47
berbeda dalam pandangan interpretatif yang melihat makna dari apa yang ditampilkan oleh media.
65
Isi yang media tampilkan menurut komunitas interpretatif adalah hasil dari konstruksi dan setiap orang akan memiliki pandangan terhadap produksi
media. Sebagai contoh. Tayang Sesame street yang merupakan tayangan anak- anak. Banyak anak-anak yang menonton Sesame Street hanya untuk mengisi
waktu luang, tetapi banyak juga anak-anak yang menonton kemudian didiskusikan oleh orang tua mereka, dan memaknai tayangan itu selain
hiburan.
66
Thomas Lindlof memberikan tiga dimensi interpretative
67
: 1.
Mengartikan isi media dari dua media yang berbeda dan memiliki isu yang sama.
2. Bagaimana efek dari isi media tersebut kepada masyarakat, dan
3. Bagaimana media mengonstruksi berita tersebut.
B. Metode Penelitian
Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode analisis framing menurut Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Bagi Pan dan Kosicki,
analisis framing merupakan salah satu analisis isi kualitatif yang berbeda dengan isi tradisional. Teks berita di sini dilihat sebagai hasil konstruksi realitas,
sehingga dalam pengamatannya melibatkan pula proses produksi teks berita.
65
Stephen W. Litteljhon, Theories of Human, Communication, USA, Wadsworth, Thomson Learrning, 2005, h. 200
66
Ibid., h 201
67
Ibid.
48
Setelah beberapa kurun waktu yang cukup lama, pendekatan positivis mendominasi penelitian ilmiah, kini pendekatan positivis sudah
mulai digantikan dengan pendekatan lain yang lebih kritis. Analisis framing merupakan salah satu bentuk penelitian baru yang sedang berkembang dan
termasuk kedalam paradigma konstruksionis. Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas
seperti: peristiwa, actor, kelompok atau apapun yang dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut dibentuk melalui proses konstruksi.
68
Proses konstruksi realitas itu sendiri pada akhirnya menghasilkan mekana tertentu.
Hasilnya dapat kita cermati dari berbagai media massa, walaupun banyak media memberitakan peristiwa yang sama, namun makna yang akan diterima
khalayak akan berbeda. Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita
story telling media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang disajikan oleh berita. “cara melihat” ini
berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas.
69
Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis framing mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan anlisis isi kuantitatif.
Dalam analisis kuantitatif, yang ditekankan adalah isi content dari suatu pesanteks komunikasi. Sementara dalam analisis framing, yang menjadi
pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing, terutama melihat bagaimana pesanperistiwa dikonstruksi oleh media. Bagaimana
68
Eriyanto, Konstruksi Ideologi dan Politik Media, h. 3
69
Ibid., h. 10
49
wartawan mengonstruksi peristiwa dan menyajikan kepada khalayak pembaca.
70
Menurut Pan dan Kosicki ada dua konsepsi dalam framing yang saling berkaitan, pertama, dalam konsepsi psikologis. Framing dalam
konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses
kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu, di mana informasi tertentu ditempatkan
secara lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Kedua, konsepsi sosiologis. Pandangan sosiologis melihat pada bagaiamana konstruksi sosial atas
realitas. Frame dalam pandangan sosiologis merupakan sebuah proses seseorang
menglasifikasikan, mengorganisasikan,
dan menafsirkan
pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya, sehingga realitas menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat di mengerti
karena sudah dilabeli dengan label tertentu.
71
Pan dan Kosicki menggabungkan konsepsi psikologis dengan konsepsi sosiologis. Menurut mereka kedua konsepsi tersebut tidak dapat
dipisahkan karena pada dasarnya framing melibatkan kedua unsure tersebut. Dalam menganalisis isi teks berita, pendekatan ini membagi perangkat
framing menjadi empat struktur besar. Metode framing Pan dan Kosicki menfokuskan pada cara
wartawan dalam memaknai suatu peristiwa, sehingga perangkat wacana yang digunakan oleh wartawan menjadi perhatiannya. Melalui perangkat
70
Ibid., h. 10-11
71
Ibid., h. 252-253
50
wacana seperti kata, kalimat, lead, foto, atau gambar merupakan alat untuk memahami media dalam mengemas berita.
Dalam pendekatan ini, pendekatan framing dibagi dalam empat struktur besar. Keempar struktur tersebut adalah sintaksis, struktur skrip,
struktrur tematik, dan struktur retoris. Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media.
Pendekatan ini dapat digambarkan ke dalam skema seperti di bawah ini:
Sruktur Pada Perangkat Framing
Struktur Unit yang diamati
Sintaksis Headline, lead, latar, informasi,
kutipan sumber, pernyataan, penutup
Srip 5W + 1H
Cara Wartawan Mengisahkan Fakta
Tematik Paragraf, proposisi, kalimat,
hubungan antar kalimat.
