Hasil Wawancara HASIL DAN PEMBAHASAN

b. Nilai-nilai yang mendasari praktek budaya dan dalam merawat kehamilan yaitu terdiri atas : 1 pantangan perilaku, 2. adat 3 dan 7 Bulanan, 3. minum jamu saat hamil, 4. kusuk saat hamil.

a. Filosofi kesehatan suku Jawa tentang kehamilan

filosofi kesehatan suku Jawa tentang kehamilan diketahui berdasarkan hasil wawancara dari sepuluh informan yang menyatakan bahwa tradisi maupun pantangan terhadap makanan yang dilakukan di masa kehamilan berhubungan dengan ibu dan bayinya sampai proses melahirkan. Bila pantangan yang dibuat dilanggar maka dampaknya akan terlihat pada masa setelah melahirkan, itu terlihat dari pantangan apa yang dilanggar. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan . “Saat hamil nda boleh mangan nenas nanti anaknya keguguran tapi biasanya pantangan itu tuk yang lagi hamil muda aja”. Informan 1 “Ya…kalau lagi hamil gini ga boleh makan pulut, kerak nasi juga katanya nanti ari-arinya bisa lengket, trus ga boleh makan nenas dan durian nanti bisa keguguran pa lagi saat hamil muda”, Informan 2 “ga boleh kerak nasi katanya ari-arinya lengket trus ga boleh makan tebu nanti bisa mngeluarkan darah sedikit tapi sakit biasanya bagi orang Jawa disebut dengan wakidang”. Informan 4 “ya ga boleh aja, katanya kalau mangan nenas, durian ma tape tu kan panas ya jadi nanti bayinya cepet lahir sebelum waktunya, trus kalau mangan nenas ma timun bisa mencegah keputihan soalnya disaat lagi hamil kayak gini gampang keputihan apa lagi di hamil tua kayak gini”. Informan 5 “Misalnya pantangannya nda’ boleh makan nenas, durian, dan tape juga, nanti anaknya jatuh atau keguguran gitu, minum es juga nda’ boleh nanti anaknya besar jadi susah dilahiri”. Informan 6 “Katanya kalau makan kerak nasi sama pulut ari-arinya bisa lengket”. Informan 7

