Analisis framing agresi militer Israel di jalur Gaza pada harian Kompas dan Republika

(1)

ANALISIS FRAMING AGRESI MILITER ISRAEL DI JALUR

GAZA PADA HARIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana S1 Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh M. Zaim Nugroho

104051001839

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M/ 1431 H


(2)

ANALISIS FRAMING AGRESI MILITER ISRAEL DI JALUR

GAZA PADA HARIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana S1 Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh M. Zaim Nugroho

104051001839

Dosen Pembimbing

Drs. Jumroni, M. Si NIP: 19630515 199203 1 006

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M/ 1431 H


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “ANALISIS FRAMING AGRESI MILITER ISRAEL DI JALUR GAZA DI HARIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata I (S1) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 16 Desember 2009 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. H. Arief Subhan, MA Ummi Musyarofah,

MA

NIP. 199600110 199703 1 004 NIP. 19710618

199703 2 002

Anggota :

Penguji 1 Penguji II

Prof. Dr. Murodi, MA Drs. Wahidin Saputra,

MA

NIP. 19640705 199203 1 003 NIP. 19700903 199603 1 001 Pembimbing

Drs. Jumroni, M. Si NIP. 19630515 199203 1 006


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji hanya bagi Allah AWT. Tuhan semesta alam yang telah menganugrahkan kepada kita semua nikmat yang tiada tara. Diantaranya nikmat Islam dan Iman, sehat serta kemudahan sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan Skripsi ini.

Tidak lupa Sholawat serta salam selalu terlimpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Sehingga kita semua dapat merasakan nikmat Iman danIslam atas jasa beliau.

Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini telah mendapat bantuan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikanya dengan baik. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah penulis mengungkapakan rasa terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dr. Arief Subhan, MA.

2. Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, sekertaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, ibu Umi Musyarofah, M.A,. Serta Pelaksana Harian Sekertaris Jurusan ,Ibu Kalsum Minagsih, yang telah membantu Penulis menyelesaikan persoalan akademis

3. Dosen Pembimbing Bpk.Drs Jumroni, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan-arahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(5)

4. Seluruh Dosen-dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi beserta staf , yang sudi dan ikhlas memberikan ilmu pengetahuannya dan bantuannya kepada penulis.

5. Tim Penguji yang telah memberikan waktunya kepada penulis untuk bisa mengoreksi penelitian ini.

6. Orang Tua penulis Ayahanda Alm. H. Syuhrowardi Rahmat, dan Ibunda Hj. Iim Imaroh, yang tidak pernah putus mendoakan dan memberikan motivasi serta selalu memberikan kasih sayang, perhatian, kesabaran dan ketulusannya sampai saat ini. Kakkaku , M.Irvan Maulana, Ayu Fatimah, Faiz, dan adik-adikku Umam, Jihan, Hilwah, yang telah memberikan dukungan dan keceriaan dalm hidup dan hari-hari penulis.

7. Sahabat-sahabat ku yang selama ini berjuang di Forum Mahasiwa Ciputat (FORMACI) Syafat, Acun, Gynajar, Hanif, Nandar, Soleh, Ilham, Ajid, Imron, evi, Sykron ,Bana, Ismail, Didi, Anwar, Nana, Mila, Pipit, Denhas, Siswo, Lala, Lilis dan teman Formaci yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

8. Senior senior FORMACI, Saiful Mujani (ka Ipung) berta Mba Ikun, Ihsan Ali Fauzi (ka Icang), Ka Hendro Prasetoyo, KA Abbas. Ka Dahlan, Ka Tasman (terimakasih buat Dayah in Aceh nya), Ka Rudi (sukses untuk Litbang Depagnya) Ka Burhanuddin ( makasih untuk artikel rtikelnya) Mas Sahal (Srimulatnya bikin lucu) Teh Neng dan Teh Nong beserta Ka Ace, dan mas Agus ( sukses selalu buat Pesantren AL Nidzomiyah dan keluarga besar Abah) Zezen Zainal Mutaqien(Makasih kiriman Artikel


(6)

dari Australianya) Seif El Jihadi (sang Konsultan Depag). Rirwan Mt, Akib, Saidiman, Didi Ahmadi, Towik, Husni, Abre, Husnil, Arif, Iqbal, Adri (Sang Heidegger Sejati), Sulaiman Djaya, Teh ayi, Fitri, Biyah, Yayang dan yang tidak bisa saya sebutkan satu satu.

9. Kepada Seluruh Staff Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jkt. Kepada Ka Jajat Burhanudin, Ka Jajang Jahroni (terimakasih Buat artkel Artikel dari Boston Nya), pak Din (LAPIS itu mengenakkan), Mba Marlin (sukses buat anak terbarunya) Mba Eti, Mba Leni, Testriyono, Adi Setiadi dan Buat Profesor Murodi, serta yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

10.buat teman Teman Kostan ibu dewi, Yasir, Zaky, Habib, Amin, Hani, Saddam, David, Arifin, Uu, Rizqi Dan terakhir Buat yayat yang telah membantu penulis selama ini. Serta teman Kosan yang baru Saudara Romzie.

11. dan akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih atas segalanya, semoga semua amal dan doa yang diberikan kepada penulis, mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin

Jakarta, 08 Desember 2009


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D.Metodologi Penelitian ... 9

E.Tinjauan Pustaka ...13

F. Sistematika Penulisan ...14

BAB II TINJAUAN TEORITIS ...16

A.Pengertian Media Massa ...16

B.Ciri-Ciri Media Massa ...17

C.Fungsi Media Massa ...20

D.Berita Media Massa ...23

E.Definisi dan Konsep Framing ...28

F. Framing menurut Model Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki ... 32

G.Kerangka Pemikiran ...36

BAB III PROFIL MEDIA CETAK ...37

A.Harian Kompas ...37


(8)

BAB IV ANALISIS FRAMING AGRESI MILITER ISRAEL DI JALUR

GAZA DI HARIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA ...46

A.Frame Kompas : Israel dikecam keras, (Pemerintah Indonesia Mengirimkan Bantuan Kemanusiaan ke Palestina) ...48

B.Frame Republika : Israel semakin Brual ...57

C.Frame Kompas: Perundingan Makin Terfokus (Israel Harus Membuka Akses ke Jalur Gaza) ...62

D.Frame Republika : Hamas-Isarael Genjatan Senjata ...69

BAB V PENUTUP ...74

A.Kesimpulan ...74

B.Saran ...76

DAFTAR PUSTAKA...77


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 ...25

Tabel 2 ...26

Tabel 3 ...27

Tabel 4 ...30

Tabel 5 ...56

Tabel 6 ...61

Tabel 7 ...68


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Agresi Israel di jalur gaza menyisakan penderitan rakyat palestina, terutama anak anak, kaum perempuan dan orang tua, serangan roket Hamas yang tidak akurat dibalas Israel dengan “ kembang api kematian”, timbulah penderitan, kehancuran dan kematian bagi rakyat Gaza. Agresi Militer Israel selama 22 hari tersebut telah menewaskan 1.300 orang, dan ribuan lainya luka luka.

Dari lingkup perstiwanya, serangan Israel ke Gaza yang dimulai di penghujung tahun 2008 dan berlanjut hingga awal 2009, merupakan fase fase akhir dari perang yang dilancarkan negara Yahudi ini terhadap bangsa Palestina dalam kurun waktu lebih dari 60 tahun terakhir. Tak sedikit pula yang yakin, bahwa tujuan dari perang ini tidak pernah berubah, yaitu- seperti diyakini oleh puluhan ilmuan yang menentag aksi Israel ini- menggunakan kekuatan militer yang berlebihan untuk melenyapkan bangsa Palestina sebagai kekuatan politik, sebagai kekuatan yang mampu menentang terus berlangsungnya aksi Israel yang ingin menelan tanah dan sumber daya mereka1.

1

Dr. Ninok Leksono, Mencari tangkai Zaitun di Reruntuk Gaza,kata pengantar : Jalur


(11)

Tindakan agresi militer yang diperagakan oleh Israel dalam konteks dunia hubungan internasional dan diplomasi sebenarnya merupakan salah satu bentuk upaya diplomasi yang dapat dilakukan oleh negara manapun. Ahli militer dan strategis terkemuka Von Clausewitz konon pernah berkata bahwa perang atau konflik bersenjata merupakan perpanjangan atau bentuk lain dari suatu politik luar negeri suatu negara. Namun dalam hal ini tindakan militer Israel dengan tidak saja menyerang objek sipil tapi bahkan juga fasilitas organisasi internasional seperti PBB, dapat disimpulkan sebagai tindakan agresi yang sangat berlebihan dan melanggar hukum internasional.

Serangan militer Israel tersebut juga kembali memperlihatkan betapa tidak berdayanya masyarakat internasional untuk mengendalikan perilaku agresif Israel. Presiden AS Barack Obama hanya menyatakan penyesalan atas jatuhnya korban sipil. Sementara itu meskipun terdapat inisiatif dari para pemimpin dunia seperti Sekjen PBB Ban Ki-Moon dan pernyataan PM Inggris, Gordon Brown saat pertemuan tingkat tinggi kemarin di Mesir, namun sangat diragukan efektivitas maupun kesungguhan mereka sebagai penengah. Keengganan para pemimpin dunia tersebut untuk mengecam perilaku Israel telah melemahkan kredibilitas mereka sendiri sebagai mediator yang jujur dalam konflik di Timur Tengah.

Konflik antara Israel dan Hamas kali ini akibat kebuntuan politik dalam mencari solusi kedepan, gagalnya perpanjangan gencatan senjata dua pekan sebelum ini adalah pemicu agresi Israel ke jalur Gaza, kedua pihak


(12)

saling tuding pihak mana yang mengawali konflik ini, bagi Hamas, Israel-lah yang melaggar gencaatan sejata sehingga Hamas menolak untuk melakukan gencaatan senjata, namun bagi Israel, hamas-lah yang telah mengirimkan roket roketnya ke wilayah Israel, sehingga Israel ingin menghancurkan Hamas dengan cara menginvasi jalur Gaza.

