BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian serta analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu maka pada bagian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut : 1.
Dalam rangka perkembangan internet banking di Indonesia, Pengaturan Internet banking di Indonesia terdapat dalam Regulasi Bank Indonesia yang
dituangkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 27164KEPDIR dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 279UPPB tentang
Penggunaan Teknologi Sistem Informasi Perbankan keduanya dikeluarkan tanggal 31 Maret 1995. Bersamaan dengan itu, Bank Indonesia juga
mengeluarkan buku panduan Pengamanan Penggunaan Teknologi Sistem Informasi Oleh Bank sebagai lampiran dari SKDBI dan SEBI tersebut, juga
dikeluarkannya PBI No. 915PBI2007 tentang Penerapan Manajemen risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum, Pedoman
Penyelesaian Pengaduan Nasabah. Selain peraturan-peraturan di atas, Pengaturan mengenai Internet Banking di Indonesia juga diatur di dalam UU No.
36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi, UU No. 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, UU No. 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen serta UU No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Khairil Aswan Harahap : Perlindungan Hukum Nasabah Bank Dalam Cyber Crime Terhadap Internet Banking Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, 2009
USU Repository © 2008
2. Cyber Crime memiliki beberapa bentuk dalam aktivitasnya, di samping itu
cyber crime dalam bidang Perbankan juga memiliki beberapa Bentuk-bentuk yang sering digunakan pelaku kejahatan untuk melaksanakan aksinya,
adapun bentuk-bentuk cyber crime di bidang perbankan yang lazim terjadi yaitu: Typo site, Keylogger keystroke logger, Sniffing, Brute Force
Attacking, Web Deface, Email Spamming, Denial of Service, Virus, worm, trojan.
3. Perlindungan nasabah sangat penting guna menciptakan kondisi yang saling
menguntungkan berbagai pihak dan tentunya akan bermuara kepada perbaikan perekonomian. Isi perjanjian internet banking banyak yang
merugikan nasabah. Alasannya karena isi klausula baku tersebut banyak yang melepaskan tanggung jawab pihak bank. Padahal sebagai konsumen, nasabah
juga mempunyai hak dan kewajiban yang setara dengan pihak bank. Penegakan hukum dapat dilakukan melalui dua instrumen yaitu Melalui
Penegakan Hukum Perdata dan Pidana. Dalam melakukan penegakan hukum perdata, maka setiap orang berhak untuk mengajukan gugatan.
Dalam melakukan penegakan hukum pidana dilakukan oleh penyidik yang terdiri
dari Kepolisian Republik Indonesia POLRI dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS. Yang menjadi perlindungan khusus terhadap sistem elektronik
yaitu: Penggeledahan dan atau penyitaan terhadap sistem elektronik yang terkait dengan dugaan tindak pidana harus dilakukan atas ijin ketua PN
setempat. Pasal 43 ayat 3 UU ITE. Penegakan hukum pidana dalam UU
Khairil Aswan Harahap : Perlindungan Hukum Nasabah Bank Dalam Cyber Crime Terhadap Internet Banking Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, 2009
USU Repository © 2008
ITE diatur dalam ketentuan beberapa pasal yang ada dalam UU tersebut yang mengatur mengenai sanksi-sanksi pidana yang ditentukan, antara lain: Pasal
45 UU ITE, Pasal 46 UU ITE, Pasal 47 UU ITE, Pasal 48 UU ITE, Pasal 49 UU ITE, Pasal 50 UU ITE, dan Pasal 51 UU ITE serta Pasal 52 UU ITE.
Khairil Aswan Harahap : Perlindungan Hukum Nasabah Bank Dalam Cyber Crime Terhadap Internet Banking Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, 2009
USU Repository © 2008
B. Saran