b. Nilai-nilai yang mendasari praktek budaya Jawa dan dalam merawat kehamilan

1 Pantangan perilaku Menurut informan terdapat beberapa pantangan perilaku yang dilakukan selama hamil. Pantangan perilaku tersebut yaitu pantangan duduk di depan pintu, si suami maupun ibu hamil tidak boleh membunuh binatang, harus membawa gunting, makan di piring kecil. Yang pertama tentang pantangan duduk di depan pintu selama hamil. Menurut informan apabila duduk di depan pintu maka pada saat menjelang persalinan anak yang akan dilahirkan susah untuk keluar. ‘’Nda’ boleh duduk di depan pintu nanti anaknya susah lahirnya’’. informan 1 “ga boleh duduk di depan pintu nanti susah melahirkan’’. informan 2 “kata orang tua saya, ga boleh duduk di depan pintu, biar pas bersalin bayinya gampang keluarnya’’. informan 3 “nda’ boleh duduk di depan pintu nanti anaknya susah lahirnya iku da suatu pantangan dari orang tua dulu ya kalau iku dilanggar pasti nanti susah saat melahirkannya’’. informan 6 “hmm…ga boleh duduk di depan pintu nanti anaknya susah dilahirkan’’. informan 8 Yang kedua pantangan membunuh binatang menurut informan bahwa bagi suami yang istrinya lagi hamil dan bagi ibu hamil tidak boleh membunuh binatang sebab di percaya anak yang dilahirkan nanti akan cacat. ‘’ga boleh bunuh binatang supaya anaknya ga cacat’’. informan 1 ‘’suami maupun ibu sendiri ora iso bunuh binatang…takutnya nanti pas anaknya lahir, cacat makanya nda’ boleh bunuh binatang’’. informan 2 ‘’Ga boleh bunuh binatang, nah…biasanya kyak bunuh ular, potong ayam, ikan atau binatang yang lainnya ga boleh pantangan ini berlaku untuk suami ibu dan ibu juga soalnya nanti bayinya lahir cacat’’. informan 3 ‘’trus nda’ boleh bunuh binatang supaya anaknya ga cacat baik suami maupun ibu sendiri iku da jadi suatu kepercayaan turun menurun’’. informan 6 ‘’Kalau membunuh binatang nanti anaknya bisa cacat’’. informan 7 Salah seorang dari sepuluh informan mengatakan kalau membunuh binatang maka anak yang dilahirkan akan cacat. ‘’…trus ga’ boleh bunuh binatang supaya anaknya ga cacat, ya pernah kejadian juga suami ibu bunuh ular karna waktu itu masuk ular kerumah eh…pas lahir anak ibu sumbing makanya nyesal kali ibu ga percaya kata orang tua dulu’’. informan 10 Yang ketiga pantang kalau tidak membawa gunting sewaktu hamil, menurut mereka dengan membawa gunting sewaktu hamil mereka akan terhindar dari gangguan makhluk halus. ‘’Katanya bawa gunting saat hamil, gunanya agar nda’ diganggui makhluk halus atau hantu, malahan bukan gunting aja paku juga dibawa kata orang “tua dulu ya…supaya nda’ di ganggui hantu … tapi cukup bawa gunting kecil aja sih ora opo-opo’’. informan 1 ‘’…trus harus bawa gunting biar terhindar dari makhluk halus ya itu kata orang tua dulu sih’’, informan 2 ‘’Oh…biasanya bawa gunting itu gunanya agar terhindar dari makhluk halus yang diletakan dibawah bantal tempat tidur atau dilengketkan dibaju pake peniti dan pokonya dibawa trus deh’’. informan 3 ‘’Bawa gunting saat hamil tu da memang keharusan tuk menghindari dari makhluk halus malahan kata nenek ibu dulu bawa paku juga tapi menurut ibu itu terlalu berbahaya’’. informan 4 ‘’kalau dipikir-pikir bahaya sih…tapikan yang dibawa gunting kecil, gunanya agar si ibu dan bayi dikandungannya aman dari gangguan makhluk halus’’. informan 8 ‘’Oh…biasanya bawa gunting itu gunanya agar terhindar dari makhluk halus yang diletakan dibawah bantal tempat tidur atau dilengketkan dibaju dan dibawa trus kemana-mana’’. informan 10 Yang keempat yaitu pantang makan di piring kecil harus makan di piring besar sebab menurut mereka agar plasenta ari-arinya tidak kecil jadi harus makan di piring yang besar. ‘’kalau mangan di piring kecil nanti ari-arinya kecil juga makanya harus mangan di piring yang besar’’. informan 1 ‘’…trus kalau makan di piring kecil nanti ari-arinya juga kecil makanya makan di piring besar’’. informan 3 ‘’kalau makan di piring kecil nanti ari-arinya juga kecil makanya makan di piring besar orang jawa bilang piring ombo gitu’’. informan 6 ‘’hmm…makan di piring kecil juga nda’ bisa, takutnya ari-ari si bayi kecil juga jadi harus makan di piring besar ya…piring yang biasa kita pake setiap harinya’’. informan 9 2. Adat tiga dan tujuh bulanan Menurut informan di saat hamil terdapat adat tiga dan tujuh bulanan acara adat ini bertujuan untuk memberikan doa kesehatan dan keselamatan bagi ibu dan bayi yang di dalam kandungan sampai proses kelahiran kelak. ‘’Oh…itu namanya tingkepan atau disebut juga dengan mitoni. Pada saat tujuh bulanan atau di disebut tingkepan cuma kenduri dengan bikin tumpeng gitu lo…trus doa-doa dan tumpeng yang kita bikin tadi dibagi-bagikan sama orang yang ikut kenduri ya misalnya…seperti mandi pake air ma kembang trus ganti kain jarik sampe tujuh kali trus bagikan cendol sama rujak’’. informan 1 ‘’Ya…bikin acara syukuran gitu aja dengan buat tumpeng, cendol, sama nasi urap aja pas doa-doa sudah selesai, cendol ma nasi urapnya dibagikan sama yang ikut acara dan sama tetangga juga. Gunanya tuk syukuran aja biar anaknya sehat dan disaat persalinan nanti lancar, ibu dan bayinya selamat menurut adat gitu sih’’. informan 5 Pada acara adat tiga dan tujuh bulanan ini selain ini merupakan tradisi mereka yang sudah dilakukan turun menurun acara ini dipercaya selain memberikan keselamatan bagi ibu dan bayinya ini juga untuk menentukan jenis kelamin bayinya yaitu dengan membelah kelapa gading sesuai dengan tahapan acara tersebut, dan biasanya ini dilakukan pada acara tujuh bulanan. ‘’Ya kalau tujuh bulanan seperti biasa bagikan urap, rujak ma cendol sama tetangga. tu memang da tradisi tapi yang cuma saya tau kalau rujak dibagikan tuk mengetahui jenis kelamin anak lanang apa wedo’ katanya kalau rujaknya pedas anaknya lanang atau laki-laki’’. informan 2 ‘’Oh…kalau orang Jawa ini