Analisis Pengaruh Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Perum Pegadaian Kanwil I Medan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP EFISIENSI KERJA KARYAWAN PADA PERUM

PEGADAIAN KANWIL I MEDAN

OLEH :

NORA ROSELILA MARBUN 080521153

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Perum Pegadaian Kanwil I Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja karyawan pada Perum Pegadaian Kanwil I Medan, jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode sampel jenuh dengan populasi sebanyak 35 orang, dan seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan metode deskriptif dan metode kualitatif. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebar kuesioner/daftar pernyataan, pengukurannya menggunakan skala Likert dan diolah secara statistik dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows. Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji identifikasi determinan (R2), dan Uji T.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada Perum Pegadaian Kanwil I Medan sebesar 66%. Hal ini di tunjukkan dari hasil pengujian identifikasi determinan (R2) sebesar 0,660 atau 66% sedangkan sisanya sebesar 34% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(3)

ABSTRACT

The title of this study is “The Effect Analyses of Controlling Against Work Efficienty of Employees In Perum Pegadaian Kanwil I Medan”. This study aims to determine whether the controlling has an influence on work efficienty of employees at the Perum Pegadaian Kanwil I Medan, the type of data used are primary data and secondary data.

Sampling method used is the method of sample saturated with a population of as many as 35 people and the entire population sampled in the study Analysis method used is descriptive and qualitative methods. Primary data in this study were obtained by spreading the questionnaire / list of statements, using a Likert scale and processed statistically using SPSS for windows version 16.0. Testing hypotheses used in this research that the determinant identification test (R2), and Test t.

The results show that there is a positive and significant influence between the variables of controlling of employees work efficienty variables in Perum Pegadaian Kanwil I Medan of 66%. It is on show from the test results identifying the

determinant (R2) of 0.660 or 66% while the remaining amount of 34% influenced by other factors not examined in this study.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas Kasih dan Anugerah-Nya yang diberikan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini yang berjudul Analisis Pengaruh Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Perum Pegadaian Kanwil I Medan. Tujuan penulisan Skripsi ini dilakukan guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Terima Kasih yang tak terhingga Penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta L. Marbun dan E. N. br. Hutabarat atas Doa dan dukungannya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Pada kesempatan ini, Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, M.E., sebagai Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si, sebagai Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Ibu Dra. Komariah Pandia, S.E, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing Penulis yang telah bersabar hati untuk memberikan bimbingan, saran, dan bersedia meluangkan waktu kepada Penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.

6. Ibu Dr. Prihatin Lumbanraja, S.E, M.Si., sebagai Dosen Penguji I, yang memberi saran yang sangat berguna demi kesempurnaan Skripsi ini.

7. Bapak Doli M. Ja’far Dalimunthe, SE, M.Si., sebagai Dosen Penguji II, yang telah memberi saran yang sangat berguna demi kesempurnaan Skripsi ini.

8. Seluruh Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

9. Pimpinan dan para karyawan Perum Pegadaian Kanwil I Medan yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk pelaksanaan riset, khususnya Pak Lintong, Pak Faisal, dan Melva Ria Hutapea.

10. Saudara/i-ku yang tercinta: Kak Septrida Marbun, A.Md, Ito dan Edaku (Federico Olkin Marbun, S.H dan Yanti L. Tampubolon, Am.Keb), Adikku Evelyn Marbun, S.E, serta Bang Herman Hasibuan, S.Pd. (Thank’s ya buat doa dan semangatnya selama penyusunan Skripsiku).

11. Kepada sahabat-sahabat Penulis yang terkasih di Departemen Manajemen Stambuk 2008: Marina, Sisfonyi, Yenny, Wasti, Enny, Mery, Jane, Juwita, Aurelia, Betharia dan Kak Fetty serta teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, memberi perhatian, dan doa kepada Penulis.


(6)

12. Kepada sahabat-sahabat Alumni D-3 Polmed Penulis yang terkasih lainnya Elsa, Raphita, Tulang Tobing, Bang Hendrik, Maretta, Naomi, Hendriko, Bintang, Dani, Leonny, Irchandra, Andreas, dan Ruth yang selalu memberi semangat kepada Penulis.

Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan, November 2011

Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 8

2.1 Pengawasan……… ... 8

2.1.1 Pengertian Pengawasan ... 8

2.1.2 Sistem Pengawasan ... 11

2.1.3 Tujuan Pengawasan ... 14

2.1.4 Jenis-Jenis Pengawasan ... 17

2.1.5 Proses Pengawasan ... 18

2.1.6 Sifat Dan Waktu Pengawasan ... 21

2.1.7 Fungsi Pengawasan ... 23

2.1.8 Teknik-Teknik Pengawasan ... 24

2.1.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengawasan ... 25

2.2 Efisiensi Kerja……… ... 25

2.2.1 Pengertian Efisiensi Kerja ... 25

2.2.2 Sumber-Sumber Efisiensi Kerja ... 26

2.2.3 Syarat Dicapainya Efisiensi Kerja ... 28

2.3 Hubungan Pengawasan Dan Efisiensi Kerja ... 29

2.4 Penelitian Terdahulu……… 29

2.5 Kerangka Konseptual……… ... 30

2.6 Hipotesis………... 31

BAB III METODE PENELITIAN………. 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ... 32

3.3 Batasan Operasional ... 32

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 33

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 35


(8)

3.7 Jenis Data ... 37

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38

3.10 Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 42

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 42

4.1.2 Visi, Misi, Dan Tujuan Perusahaan ... 47

4.1.3 Motto Perum Pegadaian ... 48

4.1.4 Struktur Organisasi ... 49

4.1.5 Fungsi Dan Tugas Masing-Masing Bagian... 49

4.1.6 Deskripsi Dan Aktivitas Kerja Perusahaan ... 58

4.2 Analisis Deskriptif ... 60

4.3 Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 62

4.3.1 Uji Validitas ... 62

4.3.2 Uji Reliabilitas... 64

4.4 Teknik Analisis ... 64

4.4.1 Distribusi Penilaian Jawaban Responden ... 65

4.4.2 Analisis Kualitatif ... 71

4.4.2.1 Metode Regresi Linear Sederhana ... 71

4.4.2.2 Uji thitung (Uji Partial) ... 72

4.4.2.3 Identifikasi Determinan (R2) ... 75

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA……… 81


(9)

DAFTAR TABEL

Keterangan Judul Hal. Tabel 1.1 Data Target Dan Realisasi Perum Pegadaian Kanwil I Medan

Pada Tahun 2006 Sampai Dengan Tahun 2010 ... .. 4

Tabel 3.1 Definisi Operasionalisasi Variabel ... .. 35

Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert... ... .... 36

Tabel 4.1 Crosstab Jenis_Kelamin*Pendidikan & Umur………... 60

Tabel 4.2 Item-Total Statistics... 63

Tabel 4.3 Realiability Statistics... 64

Tabel 4.4 Distribusi Penilaian Responden Terhadap Variabel Pengawasan... 65

Tabel 4.5 Distribusi Penilaian Responden Terhadap Variabel Efisiensi Kerja... 68

Tabel 4.6 Coefficients... 71

Tabel 4.7 Hasil Uji thitung... 73

Tabel 4.8 Identifikasi Determinan... 75

Tabel 4.9 Hubungan Antar Variabel... 76


(10)

DAFTAR GAMBAR

Keterangan Judul Hal. Gambar 2.1. Tujuan Pengendalian ... 15 Gambar 2.2. Langkah-Langkah Dalam Proses Pengawasan ... 19 Gambar 2.3 Kerangka Konseptual... 31


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Lampiran

Lampiran - 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran - 2 Crosstab Sampel 35 Responden Lampiran - 3 Jawaban Uji Validitas Kuesioner Variabel Pengawasan (X) dari 30 Responden Lampiran - 4 Jawaban Uji Validitas Kuesioner Variabel Efisiensi Kerja (Y) dari 30 Responden Lampiran - 5 Uji Validitas 30 Responden

Lampiran - 6 Realibility

Lampiran - 7 Sampel 35 Respoden Uji Regresi Linear Sederhana pada Variabel Pengawasan (X)

Lampiran - 8 Sampel 35 Respoden Uji Regresi Linear Sederhana pada Variabel Efisiensi Kerja (Y)

Lampiran - 9 Distribusi Frekuensi Variabel Lampiran - 10 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Perum Pegadaian Kanwil I Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja karyawan pada Perum Pegadaian Kanwil I Medan, jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode sampel jenuh dengan populasi sebanyak 35 orang, dan seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan metode deskriptif dan metode kualitatif. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebar kuesioner/daftar pernyataan, pengukurannya menggunakan skala Likert dan diolah secara statistik dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows. Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji identifikasi determinan (R2), dan Uji T.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada Perum Pegadaian Kanwil I Medan sebesar 66%. Hal ini di tunjukkan dari hasil pengujian identifikasi determinan (R2) sebesar 0,660 atau 66% sedangkan sisanya sebesar 34% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(13)

ABSTRACT

The title of this study is “The Effect Analyses of Controlling Against Work Efficienty of Employees In Perum Pegadaian Kanwil I Medan”. This study aims to determine whether the controlling has an influence on work efficienty of employees at the Perum Pegadaian Kanwil I Medan, the type of data used are primary data and secondary data.

Sampling method used is the method of sample saturated with a population of as many as 35 people and the entire population sampled in the study Analysis method used is descriptive and qualitative methods. Primary data in this study were obtained by spreading the questionnaire / list of statements, using a Likert scale and processed statistically using SPSS for windows version 16.0. Testing hypotheses used in this research that the determinant identification test (R2), and Test t.

