Metodologi Penelitian Pada bab ini akan menguraikan dan memberikan

BAB V: Penutup Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan

masalah dan saran-saran berkenaan dengan Penelitian ini.

2. LANDASAN TEORI

2.1. Pengantar Quality of Service

Pertama kali jaringan IP diterapkan hanya membawa satu tipe informasi yaitu data non-real time , sehingga jaringan bisa didesain untuk berjalan secara best- effort yang memperlakukan semua paket sama. Tujuan utama dari jaringan IP adalah memastikan perangkat terminal mempunyai protokol dan kecerdasan yang sesuai untuk menjamin transmisi data yang bisa diandalkan sehingga jaringan bisa berjalan sesederhana mungkin. Pada sebuah jaringan yang membawa berbagai tipe lalu lintas data, keterbatasan yang menjadi elemen penting pada suatu tipe lalu lintas data bisa saja menjadi tidak penting untuk tipe lalu lintas data lainnya, dan sebaliknya. Mekanisme QoS yang diimplementasikan pada jaringan harus mampu mengoptimalkan hal tersebut.

2.1.1. Fungsi dasar QoS

Dua mekanisme QoS utama yang tersedia untuk jaringan IP adalah Integrated Service IntServ dan Differentiated Service DiffServ Welzl, 2005. Istilah traffic flow menunjukkan aliran trafik dan tiap alirannya mewakili sumber trafik yang berbeda-beda. Pada layanan best effort , semua paket digabungkan kedalam sebuah aliran massal tanpa mempedulikan asal trafik. Pada IntServ , tiap-tiap aliran dibedakan dari awal sampai akhir. Pada DiffServ, tiap-tiap aliran trafik tidak dibedakan per aliran, melainkan dikumpulkan terlebih dahulu menjadi kelas-kelas kecil. Kelas-kelas trafik tersebut diberikan perlakuan yang berbeda- beda tiap hopnya Li,1999. Pembahasan akan ditekankan pada metoda QoS DiffServ, dan akan dijelaskan lebih lanjut pada sub bab berikutnya. Untuk menyediakan QoS dalam jaringan IP jaringan harus mampu menjalankan tugas dasar, yaitu membedakan trafik atau tipe layanan menjadi beberapa kelas dan memperlakukan kelas-kelas trafik secara berbeda dengan menyediakan jaminan resource dan pembedaan layanan pada jaringan.

2.1.2. Traffic Policing

Traffic Policing digunakan untuk mengecek apakah trafik yang masuk pada port masukan sesuai dengan laju trafik yang telah disetujui antara pengguna dan penyedia jasa jaringan IP. Traffic policing terdiri dari pengukuran trafik berdasarkan laju trafik yang telah disetujui dan menandai atau menandai ulang paket berdasarkan keluaran hasil pengukuran tersebut. Biasanya, traffic policing menyesuaikan laju trafik yang datang dengan acuan laju tertentu, dengan acuan yang digunakan dapat berupa satu acuan laju yaitu Committed Information Rate CIR atau dua acuan laju, CIR dan Peak Information Rate PIR. Untuk mendapatkan laju yang sesuai dengan CIR dan PIR, traffic policing menggunakan tiga parameter yaitu Peak Burst Size PBS, Committed Burst Size CBS dan Excess Burst Size EBS Blake, 1998. a. Peak Information Rate b. Commited Information Rate c. Burst Size

2.1.3. Traffic Metering

Ada dua macam traffic metering dan mekanisme pewarnaan paket, yaitu. 1. Single Rate Three Color Marker srTCM. 2. Two Rate Three Color Marker trTCM.

