bawa gunting kecil aja sih ora opo-opo’’.

(informan 1) ‘’…trus harus bawa gunting biar terhindar dari makhluk halus ya itu kata orang tua dulu sih’’,

(informan 2) ‘’Oh…biasanya bawa gunting itu gunanya agar terhindar dari makhluk halus yang diletakan dibawah bantal tempat tidur atau dilengketkan dibaju pake peniti dan pokonya dibawa trus deh’’.

(informan 3) ‘’Bawa gunting saat hamil tu da memang keharusan tuk menghindari dari makhluk halus malahan kata nenek ibu dulu bawa paku juga tapi menurut ibu itu terlalu berbahaya’’.

(informan 4) ‘’kalau dipikir-pikir bahaya sih…tapikan yang dibawa gunting kecil, gunanya agar si ibu dan bayi dikandungannya aman dari gangguan makhluk halus’’.

(informan 8)

‘’Oh…biasanya bawa gunting itu gunanya agar terhindar dari makhluk halus yang diletakan dibawah bantal tempat tidur atau dilengketkan dibaju dan dibawa trus kemana-mana’’.


(43)

Yang keempat yaitu pantang makan di piring kecil harus makan di piring besar sebab menurut mereka agar plasenta (ari-arinya) tidak kecil jadi harus makan di piring yang besar.

‘’kalau mangan di piring kecil nanti ari-arinya kecil juga makanya harus mangan di piring yang besar’’.

(informan 1) ‘’…trus kalau makan di piring kecil nanti ari-arinya juga kecil makanya makan di

piring besar’’.

(informan 3) ‘’kalau makan di piring kecil nanti ari-arinya juga kecil makanya makan di piring besar orang jawa bilang piring ombo gitu’’.

(informan 6) ‘’hmm…makan di piring kecil juga nda’ bisa, takutnya ari-ari si bayi kecil juga jadi harus makan di piring besar ya…piring yang biasa kita pake setiap harinya’’.

(informan 9) (2). Adat tiga dan tujuh bulanan

Menurut informan di saat hamil terdapat adat tiga dan tujuh bulanan acara adat ini bertujuan untuk memberikan doa kesehatan dan keselamatan bagi ibu dan bayi yang di dalam kandungan sampai proses kelahiran kelak.

‘’Oh…itu namanya tingkepan atau disebut juga dengan mitoni. Pada saat tujuh bulanan atau di disebut tingkepan cuma kenduri dengan bikin tumpeng gitu lo…trus doa-doa dan tumpeng yang kita bikin tadi dibagi-bagikan sama orang yang ikut kenduri ya misalnya…seperti mandi pake air ma kembang trus ganti kain jarik sampe tujuh kali trus bagikan cendol sama rujak’’.


(44)

‘’Ya…bikin acara syukuran gitu aja dengan buat tumpeng, cendol, sama nasi urap aja pas doa-doa sudah selesai, cendol ma nasi urapnya dibagikan sama yang ikut acara dan sama tetangga juga. Gunanya tuk syukuran aja biar anaknya sehat dan disaat persalinan nanti lancar, ibu dan bayinya selamat menurut adat gitu sih’’.

(informan 5) Pada acara adat tiga dan tujuh bulanan ini selain ini merupakan tradisi mereka yang sudah dilakukan turun menurun acara ini dipercaya selain memberikan keselamatan bagi ibu dan bayinya ini juga untuk menentukan jenis kelamin bayinya yaitu dengan membelah kelapa gading sesuai dengan tahapan acara tersebut, dan biasanya ini dilakukan pada acara tujuh bulanan.

‘’Ya kalau tujuh bulanan seperti biasa bagikan urap, rujak ma cendol sama tetangga. tu memang da tradisi tapi yang cuma saya tau kalau rujak dibagikan tuk mengetahui jenis kelamin anak lanang apa wedo’ katanya kalau rujaknya pedas anaknya lanang atau laki-laki’’.