Agresi Israel di kawasan timur tengah adalah bukan kali ini saja, tahun 2006 yang lalu tentara Israel menyerbu wilayah Libanon selatan untuk menggempur kekuatan Hizbullah diwilayah Libanon selatan, konflik itu bermula ketika delapan tentara Israel terbunuh oleh pejuang Hizbullah dan dua lainya di tahan, sejak itu Israel mlancarkan seranganya secara membabi buta, menghancurkan kota-kota di Libanon, khusunya Beirut dan menewaskan lebih dari 1000 orang.

Konflik Israel dan Palestina sekan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut nadi kehidupan masyarakat dunia, akar konflik ini bermula ketika kongres pertama Zinonisme yang berlangsung di Basle, Swisis. Pada tahun 1896. Pada kongres zionisme tersebut merekomendasikan berdirinya sebuah negara khusus bagi kaum Yahudi yang tercerai berai di seluruh dunia, baru pada kongres kedua yang berlangsung pada tahun 1906 direkomendasikan secara tegas untuk mendirikan sebuah Negara bagi kaum Yahudi di tanah Palestina.2

2

Mustofa Abdurahman, Jejak-Jejak Juang Palestina: dari Oslo Hingga Intifadah Al-aqsa,(Jakarta: Kompas,2002), h . xxx


(13)

Zionisme merupakan gerakan rasialis yang mencita cita-citakan negara yang “murni” ras Yahudi.3Pada tanggal 14 Mei 1948 dideklarasikan berdirinya negara Israel yang langsung mendapat persetujuan Amerika, menjadi awal petaka baru bagi rakyat Palestina, Israel yang mendirikan negara diatas orang lain dan menguasai 78% wilayah palestina serta mengusir 2/3 dariseluruh penduduk Palestina keluar dari tanah mereka sendiri bukanlah hal yang menyenangkan. Zionis tercatat menghancurkan 487 desa dari total 585 desa dan melakukan minimal 34 operasi pembantaian masal pada penduduk sipil yang menjadi mimpi buruk itu semakin nyata di palestina.4

Palestina-Israel adalah dua negara yang tidak bisa lepas dari pembicaraan publik. Dua negara yang menduduki satu wilayah yang sama bukanlah hal yang biasa, Konflik, Bom Bunuh diri, negisiasi damai merupakan rutinitas bagi rakyat Israel ataupun Palestina. Dari berbagai Konflik yang terjadi di timur tengah, Konflik Arab- Israel dapat dikatakan sebagai konflik utama yang mendominasi dan membawahi pertikaian lainya.5

Agresi Israel ke wilayah jalur Gaza membuat dunia Internasional berang, tak terkecuali Indonesia, Demonstrasi menentang agresi militer Israel tersebut serentak dilakukan di seluruh tanah air, bahkan FPI (Fornt Pembela Islam) menyiapkan 1000 relawan untuk berjihad di Palestina. Tidak hanya

3

Jacob Katz and Friends,Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Zionisme. (Surabaya,Pustaka Progresif 1996),h.vii

4

Sofwan Al Banna, Palesine,”Emang Gue Pikirin”,Pro You, Yogyakarta,2000, h112 5

Walid Khalidi, “A Palestinian Prespective Affairs and Arab Israeli Conflict”. Jurnal of Palestine Studies: A Quarterly on Palestinan prespective on the Arab-Israeli Conflict Vol. XIV no.4, Summer 1985 (published Jointly by The Institute For Palestinan Studies and Kuwait University)


(14)

FPI, Organisasi keislaman yang lain juga serentak melakukan penggalangan dana untuk rakyat Palestina, bahkan Pemerintah Indonesia pun tak ketinggalan dalam memberikan sumbangan dan relawanya ke wiyah jalur Gaza, dana sebanyak dua milyar rupiah serta bantuan obat obatan dan 12 relawan dikirim ke jalur Gaza.

Agresi militer Israel ke wilayah jalur Gaza menyodot perhatian Indonesia dan dunia Internasional, kebiadaban tentara Israel setiap hari kita saksikan dilayar kaca dan media cetak, namun perstiwa tersebut dibingkai menurut idieologi pembuat berita, disinilah letak pentingnya media dalam pembentukan opini di masyarakat, Media massa memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam pembentukan opini publik pada suatu peristiwa tertentu bahkan terkadang membuat audiensnya tidak sadar akan persitiwa yang sesungguhnya terjadi.

Menurut Reese and Shoemaker, setiap berita yang disajikan oleh media tentunya telah didesain sesuai dengan “kepentingan” media baik secara internal maupun eksternal. Dengan demikian, maka teks media sangat dipengaruhi oleh pekerja media secara individu, rutinitas media, organisasi media itu sendiri, institusi diluar media, dan oleh ideologi.6

Menurut Innis, media merupakan perpanjangan tangan dari pikiran manusia dan beranggapan bahwa kecenderungan utama dalam periode sejarah

6

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message: Theories of Influence on Mass Media Content (New York: Longman Publishing Group, 1996), h. 223.


(15)

mana pun adalah pengaruh media yang berkuasa saat itu. Dengan kata lain, apa yang terjadi dan apa yang tampak penting dalam suatu periode sejarah ditentukan oleh media.7

Berita atau pesan yang ditampilkan oleh media seringkali dimaknai apa adanya oleh masyarakat. Artinya, masyarakat lebih terpengaruh pada judul berita yang dimunculkan dan kesan yang disimpulkan oleh media massa daripada menganalisis secara mendalam isi berita tersebut. Padahal dalam kenyataannya sering terjadi misinformasi dan misinterpretasi antara apa yang seharusnya disampaikan dan kenyataan yang diterima oleh pembaca.8

Menurut Robert N. Entman seperti dikutip Eriyanto, media melakukan framing dalam dua dimensi besar, yaitu proses seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Sehingga realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.9

Dengan demikian, media massa atau pers bukanlah sesuatu yang objektif. Pers bukan alat potret mekanik yang mampu menampilkan dan menggambarkan suatu peristiwa serta even kehidupan secara apa adanya. Keterbatasan teknis jurnalistik dan berbagai kepentingan manusia yang ada di

7

Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication, seventh edition (USA: Wadsworth Publishing Company, 2001), h. 326.

8

Arifatul Choiri Fauzi, Kabar-kabar Kekerasan dari Bali (Yogyakarta: LKIS, 2007), h. 5-6.

9

Eriyanto, Analisis framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKIS, 2007), h. 186.


(16)

balik media massa menyebabkan penggambaran dan pemotretan yang dilakukan oleh pers mengalami reduksi, simplifikasi, dan interpretasi. McLuhan menyatakan, pers merupakan alat untuk memotret suatu peristiwa tertentu dan bertindak sebagai translator yang memformulasi, merancang, dan memformat statement of event yang ingin dicitrakan oleh pers itu sendiri.10

Kompas dan republika adalah surat kabar berskala nasional yang cukup menonjol di Indonesia, hal ini tentu saja menyebabkan kedua surat kabar yang bersegmentasi umum ini, memiliki potensi unutuk dibaca oleh berbagai orang diseluruh Indonesia.

Bedasarkan latar belakang diatas, penelitian ini diberi judul “Agresi Militer Israel di Jalur Gaza pada harian Kompas dan Republika”

B. Pembatasan dan perumusan Masalah

1. Pembatasan

Pembatasan yang diangkat dalam skripsi ini adalah bagaimana Harian Kompas dan harian Republika mengkostruksikan realitas Agresi militer Israel di Jalur Gaza. Dalam penelitian ini penulis akan mencoba menganalisis dua buah berita dari dua harian yang bereda yaitu: harian Kompas dan Harian Republika. Berita yang diteliti adalah edisi selasa, 30 desember 2008 dan edisi senin,19 Januari. Periode ini dipilih karena

10

Marshall McLuhan, Understanding Media: The Extensions of Man (Cambridge: The MIT Press), h. 56


(17)

merupakan masa agresi militer Israel terhadap jalur Gaza. Selain itu pada rentang waktu tersebut media sedang gencar menyoroti persitiwa itu. 2. Perumusan

Mengacu pada pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana tim redaksi Harian Kompas dan Republika mengemas pemberitaan Agresi militer Israel terhadap jalur Gaza

b. Apakah terdapat perbedaan struktur wacana framing (sintaksis, skrip, tematik, retoris) dalam pemberitaan Agresi militer Israel terhadap jalur Gazadi Harian Kompas dan Republika?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian analisis teks media dengan menggunakan perangkat framing terhadap Agresi Militer Israel terhadap jalur Gaza di Harian Kompas dan Republika adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana tim redaksi Harian Kompas dan Republika mengemas pemberitaan agresi militer Israel terhadap jarur Gaza

b. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan struktur wacana framing (sintaksis, skrip, tematik, retoris) dalam pemberitaan agresi militer israel terhadap jalur Gaza di Harian Kompas dan Republika.


(18)

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian menggunakan perangkat framing terhadap agresi militer Israel terhadap jalur Gaza di Harian Kompas dan Republika ini antara lain:

a. Manfaat Akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan Ilmu Komunikasi khususnya pada kajian teks media (framing), mengenai pengkonstruksian realitas sosial oleh media massa.

b. Manfaat Praktis. Hasil penelitiaan ini diharapkan dapat memberi masukan kepada media massa cetak, agar dalam pemberitaannya dapat lebih memerhatikan aspek-aspek tertentu dari realitas, sehingga pembaca memiliki pemahaman yang mendekati kenyataan.

D. Metodologi Penelitian

Dalam skripsi ini, Penulis menggunakan Analisis Framing yang merupakan salah satu teori Alternatif untuk memperoleh gambaran isi pesan yang disampaikan dan mengetahui bagaimana media tersebut mengkonstruksi realitas. Analisis framing lebih bersifat kualitatif. Subjek penelititan ini adalah Harian Kompas dan Republika sebagai harian umum berskala nasional yang cukup menonjol di Indonesia dan yang menjadi objek penelitian ini adalah teks berita seputar pemberitaan Agresi militer Israel di jalur gaza yang terdapat pada kedua koran yang dimaksud.

