Analisis Respon Masyarakat Terhadap Eksistensi Pos Keadilan Peduli Umat (Pkpu) Di Kota Medan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS RESPON MASYARAKAT TERHADAP EKSISTENSI POS KEADILAN PEDULI UMAT (PKPU) DI KOTA MEDAN

OLEH

WIRA PRAMADANA 090501026

PROGRAM STUDI STRATA-1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ABSTRAK

ANALISIS RESPON MASYARAKAT TERHADAP EKSISTENSI PKPU DI KOTA MEDAN

Kemiskinan merupakan masalah utama dalam perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi tanpa disertai distribusi pendapatan tidak akan dapat menghapus kemiskinan. Pemerintah telah berupaya untuk mengurangi ketimpangan yang ada bersama masyarakat melalui instrument zakat, infak, sedekah, dan wakaf dengan melahirkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Dengan potensi mencapai Rp 217 Triliun pada tahun 2011, maka perlu adanya suatu evaluasi atas program pengelolaan dana ZISWAF yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Masyarakat Terhadap Eksistensi PKPU di Kota Medan.

Penelitian dilakukan di PKPU Cabang Kota Medan, dimana Studi Kasus tempat penelitian dilakukan di daerah Medan Sunggal. Jenis penelitian dalam skripsi ini yaitu dengan menggunakan metode Deskriptif Kualitatif, dengan jumlah sampel 100 responden yang masing-masing terbagi atas 50 responden Muzakki dan 50 responden Mustahiq PKPU di Kota Medan. Jenis data yang dipakai terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner langsung kepada responden dan mengumpulkannya dalam jangka waktu satu minggu. Model analisis data yang digunakan adalah dengan pengujian kualitas data menngunakan uji validitas dan reliabilitas.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa respon masyarakat terhadap PKPU kota Medan baik dari responden Muzakki maupun dari responden Mustahiq memiliki kepuasan atas program-program dan kegiatan dari PKPU Medan. Tetapi harus ada perbaikan dan penyelarasan serta ketepatan program terutama yang berhubungan langsung dengan Mustahiq. Karena masih banyak kekurangan dalam pendistribusian kepada Mustahiq dan pengetahuan Mustahiq akan PKPU medan baik secara Lembaga maupun dalam program dan Kegiatan.

Kata Kunci :Eksistensi, Respon, Program, Corporate Social Responsibility (CSR)


(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE PUBLIC RESPONSE TO THE EXISTENCE PKPU IN MEDAN

Poverty is a major problem in Indonesia's economy. Economic growth without income distribution will not be able to alleviate poverty. The government have been efforts to reduce the inequalities with the society through zakkah instruments, infak, sedekah, and wakaf, with legalize Act No. 38 of 1999 on Management of Zakkah. With a potential of up to Rp 217 Trillion in 2011, then there needs to be an evaluation of the management program ZISWAF funds that aim to alleviate poverty.

The purpose of this research is to determine the public response to the existence PKPU in Medan.

The research was conducted at PKPU Branch Medan, where a case conducted in the area of Medan sunggal. This type of research in this thesis is by using Qualitative Descriptive method, with a sample of 100 respondent each consisting of 50 respondent Muzakki and 50 respondent Mustahiq. The type of data used consisted of the primary data and secondary data. Primary data were collected by distributing questionnaires directly to the respondents and collect within one week. The model of data analysis used is to test the quality of data with testing validity and reliability.

The results of this research indicate that the public response to PKPU Medan both respondent have the satisfaction of the programs and activities of PKPU Medan. But there should be improvement and alignment as well as the accuracy of the program, especially in direct contact with Mustahiq. Because there are still many shortcomings in the distributions to Mustahiq, and knowledge will PKPU terrain Mustahiq both institutions as well as in programs and activities.

Keywords: Existence, Response, Programs, Corporate Social Responsibility (CSR)


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Ekonomi Dalam Perspektif Islam ... 9

2.1.1 Pengertian Ekonomi Islam ... 9

2.1.2 Ekonomi Islam Sebagai Ilmu ... 9

2.1.3 Ekonomi Islam Sebagai Sistem Ekonomi ... 10

2.2 Zakat ... 11

2.2.1Pengertian Zakat... 11

2.2.2 Landasan Zakat ... 11

2.2.3Klasifikasi Zakat ... 12

2.2.3.1 Zakat Fitrah ... 12

2.2.3.2 Zakat Maal ... 17

2.2.4Syarat Zakat ... 27

2.2.5Penerima Zakat... 28

2.2.6ManfaatZakat ... 31

2.2.7Macam-Macam Institusi Zakat ... 32

2.2.7.1 Lembaga Zakat Milik Negara (BAZ) ... 32

2.2.7.1 Lembaga Zakat swasta (LAZ) ... 35

2.3 Respon ... 37

2.4 Masyarakat ... 38

2.5 Eksistensi ... 39

2.6 Penelitian Terdahulu ... 40

2.7 Kerangka Konseptual ... 42

2.8 Hipotesis ... 42


(5)