(informan 2) ‘’Oh…kalau orang Jawa ini banyak yang kayak gitu, kalau acara adatnya kayak acara neloni (tiga bulanan) dan tingkeban (tujuh bulanan). kalau neloni biasanya tu hanya kenduri sama doa-doa aja itu untuk doa keselamatan bagi ibu dan bayinya agar lancar sampai proses persalinan. Tingkepan biasanya ibu hamilnya dimandikan tapi sebelumnya yang pertama sekali sebelum mandi diupah-upah dulu pake tumpeng atau disebut buceng yang dipinggiran tumpeng itu ada nasi yang dibungkus kecil-kecil dan di tengahnya ada sayuran juga setelah itu baru mandi yang sebelumnya ibu sudah pakai kain jarik lalu baju yang ibu pakai itu diganti lagi sebelum diganti ditanyakan terlebih dahulu apakah kain itu cocok atau tidak sama ibu, nanyanya gini “ni cocok ora” kalau jawabnya “ora” berarti diganti dengan kain yang lain trus ditanya lagi “ni cocok ora” kalau “cocok’’ kain tadi dipakekan sama ibu dan begitu seterusnya sampai tujuh kali. Lalu pembelahan kelapa gading, nah…ini kelapanya ada dua yang setiap kelapa digambar wayang. Kata orang tua zaman dulu gunanya untuk mengetahui anak


(45)

yang dikandung lanang (laki-laki) apa wedo’ (perempuan) yang digambar Srikandi dan Jenoko, nanti ibunya tutup mata nah, disitu la ibu membelah kelapa itu. trus jual cendol ma rujak, cendol yang jual si ibu dan rujak yang jual si suami tanpa meminta bayaran atau uang, tapi ibu cuma bagikan cendol dan rujak sama orang-orang yang ikut kenduri itu aja’’. (informan 4) “Mitoni biasanya ibu hamilnya dimandikan tapi sebelumnya yang pertama sekali sebelum mandi diupah-upah dulu pake tumpeng atau disebut buceng. setelah itu baru mandi yang sebelumnya ibu sudah pakai kain jarik lalu baju yang ibu pakai itu diganti lagi sebelum diganti ditanyakan terlebih dahulu apakah kain itu cocok atau tidak sama ibu, nanyanya gini “ni cocok ora” kalau jawabnya “ora” berarti diganti dengan kain yang lain trus ditanya lagi “ni cocok ora” kalau “cocok’’ kain tadi dipakekan sama ibu dan begitu seterusnya sampai tujuh kali. Lalu pembelahan kelapa namanya kelapa gading. Nah…kalau itu ibu kurang tau sih ntah gambar opo, Cuma kata mama ibu tu untuk menentukan jenis kelamin calon si bayi nanti. Yang terakhir dibagikan jajanan pasar. oh…jajanan pasarnya itu isinya labu kuning yang sudah direbus dibolongi tengahnya trus diisi santan yang dikasi gula merah, disekitar labu itu ada tebu, singkong, bengkoang sama nenas barulah dibagi-bagikan sama orang-orang yang ikut kenduri’’.

(informan 6)

Beberapa informan ada juga yang tidak mengikuti acara tujuh bulanan karena mereka beranggapan ini hanya tradisi dan kalau tidak dilakukan juga tidak ada masalah, acara ini tidak dilakukan karena beberapa informan bukan Jawa asli.

‘’Oh,..kami nda’ pake acara tiga bulanan cuma tujuh bulanan aja, soalanya acara tiga bulanan nda’ dilakukan juga nda apa-apa’’.

(informan 1) ‘’Oh...kalau saya ga ada pake acara tiga bulanan cuma acara tujuh bulanan aja, memang sih waktu dulu-dulunya ada acara tiga bulanan tapi saya ga ngerti, Ya


(46)

kalau tujuh bulanan seperti biasa bagikan urap, rujak ma cendol sama tetangga. ya syukuran gitu aja, saya pun ga terlalu ngerti juga gunanya tuk apa, orang tu memang da tradisi’’.

(informan 2) ‘’hmm…kalau setau saya pada saat tiga bulanan hanya kenduri ma doa-doa aja, tapi kalau yang tujuh bulanan baru pake acara mandi pake air kembang itu bahasa Jawanya disebut dengan tingkepan, tapi yang mandinya itu ga saya lakukan, jadi pas tujuh bulanannya itu saya cuma bikin nasi tumpeng diletakan di tampah besar itu atau disebut dengan buceng’’.

(informan 3) ‘’Oh…ibu ga pake acara tiga bulanan’’.

(informan 6) ‘’Acara tiga bualanan ga ada ada dek, memangnya ada ya ? kalau tujuh bulanan biasanya tu hanya kenduri sama doa-doa aja. Biasanya ibu dimandikan tapi sebelumnya yang pertama sekali sebelum mandi di upah-upah dulu pake tumpeng. Biasanya siap di upah-upah dimandikan tapi ibu tidak ga tau gunanya untuk apa’’.