The results show that there is a positive and significant influence between the variables of controlling of employees work efficienty variables in Perum Pegadaian Kanwil I Medan of 66%. It is on show from the test results identifying the

determinant (R2) of 0.660 or 66% while the remaining amount of 34% influenced by other factors not examined in this study.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karyawan adalah asset utama perusahaan yang menjadi pelaku yang aktif dari setiap aktifitas organisasi. Karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena karyawan memegang peranan penting dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan pengawasan terhadap karyawannya dalam bekerja, karena masih ada juga karyawan yang tidak menjalankan komitmen dalam bekerja seperti menunda waktu pekerjaan, bekerja tidak sepenuh hati, dan melakukan kecurangan sehingga akan berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan yang efektif dan efisien.

Pencapaian efisiensi kerja sangat diharapkan oleh suatu perusahaan karena dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya sehingga diharapkan dapat mendukung kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Hasibuan (2001:243), menyatakan bahwa efisiensi kerja merupakan gambaran bahwa pengawasan berjalan dengan baik serta adanya kesadaran kerja dan modal kerja untuk melakukan tugas yang sesuai dengan petunjuk yang diberikan pimpinan. Sedangkan menurut Sedarmayanti (2001:112), efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupun hasilnya yang meliputi pemakaian waktu yang optimal dan kualitas cara kerja yang maksimal.


(15)

Efisiensi dapat ditingkatkan dengan baik jika pengawasan yang di lakukan oleh perusahaan itu optimal. Adanya pengawasan diharapkan dapat memperkecil hambatan-hambatan yang terjadi dan dapat segera diantisipasi sehingga dapat meningkatkan efisiensi kerja karyawan dalam menjalankan aktifitas perusahaan. Pengawasan merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan oleh perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Daft (2002: 11), bahwa pengawasan adalah suatu proses pemantauan aktivitas karyawan, menjaga organisasi agar tetap berjalan ke arah pencapaian sasaran, dan membuat koreksi bila diperlukan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Pengawasan merupakan bagian terakhir dari fungsi manajemen karena dapat mengetahui apakah ada penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan yang berlangsung pada suatu perusahaan. Penyimpangan yang merugikan perusahaan akan ditekan sekecil mungkin jika pengawasan yang telah dilakukan pihak manajemen telah terlaksana dengan baik. Fungsi pengawasan dapat dilakukan setiap saat, baik pada aktivitas awal manajemen, selama proses manajemen berlangsung maupun setelah berakhir untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan suatu organisasi atau unit kerja. Dengan kata lain fungsi pengawasan harus dilakukan terhadap perencanaan dan pelaksanaan untuk mengetahui keunggulan perencanaan yang disusun dan diimplementasikan. Pada umumnya, apabila pengawasan yang diterapkan terlalu ketat akan menyebabkan para pegawai merasa tertekan. Hal ini dapat membuat pegawai tidak dapat mengembangkan kreativitasnya dalam melakukan pekerjaan.


(16)

Perum Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan non-bank yang memberikan pelayanan jasa berupa pinjaman uang yang memiliki jaminan atas barang yang digadaikan serta dikenakan bunga yang rendah. Berdirinya Perum Pegadaian Kanwil I Medan dibangun pada tahun 1967 yang berlokasi di Jalan Pegadaian No. 112 Medan. Perum Pegadaian Kanwil I Medan telah beroperasi selama 43 tahun sampai dengan sekarang dan memiliki 40 kantor cabang yang tersebar di Sumatera Utara dengan mempekerjakan sebanyak 423 karyawan di seluruh kantor cabang Kanwil I Medan serta memiliki jumlah nasabah sekitar 784.853 (tercatat pada bulan Januari-November 2011) sehingga perlu memperhatikan sistem pengawasan yang optimal. Jumlah 40 kantor cabang kerja menuntut para manajer cabang di kantor cabang masing-masing untuk mengembangkan suatu sistem pengawasan yang efektif agar mampu meningkatkan efisiensi kerja. Apabila tercapainya efisiensi kerja, Perum Pegadaian Kanwil I Medan akan mampu mengelola sistem kerja karyawan dengan lebih baik dan berorientasi pada pencapaian tujuan utama perusahaan.

Perum Pegadaian Kanwil I Medan di Jalan Pegadaian No. 112 Medan memiliki 35 orang karyawan dan memerlukan suatu sistem pengawasan yang efektif untuk dapat diterapkan dengan melihat kondisi kerja karyawan. Sejauh ini sistem pengawasan formal yang diterapkan Perum Pegadaian Kanwil I Medan yaitu melalui penentuan target dan realisasi yang dicapai setiap bulannya. Selebihnya pengawasan dilakukan secara informal oleh atasan yaitu dengan memberikan teguran, peringatan dan pengarahan untuk memperbaiki kesalahan sebelumnya agar tidak terulang


(17)

kembali. Adapun implementasi pengawasan di Perum Pegadaian Kanwil I Medan melalui laporan keuangan per tahun, pencapaian target dan realisasi, absensi karyawan, dan pelayanan yang diberikan kepada nasabahnya.

Pengawasan yang dilakukan oleh perusahaan ini sangat membutuhkan laporan pencapaian target dan realisasi perusahaan setiap tahunnya. Maka, Penulis memperoleh data, membuat dan menjelaskan data pencapaian target dan realisasi Perum Pegadaian Kanwil I Medan tersebut selama 5 tahun terakhir. Berikut ini merupakan Data Target Dan Realisasi yang dicapai oleh Perum Pegadaian Kanwil I Medan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang dalam 5 tahun terakhir mengalami kenaikan dan penurunan dalam mencapai target dan realisasi setiap tahunnya.

Tabel 1.1

Data Target Dan Realisasi Perum Pegadaian Kanwil 1 Medan Pada Tahun 2006 Sampai Dengan Tahun 2010

No. Tahun

Total Target Tahunan

(Rp)

Total Realisasi Tahunan

(Rp)

Persentase (%) 1. 2006 892.178.984.000 816.324.511.500 91,50 2. 2007 1.358.581.697.000 1.293.650.532.000 95,22 3. 2008 1.500.855.308.000 1.616.397.129.000 107,70 4. 2009 2.701.695.929.000 2.453.875.930.500 90,83 5. 2010 3.548.711.784.000 3.202.123.992.000 90,23 Sumber: Perum Pegadaian Kanwil 1 Medan, Data diolah

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pencapaian target dan realisasi yang diperoleh Perum Pegadaian Kanwil 1 Medan selama 5 tahun terakhir dari tahun


(18)

2006 sampai tahun 2010 mengalami kenaikan dan penurunan persentase (%) dari perbandingan antara total realisasi dengan total target yang dicapai setiap tahunnya. Pada tahun 2008 merupakan persentase yang tertinggi dalam mencapai target yang diinginkan dengan nilai persentase sebesar 107,70% dan persentase pencapaian target terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 90,23%. Namun, dari data tersebut memiliki batas standar persentase (%) yang masih dapat ditolerir perusahaan sekitar 95% - 99% yang harus diraih. Terjadinya penurunan persentase (%) atas pencapaian target dan realisasi tersebut dikarenakan salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengawasan, terutama pengawasan terhadap pelayanan karyawan kepada nasabahnya. Kurangnya pelayanan yang memuaskan yang diberikan karyawan dalam hal kurang efisiennya pengelolaan waktu untuk penafsiran harga atas barang yang akan digadaikan sehingga proses pengantrian terjadi cukup lama yang mengakibatkan nasabah merasa kecewa karena terlalu lama menunggu. Salah satu informasi yang diperoleh Penulis atas ketidakpuasan nasabah dalam pelayanan tersebut terjadi pada bulan Januari-Oktober 2011 di salah satu Kantor Cabang Pegadaian-Medan Krakatau terdapat sebanyak 32 orang nasabah yang mengalami keluhan tentang pelayanan. Dengan demikian akan berdampak negatif pula dengan pencapaian target pendapatan serta realisasi yang terjadi pada tahun 2010 pada Perum Pegadaian Kanwil 1 Medan yang mengalami penurunan dan persentase terendah dalam 5 tahun terakhir. Dalam hal ini Pegadaian membutuhkan pengawasan yang lebih baik lagi untuk meningkatkan efisiensi kerja karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan.


(19)

Berdasarkan latar belakang tersebut, melihat pentingnya pengaruh pelaksanaan pengawasan terhadap efisiensi kerja karyawan tersebut maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ” Analisis Pengaruh Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Perum Pegadaian Kanwil 1 Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah sebelumnya maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Pengawasan Berpengaruh Positif Dan Signifikan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Perum Pegadaian Kanwil 1 Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan Penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja karyawan pada Perum Pegadaian Kanwil 1 Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan Penulis dari penelitian ini antara lain : a. Bagi Perum Pegadaian Kanwil 1 Medan

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada Perusahaan, untuk mengetahui pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja karyawan pada Perum Pegadaian Kanwil 1 Medan dan Perusahaan diharapkan dapat mengetahui kendala yang


(20)

dihadapi dan berusaha mencari solusi untuk masalah yang berkaitan dengan pengawasan dan efisiensi kerja.

b. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataannya serta dapat memperdalam pengetahuan Penulis dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia khususnya yang berhubungan dengan pengawasan dan efisiensi kerja karyawan.

c. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama di masa yang akan datang.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengawasan

2.1.1 Pengertian Pengawasan

Berbagai fungsi manajemen dilaksanakan oleh para pimpinan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Fungsi-fungsi yang ada didalam manajemen diantaranya adalah fungsi perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian(Organizing), fungsi pelaksanaan (Actuating) dan fungsi pengawasan (Controlling) menurut Griffin (2004: 44). Keempat fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan oleh seorang manajer secara berkesinambungan, sehingga dapat merealisasikan tujuan organisasi. Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang berupaya agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Menurut Schermerhorn dalam Ernie dan Saefullah (2005: 317), mendifinisikan pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan tersebut. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2006: 303), menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai proses pemantauan kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan.