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ... 44

3.2 Lokasi Dan ObjekPenelitian ... 44

3.3 Jenis Dan Sumber Data ... 45

3.4 Populasi Dan Sampel penelitian ... 46

3.4.1 Populasi……….. . 46

3.4.2 Sampel ... 47

3.5 Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas ... 47

3.5.1 Uji Validitas ……… 47

3.5.2 Uji Reliabilitas ……… 48

3.6 Teknik Analisis ... 49

3.7 Pengukuran Variabel ... 50

3.8 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) ... 53

4.1.1 Sejarah PKPU ... 53

4.1.2 Sejarah PKPU Medan ... 58

4.1.3 Visi Dan Misi ... 59

4.1.4 Program PKPU ... 60

4.2 Karakteristik Responden ... 60

4.2.1 Jenis kelamin ... 60

4.2.2 Usia ... 61

4.2.3 Pekerjaan ... 63

4.2.4 Pendidikan terakhir ... 64

4.2.5 Pendapatan ... 66

4.2.6 Jenis Zakat yang Dibayar ... 67

4.2.7 Jenis Zakat Maal Yang Dibayar ... 68

4.2.8 Harga Beras Zakat Fitrah ... 68

4.3 Uji Validitas Dan UjiReliabilitas ... 69

4.3.1 Pengujian Valid Data Instrumen ... 69

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 71

4.4 Analisis Deskriptif ... 72

4.4.1 Analisis Deskriptif Muzakki ... 72

4.4.2 Analisis Deskriptif Mustahiq ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 81

5.2 Saran ... 82


(6)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Nishab Zakat Unta... 21

Tabel 2.2 Nishab Sapi Atau Kerbau ... 22

Tabel 2.3 Nishab Kambing Atau Domba ... 23

Tabel 3.1 Skala Uji Reliabilitas... 49

Tabel 4.1 Data Jenis Kelamin Muzakki ... 61

Tabel 4.2 Data Jenis Kelamin Mustahiq ... 61

Tabel 4.3 Data Usia Muzakki ... 62

Tabel 4.4 Data Usia Mustahiq ... 62

Tabel 4.5 Data Pekerjaan Muzakki ... 63

Tabel 4.6 Data Pekerjaan Mustahiq ... 64

Tabel 4.7 Data Pendidikan Terakhir Muzakki ... 65

Tabel 4.8 Data Pendidikan Terakhir Mustahiq ... 66

Tabel 4.9 Data Pendapatan Muzakki... 66

Tabel 4.10 Data Pendapatan Mustahiq ... 67

Tabel 4.11 Jenis Zakat Yang DIbayar ... 68

Tabel 4.12 Jumlah Responden Berdasarkan Zakat Yang Dibayar ... 68

Tabel 4.13 Data Harga Beras Zakat Fitrah Muzakki ... 69

Tabel 4.14 Data Harga Beras Zakat Fitrah Mustahiq... 69

Tabel 4.15 Uji Validitas Data Muzakki ... 70

Tabel 4.16 Uji Validitas Data Mustahiq ... 71

Tabel 4.17 Uji Reliabilitas Data Muzakki ... 72

Tabel 4.18 Uji Reliabilitas Data Mustahiq ... 72

Tabel 4.19 Analisis Pertanyaan Muzakki 1 ... 73

Tabel 4.20 Analisis Pertanyaan Muzakki 2 ... 73

Tabel 4.21 Analisis Pertanyaan Muzakki 3 ... 74

Tabel 4.22 Analisis Pertanyaan Muzakki 4 ... 74

Tabel 4.23 Analisis Pertanyaan Muzakki 5 ... 75

Tabel 4.24 Analisis Pertanyaan Muzakki 6 ... 75

Tabel 4.25 Analisis Pertanyaan Muzakki 7 ... 76

Tabel 4.26 Analisis Pertanyaan Mustahiq 1 ... 77

Tabel 4.27 Analisis Pertanyaan Mustahiq 2 ... 77

Tabel 4.28 Analisis Pertanyaan Mustahiq 3 ... 78

Tabel 4.29 Analisis Pertanyaan Mustahiq 4 ... 78

Tabel 4.30 Analisis Pertanyaan Mustahiq 5 ... 79

Tabel 4.31 Analisis Pertanyaan Mustahiq 6 ... 79


(7)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 42

Gambar 4.1 Diagram Jenis Kelamin Responden ... 61

Gambar 4.2 Diagram Usia Responden ... 62

Gambar 4.3 Diagram Pekerjaan Responden ... 64

Gambar 4.4 Diagram Pendidikan Terakhir Responden ... 65

Gambar 4.5 Diagram Pendapatan Responden ... 67


(8)

ABSTRAK

ANALISIS RESPON MASYARAKAT TERHADAP EKSISTENSI PKPU DI KOTA MEDAN

Kemiskinan merupakan masalah utama dalam perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi tanpa disertai distribusi pendapatan tidak akan dapat menghapus kemiskinan. Pemerintah telah berupaya untuk mengurangi ketimpangan yang ada bersama masyarakat melalui instrument zakat, infak, sedekah, dan wakaf dengan melahirkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Dengan potensi mencapai Rp 217 Triliun pada tahun 2011, maka perlu adanya suatu evaluasi atas program pengelolaan dana ZISWAF yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Masyarakat Terhadap Eksistensi PKPU di Kota Medan.