banyak yang kayak gitu, kalau acara adatnya kayak acara neloni tiga bulanan dan tingkeban tujuh bulanan. kalau neloni biasanya tu hanya kenduri sama doa-doa aja itu untuk doa keselamatan bagi ibu dan bayinya agar lancar sampai proses persalinan. Tingkepan biasanya ibu hamilnya dimandikan tapi sebelumnya yang pertama sekali sebelum mandi diupah-upah dulu pake tumpeng atau disebut buceng yang dipinggiran tumpeng itu ada nasi yang dibungkus kecil-kecil dan di tengahnya ada sayuran juga setelah itu baru mandi yang sebelumnya ibu sudah pakai kain jarik lalu baju yang ibu pakai itu diganti lagi sebelum diganti ditanyakan terlebih dahulu apakah kain itu cocok atau tidak sama ibu, nanyanya gini “ni cocok ora” kalau jawabnya “ora” berarti diganti dengan kain yang lain trus ditanya lagi “ni cocok ora” kalau “cocok’’ kain tadi dipakekan sama ibu dan begitu seterusnya sampai tujuh kali. Lalu pembelahan kelapa gading, nah…ini kelapanya ada dua yang setiap kelapa digambar wayang. Kata orang tua zaman dulu gunanya untuk mengetahui anak yang dikandung lanang laki-laki apa wedo’ perempuan yang digambar Srikandi dan Jenoko, nanti ibunya tutup mata nah, disitu la ibu membelah kelapa itu. trus jual cendol ma rujak, cendol yang jual si ibu dan rujak yang jual si suami tanpa meminta bayaran atau uang, tapi ibu cuma bagikan cendol dan rujak sama orang-orang yang ikut kenduri itu aja’’. informan 4 “Mitoni biasanya ibu hamilnya dimandikan tapi sebelumnya yang pertama sekali sebelum mandi diupah-upah dulu pake tumpeng atau disebut buceng. setelah itu baru mandi yang sebelumnya ibu sudah pakai kain jarik lalu baju yang ibu pakai itu diganti lagi sebelum diganti ditanyakan terlebih dahulu apakah kain itu cocok atau tidak sama ibu, nanyanya gini “ni cocok ora” kalau jawabnya “ora” berarti diganti dengan kain yang lain trus ditanya lagi “ni cocok ora” kalau “cocok’’ kain tadi dipakekan sama ibu dan begitu seterusnya sampai tujuh kali. Lalu pembelahan kelapa namanya kelapa gading. Nah…kalau itu ibu kurang tau sih ntah gambar opo, Cuma kata mama ibu tu untuk menentukan jenis kelamin calon si bayi nanti. Yang terakhir dibagikan jajanan pasar. oh…jajanan pasarnya itu isinya labu kuning yang sudah direbus dibolongi tengahnya trus diisi santan yang dikasi gula merah, disekitar labu itu ada tebu, singkong, bengkoang sama nenas barulah dibagi-bagikan sama orang-orang yang ikut kenduri’’. informan 6 Beberapa informan ada juga yang tidak mengikuti acara tujuh bulanan karena mereka beranggapan ini hanya tradisi dan kalau tidak dilakukan juga tidak ada masalah, acara ini tidak dilakukan karena beberapa informan bukan Jawa asli. ‘’Oh,..kami nda’ pake acara tiga bulanan cuma tujuh bulanan aja, soalanya acara tiga bulanan nda’ dilakukan juga nda apa-apa’’. informan 1 ‘’Oh...kalau saya ga ada pake acara tiga bulanan cuma acara tujuh bulanan aja, memang sih waktu dulu-dulunya ada acara tiga bulanan tapi saya ga ngerti, Ya kalau tujuh bulanan seperti biasa bagikan urap, rujak ma cendol sama tetangga. ya syukuran gitu aja, saya pun ga terlalu ngerti juga gunanya tuk apa, orang tu memang da tradisi’’. informan 2 ‘’hmm…kalau setau saya pada saat tiga bulanan hanya kenduri ma doa-doa aja, tapi kalau yang tujuh bulanan baru pake acara mandi pake air kembang itu bahasa Jawanya disebut dengan tingkepan, tapi yang mandinya itu ga saya lakukan, jadi pas tujuh bulanannya itu saya cuma bikin nasi tumpeng diletakan di tampah besar itu atau disebut dengan buceng’’. informan 3 ‘’Oh…ibu ga pake acara tiga bulanan’’. informan 6 ‘’Acara tiga bualanan ga ada ada dek, memangnya ada ya ? kalau tujuh bulanan biasanya tu hanya kenduri sama doa-doa aja. Biasanya ibu dimandikan tapi sebelumnya yang pertama sekali sebelum mandi di upah-upah dulu pake tumpeng. Biasanya siap di upah-upah dimandikan tapi ibu tidak ga tau gunanya untuk apa’’. informan 7 ‘’Oh...kalau saya ga ada pake acara tiga bulanan cuma acara tujuh bulanan aja, memang sih waktu dulu-dulunya ada acara tiga bulanan tapi saya ga ngerti kayaknya pun itu da ga ada lagi. Ya kalau tujuh bulanan seperti biasa, bikin tumpeng sekaligus diupah-upah gitu trus bagikan urap, rujak ma cendol sama tetangga. ya syukuran gitu aja, saya pun ga terlalu ngerti juga gunanya tuk apa, orang tu memang da tradisi’’. informan 8 ‘’Biasanya ibu diupah-upah terlebih dahulu dengan tumpeng. Biasanya siap diupah-upah dimandikan, tapi ibu tidak. iya, lagi pula ibu kan Jawa campuran jadi tidak toto’ kali Jawanya’’. informan 10 3. Minum jamu saat hamil Beberapa informan ada yang meminum jamu saat hamil gunanya untuk memberikan kesehatan dan kebugaran dan berguna juga untuk menghilangkan pegal-pegal dan masuk angin. “Minum jamu…ya untuk kesehatan aja biar badanya ga pegal-pegal dan masuk angin”. informan 1 “Ya untuk kesehatan dan juga kebugaran aja selain itu biar badannya ga pegal- pegal dan masuk angin”. informan 8 “Jamu untuk kesehatan biar badannya ga pegal-pegal dan gampang masuk angin”. informan 9 “Biasanya minum jamu, itu pun kalau gi pegal-pegal aja”. informan 10 4. Pijat di saat hamil Menurut beberapa informan ada yang melakukan pijat kusuk di saat hamil, tetapi tidak di area perut karena disaat hamil para informan mengatakan bahwa badan mereka pegal dan kaki bengkak jadi mereka memilih alternative untuk dikusuk. “Iya, tapi cuma bagian pundak ma kaki aja ibu nda’ berani dikusuk disekitar perut”. informan 1 “Tapi cuma bagian pundak ma kaki aja itu karena kakinya bengkak kalo ga bengkak ya ga juga dikusuk, ibu ga berani dikusuk disekitar perut”. informan 8 “Iya, perutnya dikusuk juga sekaligus benerin posisi anaknya juga supaya tidak sungsang”. informan 9 “Ya takut aja, nanti ntah terjadi apa-apa sama bayi ibu gimana tapi kalau kaki iya ibu biasanya minta di urutkan sama suami atau ma orang tua ibu”. informan 10