(22)

Defenisi ini tidak hanya terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi mencakup dan melingkupi tujuan organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap, cara, sistem, dan ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh seorang manajer. Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan– penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya.

Menurut Harahap (2001: 14), Pengawasan adalah keseluruhan sistem, teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan oleh dan dalam organisasi benar-benar menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan tujuan organisasi. Sedangkan menurut Maringan (2004: 61), pengawasan adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan. Selain itu menurut Dessler (2009: 2), menyatakan bahwa pengawasan (Controlling) merupakan penyusunan standar - seperti kuota penjualan, standar kualitas, atau level produksi; pemeriksaan untuk mengkaji prestasi kerja aktual dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan; mengadakan tindakan korektif yang diperlukan.

Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan kegiatan perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan untuk


(23)

memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada sebelumnya. Pengawasan yang efektif membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik. Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan agar target perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi pengawasan menilai apakah rencana yang ditetapkan pada fungsi perencanaan telah tercapai.

Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2001: 242) mengemukakan hal sebagai berikut :

“Controlling can be defined as the process of determining what is to be accomplished, that is the standard; what is being accomplished, that is the performance, evaluating the performance and if necessary applying corrective measure so that performance takes place according to plans, that is, in conformity with the standard.”

Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.

Menurut Henry Fayol dalam Harahap (2001: 10) mengartikan pengawasan sebagai berikut:

“Control consist in verifying whether everything occurs in conformity with the plan adopted, the instruction issued and principles established. It has objective to point out weaknesses and errors in order to rectify then prevent recurrance”.

Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut .


(24)

Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari. Menurut Siagian (2003: 30), bahwa pengawasan adalah memantau aktivitas pekerjaan karyawan untuk menjaga perusahaan agar tetap berjalan kearah pencapaian tujuan dan membuat koreksi jika diperlukan. Pengawasan secara umum berarti pengendalian terhadap perencanaan apakah sudah dilaksanakan sesuai tujuan atau penyimpangan dari tujuan yang diinginkan. Jika terjadi penyimpangan, pihak manajemen yang terkait dalam pengawasan harus memberikan petunjuk untuk melakukan perbaikan kerja, agar standar perencanaan tidak jauh menyimpang dari hasil yang diperoleh pada saat pelaksanaan.

2.1.2 Sistem Pengawasan

Sistem pengawasan yang efektif harus memenuhi beberapa prinsip pengawasan yaitu adanya rencana tertentu dan adanya pemberian instruksi serta wewenang-wewenang kepada bawahan. Rencana merupakan standar atau alat pengukur pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Rencana tersebut menjadi petunjuk apakah sesuatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak. Pemberian instruksi dan wewenang dilakukan agar sistem pengawasan itu memang benar-benar dilaksanakan secara efektif. Wewenang dan instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada bawahan, karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi yang diberikan kepada bawahan maka dapat diawasi pekerjaan seorang bawahan.

Sistem pengawasan akan efektif bilamana sistem pengawasan itu memenuhi prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa sistem pengawasan itu tetap dapat


(25)

dipergunakan, meskipun terjadi perubahan terhadap rencana yang diluar dugaan. Menurut Duncan dalam Harahap (2001: 246) mengemukakan bahwa beberapa sifat pengawasan yang efektif sebagai berikut :

a. Pengawasan harus dipahami sifat dan kegunaannya. Oleh karena itu harus dikomunikasikan. Masing-masing kegiatan membutuhkan sistem pengawasan tertentu yang berlainan dengan sistem pengawasan bagi kegiatan lain. Sistem pengawasan untuk bidang penjualan dan sistem untuk bidang keuangan akan berbeda. Oleh karena itu sistem pengawasan harus dapat merefleksi sifat-sifat dan kebutuhan dari kegiatan yang harus diawasi. Pengawasan dibidang penjualan umumnya tertuju pada kuantitas penjualan, sementara pengawasan dibidang keuangan tertuju pada penerimaan dan penggunaan dana.

b. Pengawasan harus mengikuti pola yang dianut organisasi.

Titik berat pengawasan sesungguhnya berkisar pada manusia, sebab manusia itulah yang melakukan kegiatan dalam badan usaha atau organisasi yang bersangkutan. Karyawan merupakan aspek intern

perusahaan yang kegiatan-kegiatannya tergambar dalam pola organisasi, maka suatu sistem pengawasan harus dapat memenuhi prinsip berdasarkan pola organisasi.

Ini berarti bahwa dengan suatu sistem pengawasan , penyimpangan yang terjadi dapat ditunjukkan pada organisasi yang bersangkutan.


(26)

c. Pengawasan harus dapat mengidentifikasi masalah organisasi.

Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karena itu, agar sistem pengawasan benar-benar efektif, artinya dapat merealisasi tujuannya, maka suatu sistem pengawasan setidaknya harus dapat dengan segera mengidentifikasi kesalahan yang terjadi dalam organisasi. Dengan adanya identifikasi masalah atau penyimpangan, maka organisasi dapat segera mencari solusi agar keseluruhan kegiatan operasional benar-benar dapat atau mendekati apa yang direncanakan sebelumnya.

d. Pengawasan harus fleksibel.

Suatu sistem pengawasan adalah efektif, bilamana sistem pengawasan itu memenuhi prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa pengawasan itu tetap dapat dipergunakan, meskipun terjadi perubahan-perubahan terhadap rencana diluar dugaan.

e. Pengawasan harus ekonomis.

Sifat ekonomis dari suatu sistem pengawasan sungguh-sungguh diperlukan. Tidak ada gunanya membuat sistem pengawasan yang mahal, bila tujuan pengawasan itu dapat direfleksikan dengan suatu sistem pengawasan yang lebih murah. Sistem pengawasan yang dianut perusahaan-perusahaan besar tidak perlu ditiru bila pengawasan itu tidak ekonomis bagi suatu perusahaan lain. Hal yang perlu dipedomani adalah bagaimana membuat


(27)

suatu sistem pengawasan dengan benar-benar merealisasikan motif ekonomi.

Pengawasan yang efektif tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi. Tidak ada satu sistem pengawasan yang berlaku untuk semua situasi dan semua perusahaan.

2.1.3 Tujuan Pengawasan

Pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan memerlukan pengawasan agar perencanaan yang telah disusun dapat terlaksana dengan baik. Pengawasan dikatakan sangat penting karena pada dasarnya manusia sebagai objek pengawasan mempunyai sifat salah dan khilaf. Oleh karena itu manusia dalam organisasi perlu diawasi, bukan mencari kesalahannya kemudian menghukumnya, tetapi mendidik dan membimbingnya. Menurut Husnaini (2001: 400), tujuan pengawasan adalah sebagai berikut :

1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, dan hambatan.

2. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, pemborosan, dan hambatan.

3. Meningkatkan kelancaran operasi perusahaan.

Melakukan tindakan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan dalam pencapaian kerja yang baik.


(28)

Menurut Griffin (2004: 163), mendeskripsikan tujuan pengendalian seperti Gambar 2.1. berikut :

Sumber : Griffin (2004: 163)

Gambar 2.1 : Tujuan Pengendalian

Keterangan Gambar 2.1.Tujuan Pengendalian : a. Beradaptasi dengan Perubahan Lingkungan

Organisasi akan menghadapi perubahan dalam lingkungan bisnis yang tidak stabil dan bergejolak. Dalam rentang waktu antara penetapan tujuan dan pencapaian tujuan, banyak kejadian dalam organisasi dan lingkungannya yang dapat menuntun pergerakan kearah tujuan atau menyimpangkan tujuan itu sendiri. Sistem pengawasan yang baik dapat membantu para manajer mengantisipasi, memantau, dan merespon perubahan.

Beradaptasi dengan perubahan lingkungan

Membatasi akumulasi kesalahan

Pengendalian membantu organisasi

Mengatasi kompleksitas

i i


(29)

b. Membatasi Akumulasi Kesalahan

Kesalahan-kesalahan kecil umumnya tidak menimbulkan kerusakan serius pada kinerja organisasi. Namun dari waktu ke waktu, kesalahan-kesalahan kecil dapat terakumulasi dan berdampak serius. Oleh karena itu pengawasan diperlukan untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan kecil yang dapat berulang-ulang. Dengan adanya pengawasan, manajer dapat melihat penyebab terjadinya kesalahan dan dapat mengambil keputusan untuk bekerja lebih cermat.

c. Mengatasi Kompleksitas organisasi

Perusahaan jika hanya menggunakan satu jenis bahan baku atau sumber daya, membuat satu jenis produk atau jasa, memiliki desain organisasi yang sederhana, dan mengalami permintaan produk yang konstan, maka para manajernya dapat membuat sistem pengawasan yang minim dan sederhana. Tetapi apabila perusahaan yang memproduksi produk dan jasa dengan memakai beragam bahan baku dan sumber daya dan memiliki area pasar yang luas, desain organisasi yang rumit, serta memiliki banyak pesaing memerlukan sistem yang canggih untuk membuat pengawasan yang memadai.

d. Meminimisasi Biaya

Pengawasan juga dapat membantu mengurangi biaya dan meningkatkan output apabila dipraktekkan secara efektif. Secara filosofis dikatakan bahwa pengawasan sangat penting karena manusia pada dasarnya mempunyai sifat salah atau khilaf, sehingga manusia dalam organisasi perlu diawasi, bukan untuk mencari kesalahannya kemudian menghukumnya tetapi untuk mendidik dan membimbingnya.