1. Skema Berita PERANGKAT
2. Kelengkapan Berita
3. Detail 4. Maksud
5. Nominalisasi 6. Koherensi
7. Bentuk Kalimat 8. Kata Ganti
51
Retoris Kata, idiom, gambarfoto, grafik
Cara wartawan Menekankan fakta
Sintaksis
72
Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita seperti headline, lead, latar informasi, sumber atau penutup yang
berada dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Dalam penulisan jurnalistik dikenal struktur piramida terbalik. Struktur piramida terbalik tersebut
yang bias disebut sebagai salah satu bentu sintaksis. Headline merupakan aspek sintaksis yang mendapat perhatian lebih
sebab headline mempunyai pengaruh terhadap isi. Dari headline sebuah peristiwa akan dibawa dan dimengerti. Lead adalah perangkat sintaksis lainnya.
Lead umumnya memberikan suatu sudut pandang dari berita, menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberit€akan. Sedangkan latar merupakan
bagian berita yang dapat mempengaruhi semantic atau arti kata yang ingin ditampilkan. Latar belakang yang dipilih akan menentukan cara pendang
khalayak. Latar dapat pula dijadikan pembenar atas suatu ide atau gagasan tertentu yang tujuannya untuk menyerang kelompok lain dan mempertahankan
pendapat kelompoknya sendiri.
72
Disarikan dari Eriyanto, Bimo Nugroho, Frans Sudiasis, Politik Mengemas Berita h. 31-33 9. Leksikon
10. Grafis 11. Metafora
12. Pengandaian
52
Dalam penulisan sebuah berita, objektifitas harus tetap dijaga. Hal ini harus ada kesimbangan dalam pemberitaan. Prinsip keseimbangan tersebut
dikenal dengan cover both sides yang mencakup pihak yang pro maupun yang kontra, sehingga pengutipan sumber berita menjadi seimbang. Keseimbangan
lain juga meliputi objektifitas terhadap suatu pendapat. Berita yang ditulis bukan merupakan pendapat dari wartawan semata, namun juga pendapat dari orang lain
yang mempunyai otoritas tertentu atau orang yang ahli di bidangnya. Pengutipan sumber menjadi perangkat framing yang kuat atas tiga hal.
Pertama, mengklaim validitas atau kebenaran dari pernyataan yang dibuat dengan mendasarkan diri pada otoritas akademik. Wartawan bisa jadi
mempunyai pendapat tersendiri atas suatu peristiwa, pengutipan digunakan untuk member bobot atas pendapat yang dibuat. Kedua, menghubungkan poin
tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang berwenang. Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang dihubungkan dengan
kutipan atau pandangan mayoritas sehingga pendangan tersebut nampak sebagai penyimpangan social.
Skrip
73
Bentuk umum dari struktur skip ini adalah pola 5W + 1H who, what, when, where, why, dan how. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi
penanda framing yang penting. Dengan menempatkan salah satu dari 5W +1H tersebut lebih menonjol dari yang lain akan memberikan makna yang berbeda
karena adanya penekanan tertentu.
73
Ibid., h. 33-34
53
Tematik
74
Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta ditulis, bagaimana kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke
dalam teks berita secara keseluruhan. Dalam menulis berita seorang wartawan mempunyai tema tertentu atas suatu peristiwa. Tema itulah yang akan dibuktikan
dengan susunan atau bentuk kalimat tertentu, proposisi atau hubungan antar proposisi. Dalam suatu peristiwa tertentu pembuat teks dapat menanipulasi
penafsiran pembacakhalayak tentang suatu peristiwa. Elemen wacana yang dipakai dalam tema adalah :
Detail
Elemen wacana detail berhubungan dengan control informasi yang ditampilkan komunikator. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan
informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikt atau bahkan tidak disampaikan,
bila hal itu merugikan kedudukannya. Detail yang lengkap dan penjang lebar merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra
tertentu kepada khalayak.
Maksud
Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit, tegas dan jelas. Sebaliknya, informasi yang
merugikan akan diuraikan secara tersamar, implicit, tersembunyi, eufimistik, dan berbelit-belit. Tujuannya menginformasikan kepada public hanya yang
menguntungkan komunikator.
74
Ibid
54
Nominalisasi
Elemen nominalisasi
berhubungan dengan
pertanyaan apakah
komunikator memandang objek sebagai sesuatu yang tunggal berdiri sendiri atau sebagai suatu kelompok komunitas. Nominalisasi dapat memberikan sugesti
kepada khalayak adanya generalisasi.
Koherensi
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, propsisi atau kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat
dihubungkan denganmenggunakan koherensi. Sehingga fakta yang tidaj berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi merupakan
elemen wacan untuk melihat bagaimana seseorang secara stategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu
dipandnag saling terpisah, berhubungan atau malah sebab akibat.
Koherensi Kondisional
Koherensi kondisional dalam wacana dapat berupa hubungan sebab akibat, dapat juga berupa hubungan penjelas. Koherensi kindisianal ini dapat
dengan mudah dilihat dari pemakaian kata hubung untuk menggambarkan dan menjelaskan hubungan. Koherensi kondisional juga ditandai dengan pemakaian
anak kalimat sebagai penjelas, seperti pemakaian proposisi.