Penelitian yang dilakukan penulis bersifat eksplanatif. Sifat eksplanatif ini bertujuan untuk menjelaskan sebuah permasalahan yang telah memiliki


(19)

gambaran yang jelas dan bermaksud menggali secara lebih jauh lagi (why). Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mencari sebab dan alasan (reasoning) mengapa sesuatu dapat terjadi, diantaranya menjelaskan secara akurat mengenai satu bahasan topik, menghubungkan topik-topik yang berbeda namun memiliki kesamaan, dan membangun atau memodifikasi sebuah teori dalam topik baru atau menghasilkan bukti untuk mendukung sebuah penjelasan/teori.11

Eksplanatif tidak hanya sekadar memberikan gambaran (deskriptif) dari sebuah permasalahan yang diteliti saja, melainkan juga berusaha menjelaskan pembahasan yang tengah diteliti secara lebih mendalam lagi.

Adapun tahapan dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu data primer dan sekunder. Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis, sedangkan data sekunder diperlukan guna mempertajam analisis data primer sekaligus dapat dijadikan bahan pendukung ataupun pembanding.

a. Data primer (Primary-Sources), yaitu data tekstual yang diperoleh dari pemberitaan di Harian Kompas dan Republika. Penulis memilih berita yang hanya menyangkut agresi militer Israel terhadap jalur Gaza

b. Data sekunder (Secondary-Sources), yaitu dengan mencari referensi berupa buku-buku dan tulisan lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis framing. Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas

11

Ipah Farihah, Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2006), h. 35-36.


(20)

dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan konstruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal.12

Pendekatan yang akan digunakan dalam analisis framing ini menggunakan model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki. Model analisis ini dibagi ke dalam empat struktur besar, yakni meliputi struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.

1. Struktur Sintaksis

Sintaksis dalam pengertian umum adalah susunan kata atau frase dalam kalimat.13 Sedangkan dalam tataran wacana, struktur sintaksis terdiri atas susunan atau kerangka dari sebuah penyusunan artikel atau wacana berita. Struktur sintaksis biasanya ditandai oleh “struktur piramida terbalik” dan oleh aturan-aturan atributif (penandaan) sumber. Piramida terbalik ini mengacu pada pengorganisasian bagian-bagian struktur yang runtut, seperti headline (judul utama), lead (kepala berita atau pendahuluan), episode (runtutan cerita), background (latar belakang), dan ending atau conclusion (penutup atau kesimpulan).

2. Struktur Skrip

Naskah (skrip) mengacu pada urutan aktivitas yang mapan dan stabil serta komponen-komponen kejadian yang sudah diinternalisasikan sebagai representasi mental yang terstruktur dari suatu kejadian tertentu. Naskah

12

Eriyanto, Analisis framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 66. 13

Hasan Alwi dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 36.


(21)

berita memiliki struktur yang berbeda, di mana ia ditetapkan oleh aturan-aturan yang dalam perspektif Van Djik disebut story grammars.

Struktur naskah dalam wacana, pada umumnya, merupakan kelengkapan berita yang lazim dan terdiri atas unsur-unsur 5W+1H: Siapa (Who), Apa (what), Kapan (When), Di mana (Where), Mengapa (Where), dan Bagaimana (How). Dengan menghilangkan salah satu dari enam kelengkapan berita tersebut, wartawan mampu menekankan atau menghilangkan bagian terpenting dalam mengisahkan sebuah fakta.

3. Struktur Tematik

Struktur tematik sebenarnya merupakan alat analisis untuk melihat bagaimana fakta ditulis, kalimat yang dipakai, serta menempatkan dan menulis sumber kedalam teks berita secara keseluruhan. Dalam menulis berita, seorang wartawan mempunyai tema tertentu untuk peristiwa dan tema inilah yang akan dibuktikan dengan susunan atau bentuk tertentu.

Struktur tematik dapat mengandung sebuah rangkuman dan isi utama.Rangkuman biasanya dijelaskan melalui headline, peranan atau kesimpulan. Sedangkan isi utama adalah bukti yang mendukung hipotesis yang diperkenalkan dan berisi, antara lain: episode, informasi, latar dan kutipan. Dalam mengidentifikasi sub-sub sebuah tema dan dukungan empirik dapat melalui episode, informasi latar dan kutipan dalam bentuk artikel berita yang sangat kompleks.14

14


(22)

4. Struktur Retoris

Istilah retorika (rhetoric) memiliki beragam definisi. Namun dari berbagai definisi, pada prinsipnya terdapat dua hal yang selalul berkaitan dengan istilah retorika. Pertama, aktivitas retorika sering kali berhubungan dengan wilayah politik. Kedua, retorika juga sebagai wacana yang cukup diperhitungkan dalam mempengaruhi khalayak. Dalam hal ini, struktur retoris dimaksudkan sebagai komponen yang digunakan para wartawan untuk menekankan fakta yang diberikan.

Struktur ini menggambarkan pilihan-pilihan gaya bahasa yang disusun oleh para jurnalis dalam hubungannya dengan akibat yang diharapkan. Perangkat framing yang termasuk kedalam struktur ini adalah leksikon, grafis, methapor, dan pengandaian.

E. Tinjauan Pustaka

Skirpisi ini merujuk kepada penelitian-penelitian terdahulu dan buku buku yang membahas tentang analisis Framing pada media cetak. Merujuk kepada penelitian terdahulu, seperti Analisis Framing sebelas Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam majalah Sabili dan Syirah oleh saudara Ade Saefullah, Konstruksi wacana atas Realitas (Analisis Framing Pemberitaan Insiden Monas di Koran Tempo dan Republika Edisi Juni 2008) oleh saudari Febianti Junaedi. beberapa skripsi tersebut menjelaskan bagaimana media cetak, baik itu majalah ataupun surat kabar dalam mengkostruksikan suatu realitas


(23)

khalayak melalui teks teks berita yang berkaitan dengan kasus fatwa MUI dan insiden Monas.

Perbandingan skripsi skripsi diatas dengan skripsi yang penulis susun adalah terletak pada berita yang diteliti serta pisau analisis yang digunakan, kalau saudara Ade saifuulah dan Febiyanti menggunakan pisau analisis Framing model Robert N. Entment maka penulis mengunakan model Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan, skripsi ini terdiri dari beberapa bab secara teliti dan terperinci, penulis akan menyajikan karya ilmiah ini kedala beberapa pembahasan mengenai sistematika penulisan tersebut dengan bab-bab yang ada sebagai berikut:

Bab satu, merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari : Latar belakang Masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, Serta kajian pustaka, sistematika penulisan.

Bab dua, membahas kerangka teori yang meliputi: pengertian media massa, ciri- media massa, fungsi media massa, berita media masa, nilai media massa, kategori berita; Definisi dan kosep Framing, Framing model Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki; kerangka pemikiran.

Baba tiga, membahas tentang profil media cetak, yang terdiri dari profil harian Kompas, yang meliputi; sejarah perusahaan, visi, misi dan nilai


(24)

nilai dasar harian kompas. Profil harian Republika, visi, misi dan nilai nilai dasar harian Kompas dan Republika.

Bab empat, membahas analisis Framing agresi militer Israel terhadap jalur Gaza di harian Kompas dan Republika.

Bab lima, merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan penulisan dan sekaligus untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah, serta menyampaikan saran-saran dan lampiran-lampiran yang terkait dengan penelitian.


(25)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Media Massa

Sebelum membahas mengenai media Massa, maka penulis perlu memaparkan Komunikasi Massa, definisi Komunikasi massa adalah Komunikasi melalui media massa (modern). Media massa atau mass media berasal dari bahasa Inggris, singkatan dari Mass Media of Communication atau Media of Mass Comunication, yang artinya komunikasi media massa atau komunikasi masa. Komunikasi massa adalah komunikasi dengan mengunakan sarana atau peralatan yang dapat menjangkau massa sebanyak banyaknya dan dengan area seluas luasnya.15 Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.16

Lebih rinci mengenai definisi komunikasi massa dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain yaitu G Gerbner: komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dari masyarakat industri.17

15

Y.S. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: Grasindo,1998), Cet. ke-1, h.75 16

Siti karlinah,et.al.,Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000) , Cet. Ke-2, h. 13

17


(26)

G. Meltzke memberikan definisi komunikas massa yang diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media, penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.18

Selain definisi–definisi komunikasi massa diatas, masih banyak lagi para ahli komunikasi massa yang memberikan definisi komunikasi massa. Jalaludin Rahmat merangkumnya dalam suatu definisi yakni; “Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serempak dan sesaat”.19

Dari pemamparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa media massa adalah media atau sarana yang berfungsi sebagai perantara untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan dalam komunikasi massa.

B. Ciri-Ciri Media Massa

Media massa mempunyai ciri-ciri yang beragam, diantaranya memiliki kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous)dan sesaat (instantaneous).

Pers atau media cetak memiliki cirri-ciri yang berbeda dibandingkan dengan media massa lainya. Diantaranya khalayak yang diterapkanya bersifat

18

Ibid, h. 14 19


(27)

aktif dan pesan yang disampaikan diungkapkan dengan kata-kata. Adapun cirri-ciri media massa diantaranya.20

1. Komunikator yang Melembaga

Komunikator dalam media massa itu bukanya satu orang – wartawan- melaikan kumpulan orang. Media massa hanya bisa muncul karena gabungan kerjasama beberapa orang. Artinya, gabungan antar brbagai macam unsur bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. 2. Komunikan yang Bersifat Heterogen

Komunikan media massa bersifat hetorogen maksudnya adalah komunikanya terdiri dari berbagai macam individu yang bebeda beda, juga tidak saling mengenal satu sama lain, yang tidak terbatas pada usia, jenis kelamin, agama, suku, status sosial lainya

3. Pesan yang Bersifat Umum

Pesan-pesan dalam media massa tidak ditujukan kepada salah satu kelompok tertentu tetapi harus bersifat umum. dalam surat kabar biasanya artikel yang dikehendaki adalah yang mengunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua khalayak.