(30)

Menurut Maringan (2004: 61) menyatakan tujuan pengawasan adalah sebagai berikut:

a. Mencegah dan memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan.

b. Agar pelaksanaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tujuan perusahaan dapat tercapai, jika fungsi pengawasan dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih bersifat mencegah (prefentive control). Dibandingkan dengan tindakan-tindakan pengawasan sesudah terjadinya penyimpangan, maka tujuan pengawasan adalah menjaga hasil pelaksanaa kegiatan sesuai dengan rencana. Ketentuan-ketentuan dan infrastruktur yang telah ditetapkan benar-benar diimplementasikan. Sebab pengawasan yang baik akan tercipta tujuan perusahaan yang efektif dan efisien.

2.1.4 Jenis-Jenis Pengawasan

Menurut Maringan (2004: 62), Pengawasan terbagi 4 yaitu: a. Pengawasan dari dalam perusahaan

Pengawasan yang dilakukan oleh atasan untuk mengumpul data atau informasi yang diperlukan oleh perusahaan untuk menilai kemajuan dan kemunduran perusahaan.

b. Pengawasan dari luar perusahaan

Pengawasan yang dilakukan oleh unit diluar perusahaan . Ini untuk kepentingan tertentu.


(31)

c. Pengawasan Preventif

Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu dilaksakaan. Dengan tujuan untuk mengacah terjadinya kesalahan/kekeliruan dalam pelaksanaan kerja. d. Pengawasan Represif

Pengawasan Yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.

Menurut Ernie dan Saefullah (2005: 327), jenis pengawasan terbagi atas 3 yaitu:

a. Pengawasan Awal

Pengawasan yang dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan pekerjaan. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan perkerjaan.

b. Pengawasan Proses

Pengawasan dilakukan pada saat sebuah proses pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan ang ditetapkan. c. Pengawasan Akhir

Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir proses pengerjaan pekerjaan. 2.1.5 Proses Pengawasan

Sistem pengawasan organisasi memiliki 4 (empat) langkah fundamental dalam setiap prosesnya (Griffin, 2004: 167). Langkah-langkah tersebut diilustrasikan dalam Gambar 2.2 sebagai berikut :


(32)

Sumber : Griffin (2004: 167)

Gambar 2.2. Langkah-Langkah Dalam Proses Pengawasan

Masing-masing langkah ini akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Menetapkan Standar.

Control Standard adalah target yang menjadi acuan perbandingan untuk kinerja dikemudian hari. Standar yang ditetapkan untuk tujuan pengawasan harus diekspresikan dalam acuan yang dapat diukur. Strategi pengawasan harus konsisten dengan tujuan organisasi. Dalam penentuan standar, diperlukan pengidentifikasian indikator-indikator kinerja. Indikator kinerja adalah ukuran kinerja yang menyediakan informasi yang berhubungan langsung dengan objek yang diawasi. Standar bagi hasil kerja karyawan pada umumnya terdapat pada rencana keseluruhan maupun rencana-rencana bagian. Agar standar itu diketahui secara benar oleh karyawan, maka standar tersebut harus dikemukakan dan dijelaskan kepada karyawan sehingga karyawan akan memahami tujuan yang sebenarnya ingin dicapai.

Menetapkan Standar

Mengukur Kinerja

Membandingka n Kinerja dengan Standar

Menentukan kebutuhan akan tindakan koreksi

Mempertahankan status quo

Mengoreksi penyimpangan

Mengubah standar


(33)

2. Mengukur Kinerja

Pengukuran kinerja adalah aktivitas konstan dan kontinu bagi sebagian besar organisasi. Agar pengawasan berlangsung efektif, ukuran-ukuran kinerja harus valid. Kinerja karyawan biasanya diukur berbasis kuantitas dan kualitas output, tetapi bagi banyak pekerjaan, pengukuran kinerja harus lebih mendetail.

3. Membandingkan Kinerja dengan Standar

Tahap ini dimaksudkan dengan membandingkan hasil pekerjaan karyawan (actual result) dengan standar yang telah ditentukan. Hasil pekerjaan karyawan dapat diketahui melalui laporan tertulis yang disusun karyawan, baik laporan rutin maupun laporan khusus. Selain itu atasan dapat juga langsung mengunjungi karyawan untuk menanyakan langsung hasil pekerjaan atau karyawan dipanggil untuk menyampaikan laporannya secara lisan. Kinerja dapat berada pada posisi lebih tinggi dari, lebih rendah dari, atau sama dengan standar. Pada beberapa perusahaan, perbandingan dapat dilakukan dengan mudah, misalnya dengan menetapkan standar penjualan produk mereka berada pada urutan pertama di pasar. Standar ini jelas dan relatif mudah dihitung untuk menentukan apakah standar telah dicapai atau belum. Namun dalam beberapa kasus perbandingan ini dapat dilakukan dengan lebih detail. Jika kinerja lebih rendah dibandingkan standar, maka seberapa besar penyimpangan ini dapat ditoleransi sebelum tindakan korektif dilakukan.

4. Menentukan Kebutuhan Tindakan Korektif

Berbagai keputusan menyangkut tindakan korektif sangat bergantung pada keahlian-keahlian analitis dan diagnotis manajer. Setelah membandingkan kinerja


(34)

dengan standar, manajer dapat memilih salah satu tindakan : mempertahankan status quo (tidak melakukan apa-apa), mengoreksi penyimpangan, atau mengubah standar. Tindakan perbaikan diartikan sebagai tindakan yang diambil untuk menyesuaikan hasil pekerjaan nyata yang menyimpang agar sesuai dengan standar atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk melaksanakan tindakan perbaikan, maka harus diketahui apa yang menyebabkan penyimpangan. Ada beberapa sebab yang mungkin menimbulkan penyimpangan, yaitu :

1. Kekurangan faktor produksi

2. Tidak cakapnya pimpinan dalam mengorganisasi human resources dan

resources lainnya dalam lingkungan organisasi 3. Sikap-sikap pegawai yang apatis dan sebagainya

Oleh karena itu, dalam proses pengawasan diperlukannya laporan yang dapat menyesuaikan bentuk-bentuk penyimpangan kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.1.6 Sifat dan Waktu Pengawasan

Menurut Hasibuan (2001 : 247), sifat dan waktu pengawasan terdiri dari :

1. Preventive controll, adalah pengendalian yang dilakukan sebelum kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya. Preventive controll ini dilakukan dengan cara :

a. Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan.


(35)

c. Menjelaskan dan atau mendmonstrasikan cara pelaksanaan pekerjaan itu. d. Mengorganisasi segala macam kegiatan.

e. Menentukan jabatan, job description, authority, dan responsibility bagi setiap individu karyawan.

f. Menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.

g. Menetapkan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan.

Preventive controll adalah pengendalian terbaik karena dilakukan sebelum terjadi kesalahan.

2. Repressive Controll, adalah pengendalian yang dilakukan setelah terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Repressive controll ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Membandingkan hasil dengan rencana.

b. Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari tindakan perbaikannya.

c. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaannya, jika perlu dikenakan sanksi hukuman kepadanya.

d. Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada.

e. Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana. f. Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana


(36)

3. Pengawasan saat proses dilaksanakan yaitu jika terjadi kesalahan langsung diperbaiki.

4. Pengawasan berkala, adalah pengendalian yang dilakukan secara berkala,s misalnya per bulan, per semeter, dan lain-lain.

5. Pengawasan mendadak, adalah pengawasan yang dilakukan secara mendadak untuk mengetahui apakah pelaksanaan atau peraturan-peraturan yang ada telah dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan baik. Pengawasan mendadak ini sekali-sekali perlu dilakukan, supaya kedisiplinan karyawan tetatp terjaga dengan baik. 6. Pengawasan melekat (waskat) adalah pengawasan yang dilakukan secara integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah kegiatan operasional dilakukan.

2.1.7 Fungsi Pengawasan

Menurut Ernie dan Saefulah (2005: 12), fungsi pengawasan adalah :

a. Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target sesuai dengan indikator yang di tetapkan.

b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan.

c. Melakukan berbagai alternatife solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Maringan (2004: 62), fungsi pengawasan adalah :

a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan.


(37)

b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian, dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan adalah mengevaluasi hasil dari aktifitas pekerjaan yang telah dilakukan dalam perusahaan dan melakukan tindakan koreksi bila diperlukan.

2.1.8 Teknik-Teknik Pengawasan

Menurut Siagian (2003:112) Proses pengawasan pada dasarnya dilakukan dengan mempergunakan dua macam teknik yaitu:

a. Pengawasan Langsung

Yaitu pengawasan yang dilakukan sendiri oleh pimpinan. Dalam hal ini pimpinan langsung datang dan memeriksa kegiatan yang sedang dijalankan oleh bawahan.

Pengawasan langsung dapat berbentuk: 1) Inspeksi langsung

2) On-the-Spot observatiton

3) On-the-spot report

b. Pengawasan tidak langsung

Pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Baik itu tertulis maupaun lisan.


(38)

2.1.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengawasan.