(informan 7) ‘’Oh...kalau saya ga ada pake acara tiga bulanan cuma acara tujuh bulanan aja, memang sih waktu dulu-dulunya ada acara tiga bulanan tapi saya ga ngerti kayaknya pun itu da ga ada lagi. Ya kalau tujuh bulanan seperti biasa, bikin tumpeng sekaligus diupah-upah gitu trus bagikan urap, rujak ma cendol sama tetangga. ya syukuran gitu aja, saya pun ga terlalu ngerti juga gunanya tuk apa, orang tu memang da tradisi’’.


(47)

‘’Biasanya ibu diupah-upah terlebih dahulu dengan tumpeng. Biasanya siap diupah-upah dimandikan, tapi ibu tidak. iya, lagi pula ibu kan Jawa campuran jadi tidak toto’ kali Jawanya’’.

(informan 10)

(3). Minum jamu saat hamil

Beberapa informan ada yang meminum jamu saat hamil gunanya untuk memberikan kesehatan dan kebugaran dan berguna juga untuk menghilangkan pegal-pegal dan masuk angin.

“Minum jamu…ya untuk kesehatan aja biar badanya ga pegal-pegal dan masuk angin”.

(informan 1) “Ya untuk kesehatan dan juga kebugaran aja selain itu biar badannya ga pegal-pegal dan masuk angin”.

(informan 8) “Jamu untuk kesehatan biar badannya ga pegal-pegal dan gampang masuk angin”.

(informan 9) “Biasanya minum jamu, itu pun kalau gi pegal-pegal aja”.


(48)

(4). Pijat di saat hamil

Menurut beberapa informan ada yang melakukan pijat/ kusuk di saat hamil, tetapi tidak di area perut karena disaat hamil para informan mengatakan bahwa badan mereka pegal dan kaki bengkak jadi mereka memilih alternative untuk dikusuk.

“Iya, tapi cuma bagian pundak ma kaki aja ibu nda’ berani dikusuk disekitar

perut”.

(informan 1)

“Tapi cuma bagian pundak ma kaki aja itu karena kakinya bengkak kalo ga bengkak ya ga juga dikusuk, ibu ga berani dikusuk disekitar perut”.

(informan 8) “Iya, perutnya dikusuk juga sekaligus benerin posisi anaknya juga supaya tidak sungsang”.

(informan 9) “Ya takut aja, nanti ntah terjadi apa-apa sama bayi ibu gimana tapi kalau kaki iya ibu biasanya minta di urutkan sama suami atau ma orang tua ibu”.

(informan 10)

C. Pembahasan

Di antara kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat Indonesia ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil, bersalin maupun ibu nifas. Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan di samping faktor-faktor lainya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan / adat istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil bersalin dan nifas (Syafrudin,2009).


(49)

Oleh karena itu ilmu pengetahuan sosial kemasyarakatan sangat penting dipahami oleh seorang bidan sebagai petugas kesehatan dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya pendidikan dan adat istiadat yang berbeda (Syafrudin,2009).

Hal ini dapat kita lihat dari informan suku Jawa yang berada di Medan bahwa pada suku jawa masih mempertahankan tradisi adat istiadat walaupun suku jawa merupakan pandatang dari pulau Jawa dan sudah berbaur dengan kelompok-kelompok masyarakat dari suku-suku lainya yang memiliki kultur yang berbeda tetapi dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa masyarakat Jawa di Medan masih memegang erat tradisi dan filosofi suku Jawa terhadap kehamilan diketahui berdasarkan hasil wawancara dari kesepuluh informan yang menyatakan bahwa kebiasaan maupun pantangan perilaku yang dilakukan pada masa hamil berhubungan dengan keadaan saat menjelang persalinan. Hal ini munculnya nilai-nilai yang mendasari praktek budaya Jawa dalam merawat kehamilan.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat nilai-nilai yang mendasari praktek budaya Jawa dalam merawat kehamilan yang terdiri dari pantangan perilaku, adat tiga dan tujuh bulanan, minum jamu saat hamil dan kusuk saat hamil ini semua yang mereka lakukan mulai dari hamil muda sampai proses persalinan.


(50)

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a. Perspektif Suku Jawa Tentang Kehamilan Yang Sesuai Dengan Kesehatan (1). Pantangan Makanan

Berdasarkan hasil penelitian ada 4 dari sepuluh ibu hamil yang tidak mengikuti pantangan makan mereka beranggapan bahwa makanan itu tidak semuanya buruk untuk kehamilan asalkan tau batasan makanan yang mereka makan.