4. Berlangsung Satu Arah

Dalam media massa khusunya media cetak komunikasi yang terjadi berlangsung satu arah (one way communication). Ini berarti tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikan. Dengan kata lain, wartawan

20


(28)

sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan dari pembacanya terhadap pesan atau berita yang disampaikannya. Namun kalaupun terjadi umpan balik atau reaksi biasanya memerlukan waktu yang tertunda atau disebut juga arus balik tertunda (delayed feedback), contohnya dalam media cetak umpan balik berlangsung melalui surat pembaca.

5. Menimbulkan kesempakan

Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan pada khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Acara yang ditayangkan televisi, akan ditonton oleh berjuta-juta pemirsa secara bersamaan merupakan salah satu contohnya. 6. Mengandalkan Peralatan Teknis

Media massa dalam menyampaikan pesan kepada khalayak sangat membutuhkan peralatan teknis, seperti dalam surat kabar adalah mesin cetak, tape recorder, komputer dan sebagainya.

7. Dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper sering disebut juga sebagai palang pintu, penjaga gawang atau penyaring informasi adalah orang yang paling berperan dalam penyebaran berita melalui media massa. Dengan kata lain gatekeeper adalah tim redaksi yang melakukan pemilahan, penyesuaian dengan media yang bersangkutan.


(29)

C. Fungsi Media Massa

Ada banyak pendapat yang menjeaskan fungsi dari media massa, definisi ini mempunyai latar beakang dan tujuan yang berbeda satu sama lain. Meskipun satu pendapat dengan pendapat yang lain berbeda, tetapi titik mereka mungkin bisa sama. Menurut Joseph R. Domminick sebagaimana dikutip Onong Uchjana Effendy21, ada dua tahap untuk memperoleh kejelasan mengenai fungsi komunikasi massa atau media massa. Pertama, kita dapat menggunakan perspektif seorang sosiolog dan meneropongnya melalui lensa lebar seraya mempertimbangkan fungsi-fungsi yang ditunjukan oleh media massa bagi keseluruhan masyarakat (pendekatan ini kadang-kadang disebut makroanalisis). Titik pandang ini terfokus kepada tujuan yang jelas dari komunikator dan menekankan tujuan yang tampak itu melekat pada isi media.

Kedua, sebaliknya kita dapat melihatnya melalui lensa close-up kepada khalayak secara perseorangan, dan meminta kepadanya agar memberikan laporan mengenai bagaimana mereka menggunakan media massa (pendekatan ini dinamakan mikroanalisis).

Kadang-kadang hasilnya menunjukkan hal yang sama dalam arti bahwa khalayak menggunakan isi media massa yang sejalan dengan yang dituju oleh komunikator. Adakalanya tidak sama, khalayak menggunakan media dengan cara yang tidak diduga oleh komunikator.

21

. Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 28


(30)

Berikut merupakan fungsi media massa atau komunikasi massa menurut Joseph R. Dominick:22

a. Pengawasan (Surveillance)

Media massa menyampaikan pesan-pesannya, baik dalam bentuk informasi maupun berita secara terus menerus untuk membuat masyarakat menyadari perkembangan di dalam lingkungannya. Fungsi pengawasan ini terbagi menjadi dua.

Pertama, Pengawasan Peringatan (warning or beware surveillance), pengawasan ini terjadi jika media menyampaikan informasi kepada kita mengenai ancaman angin topan, letusan gunung merapi, kondisi ekonomi yang mengalami depresi, meningkatnya inflasi atau bahaya serangan militer.

Kedua, Pengawasan Instrumental (instrumental surveillance), yaitu berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Berita tentang harga barang kebutuhan pokok di pasar, film yang dipertunjukan di bioskop, produk-produk terbaru adalah contoh pengawasan instrumental.

b. Interpretasi (interpretation)

Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi beserta interpretasi/tafsiran mengenai suatu peristiwa tertentu. Contoh dari fungsi ini adalah tajuk rencana/editorial surat kabar.

22


(31)

c. Hubungan (linkage)

Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan. Contohnya hubungan para elit partai politik dengan pengikut-pengikutnya ketika membaca berita surat kabar mengenai partainya yang dikagumi oleh para pengikutnya itu.

d. Sosialisasi

Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang mengacu kepada cara-cara di mana seseorang mengadopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok.

e. Hiburan (entertainment)

Media massa menghadirkan tayangan-tayangan yang bersifat menghibur bagi pembacanya, yang berguna untuk melepaskan penat dari aktifitas keseharian maupun setelah melihat berita-berita berat.

Dari uraian di atas, fungsi media massa yang begitu beragam dapat disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yakni: menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertaint), mempengaruhi (to influence).23

23


(32)

D. Berita Media Massa

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia definisi berita adalah laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.24 berita berasal dari bahasa Inggris yakni ”news”. Menurut Mitchel V.Carnley dan James M. Neal berita atau news adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan secepatnya disampaikan.25 Ada beberapa definisi tentang berita diantaranya:26

a. Dean M. Spencer mendefinisakan berita sebagai suatu kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian pembaca

b. Dr. Williard C.Blayer, berita adalah termasuk (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam media cetak karena itu ia dapat menarik atau mempunyai makna dan dapat menarik minat bagi pembaca

c. Willian S. Maulsby menyebutkan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi

d. Eric C. Hefwod berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting dan manarik perhatian pembaca.

24

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 40

25

AS. Haris Sumandira,Jurnalistik Indonesia, menulis berita dan feature panduan praktis jurnalis professional, ( Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2005), cet. Ke-1, hal. 64

26

Totok Djunarto, Manajemen Penerbitan Pers, (Badung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. Ke-1, h.47


(33)

Dengan demikian berita adalah fakta, opini, pesan, informasi yang mengandung nilai nilai yang diumumkan, diinformasikan, yang menarik perhatian sejmlah orang yang memiliki persyaratan diantaranya:27

a. Akurat, singkat, padat, jelas dan sesuai dengan kenyataan.

b. Tepat waktu dan aktual.

c. Objektif, sama dengan fakta yang sebenarnya, tampa opini dari penulis.

d. Menarik, disajikan dengan kata-kata dan kalimat yang khas, segar, dan enak dibaca.

e. Baru.

1. Nilai Berita dalam Media Massa

Setiap hari ada jutaan peristiwa yang terjadi, dan jutaan peristiwa itu semuanya potensial dibentuk menjadi berita. Kenapa hanya peristiwa tertentu yang diberitakan? Dan kenapa hanya sisi tertentu saja dari peritiwa yang ditulis oleh wartawan? Karena hanya peristiwa yang mempunyai ukuran-ukuran atau nilai –nilai tertentu saja yang layak dan bisa disebut sebgai berita.28

Berita berasal dari berita peristiwa yang dianggap memiliki nilai, nilai berita adalah produksi dari konstruksi media. Untuk melihat pembagian konstruksi berita oleh media lihat pada tabel-1 berikut ini:

27

Sr.Maria Asumpta Kumanti, Dasar- Dasar Pulic Realition Teori dan Praktik,(Jakarta: Grasindo,2002), h 130

28

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan politik Media, (Yogyakarta : LKiS, 2005), Cet. Ke-3, h. 106


(34)

Tabel-1 Nilai –Nilai Berita

Prominace Nilai berita diukur dari kebesaran peristiwanya atau arti pentingnya. Peristiwa yang diberitakan hanya kejadian-kejadian penting. Seperti pelantikan Presiden atau peritiwa yang menewaskan seluruh penumpangnya.

Human Interest Peristiwa baru tersebut sebagai berita kalau peristiwa itu lebih banyak mengandung unsur haru, sedih, dan menguras emosi khalayak. (Bencana tsunami)

Conflict/controversy Peristiwa itu baru dianggap suatu berita, kalau peristiwa itu lebih banya mengandung konflik atau kontroversi. Unusual Peristiwa yang jarang terjadi atau tidak biasa

Proximity Peristiwa yang dekat lebih layak diberitakan, baik fisik maupun emosional.

Dari daftar tabel diatas kita bisa melihat bagaimana peritiwa yang begitu banyak setiap saat dan setiap waktu dapat diseleksi. Nilai berita merupakan konstruksi sosial. Ia menentukan apa yang layak dan apa yang bisa disebut berita. Jika mengacu pada nilai berita maka peristiwa yang negatif, Konflik, Kontroversi, jarang terjadi,penting dan semakin berkaitan peritiwa tersebut dengan khalayak maka semakin dapat dianggap sebagai berita.29

29


(35)

2. Kategori Berita dalam Media Massa

Proses kerja dan produksi berita adalah sebuah konstruksi. Kenapa sebuah peristiwa dapat dikatakan sebagai berita sementara peristiwa yang lain tidak. Ini adalah sebuah konstruksi. Sebagai sebuah konstruksi ia menentukan mana yang dianggap berita mana yang tidak. Mana yang penting dan yang tidak penting. Selain nilai berita, prinsip lain dalam proses produksi berita adalah apa yang disebut sebagai kategori berita.30

Secara umum seperti yang dicatat oleh Tuchman, wartawan memaknai lima kategori berita. Kategori tersebut dipakai untuk membedakan jenis isi berita dan kategori subjek peristiwa yang mnjadi berita. Kelima Kategori tersebut dapat digambarkan seperti pada tabel-2.31

Tabel-2 Kategori Berita

Hard News Berita yang terjadi saat itu. Kategori berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualisasi. Semakin cepat diberitakan semakin baik.bahkan ukuran keberhasilan dari kategori ini adalah kecepatannya diberitakan

Soft News Yang termasuk kategori ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan kisah manusiawi (Human Interest). Pada jenis berita ini tidak dibatasi oleh

30

Ibid., h. 108 31


(36)

waktu. Ia bisa diberitakan kapan saja

Spot News Spot news adalah sub klasifikasi dari berita yang berkategori hard news. Dalam spot news, peristiwa yang dilipit tidak direncanakan

Devloping News Devloping news adalh sub klasifikasi dari hard news yang umumnya berhubungan dengan peristiwa yang tidak terduga seperti spot news. Tetapi dalam devloping news dimasukan elemen lain, seperti peristiwa yang diberitakan adalah bagian dari rangkaian berita yangakan diteruskan keesokan hari atau dalam berita selanjutnya.