Fakor-faktor yang mempengaruhi pengawasan, berikut akan dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

Menurut Mulyadi (2007: 770), mengemukakan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan adalah:

a) Perubahan yang selalu terjadi baik dari luar maupun dari dalam organisasi b) Kompleksitas organisasi memerlukan pengawasan formal karena adanya

desentralisasi kekuasaan.

c) Kesalahan/Penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi memerlukan pengawasan.

2.2 Efisiensi Kerja

2.2.1 Pengertian Efisiensi Kerja

Menurut Sedarmayanti (2001: 112), efisiensi adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupun hasilnya yang meliputi pemakaian waktu yang optimal dan kualitas cara kerja yang maksimal. Perbandingan dilihat dari :

a. Segi hasil

Suatu pekerjaan disebut lebih efisien bila dengan usaha tersbut memberikan hasil yang maksimal mengenai hasil pekerjaan tersebut.


(39)

b. Segi usaha

Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien bila suatu hasil tertentu tercapai dengan usaha minimal. Usaha tersebut terdiri dari lima unsur yaitu : pikiran, tenaga, waktu, ruang, dan benda (termasuk biaya).

Menurut Sinungan (2005: 84), menyatakan bahwa efisensi kerja adalah perbandingan yang paling harmonis antara pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang diperoleh ditinjau dari segi waktu yang digunakan, dana yang dikeluarkan, serta tempat yang dipakai. Secara umum efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasil yang dicapai. Efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan itu sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya.

2.2.2 Sumber-Sumber Efisiensi Kerja

Menurut Sedarmayanti (2001:118) sumber utama efisiensi kerja adalah manusia. Karena akal, pikiran, dan pengetahuan yang ada, manusia mampu menciptakan cara kerja yang efisien. Unsur efisensi yang melekat pada manusia adalah :

a. Kesadaran

Kesadaran manusia akan sesuatu merupakan modal utama bagi keberhasilannya. Dalam hal efisiensi ini, kesadaran akan arti dan makna efisiensi akan banyak membantu usaha pencapaian efisiensi itu sendiri.

Efisiensi sesungguhnya berkaitan erat dengan tingkah laku dan sikap hidup seseorang. Artinya bahwa tingkah laku dan sikap hidup dapat mengarah pada


(40)

perbuatan yang efisien atau sebaliknya. Dengan adanya kesadaran, seseorang akan terdorong untuk membangkitkan semangat atau kehendak untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang disadarinya dalam hal ini yang diamksudakan adalah efisiensi.

b. Keahlian

Sesuatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang ahli dibidangnya hasilnya akan lebih baik dan cendenrung lebih cepat daripada dikerjakan oleh yang bukan ahlinya. Hal ini berarti unsur keahlian yang juga melekat pada manusia merupakan bagian yang menjadi sumber efisiensi. Keahlian manusia dicapai bila ada pelatihan yang mendukung pekerjaan tersebut. Sehingga apabila suatu pekerjaan difasilitasi dengan suatu peralatan, maka peralatan tersebut menunjang pencapaian efisiensi kerja. Peralatan disediakan dengan maksud agar pekerjaan lebih mudah dikerjakan dan lebih cepat penyelesaiannya. Penyediaan peralatan atau fasilitas kerja yang tidak disertai dengan keahlian penggunanya malah akan menjadikan sumber biaya yang tidak bermanfaat.

c. Disiplin

Kesadaran dan keahlian seperti yang telah diuraikan sebelumnya tidak akan menjamin hasil kerja yang baik dan efisien jika tidak disertai dengan unsur disiplin. Oleh karena itu dalam efisiensi diperlukan standar yang akan menjadi penunjuk arah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga keseluruhan sumber daya berada dalam satu aturan yang jelas, tidak menyimpang dari apa yang diharapkan.


(41)

2.2.3 Syarat Dicapainya Efisiensi Kerja

Menurut Sedarmayanti (2001: 122), syarat-syarat agar tercapainya efisiensi kerja adalah sebagai berikut :

a. Berhasil guna atau efektif. b. Ekonomis.

c. Pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan. d. Pembagian kerja yang nyata.

e. Prosedur kerja yang praktis.

Dunia bisnis terkadang mengalami kerancuan pemahaman antara efisiensi dengan produktivitas. Efisiensi berarti menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dalam waktu yang sesingkat mungkin. Akan tetapi harus dipertimbangkan apakah produk tersebut dibutuhkan. Efektivitas, efisiensi, dan produktivitas ditentukan secara bersama.

2.3 Hubungan Pengawasan Dan Efisiensi Kerja

Banyak cara yang dapat dilakukan dan harus ditempuh untuk meningkatkan efisiensi kerja dalam suatu perusahaan. Efisiensi dapat ditingkatkan dengan baik jika pengawasan yang di lakukan oleh perusahaan itu maksimal. Efisiensi dapat tercapai apabila hasil kerja yang dilakukan oleh karyawan sesuai dengan target yang ingin dicapai. Efisiensi juga dapat dicapai melalui sistem pergerakan yang dapat merangsang para bawahan bekerja dengan ikhlas, jujur, loyal. Menurut Siagian (2003: 113), salah satu sasaran pokok manajemen dalam menjalankan


(42)

kegiatan-kegiatan dalam suatu organisasi ialah efisiensi yang semaksimal-maksimalnya. Maka dari itu pengawasan harus dilaksanakan dengan seefektif mungkin, karena pelaksanaa fungsi pengawasan dengan baik akan memberikan sumbangan yang besar pula dalam meningkatkan efisiensi.

2.4 Penelitian Terdahulu

Herawati Saragih (2009), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematangsiantar”, disimpulkan berdasarkan penghitungan uji-t bahwa thitung (2,427) > ttabel (1,69) dan berdasarkan angka koefisien korelasi antara pengawasan dan efisiensi kerja yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebesar 0,528. Nilai ini menunjukkan bahwa pengawasan berkorelasi cukup kuat dengan efisiensi kerja dengan nilai adjusted R square (R2) sebesar 0,728 atau 72,8 %. Hal ini menunjukan bahwa variabel pengawasan mempengaruhi variabel efisiensi kerja sebesar 72,8 %. Sedangkan sisanya yaitu 27,2 % dipengaruhi oleh faktor lain seperti komunikasi, struktur organisasi, kepemimpinan, teknologi, informasi dan faktor-faktor lainnya yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Eli Sasmita (2004), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Pada CV. Cifa Digayo Jl. Binjai Km 13.8”, menyatakan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengawasan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap disiplin kerja karyawan pada CV. Cifa Digayo Jl. Binjai Km 13.8 Medan. Sumbangan variabel


(43)

Pengawasan terhadap variabel Disiplin Kerja Karyawan adalah sebesar 54,8% dan sisanya sebesar 45,2% merupakan kontribusi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, yaitu tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, sanksi hukum, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan.

2.5 Kerangka Konseptual

Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang menempati urutan paling bawah, tetapi bukan berarti bahwa fungsi ini kurang penting dari fungsi-fungsi lain karena pengawasan justru sudah ada sejak penetapan struktur perusahaan itu sendiri. Menurut Mathis dan Jackson (2006: 303), menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai proses pemantauan kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan.

Menurut Sedarmayanti (2001:112), efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupun hasilnya yang meliputi pemakaian waktu yang optimal dan kualitas cara kerja yang maksimal. Jika suatu perusahaan melakukan pengawasan baik pengawasan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dengan maksimal maka akan semakin tinggi pula pengaruh terhadap tingkat efisiensi waktu dan juga kinerja karyawan pada perusahaan.


(44)

Berdasarkan uraian di atas maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:

Sumber: Robert L.Mathis dan John H. Jackson(2006: 303) dan Sedarmayanti (2001 : 112), diolah(2011)

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis

Menurut Sumarsono (2004: 30), hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih dengan kata lain hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian berdasarkan teori yang ada. Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah: Pengawasan Berpengaruh Positif Dan Signifikan Terhadap Efisiensi Kerja Pada Perum Pegadaian Kanwil 1 Medan.”

EFISIENSI KERJA(Y) PENGAWASAN(X)


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan perspektif tujuan penelitian maka penelitian ini bersifat jenis penelitian asosiatif kausal. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:89), bahwa penelitian asosiatif kausal yaitu suatu penelitian yang menggambarkan bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel yang lain. Penelitian ini hanya membahas analisis pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja, dimana pengawasan sebagai variabel bebas (independent variable) dan efisiensi kerja sebagai variabel terikat (dependent variabel).

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Perum Pegadaian Kanwil 1 Medan, yang beralamat di Jalan Pegadaian No. 112 Medan. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan oleh Penulis dimulai dari bulan Juni 2011 sampai November 2011.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dari penelitian ini adalah analisis pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja karyawan Perum Pegadaian Kanwil 1 Medan. Variabel-variabel yang akan dianalisis adalah :


(46)

a. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lain. Pada penelitian ini variabel bebas (X) adalah Pengawasan.

b. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Pada penelitian ini variabel terikat (Y) adalah Efisiensi Kerja.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel diperlukan untuk menjelaskan variabel-variabel yang sudah diidentifikasi sebagai upaya pemahaman dalam penelitian. Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Pengawasan (X)

Menurut Mathis dan Jackson (2006: 303), menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai proses pemantauan kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan. Adapun defenisi indikator dari pengertian pengawasan menurut Mathis dan Jackson (2006:382), yaitu:

1. Penetapan Standar, yaitu aktivitas-aktivitas yang mengarah ke pencapaian target.

2. Pengukuran Kinerja, yaitu perusahaan membuat laporan formal menyangkut ukuran-ukuran kinerja kuantitatif yang ditinjau manajer setiap hari, minggu, atau bulan, kemudian mengidentifikasi keadaan seperti peningkatan partisipasi, kemauan belajar karyawan, berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, dan


(47)

memiliki peluang untuk menambah dan membagi pengetahuan mereka.