Misalnya saja ibu hamil dilarang mengkonsumsi nanas, durian, dan mentimun. Mitos ini sangat dipercaya oleh sebagian masyarakat Jawa karena bisa mengakibatkan keputihan. Bahkan mereka percaya bahwa nanas bisa menyebabkan keguguran. Faktanya mengkonsumsi nanas, dan mentimun justru disarankan karena kaya akan viatamin C dan serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan melancarkan proses pembuangan sisa-sisa pencernaan. Adapun keputihan tidak selalu membahayakan. Saat hamil maupun setelah melahirkan adalah normal jika ibu mengalami keputihan. Kecuali jika keputihan tersebut terinfeksi oleh bakteri, jamur, dan virus yang biasanya ditandai dengan keluhan gatal, bau tidak sedap, dan warnanya kekuningan, kehijauan atau kecoklatan (Oktavia, 2009 ¶ 4).

Dari beberapa hasil penelitian dapat terlihat jelas bahwa tidak semua pantangan bisa kita lakukan baik untuk kehamilan dan sebaliknya. Jika pantangan tidak dilakukan informan tidak ada masalah untuk kehamilan dan asalkan makanan yang di konsumsi oleh ibu hamil tidak secara berlebihan.


(51)

Dari hasil wawancara ada informan yang meminum jamu saat hamil gunanya untuk memberikan kesehatan dan kebugaran dan berguna juga untuk menghilangkan pegal-pegal dan masuk angin.

(3). Pijat di Saat Hamil

Dari hasil wawancara ada 4 informan yang melakukan pijat/ kusuk disaat hamil, tetapi tidak diarea perut karena disaat hamil para inroman mengatakan bahwa badan mereka pegal dan kaki bengkak jadi mereka memilih alternative utnuk dipijat / kusuk.

Menurut studi penelitian menunjukkan bahwa massage therapy yang dilaksanakan selama kehamilan dapat mengurangi kegelisahan, mengurangi gejala-gejala depresi, membebaskan nyeri otot dan nyeri sendi, dan meningkatkan kesehatan bayi baru lahir. Massage therapy menunjukan kebutuhan yang berbeda melalui bermacam-macam teknik, satu diantaranya adalah pijat tradisional, yang bermanfaat untuk rileksasi ketegangan otot dan memperbaiki sirkulasi getah bening dan peredaran darah melalui tekanan yang lembut untuk otot-otot di tubuh.

Ada beberapa persyaratan mengenai pijat ibu hamil yaitu : (a). Kehamilan tidak bermasalah. (b). Untuk menjaga hal yang tidak diinginkan lebih baik dilakukan di usia kandungan lima bulan ke atas, di mana memang badan mulai terasa lebih capai karena beban yang mulai berat. (c). Dilakukan oleh terapi yang terlatih untuk pijat ibu hamil karena ada dua bagian tubuh tertentu yang bila dipijat akan menimbulkan kontraksi rahim lebih awal. Pijat untuk wanita hamil hanya boleh dilakukan pada bagian-bagian tertentu seperti tangan dan kaki, serta punggung, dan leher. Pinggul, perut dan pinggang tidak boleh dipijat .


(52)

b. Perspektif Suku Jawa Tentang Kehamilan Yang Tidak Sesuai Dengan Kesehatan (1). Pantangan Makanan

Berdasarkan hasil penelitian ada 6 dari sepuluh informan yang melakukan pantangan makanan di saat hamil mereka percaya kalau makanan tersebut mempunyai dampak yang kurang baik untuk bayinya kelak. Misalnya tidak boleh mengkonsumsi durian, ini dikarenakan kalorinya yang tinggi buah durian bersifat panas sehingga pasien diabetes atau ibu hamil sangat tidak dianjurkan makan durian. Bayangkan saja dalam 100 gram durian terkandung 147 Kkal. Itu artinya ketika seseorang makan 1 kg durian, jumlah kalori yang ia dapatkan 1.470 Kkal atau sudah sebanding dengan porsi makannya selama satu hari. Durian juga banyak mengandung gula meski ada kandung mangan yang bisa menjaga kadar gula tetap stabil. Bagi ibu hamil, durian diyakini tidak baik karena mengandung banyak gula dan sedikit alkohol.

Meski belum ada penelitian yang membuktikan bahwa durian memicu kontraksi dan keguguran, ibu hamil selalu dianjurkan untuk tidak terlalu banyak makan buah ini. Gangguan pencernaan juga bisa terjadi jika durian dikonsumsi bersama dengan minuman beralkohol. Penelitian di University of Tsukuba, Jepang bahkan membuktikan kandungan sulfur pada durian bisa menghambat metabolisme alkohol dan bisa memicu kematian. Semua itu bahaya yang ada pada durian jika memakannya terlalu banyak atau dibarengi dengan makanan tinggi kolesterol lainnya seperti daging atau alcohol (Boy,2011 ¶ 7).