Continuing News Continuing news adalah sub klasifikasi lain dari hard news. Dalam continuing news peristiwa-peristiwa bisa diprediksi dan direncanakan

Adapun pendapat yang lain mengenai kategori berita dikemukakan oleh asep Syamsul Romli, diantaranya seperti dalam tabel-3.32

Tabel-3 Jenis Berita

Straight News Berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar yang menjadi berita utama merupakan berita jenis ini.

32


(37)

Deep news Berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada dibawah suatu permukaan.

Investigation News berita yang dikembangakan bedasarkan penelitian dari berbagai sumber

Interpretative News Berita yang dikembangakan bedasarkan pendapat wartawan bedasarkan faktan yang ditemukan

Opinion News Berita mengenai pendapat seseorang , biasanya pendapat para cendikiawan mengenai suatu hal

E. Definisi dan Konsep Framing

Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Awalnya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku yang membimbing individu dalam membaca realitas.33 Dalam perkembangan terakhir, konsep ini digunakan untuk menggambarkan proses penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realitas oleh media.

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam

33


(38)

berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.34

Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut.35 Karenanya, berita menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar, atau tak terelakkan.36

Framing, seperti dikatakan Todd Gitlin, adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Frame adalah prinsip dari seleksi, penekanan dan presentasi dari realitas.37

Ada berbagai macam definisi mengenai framing. Berbagai definisi tersebut dapat diringkas dalam tabel dibawah ini. Dari tabel tersebut, terdapat berbagai definisi mengenai framing yang disampaikan dari para ahli. Berikut definisi tersebut:

34

Ibid, h. 162. 35

Bimo Nugorho, Eriyanto, Franz Sudiarsis, Politik Media Mengemas Berita (Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 1999), h. 21.

36

Teguh Imawan, Media Surabaya Mengaburkan Makna (Jakarta: Pantau Edisi 09/Tahun 2000), h. 65-73.

37


(39)

Tabel-4 Teori Framing

Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari penelitian itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain.

William A. Gamson Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu dibentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang disampaikan, serta untuk manafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.

Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.

David E. Snow and Robert Benford

Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dari kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu.


(40)

Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa.

Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki

Strategi komunikasi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas konvensi pembentukan berita.

Sedangkan menurut George Junus Aditjondro sebagaimana dikutip Arifatul Choiri Fauzi, mengartikan framing sebagai sebuah penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, tetapi dibelokkan secara halus, memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, bantuan foto, karikatur, dan menggunakan alat ilustrasi lainnya.38

Lebih lanjut Aditjondro menjelaskan bahwa proses framing merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses penyuntingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian media cetak. Reporter di lapangan menentukan pelaksana, menentukan apakah laporan reporter akan dimuat atau tidak, menentukan judul apa yang akan diberikan. Petugas layout tidak berkonsultasi dengan para redaktur untuk menentukan apakah teks berita itu perlu diberi aksentuasi foto, karikatur, atau bahkan ilustrasi mana yang dipilih.

38

Arifatul Choiri Fauzi, Kabar-kabar Kekerasan dari Bali (Yogyakarta: LKIS, 2007), h. 28.


(41)

Menurut Aditjondro, proses framing tidak hanya melibatkan pekerja pers, tetapi pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus tertentu dan masing-masing berusaha menampilkan sisi-sisi informasi yang ingin ditonjolkan dengan menyembunyikan sis-sisi lain serta mengaksentuasikan pada kesahihan pandangannya dengan mengacu pada pengetahuan, ketidaktahuan, dan perasaan pembaca. Proses framing media massa sebagai arena di mana informasi masalah tertentu diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara berbagai pihak yang sama-sama menginginkan pandangannya didukung oleh pembaca.39

Dengan demikian, framing merupakan seleksi dan penekanan aspek-aspek realitas melalui beberapa cara, seperti penempatan (kontekstualisasi), pengulangan, asosiasi simbol-simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dll. Tujuannya adalah untuk membuat aspek-aspek dari realitas yang diwacanakan menjadi lebih noticeable, meaningful, dan memorable untuk khalayak.

F. Framing menurut Model Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki

Dalam skripsi ini, framing yang digunakan adalah model Zhongdang Pan dan Gerald Kosicki. Menurut Pan dan Kosicki, wacana media merupakan proses kesadaran sosial yang melibatkan tiga pemain, yaitu sumber, jurnalis, dan audience dalam memahami budaya dan menyangkut dasar-dasar kehidupan sosial yang telah diatur, sedangkan framing yang digunakan oleh

39


(42)

kaum konstruktivis dalam menguji wacana media difokuskan pada konseptualiasasi teks media ke dalam dimensi yang bersifat empiris dan operasional berupa struktur sintaksis (syntatical structures), struktur naskah (script structures). Struktur tematik (thematic structures), dan struktur retoris (rethorik structures).40

1. Struktur Sintaksis

Sintaksis dalam pengertian umum adalah susunan kata atau frase dalam kalimat.41 Sedangkan dalam tataran wacana, struktur sintaksis terdiri atas susunan atau kerangka dari sebuah penyusunan artikel atau wacana berita. Struktur sintaksis biasanya ditandai oleh “struktur piramida terbalik” dan oleh aturan-aturan atributif (penandaan) sumber. Piramida terbalik ini mengacu pada pengorganisasian bagian-bagian struktur yang runtut, seperti headline (judul utama), lead (kepala berita atau pendahuluan), episode (runtutan cerita), background (latar belakang), dan ending atau conclusion (penutup atau kesimpulan).

2. Struktur Skrip

Naskah (skrip) mengacu pada urutan aktivitas yang mapan dan stabil serta komponen-komponen kejadian yang sudah diinternalisasikan sebagai representasi mental yang terstruktur dari suatu kejadian tertentu. Naskah berita memiliki struktur yang berbeda, di mana ia ditetapkan oleh aturan-aturan yang dalam perspektif Van Djik disebut story grammars.

40

Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki, Framing Analysis: An Approach to News Discourse, (Politicial Communication. Vol.10 No.1), h.55.

41

Hasan Alwi dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 36.


(43)

Struktur naskah dalam wacana, pada umumnya, merupakan kelengkapan berita yang lazim dan terdiri atas unsur-unsur 5W+1H: Siapa (Who), Apa (what), Kapan (When), Di mana (Where), Mengapa (Where), dan Bagaimana (How). Dengan menghilangkan salah satu dari enam kelengkapan berita tersebut, wartawan mampu menekankan atau menghilangkan bagian terpenting dalam mengisahkan sebuah fakta. 3. Struktur Tematik

Struktur tematik sebenarnya merupakan alat analisis untuk melihat bagaimana fakta ditulis, kalimat yang dipakai, serta menempatkan dan menulis sumber kedalam teks berita secara keseluruhan. Dalam menulis berita, seorang wartawan mempunyai tema tertentu untuk peristiwa dan tema inilah yang akan dibuktikan dengan susunan atau bentuk tertentu.

Struktur tematik dapat mengandung sebuah rangkuman dan isi utama. Rangkuman biasanya dijelaskan melalui headline, peranan atau kesimpulan. Sedangkan isi utama adalah bukti yang mendukung hipotesis yang diperkenalkan dan berisi, antara lain: episode, informasi, latar dan kutipan. Dalam mengidentifikasi sub-sub sebuah tema dan dukungan empirik dapat melalui episode, informasi latar dan kutipan dalam bentuk artikel berita yang sangat kompleks.42

42


(44)

4. Struktur Retoris

Istilah retorika (rhetoric) memiliki beragam definisi. Namun dari berbagai definisi, pada prinsipnya terdapat dua hal yang selalul berkaitan dengan istilah retorika. Pertama, aktivitas retorika sering kali berhubungan dengan wilayah politik. Kedua, retorika juga sebagai wacana yang cukup diperhitungkan dalam mempengaruhi khalayak. Dalam hal ini, struktur retoris dimaksudkan sebagai komponen yang digunakan para wartawan untuk menekankan fakta yang diberikan.

Struktur ini menggambarkan pilihan-pilihan gaya bahasa yang disusun oleh para jurnalis dalam hubungannya dengan akibat yang diharapkan. Perangkat framing yang termasuk kedalam struktur ini adalah leksikon, grafis, methapor, dan pengandaian.


(45)

G. Kerangka Pemikiran

Paradigma Konstruksionis

Analisis framing merupakan metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Paradigma ini memandang bahwa berita adalah hasil konstruksi dari pekerja media. Berita bukanlah fakta

yang utuh melainkan hasil realitas bentukan media.