3. Penilaian Kinerja, merupakan proses mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat standar. 4. Tindakan Koreksi yaitu mengkomunikasikan informasi yang diperoleh kepada

karyawan yang meliputi peningkatan kinerja karyawan, evaluasi kerja karyawan, tinjauan kinerja dan penilaian hasil.

b. Efisiensi Kerja (Y)

Menurut Sedarmayanti (2001: 112) menyatakan bahwa efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupuan hasilnya yang meliputi pemakaian waktu yang optimal dan kualitas cara kerja yang maksimal. Adapun yang meliputi definisi dari efisiensi adalah:

1. Waktu

Yaitu lamanya pekerjaan itu diselesaikan oleh karyawan . 2. Beban Kerja

Yaitu sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan. 3. Cara Kerja

Yaitu merupakan kualitas kerja yang dilakukan oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.


(48)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator

Skala Pengukuran Pengawasan

(X)

Proses pemantauan kinerja karyawan pegadaian berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan di pegadaian.

1. Penetapan Standar 2. Pengukuran Kinerja 3. Penilaian Kinerja

4. Tindakan Koreksi

Likert

Efisiensi Kerja (Y)

Perbandingan terbaik antara pekerjaan yang dilakukan karyawan pegadaian dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupuan hasilnya yang meliputi

pemakaian waktu yang optimal dan kualitas cara kerja yang maksimal.

1. Waktu Kerja 2. Beban Kerja 3. Cara Kerja

Likert

Sumber : Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2005: 317) dan Sedarmayanti (2001: 112), diolah (2011)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2008: 132).


(49)

Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji, pada setiap jawaban akan diberikan lima alternatif dengan menggunakan skor 1 sampai 5 yang dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No. Pernyataan Skor

1. Sangat Setuju (SS) 5

2. Setuju (S) 4

3. Kurang Setuju (KS) 3

4. Tidak Setuju (TS) 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber : Sugiyono (2008: 133)

3.6 Populasi Dan Sampel a. Populasi

Menurut Sugiyono (2008:115) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di Perum Pegadaian Kanwil I Medan yaitu sebanyak 35 karyawan.


(50)

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apabila objeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi menurut Arikunto (2006:122). Penelitian ini menggunakan penarikan sampel dengan Metode Sampling Jenuh (sensus), yaitu dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel karena jumlah populasinya relatif kecil (Sugiyono, 2008:78), dengan demikian sampel yang diambil adalah keseluruhan dari jumlah karyawan yang bekerja di Perum Pegadaian Kanwil I Medan yaitu 35 karyawan.

3.7 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yakni: a. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari responden terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner kepada responden terpilih yang berisikan pertanyaan mengenai variabel penelitian. Dalam hal ini Penulis memperolehnya langsung dari karyawan Perum Pegadaian Kanwil I Medan.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui studi dokumentasi dengan mempelajari berbagai tulisan, majalah, informasi perusahaan, maupun dari internet yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan.


(51)

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik antara lain:

a. Kuesioner

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan secara langsung daftar pertanyaan atau pernyataan yang tertulis kepada responden untuk dijawab.

b. Wawancara

Merupakan suatu jenis pengumpulan data melalui wawancara atau mengajukan pertanyaan secara lisan untuk mendapatkan informasi dari pihak perusahaan.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan pengumpulan data yang menggunakan buku-buku ilmiah dan literatur lainnya serta internet yang berkaitan dengan masalah penelitian yang diteliti.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya instrument penelitian (kuesioner) yang digunakan dalam penelitian tersebut. Valid artinya data yang diperoleh melalui kuesioner dapat menjawab tujuan penelitian. Pengujian instrument dilakukan terhadap 30 orang responden di Kantor Cabang


(52)

Pegadaian Medan Krakatau dan Pulo Brayan. Validitas menunjukkan seberapa nyata pengujian mengukur apa yang harusnya diukur (Syafrizal, 2008:30). Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur melakukan tugasnya dalam mencapai sasarannya. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika r hitung > r tabel, maka pernyataan dinyatakan valid. 2. Jika r hitung < r tabel, maka pernyataan dinyatakan tidak valid. b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan daftar pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel yang disusun dalam bentuk kuesioner (Syafrizal, 2008: 30).

Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows, butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika r alpha > r tabel maka pertanyaan reliabel. 2. Jika r alpha < r tabel maka pertanyaan tidak reliabel.

3.10 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang peneliti gunakan untuk menganalisis data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:


(53)

a. Analisis Deskriptif

Metode penganalisisan data dengan cara mengumpulkan data, mengklasifikasikannya selanjutnya menginterprestasikannya secara objektif sehingga diperoleh informasi dan gambaran sebenarnya mengenai topik yang akan dibahas.

b. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja karyawan yang dapat dilihat sebagai berikut :

Sumber: Sugiyono (2008: 181) Dimana :

Y = Efisiensi Kerja X = Pengawasan

a = Nilai Intercept ( constan ) b = Koefisien Arah Regresi

Fungsi dari analisis regresi ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh variabel bebas (Pengawasan) terhadap variabel terikat (Efisiensi Kerja) dalam hal ini yaitu pengaruh antara pengawasan terhadap efisiensi kerja karyawan.

c. Pengujian Hipotesis

1. Uji t (Uji Signifikan Parsial)

Dilakukan uji t, yaitu secara parsial (individual) untuk membuktikan


(54)

hipotesis awal tentang pengaruh pengawasan sebagai variabel bebas terhadap efisiensi kerja sebagai variabel terikatnya.

Ho : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (Pengawasan) terhadap (Efisiensi Kerja). Ha : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (Pengawasan) terhadap variabel terikat (Efisiensi Kerja).

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5% Ha diterima jika t hitung > t tabel pada α = 5% 2. Identifikasi Determinan (R²)

Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas (Pengawasan) terhadap variabel terikat (Efisiensi Kerja). Jika determinan (R²) semakin besar atau mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (Pengawasan) adalah semakin kuat terhadap variabel terikat (Efisiensi Kerja). Sebaliknya, apabila determinan (R²) yang digunakan semakin mengecil atau mendekati nol maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (Pengawasan) terhadap variabel terikat (Efisiensi Kerja) semakin kecil dan tidak kuat untuk menerangkan adanya pengaruh variabel bebas (Pengawasan) yang diteliti terhadap variabel terikat (Efisiensi Kerja).


(55)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Lahirnya Perum Pegadaian di Indonesia ditandai dengan berdirinya Bank Van Lening pada masa VOC pada tahun 1746. Lembaga ini mempunyai tugas memberikan pinjaman uang kepada masyarakat dengan jaminan gadai. Sampai sekarang Pegadaian telah mengalami 5 zaman pemerintahan yaitu :

1. Pegadaian pada masa VOC (1746 – 1811) 2. Pegadaian pada masa penjajahan Inggris (1811 – 1816) 3. Pegadaian pada masa penjajahan Belanda (1816 – 1942) 4. Pegadaian pada masa penjajahan Jepang (1942 – 1945) 5. Pegadaian pada masa kemerdekaan (1945 – sekarang) 1. Pegadaian Pada Masa VOC (1746 – 1811)

Pegadaian sewaktu Indonesia di bawah kekuasaan Vereenidge Qest Indische Compagnie (VOC), Bank Van Lening ikut dibawa ke Indonesia. Dengan surat keputusan Gubernur Jendral Van Imhoff tertanggal 20 Agustus 1746 dengan resmi didirikan suatu Bank Van Lening yang pertama di Indonesia yaitu di Jakarta (Batavia).


(56)

Bank ini didirikan dalam bentuk kerjasama antara VOC dengan swasta lainya yaitu dengan £ 500.000 ( 2/3 dari VOC dan 1/3 dari swasta) di samping menjalankan usaha pemberian kredit berdasarkan gadai juga memberikan jasa Bank Wesel.

2. Pegadaian Pada Masa Penjajahan Inggris (1811 – 1816)

Pada masa penjajahan Inggris (1811 – 1816) Bank Van Lening ini dihapuskan. Hal ini menurut keputusan Reffles yang berpendapat bahwa tidak wajar bagi suatu bank diusahakan oleh pemerintah. Sebagai gantinya diadakan suatu ketentuan bahwa setiap orang boleh mendirikan pegadaian swasta asal mendapat izin

(Licentie) daerah penguasa daerah setempat. Licentie ini diperkirakan akan menguntungkan pemerintah, namun yang akan terjadi sebaliknya dan pemegang

licentie menggunakan kesempatan ini mengadakan praktik riba yang sangat merugikan rakyat. Karena dari usahanya tersebut ingin memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Dengan kata lain licentie ini justru malah menghidupkan usaha-usaha lintah darat. Kemudian pada tahun 1814 Licentielsel tersebut diganti dengan

Pachstelsel, yaitu hak mendirikan pegadaian diberikan kepada umum dengan penawaran yang paling tinggi (Openbar Verpacht), yaitu bahwa setiap orang boleh menerima gadai asal saja sanggup membayar sejumlah uang tertentu kepada pemerintah.