(2). Pantangan Perilaku

Banyak sekali pengaruh atau faktor-faktor yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan, bukan karena hanya pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya instansi kesehatan. Tetapi banyak yang mempengaruhi kesehatan antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya


(53)

yang turun menurun yang masih di anut sampai saat ini. Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku budaya yang dinilai yang tidak sesuai dengan prinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan anaknya (Syafrudin,2009).

Misalnya saja pantangan duduk di depan pintu menurut informan jika duduk di depan pintu saat hamil akan susah melahirkan faktanya kalau kita duduk di depan pintu akan menghalangi orang lewat dan tidak ada hubunganya dengan proses persalinan.

Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang karena akan menyebabkan cacat atau gugur sesuai perlakuan yang ditimpakan kepada binatang. Faktanya secara medis biologis cacat janin disebabkan oleh kesalahan/kekurangan gizi, penyakit, keturunan, pengaruh radiasi (misalnya karena reaksi nuklir atau gelombang radio aktif). Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit (misalnya toksoplasmosis), gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu (benturan) dan karena psikologis (misalnya shock, stres, pingsan). Kesimpulannya membunuh atau menganiaya binatang tidak ada hubungannya dengan kecacatan atau keguguran janin. Agama melarang menyakiti binatang atau membunuhnya kecuali atas alasan yang hak (yang dibenarkan), baik saat hamil atau tidak hamil (Subakti, 2007).

Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si Ibu agar janin terhindar dari marabahaya. Faktanya hal ini tidak ada hubungannya dengan proses kehamilan maupun kelahiran justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si Ibu. Hal ini kurang lebih menyiratkan bahwa, sebagai orang hamil kita harus selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin. Selalu membawa barang-barang tertentu ketika bepergian yang berguna saat proses kelahiran tentunya merupakan saran yang baik. Pada zaman dulu, mungkin gunting


(54)

dianggap cukup berguna dalam proses kelahiran, contohnya untuk menggunting kain atau tali pusar bayi ketika sudah lahir. Bayangkan barang tersebut tak tersedia saat diperlukan, tentu akan repot sekali. Sehinggah mitos ini berlaku sampai sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya (Subakti, 2007).

(3). Acara adat tiga dan tujuh bulanan

Adat atau kebiasaan yang sering dilakukan oleh masyarakat sekitar diantaranya adalah acara tiga dan upacara tujuh bulanan pada kehamilan. Tetapi dari 10 informan hanya 2 informan saja yang melakukan acara tiga bulanan selebihnya mereka melakukan adat tujuh bulanan dengan cara mereka sendiri karena mereka berpendapat bahwa acara tujuh bulanan hanya tradisi yang turun menurun dilakukan sampai sekarang dan kalau tidak dilakukan secara bertahap tidak menjadi masalah karena inti dari acara tersebut adalah doa bersama untuk diberikan keselamatan bagi si ibu dan bayinya sampai proses persalinan.

Dalam bahasa Jawa upacara tujuh bulanan ini disebut mitoni, yang artinya suatu kegiatan yang dilakukan pada hitungan ke tujuh. Tujuan diselenggarakan upacara ini adalah agar bayi dan calon ibu diberi keselamatan sampai lahir nanti.

Tidak semua masyarakat melakukan upacara tersebut hanya masyarakat tertentu saja yang melaksanakannya, yang masih berpegang teguh pada adat istiadatnya. karena sebagaian masyarakat beranggapan jika upacara tersebut terlalu rumit, kebanyakan masyarakat hanya melakukan pengajian, memohon kepada Allah SWT agar diberi keselamatan dan kelancaran saat melahirkan nanti tanpa melakukan upacara tujuh bulanan sesuai dengan adat Jawa (Lestari,2010 ¶ 1).


(55)

Demikianlah hasil penelitian ini adanya bermacam-macam kebiasaan dan tradisi untuk ibu hamil yang tetap dilakukan walaupun tidak dipahami alasannya karena sudah merupakan tradisi atau tekanan dari pihak keluarga dan ada juga yang tidak melakukannya karena berbagai faktor alasan tertentu terutama bagi kesehatan.

2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan berupa keterbatasan peneliti sendiri sebagai alat pengumpul data. Kemampuan wawancara yang peneliti miliki hanya kemampuan wawancara dasar, yang menyebabkan banyak keterbatasan dalam tekhnik wawancara karena ini merupakan pengalaman pertama peneliti melakukan penelitian fenomenologi. Namun apabila peneliti memiliki pengalaman yang lebih dalam tekhnik wawancara, maka hasil penelitian ini dapat lebih baik dan mencakup semua aspek yang diharapkan.