Penelitian dilakukan di PKPU Cabang Kota Medan, dimana Studi Kasus tempat penelitian dilakukan di daerah Medan Sunggal. Jenis penelitian dalam skripsi ini yaitu dengan menggunakan metode Deskriptif Kualitatif, dengan jumlah sampel 100 responden yang masing-masing terbagi atas 50 responden Muzakki dan 50 responden Mustahiq PKPU di Kota Medan. Jenis data yang dipakai terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner langsung kepada responden dan mengumpulkannya dalam jangka waktu satu minggu. Model analisis data yang digunakan adalah dengan pengujian kualitas data menngunakan uji validitas dan reliabilitas.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa respon masyarakat terhadap PKPU kota Medan baik dari responden Muzakki maupun dari responden Mustahiq memiliki kepuasan atas program-program dan kegiatan dari PKPU Medan. Tetapi harus ada perbaikan dan penyelarasan serta ketepatan program terutama yang berhubungan langsung dengan Mustahiq. Karena masih banyak kekurangan dalam pendistribusian kepada Mustahiq dan pengetahuan Mustahiq akan PKPU medan baik secara Lembaga maupun dalam program dan Kegiatan.

Kata Kunci :Eksistensi, Respon, Program, Corporate Social Responsibility (CSR)


(9)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE PUBLIC RESPONSE TO THE EXISTENCE PKPU IN MEDAN

Poverty is a major problem in Indonesia's economy. Economic growth without income distribution will not be able to alleviate poverty. The government have been efforts to reduce the inequalities with the society through zakkah instruments, infak, sedekah, and wakaf, with legalize Act No. 38 of 1999 on Management of Zakkah. With a potential of up to Rp 217 Trillion in 2011, then there needs to be an evaluation of the management program ZISWAF funds that aim to alleviate poverty.

The purpose of this research is to determine the public response to the existence PKPU in Medan.

The research was conducted at PKPU Branch Medan, where a case conducted in the area of Medan sunggal. This type of research in this thesis is by using Qualitative Descriptive method, with a sample of 100 respondent each consisting of 50 respondent Muzakki and 50 respondent Mustahiq. The type of data used consisted of the primary data and secondary data. Primary data were collected by distributing questionnaires directly to the respondents and collect within one week. The model of data analysis used is to test the quality of data with testing validity and reliability.

The results of this research indicate that the public response to PKPU Medan both respondent have the satisfaction of the programs and activities of PKPU Medan. But there should be improvement and alignment as well as the accuracy of the program, especially in direct contact with Mustahiq. Because there are still many shortcomings in the distributions to Mustahiq, and knowledge will PKPU terrain Mustahiq both institutions as well as in programs and activities.

Keywords: Existence, Response, Programs, Corporate Social Responsibility (CSR)


(10)

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang.

Perkembangan ekonomi islam telah menjadikan islam sebagai satu-satunya solusi masa depan. Hal ini di tandai dengan semakin banyak dan ramainya kajian akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu pulak gerakan sosial untuk meningkatkan kecintaan masyarakat kepada zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf yang menjadi bagian penting dalam keuangan publik islam.

Salah satu sumber penerimaan Negara yang utama dalam islam adalah zakat. Namun dalam pengalokasiannya dana zakat hanya terbatas di gunakan untuk delapan golongan seperti yang ditentukan oleh firman Allah SWT dalam surat At-Taubah (9):60. Adapun pembiayaan pengeluaran Negara lainnya dapat dipenuhi dari sumber penerimaan Negara dari nonzakat. Sumber-sumber penerimaan dari non-zakat tersebut adalah kharaj, jizyah, fai,khums dan pajak.

Zakat adalah komponen utama dalam sistem keuangan publik serta kebijkan fiskal utama dalam sistem ekonomi islam. Zakat merupakan keigatan wajib untuk semua umat islam serta salah satu elemen dalam sumber pendapatan nasional. Dan distibusinya ditujukan kedelapan golongan penerima zakat (mustahik), yaitu : fakir, miskin, fisabillah, ibnu sabil, amil, muaalaf, hamba sahaya, dan yantim piatu .

Zakat memiliki implikasi dan andil yang menentukan pada kebangkitan peradaban islam dalam arti luas. Implikasi zakat dalam perekonomian yaitu, yaitu : zakat memenuhi kebutuhan masyarakat yang kekurangan. Kedua, zakat memperkecil


(11)

jurang kesenjangan ekonomi. Ketiga, zakat dapat menekan jumlah permasalahan sosial, kriminalitas, gelandangan,, pengemis dan lain-lain. Keempat, zakat dapat menjaga kemampuan beli masyarakat agar dapat memelihara sector usaha. Dengan kata lain zakat menjaga konsumsi mayarakat pada tingkat yang minimal, sehingga perekonomian dapat terus berjalan. Dengan begitu zakat dapat memberikan pengaruh lahirnya ekonomi islam sebagai alternatif bagi ekonomi kapitalistik yang pada saat ini menguasai perekonomian global. Kebangkitan paling penting dalam islaam sebernarnya adalah kebangkitan ekonomi berintikan zakat dan ini sesuai dengan kebutuhan perekonomian Indonesia saat ini.

