Titrasi Redoks menggunakan KMnO

26 2.7. Titrasi Redoks 2.7.1. Proses Reaksi Redoks Sejumlah reaksi diamana keadaan oksidasi berubah yang disertai dengan pertukaran elektron antara pereaksi disebut dengan reaksi redoks atau disebut juga dengan reaksi oksidasi-reduksi Oksidasi dapat diartikan sebagai suatu proses yang mengakibatkan hilangnya suatu elektron atau lebih dari dalam zatatom, ion, atau molekul. Bila suatu unsur dioksidasi,keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif dan sautu zat pengoksidasi adalah suatu zat yang memperoleh elektron dan dalam proses itu zat itu direduksi. Reduksi dapat diartikan sebagai suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih oleh zatatom, ion atau molekul. Bila suatu unsur direduksi keadaan oksidasi akan beruban menjadi lebih negatif. jadi suatu zat pereduksi adalah suatu zat yang kehilangan elektron dimana dalam proses ini zat itu dioksidasi. Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung dengan serempak karena elektron -elektron yang dilepaskan oleh suatu zat harus diambil oleh zat yang lain.

2.7.2. Titrasi Redoks menggunakan KMnO

4 sebagai Pentiter Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena berbagai zat organic dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini, Namun demikian agar titrasi redoks ini berhasil dengan baik maka persyaratan berikut harus dipenuhi: Universitas Sumatera Utara 27 Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran elektron secara stoikiometris. Reaksi Redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur dan harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai. Titrasi redoks merupakan salah satu cara penentuan berbagai senyawa yang mudah, cepat dan tepat. Akan tetapi sebelum titrasi redoks dapat dijalankan senyawa yang akan ditentukan harus diubah seluruhnya terlebih dahulu menjadi bentuk tereduksinya atau bentuk teroksidasinya. Untuk itu harus dilakukan reduksi atau oksidasi pendahuluan. Cara titrasi redoks untuk penentuan reduktor digolongkan sesuai dengan oksidator yang digunakan sebagai pentiter yang paling umum digunakan adalah KMnO 4 kalium permanganat sebagai pentiter sehingga dinamakan sebagai titrasi permanganometri. Kalium Permanganat KMnO 4 merupaka oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam. Paro reaksinya sebagai berikut: V E O H Mn H e MnO o 51 , 1 4 8 5 2 2 4 + = + → + + + + − Reaksi ini tidak bolak-balik, sedangkan potensial elektroda bakunya diukur secara tidak langsung. Potensial elektrodanya sangat bergantung pada pH karena itu titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat H 2 SO 4 1N. Sedangkan bobot tara permanganat adalah seperlima dari bobot rumusnya. Mesikpun demikian kalium permanganat juga merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam lingkungan seperti ini ion permanganat tereduksi menjadi mangan bervalensi empat sesuai dengan persamaan reaksi berikut: Universitas Sumatera Utara 28 V E O H MnO e H MnO o 68 , 1 4 3 4 2 2 4 + = + → + + ↓ + − Sebaliknya, dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau . Larutan baku KMnO 4 dibuat dengan melarutkan sejumlah kalium permanganat dalam air kemudian mendidihkanya selama delapan jam atau lebih, kemudian sering endapan MnO 2 yangn terbentuk, lalu bakukan dengan zat baku utama. Zat baku utama yang lazim dipakai adalah natrium oksalat. Titik akhir titrasi dengan menggunakan KMnO 4 sebagai pentiter atau titrasi permanganometri akan ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan oleh kelebihan permanganat.

2.7.3. Indikator titrasi Redoks