3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan / Pendidikan Bidan

Dari hasil penelitian ditemukan tentang filosofi suku jawa terhadap kehamilan dan nilai-nilai yang mendasari praktik budaya Jawa dan dalam merawat kehamilan. Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan bagi tenaga kesehatan khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien dengan cara pandang suku jawa terhadap kehamilan dan bagi peneliti lanjutan.

1. Bagi tenaga kesehatan

Hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam layanan kebidanan dan dijadikan sebagai bahan pengetahuan dan informasi bagi petugas kesehatan bidan agar dapat lebih memperhatikan dan memahami tentang cara pandang suku jawa terhadap kehamilan agar tidak salah dalam melakukan perawatan semasa hamil sehingga dapat memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan kebutuhan pasien.


(56)

Penting bagi tenaga kesehatan terutama bagi bidan untuk tidak menggunakan keyakinan kebudayaan sebagai kerangka kerja walaupun keyakinan budaya dan perilaku orang lain. Sebaiknya bidan atau tenaga kesehatan yang lain tetap membiarkan hal tersebut asalkan hal ini tidak membahayakan bagi ibu dan bayinya.

2. Bagi pendidikan

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa nantinya dalam menerapkan asuhan kebidanan khususnya pada wanita hamil.

3. Bagi peneliti lanjutan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan informasi tentang penelitian fenomenologi atau bahan perbandingan terhadap penelitian yang akan dilakukan.


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari sepuluh informan mengenai tradisi dan kebiasaan ibu hamil menurut perspektif suku Jawa terhadap kehamilan didapatkan bahwa suku Jawa memiliki ciri khas tersendiri tentang filosofi kesehatan suku Jawa tentang kehamilan dan nilai-nilai yang mendasari praktek budaya Jawa dan dalam merawat kehamilan.

Filosofi kesehatan suku Jawa tentang kehamilan menyatakan bahwa pantangan makanan yang dilakukan di masa hamil berhubungan dengan kelahiran bayinya kelak. Adapun nilai-nilai yang mendasari praktek budaya Jawa dan dalam merawat kehamilan yang dilakukan selama hamil yaitu pantangan perilaku, adat tiga dan tujuh bulanan yang merupakan suatu tradisi turun menurun, minum jamu saat hamil berkaitan dengan menggunakan obat-obatan tradisional dan pijat di saat hamil.

B. Saran

a. Rekomendasi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang mengidentifikasi cara pandang suku Jawa terhadap kehamilan berdasarkan kebiasaan, pantangan dan adat istiadat suku Jawa melalui 10 informan namun tidak diketahui pelaksanaanya secara umum oleh ibu hamil suku Jawa. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian secara kualitatif etnogarafi sehingga nantinya dapat ditemukan strategi pendekatan yang lebih efektif dalam memberikan pelayanan yang komperhensif. Khususnya pada ibu hamil suku Jawa.


(58)

b. Ilmu Kebidanan

Ilmu kebidanan sebagai aspek penting dalam kontribusi pelayanan kesehatan di masyarakat harus dapat mengembangkan pengetahuan tentang kebutuhan-kebutuhan masyarakat salah satunya dari segi sosiokultural. Hal ini dilakukan untuk memudahkan tercapainya pemberian pelayanan kebidanan yang berkualitas dan terpercaya di masyarakat.

c. Bagi Responden

Adat mungkin sesuatu keharusan untuk dilakukan terutama bagi wanita hamil dan mau tidaknya itu sudah suatu tradisi turun menurun, tapi tidak semua pantangan, kebiasaan, tradisi harus dilakukan karena ada salah satu pantangan yang kurang baik untuk kesehatan, boleh dilakukan asalkan baik untuk kesehatan terutama bagi wanita hamil.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Boy. (2011). Manfaat buah durian. 28 Februari 2011, dari : http: //www.iptek.net.id/ind/pd_ tanobat/view.php?mnu=2 &id=242

Dahniar. (2009). Pengaruh Nilai Budaya Masyarakat Terhadap Perawatan Ibu Hamil, Bersalin, dan Nifas di Desa Teluk Pulau Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2009. Tesis : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Depkes RI. (2007). Kebijakan Operasional Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. Depkes RI. (2008). Setiap Jam 2 Orang Ibu Bersalin Meninggal Dunia, 2 Oktober 2010. dari

http://www.akuindonesiana.wordpress.com

Depkes RI. (2010). Visi Misi Indonesia Sehat. 22 September 2010, dari Hidayat,Alimul A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta :

Salemba Medika.