Peranan zakat tidak hanya terbatas pada pengentasan kemiskinan. Akan tetapi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan kemasyarakatan lainnya. Target utama dari aplikasi zakat adalah mengentaskan kemiskinan secara keseluruhan. Mengentaskan kemiskinan dengan mengentaskan penyebabnya (Qardhawi, 2005). Peranan zakat sangat signifikan dalam kehidupan manusia. Zakat merupakan suatu penggerak yang memberikan tunjangan kepada para pedagang atau profesi lain yang membutuhkan modal, yang tidak bisa didapatkan dari jalan lain (wulansari, 2014 : 3).

Selain itu tindakan-tindakan untuk mereduksi kesenjangan pendapatan dan kekayaan akan lebih berhasil jika diperkuat dengan pengaktifan sistem ekonomi islam tentang zakat (Chapra, 2005). Islam memerintahkan setiap muslim yang mempunyai kelebihan tertentu untuk membayar zakat kepada fakir miskin. Zakat harus menjadi pelengkap pendapatan yang cukup dari usahanya sendiri. Tuntutan ini diimplementasikan dalam suatu sistem sosial ekonomi, sehingga dapat menyumbang


(12)

pada ekspansi peluang kesempatan kerja sendiri dan mereduksi kesenjangan. Pembayaran pajak dari semua kekayaan diharapkan dapat membantu mengerahkan para pembayar zakat untuk memperoleh pendapatan dari kekayaan mereka demi membayar zakat tanpa mengurangi nilai kekayaan tersebut. Hal ini, akan membantu ketersediaan dana untuk tujuan-tujuan investasi, dengan demikian penumpukan harta akan cenderung berkurang, yang mengarah kepada peningkatan investasi dan lapangan kerja.

Beik (2009 : 2) menyebutkan bahwa dalam beberapa tahun belakangan ini, di dunia Barat muncul sebuah konsep yang mendorong berkembangnya sharing economy atau gift economy, dimana perekonomian harus dilandasi oleh semangat saling berbagi dan memberi. Konsep ini merupakan modal penting dalam memacu peningkatan perekonomian dan mampu membuat perekonomian suatu negara lebih efisien. Maka sewajarnya jika umat Islam di Indonesia turut membantu perbaikan ekonomi dengan memaksimalkan zakat, infaq dan sedekah.

Jumlah penduduk Indonesia yang besar, dengan komposisi 87% muslim dan asumsi 20% adalah muzaki atau pemberi zakat, membuat nilai potensi zakat berdasarkan penelitian Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dengan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2013 sekitar Rp 217 triliun. Zakat tersebut terdiri dari zakat maal, zakat perusahaan, zakat atau tabungan deposito perbankan syariah. Jumlah tersebut cukup signifikan untuk mengatasi kemiskinan. Namun kenyataannya, realisasi penyaluran zakat melalui Baznas dan lembaga amil zakat lainnya terungkap bahwa pada 2013 baru Rp 2,7 triliun atau hanya sebesar 1% dari potensi zakat yang


(13)

ada. Data belum mencakup penyaluran zakat secara pribadi langsung ke mustahik atau penerima zakat (Hidayatullah : 2013).

Sementara di Sumatera Utara, menurut Pimpinan Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara mencatat telah mengumpulkan dana yang berasal dari zakat, infaq dan sedekah (ZIS) sekitar Rp 1,4 miliar hingga pertengahan Agustus 2011 yang akan disalurkan untuk membantu kaum fakir miskin dan pihak-pihak yang membutuhkan bantuan. Dengan rincian sebanyak Rp 600 juta berasal dari zakat dan Rp 800 juta dari infaq serta sedekah. Namun sedang diupayakan pengumpulan ZIS lebih banyak agar dapat membantu kaum fakir miskin dan pihak-pihak yang membutuhkan bantuan. Pada tahun 2010, dana ZIS yang terkumpul oleh Bazda Sumatera Utara mencapai Rp 1,7 milyar dengan rincian Rp 1,2 milyar dari zakat dan sekitar Rp 450 juta dari infaq dan sedekah (waspadaonline, 16 Agustus 2011).

Di masa kini, pengelolaan zakat tidak lagi di kelola oleh Bait al-mal. Zakat dikelola oleh badan dan lembaga amil zakat, baik pemerintah maupun swasta. Pengalokasian, pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat akan lebih optimal jika dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat atau LAZ sebagai organisasi yang terpercaya, sebab mereka tidak hanya menyerahkan zakat begitu saja tetapi ikut mendampingi, memberikan pengarahan serta pelatihan agar dana zakat yang disalurkan benar-benar dapat dijadikan sebagai modal usaha sehingga penerima zakat tersebut dapat memperoleh pendapatan yang layak dan mandiri pada masa-masa selanjutnya (Sartika, 2008 : 77).


(14)

Di Indonesia terjadi perkembangan mengenai pengelolaan zakat. Pemerintah juga sudah mengeluarkan Undang-Undang zakat terbaru nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Bahwa Undang-Undang ini secara khusus memberikan gambaran tentang tujuan dari pengelolaan zakat untuk kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan (pasal 3 ayat 2). Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dan Undang-undang No. 17 tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga Undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Dasar hukum ini diperkuat lagi dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-undang No 38 tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat dan Urusan Haji Nomor D/tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Undang-undang tersebut menyiratkan tentang pentingnya peningkatan kinerja BAZ dan LAZ sehingga menjadi amil zakat yang profesional, amanah, terpercaya dan memiliki program kerja yang jelas dan terencana sehingga mampu mengelola zakat dengan baik.

