menjalankan tugasnya, maka semakin banyak juga tindakan medik yang mampu untuk dilakukan. Kepercayaan akan kemampuan sendiri mengakibatkan para perawat
tidak meminta persetujuan tindakan medik dari seorang dokter lagi. Hal ini banyak dijumpai pada penanganan penyakit yang bersifat umum diare, influenza dan
berbagai penyakit lainnya Sudiro, 2005.
5.2. Hubungan Karakteristik Pasien dengan Tindakan Medik Perawat a. Tingkat Pengetahuan Pasien
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terhadap hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan pasien dengan tindakan medik yang diperoleh oleh pasien
p0,05 Tabel 4.8. Hal ini sesuai dengan teori pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dikemukakan oleh Dever yang dikutip oleh Ulina 2004, yang menyatakan
bahwa permintaan masyarakat pada pelayanan kesehatan tersebut sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu: faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah
meliputi: fasilitas kesehatan, jarak dan keadaan sosio-budaya, sedangkan yang termasuk faktor internal adalah persepsi, pengetahuan, tingkat pendapatan,
keyakinan, keinginan, motivasi, niat dan sikap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien memiliki tingkat
pengetahuan yang rendah 69,5, sedangkan kategori baik hany 7,6 tabel 4.3. Sebagian besar pasien 95,7 menjawab bahwa perawat diijinkan untuk melakukan
tindakan medik sama seperti tindakan medik yang dapat dilakukan oleh dokter Lampiran 8. Rendahnya tingkat pengetahuan pasienmasyarakat tentang fasilitas
Jasmen Manurung : Hubungan Karakteristik Perawat Dan Pasien Dengan Tindakan Medik Perawat Di Kota Medan Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008
pelayanan kesehatan menyebabkan banyak tindakan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang keliru. Bagi sebagian besar masyarakat, semua tenaga medis adalah
sama. Masyarakat luas tidak banyak mengerti tentang batasan hak dan kewajiban serta kewenangan masing-masing tenaga kesehatan. Berdasarkan permasalahan
tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya pendidikan masyarakat, khususnya mengenai batasan kewenangan masing-masing tenaga kesehatan.
b. Tingkat Pendidikan Pasien
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan pasien dengan tindakan medik yang diperoleh oleh pasien
p0,05 Tabel 4.8. Menurut Azwar 1996, pemanfaatan seseorang terhadap pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya, dan sosial
ekonomi orang tersebut. Bila tingkat pendidikan, sosial budaya, dan sosial ekonomi baik, maka secara relatif pemanfaatan pelayanan kesehatan akan tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa frekuensi tertinggi tingkat pendidikan pasien ada pada kategori sedang SMU dan Diploma sebanyak 58,5,
kemudian kategori tinggi 25,4 dan rendah 16,1. Rendahnya tingkat pendidikan sebagian besar pasien mengakibatkan tingkat pengetahuannya terhadap batas
kewengan tindakan medik perawat menjadi sangat rendah. Hal ini mengakibatkan pasien memanfaatkan pelayanan kesehatan tanpa didasari pengetahuan yang baik
terhadap batas kewenangan yang dapat atau tidak dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan perawat.
Jasmen Manurung : Hubungan Karakteristik Perawat Dan Pasien Dengan Tindakan Medik Perawat Di Kota Medan Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008
Berdasarkan hasil penelitian Sutanto 2002 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan di Kabupaten
Sleman ditemukan bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin
mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif, dan berkesinambungan. Peningkatan pendidikan formal masyarakat sesungguhnya bukanlah wilayah
kerja petugas kesehatan, namun pada kenyataannya sebagian besar masyarakat Indonesia masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini berdampak negatif
terhadap perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan. Untuk itu perlu dilakukan pendidikan kesehatan yang bersifat informal untuk meningkatkan tingkat
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
c. Keyakinan Terhadap Kemampuan Perawat