Larasati.D.Sekar. (2008). Menjawab Mitos-Mitos Seputar Masalah Kehamilan dan Bayi Anda. Yogyakarta : Luna Publisher.

Lestari,U. (2010).

2010, dari :

Mahriani. (2008). Perawatan Nifas Menurut Perspektif Etnis Tionghoa. Medan : Universitas Sumatera Utara (skripsi tidak dipublikasikan).

Mandriawati. (2008). Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta : EGC.

Manuaba. (2001). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana.Jakarta:EGC. Moleong, L.J.(2005).Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosadakarya.


(60)

Mochtar,R. (1998). Sinopsis Obtetri : Fisiologis Obstetri Patologis. Edisi 2. Jakarta : EGC Mulyana, D & Rahmat, J. (2002). Komunikasi Antar Budaya: Panduan Berkomunikasi Dengan

Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Musbikin,I. (2005). Panduan Bagi Ibu Hamil dan melahirkan, Jakarta: Mitra Pustaka Nasedul,H. (2010)

Notoadmodjo,S.(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Oktavia,D. (2009). Mitos – Mitos Budaya Jawa Dalam masa Kehamilan, Persalinan dan nifas. 20 November 2010, dari

Prawirahardjo,S. (2008). Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Bina Pustaka.

PERSI. (2009). Angka Kematian ibu Ditargetkan menurun. 23 November 2010, dari

Ratna,W. (2010). Sosiologi dan Antropologi Kesehatan Dalam Perspektif ilmu Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Subakti. (2007). Mitos-mitos Budaya Jawa dalam Masa Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Yogyakarta : Media Pressindo.

Sumarah. (2009). Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta : Fitramaya.

Sujiyatini. (2010). Asuhan Ibu Nifas ASKEB III. Yogyakarta : Cyrillus Publisher. Sutrisno,M. (2006). Teori – Teori Kebudayaan. Jakarta : Kanisius.

Syafrudin. (2009). Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media.


(61)

Tim Penyusun Program D-IV USU. (2010). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Medan : Universitas Sumatera Utara (tidak di publikasikan).

Tino,A. (2009). Menjawab Mitos-Mitos Kehamilan dan Menyusui. Yogyakarta : Media Pressindo.


(62)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Perspektif Suku Jawa Terhadap Kehamilan di

Klinik Khadijah Medan Tahun 2011

Saya yang bernama Siti Khairunnisa / 105102079 adalah mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Perspektif Suku Jawa Terhadap Kehamilan di Klinik Khadijah Medan Tahun 2011. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon agar menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangi lembar persetujuan ini sebagai bukti sukarela.

Partisipasi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga jika Ibu tidak bersedia menjadi responden bisa menghubungi saya. Identitas pribadi responden dan semua informasi yang responden berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Terimakasih atas partisipasi bidan dalam penelitian ini.

Peneliti Medan, januari 2011


(63)

Lampiran 2 KUESIONER DATA DEMOGRAFI

1. Pengkajian data demografi

Petunjukan Pengisian :

a. Semua pertanyaan harus dijawab

b. Untuk soal no. 1 isilah titik-titik dan selain soal no.1 berilah tanda checklist (√)

c. Pada kotak yang disediakan dan isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab. d. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan satu jawaban yang sesuai menurut ibu.

1. Umur ibu saat ini…….tahun

2. Agama : Islam Kristen Hindu Budha 3. Ibu sendiri suku Jawa : Asli Campuran, sebutkan…. 4. Tingkat pendidikan formal ibu yang terakhir :

SD SMP SMA Perguruan tinggi

5. Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga PNS Wiraswasta 6. Selama hamil ibu tinggal :

Dirumah sendiri Dirumah orang tua Dirumah mertua 7. Suami ibu bersuku : Jawa suku lain, sebutkan….

8. Usia kehamilan ibu : …… bulan 9. Kehamilan yang :


(64)

Lampiran 3 PANDUAN WAWANCARA

1. Coba ibu ceritakan bagaimana cara pandang ibu sebagai suku jawa saat hamil ? 2. Bagaimana kebiasaan atau prilaku, upacara adat dan pantangan-pantangan pada saat


(65)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Khairunnisa Batubara T.T.L : Medan, 31 Juli 1988 Agama : Islam

Nama Ayah : H.Ahmad Efendi Batubara S.Sos Nama Ibu : H.Nadira S.Sos

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Alamat : Jl.Nyiur 5 No.15 Perumnas Simalingkar Medan

RIWAYAT PENDIDIKAN

TK (1993-1994) : Muzdalifah Medan SD (1994-2000) : SD Negeri 068004 Medan SLTP (2000-2003) : SLTP Negeri 10 Medan SMA ( 2003-2006) : SMA Negeri 17 Medan

AKBID (2006-2009) : Akademik Kebidanan Mitra Husada Medan

Dan pada tahun 2010-2011 penulis mengikuti pendidikan di D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.