Salah satu lembaga yang secara mendalam berfungsi sebagai pengurangan kemiskinan dan membantu dalam pembangunan ekonomi Indonesia adalah PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat). PKPU dapat menjadi partner pemerintah dalam mencapai MDG‟s (Millenium Development Goals) tahun 2015. Karena program -program yang digagas dan yang dijalankan oleh PKPU mewakili delapan tujuan utama dari program MDG‟s tersebut.

Sejarah PKPU dimulai pada pertengahan tahun 1997 negara-negara ASEAN terpuruk oleh krisis ekonomi regional yang disebabkan oleh depresiasi mata uang


(15)

Rupiah terhadap dollar Amerika. Indonesia merupakan Negara terparah diantara semua Negara ASEAN di asia.

Krisis tersebut sudah merambah ke berbagai bidang, seperti politik, moral, pendidikan, sains-teknologi, budaya, dan religi. Pendekatan multidispliner untuk menangani krisis masih sangat kurang. Mungkin karena egois sektoral yang kuat. Menyikapi krisis yang berkembang sejumlah anak bangsa dengan ketetapan hati yang kuat mereka bergandeng tangan dan bergerak menyumbangkan tenaga dan fikirannya melakukan aksi sosial di beberapa penjuru tanah air.Menindak lanjuti aksi tersebut, mereka mengagas entitas kepedulian public yang bias bergerak secara sistematis. Maka PKPU berdiri ada tanggal 10 Desember 1999 dengan berbadan hukum Yayasan. Kemudian pada pada tangal 8 Oktober 2001 PKPU mendedikasikan diri dibidang sosial. Pada saat sekarang berdasarkan SK Menteri Agama No 441, PKPU telah ditetapkan sekaligus dikukuhkan sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS). Pada tahun 2010 menjadi Organisasi Sosial Nasional berdasarkan SK Menteri Sosial RI, pada tahun 2008 PKPU ikut serta dalam NGO in Special consultative status with economic social council at United Nation.

Namun ada banyak kendala-kendala yang dihadapi oleh PKPU diantara kendala tersebut adalah kurang baiknya aktivitas penghimpunan dan kurangnya keterbukaan serta sosilaisasi tentang keberadaan PKPU sehingga PKPU kurang dikenal oleh masuarakat dibandingkan dengan lembaga amil zakat (LAZ). Kemudian masalah kedua yang dihadapi adalah bentuk bantuan yang seringkali tidak sesuai dengan apa yang disalurkan oleh muzzaki dengan apa yang dibutuhkan dengan


(16)

mustahiq. Maka dari itu para mustahiq lebih memerlukan bantuan dalam berbentuk uang dibandingkan dengan barang, hal ini dikarenakan uang lebih bersifat fleksibel dapat digunakan kapan saja pada saat dibutuhkan.

Dari banyaknya uraian diatas maka penulis tertarik untuk menulis tentang PKPU dengan judul “Analisis Respon Masyarakat Terhadap PKPU di Kota Medan”. 1. 2. Perumusan Masalah

Dari uraian diatas mengenainalisis respon masyarakat terhadap eksistensi PKPU di Kota Medan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana respon masyarakat terhadap PKPU di Kota Medan?

2. Bagaimana eksistensi PKPU di Kota Medan dalam menyalurkan bantuan sosial?

1. 3. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi tujuan penelitian adalah : 1. Menganalisis respon masyarakat terhadap PKPU medan

2. Menganalisis eksistensi PKPU di Kota Medan dalam menyalurkan bantuan sosial.

1. 4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk menggambarkan respon masyarakat terhadap PKPU dan eksistensi PKPU dalam menyalurkan bantuan sosial baik dalam konteks teori maupun praktik. Secara teori diharapkan bermanfaat sebagai :


(17)

a. Kajian ekonomi syariah sebagai lembaga keadilan penyaluran bantuan dalam bentuk zakat, sedekah, infaq, dan sebagainya,

b. Peran PKPU terhadap mustahik maupun muzakki sebagai lembaga penyalur,

c. Sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya,

d. Menambah dan pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah menyangkut topik yang sama.

Selanjutnya secara praktik diharapkan bermanfaat sebagai :

a. Pengambilan keputusan untuk lebih mengetahui PKPU dalam mewujudkan bantuan sosial yang lebih adil sesuai dengan ekonomi syariah.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Ekonomi Dalam Perspektif Islam.

2.1.1 Pengertian Ekonomi Islam.

Ilmu ekonomi islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai islam. Sejauh mengenai masalah pokok kekurangan, hamper tidak terdapat perbedaan apapun antara ilmu ekonomi islam dan ilmu ekonomi modern. Andaipun ada perbedaan itu terletak pada sifat dan volumenya (Mannan; 1993).

Menurut M. Umer Chapra ekonomi islam adalah sebuah pengetahuan yang membantun upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa ketidakseimbangan individu (Veithzal Rivai; 2009).