2.1.4. Manajemen Antrian Aktif

Tanpa adanya Manajemen Antrian Aktif atau Active Queue Management AQM pada router, router menggunakan mekanisme yang disebut sebagai metode tail drop. Akan tetapi metode tail drop dapat berujung pada fenomena yang disebut sebagai sinkronisasi global TCP Braithwaite, 2006. Pada metode tail drop, saat buffer penuh, semua paket yang datang menuju buffer seluruhnya dijatuhkan. Bila paket ini merupakan paket TCP, semua aliran TCP yang mengalami kehilangan paket akan memelankan laju pengiriman secara simultan dan kembali mengulangi transmisi pada waktu yang hampir bersamaan. Karena semua aliran TCP yang terpengaruh dengan keadaan tersebut bereaksi dalam perilaku yang sinkron, maka kondisi kongesti pada jaringan akan berosilasi antara kondisi kongesti penuh saat semua aliran TCP mengirim paket dengan laju penuh dan tanpa kongesti semua aliran TCP memelankan laju pengiriman paket. Manajemen antrian aktif adalah mekanisme pengendalian kongesti yang bertugas untuk mencegah terjadinya sinkronisasi TCP. Ide utama dari AQM adalah untuk mengantisipasi terjadinya kongesti dan mengambil tindakan untuk mencegah atau mengurangi efek dari kongesti.

2.1.5. Penjadwalan Paket

Penjadwalan paket packet scheduling digunakan untuk menjadwalkan paket pada antrian sehingga kapasitas jaringan pada port keluaran dapat terdistribusi merata pada semua kelas trafik yang memasuki jaringan Welzl, 2005. 1. First In First Out FIFO memperlakukan semua paket sederajat sehingga cocok digunakan untuk jaringan best effort. Masalah utama yang dihadapi FIFO adalah FIFO tidak dapat membedakan atau hanya memiliki kemampuan yang sangat terbatas untuk membedakan kelas trafik. 2. Priority Queuing Pada PQ, antrian dibagi sebanyak N antrian, dengan urutan prioritas 1 sampai dengan N. Urutan pelayanan paket bergantung dari urutan prioritas dan keberadaan paket pada antrian dengan prioritas lebih tinggi. 3. Fair Queuing Pada FQ, paket datang diklasifikasikan kedalam N antrian, Setiap antrian diberikan alokasi kapasitas jaringan sebesar 1N total kapasitas jaringan. Setiap antrian dilayani secara berurutan round robin dengan melewati antrian yang kosong. 4. Class Based WFQ Pada CB-WFQ, aliran trafik dibagi ke dalam kelas-kelas, tetapi dengan pembagian kapasitas jaringan yang bergantung dari kebutuhan masing-masing kelas, dengan total kapasitas jaringan seluruh kelas adalah 100 kapasitas jaringan keluaran. 5. Hierarchy Token Bucket HTB menjamin jumlah layanan yang diterima sebuah kelas trafik paling kecil sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dan diberikan kepadanya. Apabila sebuah kelas menggunakan kapasitas jaringan lebih kecil dari yang diberikan kepadanya, sisa kapasitas jaringan yang tidak digunakan didistribusikan ke kelas lainnya.

2.1.6. Traffic Shaping

Traffic shaping digunakan untuk mengatur laju aliran trafik yang datang untuk membentuk laju trafik sedemikian rupa agar laju trafik keluaran bersifat lebih mulus. Bila laju trafik yang datang bersifat sangat acak bursty maka perlu ditempatkan dulu pada sebuah buffer sehingga laju keluaran lebih konstanLi, 1999.

2.2. Differentiated Services

DiffServ bekerja dengan prinsip pengklasifikasian trafik.

2.2.1. Arsitektur DiffServ

Arsitektur DiffServ berdasarkan sebuah model sederhana dimana trafik yang memasuki sebuah jaringan diklasifikasikan dan dapat dikondisikan pada tepi jaringan dan ditempatkan pada beberapa Behavior Aggregate BA yang berbeda. Setiap BA diidentifikasikan oleh sebuah Differentiated Service Code Point DSCP, sehingga BA dapat didefinisikan sebagai kumpulan paket dengan DSCP yang sama yang melewati sebuah link pada arah tertentu. Pada inti jaringan, paket