(1)

Mochtar,R. (1998). Sinopsis Obtetri : Fisiologis Obstetri Patologis. Edisi 2. Jakarta : EGC Mulyana, D & Rahmat, J. (2002). Komunikasi Antar Budaya: Panduan Berkomunikasi Dengan

Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Musbikin,I. (2005). Panduan Bagi Ibu Hamil dan melahirkan, Jakarta: Mitra Pustaka Nasedul,H. (2010)

Notoadmodjo,S.(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Oktavia,D. (2009). Mitos – Mitos Budaya Jawa Dalam masa Kehamilan, Persalinan dan nifas. 20 November 2010, dari

Prawirahardjo,S. (2008). Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Bina Pustaka.

PERSI. (2009). Angka Kematian ibu Ditargetkan menurun. 23 November 2010, dari

Ratna,W. (2010). Sosiologi dan Antropologi Kesehatan Dalam Perspektif ilmu Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Subakti. (2007). Mitos-mitos Budaya Jawa dalam Masa Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Yogyakarta : Media Pressindo.

Sumarah. (2009). Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta : Fitramaya.

Sujiyatini. (2010). Asuhan Ibu Nifas ASKEB III. Yogyakarta : Cyrillus Publisher. Sutrisno,M. (2006). Teori – Teori Kebudayaan. Jakarta : Kanisius.

Syafrudin. (2009). Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media.


(2)

Universitas Sumatera Utara (tidak di publikasikan).

Tino,A. (2009). Menjawab Mitos-Mitos Kehamilan dan Menyusui. Yogyakarta : Media Pressindo.


(3)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Perspektif Suku Jawa Terhadap Kehamilan di

Klinik Khadijah Medan Tahun 2011

Saya yang bernama Siti Khairunnisa / 105102079 adalah mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Perspektif Suku Jawa Terhadap Kehamilan di Klinik Khadijah Medan Tahun 2011. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon agar menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangi lembar persetujuan ini sebagai bukti sukarela.

Partisipasi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga jika Ibu tidak bersedia menjadi responden bisa menghubungi saya. Identitas pribadi responden dan semua informasi yang responden berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Terimakasih atas partisipasi bidan dalam penelitian ini.

Peneliti Medan, januari 2011


(4)

KUESIONER DATA DEMOGRAFI 1. Pengkajian data demografi

Petunjukan Pengisian :

a. Semua pertanyaan harus dijawab

b. Untuk soal no. 1 isilah titik-titik dan selain soal no.1 berilah tanda checklist (√)

c. Pada kotak yang disediakan dan isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab. d. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan satu jawaban yang sesuai menurut ibu.

1. Umur ibu saat ini…….tahun

2. Agama : Islam Kristen Hindu Budha 3. Ibu sendiri suku Jawa : Asli Campuran, sebutkan…. 4. Tingkat pendidikan formal ibu yang terakhir :

SD SMP SMA Perguruan tinggi

5. Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga PNS Wiraswasta 6. Selama hamil ibu tinggal :

Dirumah sendiri Dirumah orang tua Dirumah mertua 7. Suami ibu bersuku : Jawa suku lain, sebutkan….

8. Usia kehamilan ibu : …… bulan 9. Kehamilan yang :


(5)

Lampiran 3 PANDUAN WAWANCARA

1. Coba ibu ceritakan bagaimana cara pandang ibu sebagai suku jawa saat hamil ? 2. Bagaimana kebiasaan atau prilaku, upacara adat dan pantangan-pantangan pada saat


(6)

Nama : Siti Khairunnisa Batubara T.T.L : Medan, 31 Juli 1988 Agama : Islam

Nama Ayah : H.Ahmad Efendi Batubara S.Sos Nama Ibu : H.Nadira S.Sos

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Alamat : Jl.Nyiur 5 No.15 Perumnas Simalingkar Medan

RIWAYAT PENDIDIKAN

TK (1993-1994) : Muzdalifah Medan SD (1994-2000) : SD Negeri 068004 Medan SLTP (2000-2003) : SLTP Negeri 10 Medan SMA ( 2003-2006) : SMA Negeri 17 Medan

AKBID (2006-2009) : Akademik Kebidanan Mitra Husada Medan

Dan pada tahun 2010-2011 penulis mengikuti pendidikan di D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.