2.1.2 Ekonomi Islam Sebagai Ilmu.

Ilmu ekonomi islam dapat didefenisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas di dalam kerangka syariah islam (Veithzal Rivai; 2009). Syarat utama ilmu ekonomi islam adalah memasukkan nilai-nilai islam dalam ilmu ekonomi.

Bagi sebagian kalangan, kata islam memposisikan ekonomi islam pada tempat yang sangat eksklusif sehingga menghilangkan kefitrahannya sebagai


(19)

tatanan seluruh umat manusia. Padahal sesungguhnya ekonomi islam adalah suatu sistem yang menunjukkan fitrah dan ciri khasnya sekaligus. Dengan fitrahnya, ekonomi islam dapat diartikan sebagai suatu sistem yang dapat mewujudkan keadilan bagi seluruh umat. Sedangkan dengan ciri khasnya, ekonomi silam dapat menunjukkan jati dirinya dengan segala kelebihannya pada setiap sistem yang dimilikinya (Veithzal Rivai; 2009).

2.1.3 Ekonomi Islam Sebagai Sistem Ekonomi.

Secara filosofis, sistem ekonomi islam adalah sebuah sistem ekonomi yang dibangun di atas nilai-nilai islam, dimana prinsip tauhid yang mengedepamkan nilai-nilai Illahiyyah menjadi inti dari sistem ini. Ekonomi bukanlah entitas yang beridir sendiri, melainkan sebuah bagian kecil dari bingkai ibadah kepada Allah SWT. Selanjutnya harus disadari bahwa salah satu prinsip utama berjalannya sistem ekonomi islam adalah pada tataran operasional yang berdasarkan prinsip keadilan (al-„adl). Islam adalah adil dan adil adalah islam (Munrokhim & Priyonggo; 2008).

Ekonomi islam dalam arti sebuah sistem ekonomi (nizhom al-iqtishad) merupakan sebuah sistem yang telah terbukti dapat mengantarkan ummat manusia kepada real welfare (falah), kesejahteraan yang sebenarnya. Al-falah dalam pengertian islam mengacu kepada konsep islam tentang manusia itu sendiri. Karena dalam islam esensi manusia ada pada ruhaniyahnya (Veithzal Rivai; 2009).


(20)

2.2 Zakat.

2.2.1 Pengertian Zakat

Ditinjau dari segi bahasa kata zakat merupakan kata dasar dari zakat yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik, sedangkan dari segi istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya, disamping berarti mengeluarkan sejumlah harta tertentu itu sendiri (Qardawi, 1996:35). Menurut etimologi syari‟at (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah SWT, untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang–orang yang berhak menerimanya (Yusuf Qardawi; 1996).

Zakat adalah suatu kewajiban bagi ummat islam yang telah ditetapkan dalam Al-Qur‟an, Sunnah nabi, ijma‟ para ulama. Zakat merupakan salah satu rukun islam yang disejajarkan dengan shalat. Inilah yang menunjukkan betapa pentingnya zakat sebagai rukun islam. Bagi mereka yang mengingkari kewajiban zakat maka mereka telah kafir, begitu juga mereka yang melarang adanya zakat secara paksa. Jika ada yang menentang adanya zakat, maka mereka harus dibunuh hingga mau melaksanakannya (Abdul Al-Hamid; 1991)

2.2.2 Landasan Zakat.

Nurul huda (2010 : 294) beberapa landasan kewajiban zakat yang disebutkan di dalam Al-quran, sunnah dan ijma ulama yaitu :

1. QS. Al-Baqarah ayat 43 2. QS. At-Taubah ayat 103


(21)

3. Hadis Rasullah SAW, yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar : “islam dibangnun atas lima rukun : syahadat tiada tuhan selain Allah dan Muhammad SAW utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, menunaikan haji, dan puasa Ramadhan.

4. Hadis dari Ibnu Abbas. Hadis ini dikenal ketika Rasullah SAW mengutus Muadz bin Jabbal ke Yaman “Beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan pemungutan zakat dari orang-orang yang berada di kalangan mereka untuk diberikan kepada orang-orang miskin dikalangan mereka juga.

5. Ijma Ulama baik salaf (klasik) ataupun khalaf (kontemporer) telah sepakat akan mewajibkan zakat dan bagi yang mengingkarinya berarti telah kafir dari islam.

2.2.3 Klasifikasi Zakat.

Zakat dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya, yaitu zakat fitrah dan zakat harta (maal), yaitu :

2.2.3.1 Zakat Fitrah. a. Pengertian Zakat Fitrah.

Menurut Qardawi (1999 : 920) zakat fitrah yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah Futur (berbuka puasa) pada bulan Ramadhan. Abu Muhammad al-Abhuri dalam M. Yusuf Qardawi (1999 : 920) mengatakan zakat fitrah artinya zakat asal kejadian, karena ia seolah-olah zakat badan.

Zakat fitrah diwajibkan pada tahun kedua Hijrah, yaitu tahun diwajibkannya puasa pada bulan Ramadhan untuk mensucikan orang yang


(22)

berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan yang tidak ada gunanya, untuk memberi makanan pada orang-orang miskin dan mencukupkan mereka dari kebutuhan dan meminta-minta pada Hari Raya (Qardawi, 1999 : 921). Para ahli fiqh menyebut zakat ini dengan zakat kepala, atau zakat perbudakan atau zakat badan (Qardawi, 1999 : 921). Yang dimaksud dengan badan disini adalah pribadi, bukan badan yang memiliki arti yang sama dengan tubuh.