Media Massa (Kompas&Republik

a)a

Fakta

Ideologi

Berita

Agresi Militer Israel di Jalur Gaza

Proses Konstruksi

5 Level Yang Mempengaruhi Pembentukan Berita: (1) Level Individual, (2) Level

Rutinitas Media,

(3) Level Organisasi, (4) Level Ekstramedia, (5) Level Ideologi

Realitas


(46)

BAB III

PROFIL MEDIA CETAK

A. Harian Kompas 1. Sejarah Perusahaan

Harian Kompas pertama kali terbit pada hari Senin, 28 Juni 1965. Pada rencana awalnya harian ini bernama Bentara Rakyat. Nama ini dipilih sebagai penegasan diri pembela rakyat. Akan tetapi, menjelang diterbitkan, Frans Seda, salah seorang pencetus lahirnya koran ini, datang ke Istana Bung Karno, yang saat itu sebagai presiden. Kemudian presiden Soekarno memberi nama Kompas, dengan maksud agar jelas diterima sebagai penunjuk arah. Akhirnya, koran yang rencananya bernama Bentara Rakyat berganti nama menjadi Kompas, sedangkan bentara rakyat dijadikan sebagai yayasan yang menerbitkan.43

Gagasan untuk menerbitkan koran ini bermula dari Panglima TNI AD Ahmad Yani yang bertujuan untuk melawan pers komunis. Gagasan ini disampaikan kepada Frans Seda yang saat itu menjabat sebagai menteri perkebunan. Kemudian Frans Seda meneruskan ide ini kepada beberapa orang sahabanya, yakni Ignatius Josep Kasino, Petrus Kanisius Ojong, dan Jakob Oetama inilah yang kemudian mempersiapkan segala sesuatunya.44

Pada saat pertama terbit, Kompas dicetak sebanyak 4.800 eksemplar dan hanya empat halaman. Saat itu, oleh kalangan komunis,

43

Tim penyusun, 35 Tahun Kompas, (Jakarta: Brosur Kompas, 2000) 44


(47)

Kompas diplesetkan sebagai Komando Pastor, sebab tokoh-tokoh pendiri dan perintisnya banyak yang berasal dari kelompok atau partai katolik. Pada tahun 1982 penerbit Kompas tidak lagi yayasan Bentara Rakyat. Sesuai dengan UU Pokok Pers tahun 1982 dan Ketentuan Surat izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) yang mewajibkan penerbitan pers harus berbadan hukum.

Motto “Amanat Hati Nurani Rakyat” yang diletakkan di bawah logo Kompas dalam menggambarkan visi dan misi Kompas dalam menyuarakan hati nurani rakyat. Adapun tujuan Kompas, yaitu pertama, ingin berkembang sebagai institusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotakan, latar belakang suku, agama, ras, dan golongan. Kedua, ingin berkembang sebagai “Indonesia mini” karena Kompas sendiri adalah lembaga yang terbuka, kolekif, ingin ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Ketiga, ingin menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi, mengarahkan fokus perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang transeden atau mengatasi kepentingan kelompok.45

Pada awalnya jumlah wartawan Kompas hanya sepuluh orang, namun saat ini jumlah wartawannya lebih dari 100 orang, dengan oplah 450.000-500.000 eksemplar. Kompas pernah mencapai tiras tertinggi yakni 600.000 eksemplar. Jumlah oplah sebuah media menunujukan kepercayaan masyarakat pembaca.

45


(48)

PT. Kompas Media Nusantara adalah lembaga media massa, Pemimpin tertinggi adalah Pemimpin Umum, Pemimpin Umum dibantu oleh Wakil Pemimpin Umum Bidang Non Bisnis dan Wakil Pemimpin Umum Bidang Bisnis, lalu ada Pemimpin Redaksi yang bertanggung jawab pada bidang redaksi, dan Pemimpin Perusahaan yang bertanggung jawab bidang bisnis. Di bawah Pemimpin Redaksi ada Redaktur Pelaksana dan dibawahnya terdapat Kepala Desk, Kepala Biro dan paling bawah adalah reporter.

Di bidang bisnis, di bawah Pemimpin Perusahaan ada General Manajer Iklan dan General Sirkulasi, dan General Manajer marketing communication. Di antara dua bidang itu, ada bagian Penelitian dan Pengembangan, Direktorat SDM-Umum, dan Teknologi Informasi. Mereka sifatnya supporting dan dibawah supervisi Wakil Pemimpin Umum non bisnis, sementara untuk Pemimpin Perusahaan disupervisi Wakil Pemimpin Umum bidang bisnis.46

1) Pembagian dalam Struktur Organisasi ini, dimaksudkan untuk memudahkan pembagian sistem kerja “Produk” Kompas yang dihasilkan itu merupakan hasil kerja sinergis dari unit-unit yang ada dalam struktur organisasi.

46


(49)

2. Visi, Misi dan Nilai-nilai Dasar Kompas a. Visi Kompas47

“Menjadi institusi yang memberikan pencerahan bagi perkembangan masyarakat indonesia yang demokratis dan bermartabat, serta menjunjung tinggi asas dan nilai kemanusiaan” b. Misi Kompas48

“Mengantisipasi dan merespon dinamika masyarakat secara profesional, sekaligus memberi arah perubahan (trend setter) dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi terpercaya”.

3. Struktur Organisasi Kompas

PT. Kompas Media Nusanatara adalah lembaga media massa, pemimpin tertinggi adalah pemimpin umum, Peimpin umum dibantu oleh wakil pemimpin umum bidang non bisnis dan wakil pemimpin umum bidang bisnis, kemudian ada Pemimpin Redaksi yang bertanggung jawab di bidang redaksi, dan pemimpin perusahaan yangbertanggung jawab di bidang bisnis. Dibawah Pemimpin Redaksi ada Redaktur Pelaksana dan dibahwahnya terdapat Kepala Desk, Kepala Biro dan paling bawah adalah Reporter. Di bidang bisnis, dibawah Pemimpin Perusahaan ada General Manajer Iklan dan General Sirkulasi dan General Manajer marketing comunication. Diantara dua bidang itu ada bagian penelitian dan pengembangan ,Direktorat SDM-Umum, dan teknologi informasi. Mereka sifatnya supporting dan dibawah supervisi wakil pemimpin umum non

47

Ibid, h. 4. 48


(50)

bisnis, sementara untuk pemimpin perusahaan disupervisi wakil pemimpin bidang bisnis, pembagian dalam struktur organisasi ini dimaksudkan untuk memudahkan pembagian sisttem kerja “produk” Kompas yang dihasilkan itu merupakan hasil kerja sinergis dari unit unit yang ada didalam struktur.

B. Harian Republika 1. Sejarah Perusahaan49

Harian umum Republika yang terbit pada tahun 1993 merupakan koran Islam yang berasosiasi dengan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abadi Bangsa yang dipimpin oleh mantan Menristek BJ Habibie. Nama Republika berasal dari ide Presiden Soeharto, yang saat itu disampaikan saat beberapa pengurus ICMI Pusat menghadap untuk menyampaikan rencana peluncuran harian umum tersebut. Pada awalnya, harian ini akan diberi nama Republik.

Yayasan Abadi Bangsa, sebagai pengelola harian Republika, mendapatkan SIUPP dari pemerintah, yakni Departemen penerangan RI pada tanggal 19 Desember 1992, melalui dukungan ICMI. Perolehan SIUPP Republika ini sangat mudah bila dibandingkan dengan media lain, karena lima tahun terakhir menjelang Republika lahir pemerintah tidak pernah mengeluarkan SIUPP baru. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Menteri Penerangan Harmoko bahwa SIUPP baru untuk harian umum tidak akan dikeluarkan karena peredarannya sudah jenuh.

49

Lihat Arifatul Choiri Fauzi, Kabar-kabar Kekerasan dari Bali (Yogyakarta: LKIS, 2007), h.199-200.


(51)

Motto pada waktu itu yang dicanangkan Republika adalah “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. Maksud motto tersebut adalah untuk mewujudkan media massa yang mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas. Namun pada tahun 2008, motto tersebut diubah menjadi “Pegangan Kebenaran”.50 Tujuan Republika searah dengan tujuan ICMI yang berdiri pada tanggal 7 Desember 1990, yaitu mewujudkan penyebaran program ICMI ke seluruh bangsa melalui program 5K, yaitu Kualitas Iman, Kualitas Hidup, Kualitas Karya, Kualitas Kerja, dan Kualitas Pilar. Kehadiran harian ini membawa konsep baru dalam dunia persuratkabaran di Indonesia. Di awal pembentukannya, Republika dikelola oleh para jurnalis yang handal dan intelektual muslim modernis yang ingin mempersiapkan masyarakat dalam era baru perkembangan politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, sosial, dan budaya.

Oleh para penggagasnya harian Republika ini dimaksudkan sebagai sarana untuk menyalurkan aspirasi sebagian besar rakyat Indonesia secara proporsional dalam percaturan nasional baik di bidang politik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Mereka adalah rakyat yang tergolong lemah secara ekonomi. Karena ekonominya lemah, kecil pula aksesnya pada sumber-sumber informasi dan pusat-pusat pengambilan keputusan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Oleh karena itu, mereka sering di rugikan,

50


(52)

dan sering disebut the underdog. Sejak awal, koran ini telah berpihak pada kepentingan mereka.51

Harian Republika merupakan harian yang “dekat” dengan pemerintah saat itu. Kedekatan ini terlihat dari adanya beberapa menteri kabinet yang menjadi anggota ICMI, seperti Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardjiman Joyonegoro, Menteri Perdagangan Satrio Budiharjo, Menteri Perhubungan Harjanto Danutirto, dan Menteri Kesehatan Sujudi. Kedekatan Republika dengan pemerintah juga terlihat dalam mudahnya Republika mendapatkan SIUPP yang selama ini sangat sulit diperoleh.

Keberadaan Republika tidak bisa dipisahkan dari ICMI, organisasi yang pernah menjadi mesin politik BJ Habibie, sebagai sponsor lain Republika. Adanya orang-orang ICMI di Republika sampai saat ini, menurut Zaim Uchrowi, tidak memengaruhi sikap jurnalistik Republika. Asas keseimbangan berita senantiasa di jaga.

