Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Saat ini Indonesia masih dihadapkan pada masalah penting yakni, persoalan kemiskinan, berdasarkan Badan Pusat Statistik BPS mengeluarkan data angka penduduk miskin di Indonesia per Maret 2011 mencapai 30,02 juta orang atau 12,49 dari jumlah penduduk http:nasional,BPS-angka-kemiskinan- periode-Maret-2011. Data Susenas Survei Sensus Ekonomi Nasional tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang dikepalai perempuan mencapai 13.60 atau sekitar 6 juta rumah tangga yang mencakup lebih dari 30 juta penduduk. Rumah tangga yang dikepalai perempuan umumnya miskin dan merupakan kelompok termiskin dalam strata sosial ekonomi di Indonesia. Hal ini sangat terkait dengan kualitas sumberdaya perempuan kepala keluarga yang rendah. Menurut Adi Sasono dalam Asnaini, 2008 :73 kemiskinan rakyat Indonesia disebabkan oleh faktor luar yaitu sejarah, situasi dan kondisi yang ada, kemiskinan rakyat Indonesia tidak disebabkan mereka sejak semula tidak mempunyai faktor-faktor kultural yang dinamis. Mereka terbelakang dan miskin karena kesempatan tidak diberikan kepada mereka. Mereka miskin oleh karena kesempatan-kesempatan telah dihancurkan dari mereka. Faktor badaniah yang mereka punyai merupakan satu-satunya alat untuk memperoleh nafkah, sebagai akibat kemiskinan. Faktor badaniah ini cenderung untuk lebih mendekati “ampas” waste yang tidak dapat menimbulkan kegiatan-kegiatan produktif yang otonom Universitas Sumatera Utara dan gantung kepada harta produktif. Timbullah hubungan Patron client, dimana massa miskin menjadi kelas yang tidak dapat berdaya dan praktis menyerah sepenuhnya “kebaikan hati” pemilik harta produktif. Golongan miskin makin jauh tertinggal dan akan terus mengalami perlakuan semena-mena dari golongan orang kaya sehinggga golongan miskin tidak berdaya. Kemudian hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan pada bulan Maret 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.481.300 orang atau sebesar 11,33 persen terhadap jumlah penduduk seluruhnya. Sedangkan di daerah perkotaan sebanyak 691.100 orang atau 10,75 persen. Selama periode Maret 2010 - Maret 2011, penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sekitar 2.100. Berdasarkan data yang dilansir Bappeda Kota Medan dari Badan Pusat Statistik BPS, terhitung per 1 Januari 2011, jumlah warga miskin di Kota Medan bertambah menjadi 9,92 dari 6,40 pada 2010 http:nasional,BPS-angka- kemiskinan-periode-Maret-2011. Kemiskinan dapat dilihat mulai dari ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan. Biasanya hal ini ditandai kemiskinan material dimana seseorang tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup layak. Kemiskinan sangat terkait dengan pendapatan, sangat tergantung dengan tingkat upah sektor pekerjaan. Secara pelaksanaan, tinggi rendahnya upah yang diterima seorang pekerja dipengaruhi oleh produktivitasnya. Jika seorang penduduk yang bekerja dengan upah atau pendapatan rendah harus menanggung anggota kebutuhan keluarga yang besar, maka pendapatan per kapitanya akan semakin rendah dan akan menambah jumlah Universitas Sumatera Utara penduduk miskin. Mau tidak mau untuk meningkatkan pendapatannya seorang ibu rumah ikut bekerja untuk meningkatkan pengahasilan rumah tangganya dan bahkan harus menjadi kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, adapun disebab-sebab mereka harus bekerja diantaranya karena bercerai, suami meninggal, ditinggal suami tidak ada kabar, suami migrasi ke negara lain, suami mengalami sakit permanen atau lajang yang bertanggung jawab terhadap keluarga atau saudara. Faktor lain juga besarnya tingkat pertisipasi angkatan kerja wanita untuk bekerja, dipasar kerja dipengaruhi oleh faktor umum yakni tingkat ketergantungan keluarganya hidup pada pihak laki-laki yang tidak memadai mendorong kaum wanita