Tingkat Pendapatan Landasan Teori

b. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan adalah satuan atau satuan materi yang diperoleh dari hasil pekerjaan seseorang. Tingkat pendapatan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan, khususnya tindakan yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang Notoadmojo, 2005. Menurut Katz 1960, sebagaimana yang dikutip oleh Notoadmojo, timbulnya tindakan seseorang dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Lebih lanjut Katz mengatakan bahwa tindakan itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak terhadap obyek demi pemenuhan kebutuhan hidupnya Notoadmojo, 2005. Sebagai salah satu faktor kebutuhan, tingkat pendapatan juga menjadi salah satu penyebab timbulnya tindakan medik yang dilakukan oleh perawat. Rendahnya tingkat pendapatan perawat menyebabkan banyaknya kasus-kasus tindakan medik yang dilakukan oleh perawat. Banyak perawat bergaji di bawah Upah Minimum Regional UMR. Sebagai gambaran, gaji perawat pemerintah di Indonesia antara Rp 300.000,- - Rp 1.000.000,- per bulan tergantung golongan, sementara perawat di Filipina tak kurang dari Rp 3.500.000,-. Wajar jika para perawat melakukan tindakan medik mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Kompas, 2007. Hal ini masih melihat perawat secara individual. Sebagai bagian dari manusia yang layak, maka para perawat juga akan menjalankan fungsi hidupnya untuk membangun kehidupan dalam keluarga. Akibat yang mungkin terjadi adalah Jasmen Manurung : Hubungan Karakteristik Perawat Dan Pasien Dengan Tindakan Medik Perawat Di Kota Medan Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 bertambahnya beban ekonomi dengan pertambahan anggota keluarga. Hal ini akan meningkatkan tekanan untuk melakukan tindakan-tindakan medik yang diluar kewenangan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidup Nursalam, 2007.

c. Lama Kerja

Waktu yang telah dilalui oleh seorang perawat dalam menjalankan tugas keperawatan pada berbagai fasilitas kesehatan dapat disebut sebagai lama kerja. Lama kerja bagi setiap perawat merupakan variabel yang sangat penting. Lama waktu kerja juga sangat mempengaruhi kemampuan seorang perawat, hal ini berkaitan erat dengan pengulangan secara sistematis beberapa hal atau langkah-langkah tindakan medik yang dilakukan. Lama kerja seorang perawat juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan dan pengenalan dari masyarakat. Kecendurungan yang terjadi adalah, semakin lama waktu kerja seorang perawat, maka semakin tinggi juga kemampuan dan tingkat kepercayaan masyarakat Prihardjo, 2005. Disisi lain, lama kerja juga dapat memberikan implikasi yang berbeda terhadap kemungkinan berbagai tindakan keperawatan lainnya. Semakin lama seorang perawat menjalankan tugasnya, maka semakin banyak juga tindakan medik yang mampu untuk dilakukan. Kepercayaan akan kemampuan sendiri mengakibatkan para perawat tidak meminta persetujuan tindakan medik dari seorang dokter lagi. Hal ini banyak dijumpai pada penanganan penyakit yang bersifat umum diare, influenza dan berbagai penyakit lainnya Sudiro, 2005. Jasmen Manurung : Hubungan Karakteristik Perawat Dan Pasien Dengan Tindakan Medik Perawat Di Kota Medan Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008