3. Pegadaian Pada Masa Penjajahan Belanda (1816 – 1942)

Kemudian Pachstelsel tersebut diatas (1843) telah dijalankan di seluruh Indonesia kecuali di daerah Priangan dan Verstenladen (Surakarta dan Yogyakarta). Pada tahun 1949 rente-terief (tariff bunga) ditetapkan pemerintah dengan Pachstelsel


(57)

ditetapkan sebagai monopoli, yang berarti bahwa seorang pemegang Pacht dilarang menerima gadai sampai dengan jumlah $ 100. Larangan ini tercantum dalam KUHP

(Weetbook Vanstratfrecht) pada pasal 509 yang berbunyi : “Barang siapa yang tidak berhak meminjamkan uang atau barang yang jumlahnya atau harganya tidak lebih dari seratus rupiah dengan menerima gadai atau dalam bentuk jual beli dengan hak membeli atau dengan bentuk persetujuan komisi, dipidana dengan kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya lima belas ribu rupiah.”

Setelah mendapatkan suatu kesimpulan bahwa hasil uang pinjaman dari pegadaian menunjukkan hal-hal yang menguntungkan maka disarankan bahwa untuk membasmi lintah darat tersebut, harus dilakukan perintah (Staatblad No.131 tanggal 12 Maret 1910) maka mulai tanggal 1 April 1901 dibukalah pegadaian negara yang pertama di Indonesia yaitu di Sukabumi.

Demikianlah sejarah timbulnya Pegadaian di Indonesia setelah di Sukabumi diikuti pada tahun 1902 dibuka pegadaian negara kedua di Cianjur, kemudian pada tahun 1903 dibuka pegadaian negara di Purworejo, Bogor, Tasikmalaya, Cikaka (Bandung) dan Cimahi. Dengan Staatblad tahun 1930 No.266 Jawatan Pegadaian dijadikan perusahaan negara dalam arti pasal 2 IBW (Indonesce Bedrijivenwet) Staatblad. Tahun 1927 No.419 sehingga dengan demikian bahwa kekayaan negara yang tertanam di dalam usaha jawatan pegadaian di administrasikan terpisah dari bagian kekayaan lainnya.


(58)

4. Pegadaian Pada Masa Penjajahan Jepang (1942 – 1945)

Setelah Jepang menduduki Indonesia pada tanggal 8 Maret 1942, maka pada pertengahan tahun 1942 Kantor Jawatan Pegadaian dari Jl. Kramat No.162 ke Jl. Kramat No.132 dengan alasan akan dijadikan tempat tawanan perang. Barang-barang yang digadaikan pada saat itu adalah barang-barang emas dan permata kepunyaan rakyat yang harus dijual kepada tentara atau Nippon. Sedangkan lelang barang-barang emas dan permata dihapuskan pada tahun 1943 barang logam juga dilelang. Akibatnya rakyat semakin melarat dan tidak mempunyai barang-barang berharga lagi, sehingga pegadaian pada masa itu praktis tidak berfungsi lagi. Pada waktu itu pemerintah Jepang mengeluarkan uang sehingga uang yang beredar adalah uang Jepang.

5. Pegadaian Pada Masa Kemerdekaan (1945 – sekarang)

Pegadaian pada masa kemerdekaan dapat dibagi sebagai berikut :

a. Jawatan Pegadaian pada zaman Republik Indonesia (perjuangan) tanggal 17 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949 (penyerahan kedaulatan). b. Jawatan Pegadaian pada zaman RIS tanggal 27 Desember 1949 sampai

dengan 17 Agustus 1950.

c. Jawatan Pegadaian dalam Negara Kesatuan RI 17 Agustus 1950 sampai sekarang.

Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia tahun 1961 No. 178 tanggal 3 Mei 1961 (Lembaga Negara Republik Indonesia tahun 1961 No.209), status sebagai jawatan Pegadaian berubah menjadi Perusahaan Negara Pegadaian.


(59)

Status sebagai Perusahaan Negara, Pegadaian ini hanya bertahan sampai tahun 1969. Pada tahun tersebut keluar Undang-Undang Republik Indonesia tahun 1969 (Lembaga Negara tahun 1969 No.40, Lembaran-lembaran Negara No.2890), menjadi Undang-Undang Lembaran tahun 1969 tambahan Lembaran Negara No.2904. Undang-Undang ini mengatur bentu-bentuk usaha negara menjadi 3 bentuk yaitu : PERJAN, PERUM, PERSERO.

Sejalan dengan ketentuan dalam undang-undang tersebut maka status pegadaian melalui Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1969 menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN) Pegadaian. Dengan Penyesuaian bentuk usaha tersebut maka kekayaan Perusahaan Negara Pegadaian beralih kepada Perjan Pegadaian. Pada tahun 1990 dikeluarkan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1990 tanggal 1 April yang mengatur perubahan bentuk perjan, Pegadaian menjadi Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian (Lembaran Negara Tahun 1990 No.14).

Untuk mengatur kembali peraturan tentang Perusahaan Umum Pegadaian dengan Peraturan Pemerintah, maka ditertibkan Peraturan Pemerintah No.103 tahun 2000 tanggal 10 November 2000 tentang Perusahaan Umum Pegadaian. Dan Perum Pegadaian Kantor Wilayah I Medan ini berdiri pada tahun 1967 yang berlokasi di Jl.Pegadaian No.112 Medan dan telah beroperasi selama 43 tahun sampai dengan sekarang.


(60)

4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan 1. Visi Perum Pegadaian

Visi yang memiliki makna antara lain sarana pokok yang ingin dicapai perusahaan, yang merupakan target keinginan para stakeholder agar mendapatkan nilai tambah yang diberikan perusahaan, serta karakteristik pasar yang dilayani maupun bisnis yang dilakukan. Visi ini masih sejalan dengan tujuan perusahaan, seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.103/2000 dengan rumusan, yaitu : “Pegadaian pada tahun 2010 menjadi perusahaan yang modern, dinamis, dan inovatif dengan usaha utama jasa gadai.”

Visi Perum Pegadaian ini akan tercapai dengan rangkaian tahapan-tahapan yang telah disusun dalam Rencana Jangka Panjang (RJP) 2011-2020. Dan sebagai langkah awal, saat ini seluruh kantor-kantor pelayanan Pegadaian sudah komputerisasi serta jaringan internet.

2. Misi Perum Pegadaian

Sebelum menentukan arah perusahaan, sasaran perusahaan dan strategi pokok maka perlu ditentukan dahulu misi Perum Pegadaian pada suatu tahapan Rencana Jangka Panjang (RJP) yang sudah ditentukan. Misi Perusahaan menerangkan untuk apa tujuan perusahaan dalam periode 2011-2020, maka dirumuskan misi perusahaan sesuai yang ditetapkan pemerintah pada PP No.103 tahun 2000, yaitu: “Ikut membangun program pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menegah ke bawah melalui kegiatan utama berupa penyaluran kredit gadai dan melakukan usaha lain yang menguntungkan”.


(61)

3. Tujuan Perum Pegadaian

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat menengah ke bawah, melalui penyediaan atas dasar hukum gadai juga menjadi penyedia jasa dibidang keuangan lainya, berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta menghindari masyarakat dari gadai gelap, praktik riba dan pinjaman tidak wajar lainnya.

4.1.3 Motto Perum Pegadaian

Motto yang ditampilkan “ MENGATASI MASALAH TANPA MASALAH”, yang bermakna bahwa Perum Pegadaian sebagai salah satu perusahaan dibidang jasa yang mampu mengatasi masalah keuangan dengan cara yang mudah dan relatif singkat. Cara pelayanannya yang sederhana dan target operasionalnya yang melayani nasabah dari berbagai kalangan masyarakat, menjadikan Perum Pegadaian sebagai alternatif terpilih dalam mengatasi masalah keuangan tanpa mengalami masalah. Dengan menyatakan Kartu Tanda Penduduk (KTP) maka setiap nasabah yang berkeinginan akan memperoleh pembiayaan dalam waktu yang realtif singkat. Atas dasar itulah Perum Pegadaian dapat menjadi suatu bagian yang penting dalam kehidupan perekonomian. Sebagai rasa kerja yang kuat Perum Pegadaian juga mempunyai etos/budaya yang menanggulangi setiap bentuk pelayanan kepada masyarakat sehingga sanggup mengatasi setiap permasalahan keuangan yang timbul.


(62)

4.1.4 Stuktur Organisasi

Struktur menggambarkan susunan atau komposisi dengan meletakkan dasar hubungannya dengan bagian-bagian satu sama lain dalam bentuk (susunan). Struktur dituangkan berbentuk organisasi sebagai wadahnya. Perum Pegadaian sebagai suatu perusahaan memiliki struktur organisasi dalam operasionalnya.

Dengan adanya struktur organisasi, maka setiap bagian/seksi dapat menempatkan diri dengan baik sesuai spesialisasi pekerjaan, tanggung jawab, dan wewenang setiap bagian/divisi.

4.1.5 Fungsi dan Tugas Masing-Masing Bagian 1. Pimpinan Wilayah

a) Fungsinya:

Mengkoordinasi kegiatan perusahaan di wilayah terutama dalam bidang operasional serta membantu fungsi-fungsi kantor pusat sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan direksi. Sedangkan fungsi lainnya adalah membantu dalam menetapkan sewa modal, promosi produk yang ditawarkan dan juga mewakili pusat dalam hal masalah hukum apabila jasa yang ditawarkan mendapatkan masalah

b) Tugasnya :

1) Rencana jangka panjang yaitu pembukuan kantor cabang dan juga promosi jasa baru seperti kreasi dan kresida serta rencana anggaran kantor wilayah.

2) Berusaha untuk mengembangkan usaha inti (jasa gadai) dan jasa lain (kreasi, krasida dan jasa titipan).