Qardawi (1999 : 931) mengatakan bahwa zakat fitrah merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam selama adanya kelebihan dari makanannya dan makanan orang yang wajib nafkah baginya pada hari dan malam hari raya, dan kelebihan dari rumahnya, perabot rumah tangganya dan kebutuhan pokoknya.

b.Syarat Wajib Zakat Fitrah.

Dalam Abdul Al-Hamid (1991) menjelaskan bahwa seseorang wajib mengeluarkan zakat fitrah, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang-orang yang ditanggung nafkahnya, dengan syarat sebagai berikut:

1. Islam

2. Merdeka (bukan hamba sahaya)

3. Mempunyai makanan, harta atau nilai uang “yang lebih” dari yang diperlukan pada malam dan siang hari raya.

Bagi orang yang tidak menetapi syarat diatas, tidak diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah. Sedangkan syarat wajib bagi orang yang dizakati adalah:


(23)

1. Islam

2. Menemui waktu wajib mengeluarkan zakat ftrah, yaitu menmui sebagian bulan Ramadhan dan bulan syawal.

c. Mekanisme dan Kadarnya Zakat Fitrah.

Salah satu hikmah syariah zakat fitrah adalah berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang kurang mampu pada hari raya, dengan memberikan barang yang paling diperlukan dalam hidup yaitu makanan.

Oleh sebab itu, makanan yang digunakan sebagai zakat fitrah distandarkan dengan makanan yang paling dominan dalam masyarakat pada masa itu. Diantara syarat-syarat benda yang digunakan sebagai zakat fitrah adalah:

1. Berupa Bahan Makanan.

Menurut madzab Syafi‟I, benda yang digunakan sebagai zakat fitrah harus berupa makanan (bukan uang) yang pada masa itu dijadikan sebagai makana pokok oleh mayoritas orang dalam daerah tersebut.

Apabila terdapat beberapa makanan pokok yang berlaku, maka boleh menggunakan salah satu jenis makanan tersebut. Dan diperbolehkan menggunakan jenis makanan yang paling banyak mengandung kadar kekuatan (paling mengenyangkan).


(24)

2. Sejenis (Tidak Campuran).

Bahan makanan yang digunakan zakat fitrah harus sejenis, tidak csmpuran. Mislanya jenis beras, jenis gandum, jenis jagung dll. Oleh sebab itu tidak boleh menggunakan makanan pokok campuran seperti beras campur jagung, beras campur gandum dll.

3. Dikeluarkan Ditempat Orang Yang Dizakati.

Apabila tempat dan standart makana pokok dari orang yang dizakati dan orang yang menzakati berbeda, maka jenis makanan pokok yang digunakan zakat dan tempat memberikannya disesuaikan dengan daerahnya yang dizakati.

4. Satu Sho‟ Untuk Setiap Orang.

Makanan pokok yang dikeluarkan sebagai zakat fitrah kadarnya satu sho‟. Sebagaimana telah disebutkan dalam hadits rasulullah SAW. Satu sho‟ tersebut kurang lebih 2,5kg, namun ada pula yang mengatakan satu sho‟ sama dengan 2,75kg. namun agar lebih hati hati ada yang mengambil pendapat ulama satu sho‟ 3kg. d. Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah.

Orang yang menemui (masih hidup) disebagian bulan Ramadhan dan bulan Syawal wajib mengeluarkan zakat fitrah (untuk dirinya sendiri) atau dizakat fitrahi oleh orang yang berkewajiban menanggung nafkahnya atau oleh orang lain dengan seizing orang yang dizakati.


(25)

Waktu mengeluarkan zakat terbagi menjadi 5, yaitu: 1. Waktu Jawaz.

Yaitu mulai awal bulan Ramadhan sampai awal bulan syawal (waktu wajib), artinya zakat fitrah boleh diberikan sejak memasuki bulan Ramadhan, bukan waktu sebelum Ramadhan.

2. Waktu Wajib.

Yaitu sejak akhir Ramadhan (menemui sebagian bulan Ramadhan) sampai 1 Syawal (menemui sebagian bulan syawal). Oleh sebab itu orang yang meninggal setelah maghribnya 1 syawal wajib dizakati, sedangkan bayi yang lahir setelah maghribnya 1 syawal tidak wajib dizakati.

3. Waktu Sunnah

Yaitu setelah fajar dan sebelum shalat idul fitri. 4. Waktu Makruh.

Yaitu setelah shalat idul fitri sampai tenggelamnya matahari pada tanggal 1 syawal. Mengeluarkan zakat fitrah setelah shalat idul fitri hukumnya makruh, apabila tidak ada udzur. Oleh sebab itu apabila pengakhiran tersebut karena ada udzur, seperti menanti kerabat atau orang yang lebih membutuhkan, maka hukumnya tidak makruh. 5. Waktu Haram.