Sejak mulai terbit pada tanggal 4 januari 1993, oplah penjualan Republika terus meningkat. Sepuluh hari sejak terbit, oplah Republika sudah mencapai 100.000 eksemplar. Padahal rencana awal terbit hanya diperkirakan sekitar 40.000 eksemplar per hari pada semester pertama tahun 1993, berarti oplah Republika meningkat 2,5 kali lipat dari rencana awal. Pada semester kedua, oplah Republika naik menjadi 130.000

51


(53)

eksemplar dan memasuki tahun kedua sudah meningkat menjadi 160.000 eksemplar per hari.52

2. Visi dan Misi Republika a. Visi Republika53

Menjadikan HU Republika sebagai koran umat yang terpercaya dan mengedepankan nilai-nilai universal yang sejuk, toleran, damai, cerdas, dan profesional, namun mempunyai prinsip dalam keterlibatannya menjaga persatuan Bangsa dan kepentingan umat Islam yang berdasarkan pemahaman Rahmatan Lil Alamin.

b. Misi Republika54

1) Menciptakan dan menghidupkan sistem manajemen yang efisien dan efektif, serta mampu dipertanggungjawabkan secara profesional.

2) Menciptakan budaya kerja yang sehat dan transparan.

3) Meningkatkan kinerja dengan menciptakan sistem manajemen yang kondusif dan profesional.

4) Meningkatkan penjualan iklan dan koran, sementara menekan biaya operasional ( a.l. dengan memiliki Mesin Cetak ).

5) Memprioritaskan pengembangan pemasaran HU Republika di jabodetabek, tanpa harus mematikan di daerah yang sudah ada. 6) Merajut tali persaudaraan dengan organisasi Islam di Indonesia.

52

Ibid, hal.202. 53

Data diakses pada 1 Juli 2008 dari http://www.republika.co.id. 54


(54)

7) Bekerjasama dengan mitra usaha di dalam pengembangan pasar HU Republika di luar pulau Jawa.

8) Mengamati peluang pengembangan "Koran Komunitas" seperti misalnya "Bintaro Pos", "Depok Pos", "Bekasi Pos" atau jenis koran lainnya.

9) Mengelola Kantor Perwakilan sebagai "semi otonomi".

10)Menjadikan PT Republika Media Mandiri sebagai "sister company" yang sehat.

11)Menjadikan HU Republika sebagai koran terdepan. Pengelola PT.Republika Mandiri

KOMISARIS

Komisaris Utama: Malik Sjafei saleh, Komisaris: Drs. Chaerudin, R. Harry Zulnardy.

DIREKSI

Direktur Utama: Erick Tohir, Direktur Operasional: H. Daniel Wewengkang, Direktur Pemsaran: Nucky Surahmad, Direktur Keuangan dan SDM: Rachmat Yuliwinoto, Kadiv Iklan dan Promosi: Yulianingsih, Kadiv Sirkulasi: Dedik Supardiono, Kadiv Produksi: nurrokhim, Kadiv Riset dan Pengembangan: Arief Supriyono, Kadiv sistem Informasi dan Manajemen: Anif Punto Utomo, Kadiv SDM: Y.Sofyan, Kadiv Keuangan: Herry Setiawan.


(55)

BAB IV

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN AGRESI MILITER ISRAEL DI JALUR GAZA DI HARIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA

Serangan Israel ke Jalur Gaza pada pertengahan Desember sampai pertengahan Januari kemarin telah menewaskan 1000 orang lebih dan ribuan orang luka-luka, serangan Israel itu juga menghancurkan fasilitas publik seperti universitas, masjid, rumah sakit dan lain lain. Dunia Internasional mengecam dan mengutuk atas tindakan Israel tersebut, bahkan PBB telah mengeluarkan resolusi untuk menghentikan konflik Gaza tersebut, namun resolusi tersebut tidak di patuhi oleh pemerintah Israel, serangan demi serangan terus dilakukanya demi alasan ingin menghancurkan Hamas.

Serangan militer Israel tersebut juga kembali memperlihatkan betapa tidak berdayanya masyarakat internasional untuk mengendalikan perilaku agresif Israel. Presiden AS Barack Obama hanya menyatakan penyesalan atas jatuhnya korban sipil. Sementara itu meskipun terdapat inisiatif dari para pemimpin dunia seperti Sekjen PBB Ban Ki-Moon dan pernyataan PM Inggris, Gordon Brown saat pertemuan tingkat tinggi kemarin di Mesir, namun sangat diragukan efektivitas maupun kesungguhan mereka sebagai penengah. Keengganan para pemimpin dunia tersebut untuk mengecam perilaku Israel telah melemahkan kredibilitas mereka sendiri sebagai mediator yang jujur dalam konflik di Timur Tengah.

Konflik Israel dan Palestina seakan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut nadi kehidupan masyarakat dunia, akar konflik ini bermula ketika


(56)

kongres pertama Zionisme yang berlangsung di Basle Swiss. Pada tahun 1896. Pada kongres zionisme tersebut merekomendasikan berdirinya sebuah negara khusus bagi kaum Yahudi yang tercerai berai di seluruh dunia, baru pada kongres kedua yang berlangsung pada tahun 1906 direkomendasikan secara tegas untuk mendirikan sebuah Negara bagi kaum Yahudi di tanah Palestina.55

Zionisme merupakan gerakan rasialis yang mencita-citakan negara yang “murni” ras Yahudi.56 Pada tanggal 14 Mei 1948 dideklarasikan berdirinya negara Israel yang langsung mendapat persetujuan Amerika, menjadi awal petaka baru bagi rakyat Palestina, Israel yang mendirikan negara diatas orang lain dan menguasai 78% wilayah palestina serta mengusir 2/3 dari seluruh penduduk Palestina keluar dari tanah mereka sendiri bukanlah hal yang menyenangkan. Zionis tercatat menghancurkan 487 desa dari total 585 desa dan melakukan minimal 34 operasi pembantaian masal pada penduduk sipil yang menjadi mimpi buruk itu semakin nyata di palestina.57

Agresi militer Israel di wilayah Gaza pada desember hingga Januari kemarin adalah agresi yang banyak menyedot perhatian dunia Internasional, agresi ini bermula ketika tidak tercapai kesepakatan untuk mencari solusi damai kedepan, menurut pihak Hamas, Agresi ini merupakan pembantaian terhadap warga sipil Gaza, sedangkan dari pihak Israel membantah dan menyatakan bahwa Agresi ini dilakukan untuk menekan pihak Hamas yang selama ini sering mengganggu wilayah Israel dngan serangan rudal dan roket.

55

Mustofa Abdurahman, Jejak-Jejak Juang Palestina: dari Oslo Hingga Intifadah Al-aqsa,(Jakarta: Kompas,2002), h . xxx

56

Jacob Katz and Friends,Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Zionisme. (Surabaya,Pustaka Progresif 1996),h.vii

57


(57)

Agresi ini adalah buntut dari ketidak sefahaman antara Israel dan pihak hamas, menurut pihak Israel, bahwa hamaslah yang memulai pertikaian dengan meyerang Israel dengan roket roketnya setiap hari, sedangkan dari pihak Hamas, Israel lah yang memulai dengan memblokade semua akses menuju Gaza.

Harian kompas dan republika sama-sama memberitakan Agersi militer israel di Jalur Gaza, dalam sudut pandang yang berbeda. Peristiwa ini sangat penting sehingga membuat simpati dunia, bagaimana harian Kompas dan republika memaknai peristiwa tersebut? Kita akan melihat bagaimana peristiwa ini ditulis oleh harian Kompas dan Republika dengan pandangan atau frame masing masing.

A.Frame Kompas : Israel dikecam keras, pemerintah Indonesia mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Palestina

Kompas menurunkan berita mengenai Agresi Militer Israel di Julur Gaza dengan judul Israel dikecam keras. Berita ini diletakkan di halaman satu (headline). Kompas ingin menunjukan bahwa berita ini merupakan berita yang sangat penting untuk di ketahui khalayak. Dalam pandangan Kompas, serangan Israel ke Jalur gaza membuat krisis kemanusiaan dan membuat banyak korban dari pihak sipil. Pandangan semacam ini akan terlihat dari bagaimana Kompas melakukan strategi wacana tertentu dalam berita untuk mendukung gagasannya.

Dari analisis sintaksis, judul yang ditampilkan oleh Kompas menunjukan sikap dunia internasional yang prihatin atas serangan Israel tersebut serta sikap Israel yang masih terus menyerang Hamas dan kepedulian


(58)

pemerintah Indonesia yang akan mengirimkan bantuan tunai senilai 1 Juta dolar AS ke Palestina. Hal ini juga dapat dilihat dari lead yang diturunkan Kompas:

Kecaman keras terhadap serangan Israel ke jalur Gaza tidak membuat negara itu surut. Memasuki hari ketiga, senin(29/12),pesawat jet tempur Israel masih saja mengebom lokasi –lokasi yang dianggap penting bagi Hammas di jarul Gaza

Lead ini menunjukan bahwa Agresi militer Israel di Jalur Gaza tidak mendapat dukungan dari dunia Internasional. Dengan lead ini, Kompas terlihat mengutuk Agersi militer Israel meskipun negara tersebut masih dan terus akan menyerang Jalur Gaza. Penolakan Agresi Militer Israel tersebut terlihat dari pandangan Kompas yang mengharapkan penghentian serangan ke Jalur Gaza serta dibukanya pintu penyebarangan bagi bantuan kemanusiaan. Dalam teks berita tersebut, Kompas menulis pernyataan lima narasumber, yaitu Ban Ki-Moon, Navi Pillay, Miguel D’Escoto Brockmann, Susilo Bambang Yodhoyono dan Yusuf Kalla. Ke-limanya mengutuk agresi militer Israel di Jalur Gaza serta mendesak kepada Pemerintah Israel untuk segera menghentikan segala bentuk penyerangan ke wilayah jalur Gaza

Sekertaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban KI-Moon meminta Israel untuk segera menghentikan serangan ke jalur Gaza dan membuka pintu penyebrangan bagi bantuan kemanusiaan. Komisaris PBB untuk Hak Azasi Manusia Navi Pillay juga meminta Israel mematuhi hukum


(59)

Internasional, terutama dalam penggunaan kekuatan militer dan serangan terhadap warga sipil.