untuk menawarkan dirinya dipasar kerja. Disamping faktor umum untuk diatas meningkatkan partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi secara garis besar dapat disebabkan oleh tiga hal yang satu sama lain saling berkaitan. Pertama, lapangan kerja produktif yang tersedia semakin meningkatkan yang sangat erat kaitan dengan pembangunan dan dukungan penguasaan iptek serta perluasan pasar karena meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa. Kedua, semakin terbukanya kesempatan kerja yang jenis pekerjaan lebih sesuai bila dikerjakan oleh wanita dan ketiga pembangunan secara keseluruhan telah meningkatkan kebutuhan masyarakat baik material maupun immaterial. Menurut Goenawan Sumodiningrat, kesenjangan dan kemiskinan penyebabnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian: pertama, kesenjangan dan kemiskinan natural yaitu kesenjangan dan kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah, seperti perbedaan usia, perbedaan tingkat kesehatan, perbedaan geografis tempat tinggal dan lain-lain. Kedua, kesenjangan dan Universitas Sumatera Utara kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh perbedaan adat budaya seperti etika kerja, pola hidup dan sebagainya. Ketiga, kesenjangan dan kemiskinan struktural yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia, kemiskinan yang disebabkan kebijakan pemerintah yang pada perekonomian yang bersifat diskriminatif, kolutif dan koruptif, distribusi pendapatan yang tidak merata hingga tatanan ekonomi yang timpang dan lain-lain http:www.sumeks.co.id:upaya-pengentasan-kemiskinan,Goenawan. Jika ini berlangsung secara terus-menerus maka yang terjadi adalah banyaknya pengangguran, kriminilitas, gizi buruk dan rendahnya angka pendidikan yang akan menciptakan kebodohan. Tentunya ada upaya usaha-usaha dilakukan pihak-pihak pemerintah dan lembaga non pemerintah, adapun usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam program pengentasan kemiskinan berbasis pendapatan hari ini di Kota Medan antara lain berupa Bantuan Langsung Tunai BLT, Beras Miskin, bantuan untuk kesehatan, dan sejenisnya. Sedangkan pemikiran Muhammad Yunus “Grameen Bank” dalam upaya pengentasan kemiskinan adalah keberlanjutan antargenerasi, memfokuskan pinjaman kredit mikro pada perempuan yang secara ekonomi lemah tanpa agunan. Ada dua misi dari aksi aftif solusi, Pertama, pemberdayaan perempuan dengan meningkatkan posisi tawar mereka, baik di ruang privat maupun publik. Kedua, peningkatan kualitas hidup anak. Peningkatan ekonomi perempuan berbanding lurus dengan tingkat pendidikan dan kesehatan anak. Pemberdayaan ekonomi perempuan, misalnya, dalam memastikan tercukupi kebutuhan dasar agar generasi berikut tetap bertahan baik pendidikan maupun kesehatan keluarga. Kemudian lembaga Universitas Sumatera Utara non pemerintahan juga turut berupaya untuk mengurangi kemiskinan baik secara kemanusiaan maupun agama yaitu dengan lembaga zakat, infaq dan sedekah. Zakat dipandang sebagai salah satu rukun Islam yang lima, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji. Melaksanakannya adalah wajib, dengan begitu telah dipandang sebagai dosa bagi siapa saja yang meninggalkannya, dan sebaliknya akan mendapatkan pahala bagi yang menjalankannya. Keputusan Bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri Agama Republik Indonesia No 29 tahun 1991 47 Tahun 1991. http:www.google.comBPS-infaq-dan-sedekah-kota-medan. Kemudian sejak keluarnya UU Pengelolaan Zakat, terdapat 18 LAZ nasional yang mendapat pengukuhan Menteri Agama. LAZ itu, yakni 1 Dompet Dhuafa, 2 Yayasan Amanah Takaful, 3 Pos Keadilan Peduli Ummat PKPU, 4 Yayasan Baitul Maal Muamalat, 5 Yayasan Dana Sosial Al Falah, 6 Yayasan Baitul Maal Hidayatullah, 7 LAZ Persatuan Islam PERSIS, 8 Yayasan Baitul Maal Ummat Islam BAMUIS PT BNI persero tbk, 9 LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat, 10 LAZ Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 11 LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia, 12 LAZIS Muhammadiyah, 13 LAZ Baitul Maal Wat Tamwil BMT, 14 LAZ Yayasan Dopet Sosial Ummul Quro DSUQ, 15 LAZ Baituzzakah Pertamina BAZMA, 16 LAZ Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid DPUDT, 17 LAZ Nahdlatul Ulama NU, dan 18 LAZ Ikatan Persaudaraan Haji IPHI http:www.zakat-baz- bantul.orgberita-nasib-LAZIS diIndonesia.html. Badan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah BAZIS sangat berguna, karena untuk mengatur zakat dengan berbagai aspeknya termasuk harta yang dikeluarkan, sebagaimana diketahui bahwa membayar zakat sebagai ibadah dan bukti Universitas Sumatera Utara ketundukan kepada Allah SWT, juga memiliki fungsi sosial yang sangat besar dan merupakan satu diantara pilar ekonomi Islam. Jika zakat ini ditata dengan baik, baik penerimaan pendistribusian dan pendayagunaanya, akan mampu mengentaskan masalah kemiskinan khususnya Kota Medan pada saat ini. Menunaikan zakat termasuk amal ibadah sosial dalam rangka membantu orang-orang miskin dan golongan ekonomi lemah untuk menunjang ekonomi mereka sehingga mampu berdiri sendiri dimasa mendatang dan tabah dalam mempertahankan kewajiban-kewajiban kepada Allah.” Apabila zakat merupakan suatu formula yang paling kuat dan jelas untuk merealisasikan ide keadilan sosial, maka kewajiban zakat meliputi seluruh umat, dan bahwa harta yang harus dikeluarkan itu pada hakekatnya adalah harta umat, dan pemberian kepada fakir kaum miskin. Pembagaian zakat kepada fakir miskin dimaksudkan untuk mengikis habis sumber-sumber kemiskinan dan untuk mampu melenyapkan sebab-sebab kemelaratan, sehingga sama sekali nantinya ia tidak memerlukan bantuan dari zakat lagi bahkan berbalik menjadi pembayar zakat Qardhawi 1996 : 127. Setidaknya ada tiga tujuan zakat yang terkandung dalam pernyataan Qardhowi diatas yaitu menciptakan keadilan sosial, mengangkat derajat ekonomi orang-orang yang lemah dan membuat mustahik menjadi muzakki. Jika sumber- sumber zakat dimanfaatkan sebagai modal dalam proses produksi, orientasi kegiatan masyarakat selalu kearah produktif, berguna dan berhasil guna, dan memandang jauh kedepan dengan pengorbanan yang dilakukan saat ini. Sehingga akan tercipta masyarakat yang berjiwa produktif, bukan masyarakat yang berjiwa konsumer. Pos Keadilan Peduli Umat merupakan salah satu lembaga swasta yang bergerak di bidang kemanusiaan nasional, sumber dananya berasal dari zakat, infaq, sedekah dan Manajemen corporate yang sifat independen, berbeda dengan BAZ bentukan pemerintah yang dana dibantu oleh pemerintah. Terlihat jelas bahwa lembaga swasta yang mengelolah zakat, infaq dan sedekah harus mencari dana sendiri, tentunya lembaga ini harus mempunyai strategi khusus agar tetap Universitas Sumatera Utara survive dan bertahan di masyarakat. Agar tetap bertahan setiap lembaga haruslah memiliki trust kepercayaan, jaringan sosial dan norma sosial. Salah satu untuk membangun relasi sosial tersebut lembaga PKPU membuat beberapa program salah satunya adalah program pemberdayaan ekonomi pada kelompok binaan ibu rumah tangga. Ada juga ibu-ibu rumah tangga kelompok binaan yang ingin membuka usaha. Namun masih terkendala kekurangan modal, karena ibu-ibu yang ikut pada kelompok binaan kebanyakan masih tinggal di rumah sewa dan juga harus memenuhi kebutuhan biaya pendidikan anak, kebutuhan rumah tangga. Dari sini PKPU mencoba memberdayakan ibu-ibu rumah tangga ekonomi lemah agar bisa meningkatkan pendapatan ekonomi secara produktif dan mandiri. Berdasarkan uraian diatas, maka dengan ini peneliti ingin mengetahui bagaimana pemanfaatan modal sosial PKPU dalam mengelolah zakat, infaq dan sedekah dalam memberdayakan ibu-ibu rumah tangga kelompok binaan.

1.2. Perumusan Masalah