2.6.2. Karakteristik Pasien

Menurut Dever 1984 yang dikutip Ulina 2004 dalam “Determinants of Health Service Utilization”, faktor karakteristik pasien atau masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan disamping faktor-faktor lain. Lebih jelas Dever menjelaskan faktor-faktor tersebut adalah: 1. Faktor Sosio Kultural a. Norma dan nilai yang ada di masyarakat adalah norma, nilai sosial, dan keyakinan yang ada di masyarakat akan mempengaruhi seseorang dalam bertindak, termasuk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Seorang wanita hamil cenderung akan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ditangani oleh seorang wanita. Hal ini berhubungan dengan norma yang ada dalam masyarakat yang menyatakan bahwa aurat seorang wanita hanya dapat dilihat oleh pasangannya. Hal ini menyebabkan banyak wanita tidak nyaman untuk bersalin pada fasilitas kesehatan yang ditangani oleh dokter laki-laki. b. Teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan, dalam hal ini kemajuan di bidang teknologi di satu sisi dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, seperti: transplantasi organ, inseminasi, operasi dan kemajuan teknologi dalam bidang alat-alat deteksi penyakit. Sedangkan di sisi lain, kemajuan teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagai contoh dengan ditemukannya berbagai macam vaksin pencegahan penyakit menular yang dapat mengurangi angka kesakitan Jasmen Manurung : Hubungan Karakteristik Perawat Dan Pasien Dengan Tindakan Medik Perawat Di Kota Medan Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 sehingga masyarakat tidak lagi memanfaatkan pelayanan kesehatan karena disebabkan oleh berbagai penyakit menular. 2. Faktor Organisasional a. Ketersediaan sumber daya yang mencakup segi kualitas maupun kuantitas sangat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia. b. Keterjangkauan lokasi, peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh, maupun biaya tempuh yang mengakibatkan peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan. c. Keterjangkauan sosial, konsumen memperhitungkan sikap dan karakteristik provider terhadap konsumen, seperti etnis, jenis kelamin, umur, ras, dan hubungan keagamaan. Akses ini terdiri atas dua dimensi, yaitu dapat diterima dan terjangkau. Dimensi dapat diterima mengarah kepada faktor psikologi, sosial, dan budaya, sedangkan dimensi terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi. d. Karakteristik struktur organisasi pelayanan dan proses, berbagai macam bentuk praktek pelayanan kesehatan dan cara memberikan pelayanan kesehatan mengakibatkan pola pemanfaatan yang berbeda-beda. 3. Faktor Interaksi Konsumen dan Provider penyedia pelayanan a. Faktor yang berhubungan dengan konsumen, dipengaruhi oleh: Jasmen Manurung : Hubungan Karakteristik Perawat Dan Pasien Dengan Tindakan Medik Perawat Di Kota Medan Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 1 faktor sosio demografi, meliputi: umur, seks, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, status sosial ekonomi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan, 2 faktor sosio psikologi, meliputi: persepsi sakit, gejala sakit, dan keyakinan terhadap perawatan medisdokter, dan 3 faktor epidemiologis, meliputi mortalitas, morbilitas, disability, dan faktor resiko. b. Faktor yang berhubungan dengan provider, dipengaruhi oleh: 1 Faktor ekonomi, yaitu adanya keterbatasan konsumen untuk mengakses pelayanan kesehatan. 2 Faktor karakteristik provider, meliputi tiga tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, keahlian petugas, dan fasilitas yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan tersebut. Sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan, tindakan medik yang dilakukan oleh perawat banyak terjadi akibat tingginya permintaan dari masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Masyarakat di pedesaan sering beranggapan bahwa perawat mempunyai peran yang sama dengan dokter. Merubah perilaku masyarakat terhadap kepercayaan pelayanan kesehatan tidaklah mudah, contohnya kepercayaan tentang anggatapan bahwa penyakit hanya bisa disembuhkan dengan pemberian suntikan. Masyarakat tetap meminta perawat untuk mengobati mereka meskipun sudah ada dokter. Bila perawat tidak mau memenuhi harapan masyarakat, mereka akan mendapatkan sanksi sosial Sciortino, 1992. Jasmen Manurung : Hubungan Karakteristik Perawat Dan Pasien Dengan Tindakan Medik Perawat Di Kota Medan Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008

2.7. Landasan Teori

Tindakan medik adalah tindakan pemberian suatu substansibahan yang digunakan untuk mendiagnosa, menyembuhkan, mengatasi, membebaskan, atau mencegah penyakit Priharjo, 2005. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239MenkesSkXI2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan, pasal 15 d dinyatakan bahwa perawat tidak dapat melakukan tindakan medik. Tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari dokter. Namun dalam kenyataanya, banyak ditemukan kasus tindakan medik yang dilakukan oleh perawat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2008 Timbulnya tindakan medik perawat juga berhubungan dengan tingkat pengetahuan perawat. Menurut hasil penelitian Sudiro 2005, banyaknya kasus tindakan medik yang dilakukan oleh perawat khususnya perawat yang berada di daerah pedesaan, disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan perawat terhadap fungsi dan peranannya. Menurut hasil penelitian tersebut juga ditemukan bahwa, penyebab utama rendahnya tingkat pengetahuan perawat terhadap fungsi dan perannya adalah rendahnya paparan tentang materi etika dan hukum pada perawat selama menjalani pendidikan. Sebagai salah satu faktor kebutuhan, tingkat pendapatan juga menjadi salah satu penyebab timbulnya tindakan medik yang dilakukan oleh perawat. Rendahnya tingkat pendapatan perawat menyebabkan banyaknya kasus-kasus tindakan medik Jasmen Manurung : Hubungan Karakteristik Perawat Dan Pasien Dengan Tindakan Medik Perawat Di Kota Medan Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 yang dilakukan oleh perawat. Banyak perawat bergaji di bawah Upah Minimum Regional UMR Kompas, 2007. Disisi lain, lama kerja juga dapat memberikan implikasi yang berbeda terhadap kemungkinan berbagai tindakan keperawatan lainnya. Semakin lama seorang perawat menjalankan tugasnya, maka semakin banyak juga tindakan medik yang mampu untuk dilakukan. Kepercayaan akan kemampuan sendiri mengakibatkan para perawat tidak meminta persetujuan tindakan medik dari seorang dokter lagi. Hal ini banyak dijumpai pada penanganan penyakit yang bersifat umum diare, influenza dan berbagai penyakit lainnya Sudiro, 2005. Selain faktor-faktor yang bersumber dari perawat sendiri, tindakan medik juga sangat berhubungan dengan karakteristik masyarakat. Unsur-unsur yang menjadi karakteristik tersebut adalah tingkat pengetahuan masyarakat, kepercayaan yang bersumber dari pengalaman dan tingkat pendapatan masyarakat itu sendiri, persepsi, jarak dengan fasilitas, tingkat pendapatan dan faktor-faktor lain. Ulina, 2004.

2.8. Kerangka Konsep Penelitian