(63)

3) Mengamankan kekayaan perusahaan yang ada dikantor wilayah dan kantor cabang dan laporan dari Inspektur Wilayah yang mengawasi ke kantor cabang daerah setiap harinya.

4) Strategi bisnis dikantor cabang yang menjadi acuan bagi para manajer cabang dengan cara promosi yang luas kepada masyarakat baik dengan papan reklame, mengurangi suku bunga/sewa modal.

5) Mengembangkan serta mengendalikan kegiatan evaluasi berkala terhadap kinerja para manajer cabang dan staf yaitu Maried System yang maksudnya bahwa setiap bulan Juni dan Desember pimpinan wilayah menetapkan laporan dari kantor cabang.

2. Inspektur Wilayah a) Fungsinya :

Penilaian atas sistem pengendalian manajemen dan pelaksanaan seluruh kegiatan perusahaan, memberikan saran-saran dan mengatasi kantor wilayah dan kantor cabang dan menjalankan usahanya.

b) Tugasnya :

1) Mengawasi cabang-cabang serta memiliki jadwal rahasia dalam melakukan pemeriksaan ke kantor cabang.

2) Menyusun laporan dan memberikan saran / rekomendasi hasil pemeriksaan kepada atasan.


(64)

3. Bagian Operasional /Pemasaran (OPP) a) Fungsinya :

Merencanakan, mengkoordinasi, menyelenggarakan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan operasional dan pengembangan usaha inti, usaha lain dan usaha syariah serta melakukan pemasarannya. Setiap cabang memberiakan laporan setiap bulannya baik dari omset setiap produk yang ada di pegadaian sehingga bagian pengembangan dapat membandingkan perkembangan di setiap kantor cabang di daerah, baik itu dari usaha gadai, jasa titipan dan jasa taksiran.

b) Tugasnya :

1) Mengawasi kegiatan pembinaan operasional usaha inti dan usaha lain serta usaha syariah dengan cara mengawasi setiap produk yang ditawarkan baik itu promosi, omset dan lain-lain.

2) Menyelesaikan semua masalah yang terjadi apabila ada kesalahan laporan dari cabang misalnya ada omset yang kurang.

4. Asisten Manajer Usaha Inti a) Fungsinya:

Merencanakan, mengkoordinasi, dan melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional usaha inti serta melakukan pemasarannya serta mengatur semua kegiatan operasional dan pengembangannya.

b) Tugasnya:

Dalam menjalankan tugasnya, manajer harus bekerja sama dengan staf pegawai dan juga bekerja di cabang untuk pengembangan setiap produk yang ada ditawarkan agar


(65)

lebih lancar. Contoh : Setiap satu bulan sekali manajer memberikan laporan kepada Pimpinan Wilayah lalu ke bagian OPP.

5. Asisten Manajer Usaha Lain-lain a) Fungsinya:

Merencanakan, mengkoordinasi, dan mengatasi pelaksanaan kegiatan operasional usaha lain serta melakukan pemasaran dan kerja sama dengan staf operasional pengembangan dan menjalankan usaha lain dan berusaha untuk melakukan promosi kepada masyarakat.

b) Tugasnya:

Kegiatan promosi usaha lain, melakukan promosi dalam bentuk papan reklame, surat kabar, dan brosur.

6. Manajer Keuangan a) Fungsinya:

Pembendaharaan serta akuntansi kantor wilayah. Manajer keuangan yang menentukan biaya yang keluar dengan persetujuan Pimpinan Wilayah.

b) Tugasnya:

1. Rencana kerja dan anggaran bagian keuangan dan meneliti laporan dari cabang mengenai keuangan dan menentukan anggaran untuk setiap kantor cabang yang di dapat dari laporan setiap satu bulan sekali atau tiga bulan sekali.


(66)

2. Menyusun rencana jangka panjang dan rencana kerja serta anggaran kantor wilayah, mengalokasikan anggaran serta mengevaluasi realisasi anggaran dan pelaporan agar penggunaan keuangan dapat terkendali secara efektif dan efisien. Setiap kantor wilayah dan cabang harus memberikan laporan sehingga penggunaan uang atas biaya-biaya yang dikeluarkan dapat terkendali dengan baik.

7. Asisten Manajer Perbendaharaan a) Fungsinya:

Merencanakan, mengkoordinasi, melaksanakan dan mengawasi pengurusan perbendaharaan, penagihan, dan perpajakan, menyusun rencana kerja dan anggaran kantor wilayah dan kantor cabang. Dengan adanya kerjasama kepada para staff keuangan dalam menjalankan fungsinya baik masalah pajak, listrik, telepon, dan lain-lain.

b) Tugasnya:

1. Mengurus dan menyelesaikan piutang/hutang kantor wilayah dan kantor cabang dan menyelesaikannya sehingga tidak ada masalah dikemudian hari.

2. Mengurus perpajakan, asuransi, dan iuran-iuran lainya menjadi beban kantor cabang.


(67)

8. Manajer Sumber Daya Manusia a) Fungsinya :

Merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan administrasi dan pengembangan kesejahteraan SDM dan bekerjasama dengan staff pegawai dalam melakukan beberapa hal diantaranya pelatihan, diklat rekrutmen, promosi, mutasi, pensiun pegawai, pengangkatan kepangkatan, dan kenaikan gaji berkala, pemberian penghargaan dan hukuman.

b) Tugasnya :

1) Merencanakan, menyelenggarakan urusan diklat, promosi serta mengawasi proses rekrutmen dan pensiunan pegawai.

2) Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi usulan izin perkawinan dan perceraian serta penindakan/sanksi disiplin dan sebelum itu asisten harus mengetahui pegawainya sudah menikah atau belum.

9. Asisten Manajer Perusahaan a) Fungsinya :

Merencanakan, mengkoordinasikan, malaksanakan, dan mengawasi proses pembuatan daftar gaji dan tunjangan, asuransi pegawai, cuti, bantuan pembinaan jasmani dan rohani, rekreasi, surat perintah perjalanan sinas serta bantuan lainya untuk pegawai kantor wilayah dan kantor cabang.


(1)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 4 11.4 11.4 11.4

3 9 25.7 25.7 37.1

4 14 40.0 40.0 77.1

5 8 22.9 22.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

VAR00002

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 1 2.9 2.9 2.9

3 10 28.6 28.6 31.4

4 20 57.1 57.1 88.6

5 4 11.4 11.4 100.0

Total 35 100.0 100.0

VAR00003

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 2 5.7 5.7 5.7

3 13 37.1 37.1 42.9

4 19 54.3 54.3 97.1

5 1 2.9 2.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

VAR00004

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 3 8.6 8.6 8.6

3 9 25.7 25.7 34.3

4 20 57.1 57.1 91.4

5 3 8.6 8.6 100.0

Total 35 100.0 100.0

VAR00005

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3 10 28.6 28.6 28.6

4 24 68.6 68.6 97.1

5 1 2.9 2.9 100.0


(2)

VAR00006

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 1 2.9 2.9 2.9

3 11 31.4 31.4 34.3

4 21 60.0 60.0 94.3

5 2 5.7 5.7 100.0

Total 35 100.0 100.0

VAR00007

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 1 2.9 2.9 2.9

3 10 28.6 28.6 31.4

4 24 68.6 68.6 100.0

Total 35 100.0 100.0

VAR00008

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 1 2.9 2.9 2.9

3 14 40.0 40.0 42.9

4 12 34.3 34.3 77.1

5 8 22.9 22.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

VAR00009

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3 10 28.6 28.6 28.6

4 24 68.6 68.6 97.1

5 1 2.9 2.9 100.0


(3)

VAR00010

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 4 11.4 11.4 11.4

3 10 28.6 28.6 40.0

4 11 31.4 31.4 71.4

5 10 28.6 28.6 100.0

Total 35 100.0 100.0

VAR00011

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 2 5.7 5.7 5.7

3 12 34.3 34.3 40.0

4 15 42.9 42.9 82.9

5 6 17.1 17.1 100.0

Total 35 100.0 100.0

VAR00012

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 3 8.6 8.6 8.6

3 12 34.3 34.3 42.9

4 15 42.9 42.9 85.7

5 5 14.3 14.3 100.0

Total 35 100.0 100.0

VAR00013

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 1 2.9 2.9 2.9

3 13 37.1 37.1 40.0

4 16 45.7 45.7 85.7

5 5 14.3 14.3 100.0

Total 35 100.0 100.0

VAR00014

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(4)

3 13 37.1 37.1 42.9

4 15 42.9 42.9 85.7

5 5 14.3 14.3 100.0

Total 35 100.0 100.0

VAR00015

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3 10 28.6 28.6 28.6

4 24 68.6 68.6 97.1

5 1 2.9 2.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

VAR00016

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3 12 34.3 34.3 34.3

4 22 62.9 62.9 97.1

5 1 2.9 2.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

VAR00017

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3 13 37.1 37.1 37.1

4 17 48.6 48.6 85.7

5 5 14.3 14.3 100.0

Total 35 100.0 100.0

VAR00018

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3 16 45.7 45.7 45.7


(5)

5 3 8.6 8.6 100.0

Total 35 100.0 100.0

Lampiran - 10

Hasil Uji Regresi Linear Sederhana

Regression

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Pengawasana . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Efisiensi_Kerja

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .813a .660 .650 2.75166

a. Predictors: (Constant), Pengawasan


(6)

1 Regression 485.680 1 485.680 64.145 .000a

Residual 249.863 33 7.572

Total 735.543 34

a. Predictors: (Constant), Pengawasan b. Dependent Variable: Efisiensi_Kerja

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.818 3.712 1.028 .311

Pengawasan .885 .111 .813 8.009 .000