Presiden Majelis Umum PBB Miguel D’ Escoto Brockmann dari Nikaragua menyebutkan perilaku Israel itu jelas merupakan bentuk serangan oleh negara yang sangat kuat. Oleh karena itu ia meminta PBB untuk bertindak tegas kepada Israel.

Pemerintah Indonesia mengecam keras serangan Israel ke Gaza. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan sudah menulis surat kepada sekjen PBB Ban Ki-Moon dan dewan Keamanan PBB Neven Jurica agar segera bersidang dan mengeluarkan resolusi PBB untuk menghentikan serangan Israel ke Gaza. Israel dan Palesitina dihimbau kembali berunding untuk mewujudkan perdamaian.

Kompas menulis pernyataan pembelaan dari pemerintah Israel yaitu, Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barack, Perdana Menteri Israel Ehud Olmet serta Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni yang mengatakan bahwa Israel melakukan serangan karena tidak tahan dengan serangan mortir dan roket Hammas serta berusaha memulihkan kehidupan normal, tenang dan damai bagi warga Gaza dan Israel yang menderita akibat serangan Roket dan mortir Hamas serta meminta kepada dunia Internasional agar melihat Hamas sebagai biang keladi. Penulisan berita ini menunjukan Kompas ingin melihat kasus ini tidak dilihat sepengal tapi dilihat apa penyebabnya, yakni Hamas yang selalu menembakan Roket dan mortirnya kewilayah Israel.

Serangan Israel, yang dilangsungkan sejak Sabtu lalu, diklaim Israel karena mereka sudah tidak tahan lagi terhadap serangan mortir dan roketdari Gaza. Satu hari sebelum serangan kilat Israel, paling tidak ada100 roket dan mortir yang di tembakan ke Israel.

Menurut Perdana menteri Israel Ehud Olmet, pihaknya hanya berusaha memulihkan kehidupan normal, tenang dan damai bagi warga selama bertahun tahun.unutk itu menteri luar negeri Israe Tzpi Livni justru meminta dunia ”membuka mata” dan melihat hamas sebagai biang keladi.


(1)

Skrip Penekanan pada aspek bahasa yang mengunakan kalimat nonformalistik (kalimat yang diperoleh dari kutipan langsung) Republika mengajak khalayak untuk melihat kekejaman Israel dengan mengutip mengatakan agresi Israel merupakan kejahatan perang.

Tematik(1). pengumuman genjatan dari pihak Hamas, dan Faksi Faksi lainya (2) Israel telah menyatakan gencatan secara sepihak serta tidak ingin berunding dengan pihak Hamas (3) desakan dari Negara Inggris, Mesir, Perancis, Jerman, Italia, Turki serta PBB yang bertemu di Mesir yang meminta Israel unutk membuka akses penuh bagi pekerja kemanusiaan dan bantuan sosial.(4)Republika ingin menunjukan kepada Israel telah melakukan kejahatan perang. RetorisRepublika memberikan label otoritas jabatan dari para tokoh untuk


(2)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Sasaran akhir dari sebuah penelitian adalah berusaha menjawab permasalahan penelitian dan membuktikan tujuan penelitian. Berdasarkan hasil analisa data yang didapat, maka diperoleh kesimpulan:

1. Media memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam menyampaikan suatu peristiwa atau fakta kepada para khalayak/pembaca. Apa yang ditulis oleh media dapat memengaruhi khalayak/pembaca dan menjadi opini publik. Berita yang ditampilkan media tidak serta-merta benar dan natural. Sebelum berita itu sampai kepada khalayak/pembaca, berita itu telah mengalami proses konstruksi. Pada saat itulah fakta yang ada diolah sedemikian rupa, disesuaikan dengan visi misi media, ideologi, kemudian ditentukan tujuan dari berita itu, dan disesuaikan dengan ruang di dalam media. Dalam pemberitaan Agresi Militer Israel di jalur Gaza, media pun melakukan proses tersebut. Pengemasan pesan yang dilakukan Kompas dan Republika antara lain sebagai berikut:

a) Dalam pemberitaan Agresi Militer Israel di Jalur Gaza, ada dua isu yang diangkat oleh media. Yang pertama adalah masalah penyebab Agresi Militer Israel di Jalur Gaza. Frame yang dibawa oleh Kompas terhadap isu ini yaitu serangan Israel di jalur Gaza oleh Israel merupakan akibat dari ulah Hamas. Artinya, serangan Israel ke Jalur


(3)

Gaza tidak semerta merta begitu saja, tapi akibat ulah Hamas yang selalu menembakan rokoet roketnya ke wilayah Israel. Kompas lebih banyak menggambarkan reaksi darimayarakat dunia dengan mengecam Agresi Israel tersebut . Dengan menunjukan reaksi masyarakat internasioanal tersebut Kompas ingin menunjukan bahwa agersi Militer Israel hanya akan membawa korban bagi warga sipil di Gaza. Pada Republika, frame yang dibawa adalah Kebrutalan tentara Israel dalam menyerang Gaza . Republika memandang Serangan Israel tersebut hanya akanmenambah rasa kebencian warga Gaza terhadap Israel.

2. Isu kedua yaitu masalah genjatan senjata di Jalur Gaza. Frame yang dibawa Kompas adalah perundingan yang maikn terfokus. Kompas memandang bila Genjatan senjata di harapkan agar bertahan lama serta menampilkan tutuntan dari sejumlah pihak agar Israel besedia membuka akses di Jalur Gaza. Frame Republika lebih keras serta mengatakan Israel telah melakukan kejahatan perang.

3. Dari segi struktur wacana framing (sintaksis, skrip, tematik dan retoris) terdapat perbedaan antara yang ditampilkan Kompas dan Republika. Perbedaan tersebut terutama terlihat dari struktur tematik dan retoris. Kompas lebih halus dan samar-samar dalam menampilkan wacana agresi militer Israel di Jalur Gaza serta juga menyalahkan pihak Hamas dalam pemberitaanya. Sedangkan Republika, terlihat lebih menonjolkan sisi


(4)

Kekejaman tentara Israel serta membela Hamas dalam konstruksi wacananya.

B. Saran-saran

Dari kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan agar dapat dijadikan bahan pertimbangan, baik dari segi fungsional maupun substansialnya, diantaranya sebagai berikut:

1. Dalam proses pengemasan pesan dalam bentuk berita, sebaiknya media mengacu pada format standar penulisan berita pada umumnya, yaitu dengan standarisasi yang baik. Antara lain dengan menampilkan unsur 5W+1H yang lengkap dan menempatkan peristiwa dan narasumber secara berimbang (cover both sides).

2. Dalam mengkonstruksi sebuah relaitas, media diharapkan dapat menanggalkan bias-bias yang dianut media selama ini. Bias-bias yang ditampilkan media dalam mengkonstruksikan realitas, mungkin saja dapat berakibat buruk bagi media dan lingkungan sosial tertentu bila konstruksi yang disampaikan berkaitan dengan sebuah konflik sosial.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mustofa, Jejak-Jejak Juang Palestina: dari Oslo Hingga Intifadah Al-aqsa,(Jakarta: Kompas,2002)

Al Banna,Sofwan, Palesine,”Emang Gue Pikirin” (Yogyakarta: Pro You,2000) Alwi, Hasan, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka,

2000)

Bungin Burhan, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2007)

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002)

Djunarto Totok, Manajemen Penerbitan Pers, (Badung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000)

Effendy Uchjana Onong, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001)

Eriyanto, Analisis framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKIS, 2007)

Fauzi Choiri Arifatul, Kabar-kabar Kekerasan dari Bali (Yogyakarta: LKIS, 2007)

Farihah Ipah, Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2006)

FA Santoso., dkk., Media Kit Kompas 2007 (Jakarta: Kompas, 2007) Gunadi Y.S., Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: Grasindo,1998)

Imawan Teguh, Media Surabaya Mengaburkan Makna (Jakarta: Pantau Edisi 09/Tahun 2000)

Jacob Katz and Friends,Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Zionisme. (Surabaya,Pustaka Progresif 1996)

karlinah Siti ,Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000)

Kumanti Asumpta Sr.Maria, Dasar- Dasar Public Realition Teori dan Praktik,(Jakarta: Grasindo,2002)

Kuncahyono Tias, Jerusalem. Kesucian, Konflik, Dan pengadilan Akhir ( Jakarta, Kompas 2009)


(6)

Kuncahyono Trias, Jalur Gaza. Tanah terjanji, Intifada, dan Pembersihan Etnis,( Jakarta, Kompas,2009)

Littlejohn W. Stephen, Theories of Human Communication, seventh edition (USA: Wadsworth Publishing Company, 2001)

McLuhan Marshall, Understanding Media: The Extensions of Man (Cambridge: The MIT Press)

Nurudin, Komunikasi massa, (Yogyakarta: Cespur,2004)

Nugorho Bimo, Eriyanto, Sudiarsis Franz, Politik Media Mengemas Berita (Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 1999

Pan Zhongdang and M. Kosicki Gerald, Framing Analysis: An Approach to News Discourse, (Politicial Communication. Vol.10 No.1)

Shoemaker J Pamela. dan Reese D. Stephen, Mediating The Message: Theories of Influence on Mass Media Content (New York: Longman Publishing Group, 1996)

Scwandt A.Thomas, Constructivist, Interpretivist Approach to Human Inquiry, dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research (London: Sage Publication, 1994)

Strauss Anselm dan Corbin Juliet, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Penerjemah Muhammad Shodia dan Imam Muttaqin (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003)

Sumandira Haris AS,Jurnalistik Indonesia, menulis berita dan feature panduan praktis jurnalis professional, ( Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2005) Tim penyusun, 35 Tahun Kompas, (Jakarta: Brosur Kompas, 2000)

Walid Khalidi, “A Palestinian Prespective Affairs and Arab Israeli Conflict”. Jurnal of Palestine Studies: A Quarterly on Palestinan prespective on the Arab-Israeli Conflict Vol. XIV no.4, Summer 1985 (Published Jointly by The Institute For Palestinan Studies and Kuwait University)