Koherensi Fungsional
Hubungan fungsional memuat generalisasi dan spesifikasi. Generalisasi yang berlebihan oleh komunikator atau over-generalisasi akan terlihat bila
kelompok lawan melakukan tindakan negative. Sebaliknya jika kelompok sendiri melakukan kesalahan, kita akan melihat begaimana komunikator
55
menggunakan pengecualiannya, misalnya dengan mengatakan bahwa peristiwa itu hanya dilakukan oleh oknum, memberikan sugesti bahwa peristiwa itu hanya
kecelakaan bukan suatu kebijkan yang disengaja dengan meminimalkan gaya dan proposisi dehingga orang sukar untuk menbuat generalisasi.
Koherensi Pembeda
Koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dapat dibuat
seolah-oleh saling bertentangan dan berseberangancontrast. Kata sambung yang sering dipakai untuk membedakan dua proposisi ini adalah “dibandingkan”.
Salah satu cara yang segera terlihat adalah pada pemakaian penyangkalan yang bertujuan menghindari kesan yang buruk ketika hendak menyatakan sesuatu
yang negatif.
Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berfikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Logika kausalitas ini berhungan dengan
susunan subjek yang menerangkan dan predikat yang diterangkan. Bentuk kalimat ini juga turut menentukan makna yang akan dibentuk.
Kalimat aktif umumnya digunakan agar seseorang menjadi subjek dari tanggapannya, sebaliknya kalimat pasif menempatkan seseorang sebagai objek.
Semua struktur kalimat baik aktif maupun pasif, menunjukkan pada tingkatan mana yang ditonjolkan, mana yang harus difokuskan, bagian mana yang
difokuskan dengan kata-kata khusus, frase, atau anak kalimat yang secara langsung mempengaruhi makna kata secara keseluruhan.
56
Kata Ganti
Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu imajinasi. Kata ganti merupakan alat yang dipakai
komunikator untuk menunjukkan dimana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya” atau
“kami” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Tetapi ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan
sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas anatara komunikator dengan khalayak dengan sengaja
dihilangkan untuk menunjukkan apa yang menjadi sikap komunitas secara keseluruhan.
Pemakaian kata ganti jamak seperti kita atau kami mempunyai implikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi, perhatian public serta mengurangi kritik dan
oposisi kepada diri sendiri. Pemakaian kata ganti “kita” menciptakan komunitas antara dirinya sendiri dengan para pembacanya. Apa yang menjadi sikap
komunikator seolah-oleh juga menjadi sikap khalayak. Padahal mungkin tidak semua khalayak memiliki pendapat yang sama.
Retoris
Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang pilih wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh
wartawan. Perangkat retoris digunakan untuk membuatcitra meningkatkan penonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan pada
suatu berita. Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan sebagai berikut :
57
Leksikon
Elemen ini menandakan bagaimana seseorang memilih kata dari berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pilihan kata yang dipakai tidak terjadi
kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap faktarealitas.
Gaya
Elemen gaya berhubungan dengan begaimana pesan yang disampaikan dibungkus dengan bahasa tertentu untuk menimbukan efek tertentu kepada
khalayak. Sebuah tulisan mungkin akan berisi banyak bahasa hukum atau bahasa teknis. Penulisan ini dimaksudkan untuk lebih menekankan bahwa argument
yang dikemukakan komunikator didukung oleh otoritas tertentu atau dengan kata lain pendapatnya itu benar.
Grafis
Dalam wacana berita, grafis biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring,
pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar, termasuk penggunaan caption, rasters, garafik, gambar, atau table. Elemen grafik
memberikan efek kognitif, yaitu untuk mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu informasi itu dianggap penting
dan menarik sehingga harus dipusatkandifokuskan. Elemen grafis juga muncul dalam bentuk foto. Dalam media cetak foto tersebut disebut jurnalisme foto
photojournalism “Photojournalism is visual information that makes a difference in the
lives of readers who see it. Implicit is an assumption that such information has
58
value and serves a social good. If done in the right spirit, photojournalism can be a powerful tool for explaining the larger world by conveying truths about
human condition”.
75
“Jurnalisme foto adalah informasi visual yang membuat perbedaan pada hidup pembacanya. Implicit adalah sebuah asumsi bahwa
informasi semacam itu memilki nilai dan mencerdaskan public. Jika dilakukan dalam semangat yang benar, jurnalisme foto bisa menjadi alat untuk
menjelaskan kebenaran mengenai kondisi manusia yang diabadikan dalam foto tersebut.”
Pengandaian
Elemen wacana pengandaian presuppotion merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Kalau latar berarti upaya
mendukung pendapat dengan jalan memberilatarbelakang, maka pengandaian adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya
kebenarannya. Pengandaian hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya dan karenanya tidak perlu dipertanyakan.
Metafora
Dalam suatu wacana seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan. Metafora dimaksudkan
sebagai ornament atau bumbu suatu berita, selain itu metafora dimaksudkan agar khalayak tidak bosan. Wartawan menggunakan kepercayaan masyarakat,
ungkapan sahari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci. Hal ini maksudnya
untuk memperkuat pesan utama.
75
Greg Lewis,”Photo Journalism:ContentTechnique, Fresno: Mc GrawHill, 1995
.
h,. 9
59
C. Teknik Pengumpulan Data