C. Pembahasan

Di antara kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat Indonesia ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil, bersalin maupun ibu nifas. Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan di samping faktor-faktor lainya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil bersalin dan nifas Syafrudin,2009. Oleh karena itu ilmu pengetahuan sosial kemasyarakatan sangat penting dipahami oleh seorang bidan sebagai petugas kesehatan dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya pendidikan dan adat istiadat yang berbeda Syafrudin,2009. Hal ini dapat kita lihat dari informan suku Jawa yang berada di Medan bahwa pada suku jawa masih mempertahankan tradisi adat istiadat walaupun suku jawa merupakan pandatang dari pulau Jawa dan sudah berbaur dengan kelompok-kelompok masyarakat dari suku-suku lainya yang memiliki kultur yang berbeda tetapi dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa masyarakat Jawa di Medan masih memegang erat tradisi dan filosofi suku Jawa terhadap kehamilan diketahui berdasarkan hasil wawancara dari kesepuluh informan yang menyatakan bahwa kebiasaan maupun pantangan perilaku yang dilakukan pada masa hamil berhubungan dengan keadaan saat menjelang persalinan. Hal ini munculnya nilai-nilai yang mendasari praktek budaya Jawa dalam merawat kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat nilai-nilai yang mendasari praktek budaya Jawa dalam merawat kehamilan yang terdiri dari pantangan perilaku, adat tiga dan tujuh bulanan, minum jamu saat hamil dan kusuk saat hamil ini semua yang mereka lakukan mulai dari hamil muda sampai proses persalinan.