Yaitu setelah tenggelamnya matahari pada tanggal 1 syawal. Mengakhirkan zakat fitrah sehingga keluar dan 1 syawal hukumnya


(26)

haram apabila tanpa udzur. Apabila pengakhiran tersebut karena udzur seperti menunggu hartanya yang tidak ditempat atau menunggu orang yang berhak menerima zakat, maka statusnya adalah tidak haram. Dan status dari zakat fitrah yang dikeluarkan setelah 1 syawal adalah qodlo‟.(Langitan.Net, 27 Juli 2012).

2.2.3.2 Zakat Maal (Harta) a.Pengertian

Maal (Harta) menurut bahasa ialah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan, memiliki dan dimanfaatkan, sedangkan menurut syara‟ adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dapat digunakan menurut kebiasaannya (Kartika, 2006:24).

Ibnu Asyr dalam Yusuf Qardawi (1999 : 123) mengatakan bahwa

maal atau harta pada mulanya adalah emas dan perak, tetapi kemudian berubah pengertiannya menjadi segala barang yang disimpan dan dimiliki. Ibnu Najim mengatakan bahwa maal atau kekayaan adalah sesuatu yang dapat dimiliki dan disimpan untuk keperluan dan hal itu terutama menyangkut yang konkret (Qardawi, 1999 : 124).

b. Harta Yang Wajib Di Keluarkan Zakatnya.

Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pada pasal 4 ayat (2) harta yang wajib dikenakan zakat meliputi :

1. Emas, perak, dan logam mulia lainnya. 2. Uang dan surat berharga lainnya.


(27)

3. Perniagaan.

4. Pertanian, perkebunan, dan kehutanan. 5. Peternakan dan perikanan.

6. Pertambangan. 7. Perindustrian;.

8. Pendapatan dan jasa, dan 9. Rikaz

Dibawah ini akan dijelaskan harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya tersebut :

1. Zakat Emas, Perak dan logam Mulia lainnya

Zakat emas dan perak dipandang sebagai benda yang mempunyai nilai tersendiri oleh masyarakat. Emas dan perak dibuat untuk berbagai macam perhiasan, terutama emas yang dipakai kaum wanita selain sebagai perhiasan sehari-hari, juga dibuat untuk hiasan dalam rumah tangga. Disamping itu emas dan perak juga dijadikan standar dalam menentukan nishab uang yang wajib dikeluarkan zakatnya (Hasan, 2006:38).

Nishab zakat emas adalah sebesar 20 dinar atau setara dengan 85 gram emas murni, sedangkan nishab zakat perak adalah sebesar 200 dirham atau setara dengan 672 gram perak. Apabila kepemilikan emas dan perak tersebut sudah mencapai satu tahun wajib dikeluarkan zakatnya sebasar 2,5 % (Hasan, 2006:38).


(28)

2. Zakat Uang Dan Surat Berharga Lainnya

Uang dan segala jenis bentuk simpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, serta surat berharga seperti saham dan obiligasi termasuk ke dalam kekayaan wajib dikeluarkan zakatnya. Pendapat yang menyatakan bahwa uang wajib dikeluarkan zakatnya, sebab saat ini uang menjadi harta yang berharga, menggantikan kedudukan emas yang tidak lagi diperbolehkan sebagai alat tukar umum dalam jual beli dan lain sebagainya (Al-Zuhayly, 2000:144).

Nishab zakat uang dan surat berharga setara dengan besar nishab zakat emas dan perak. Apabila seseorang memiliki jenis harta yang bermacam-macam dan diakumulasikan jumlahnya telah mencapai atau setara dengan nishab emas, sebesar 85 gram atau perak 672 gram. Serta kepemilikan harta tersebut telah mencapai satu tahun, maka dikenakan kewajiban zakat sebesar 2,5 % (Al-Zuhayly, 2000:144).

3. Zakat Hasil Perniagaan

Zakat perniagaan ialah zakat yang dikeluarkan dari kekayaan yang diinvestasikan dan diperoleh dari kegiatan perdagangan, baik yang dilakukan oleh perseorangan maupun secara kelompok yang wajib dikeluarkan zakatnya setiap tahun sebagai zakat uang.

Nishab zakat perniagaan atau perdagangan dikeluarkan zakatnya setelah sampai nishabnya senilai 93,6 gram (Yusuf Qardhawi mengatakan 85


(29)

gram) dan zakatnya sebesar 2,5 %. Perhitungan dilaksanakan sampai satu tahun kegiatan dagang. Tidak mesti mulai dari bulan januari dan berakhir pada bulan desember, oleh karena itu kegiatan mulai berdagang harus dicatat (Hasan, 2006:49-50).

4. Zakat Hasil Peternakan dan Perikanan

Zakat peternakan meliputi hasil dari peternakan hewan baik yang berukuran besar seperti sapi, kerbau dan unta, yang berukuran sedang seperti kambing dan domba dan yang berukuran kecil seperti unggas, ikan dan lain-lain. Perhitungan zakat untuk masing-masing jenis hewan ternak, baik nishab maupun kadarnya berbeda-beda dan sifatnya bertingkat. Sedangkan haulnya yakni satu tahun untuk setiap jenis hewan.

a. Zakat Unta

Nishab Unta adalah 5 (lima) ekor. Artinya, bila seseorang telah memiliki 5 ekor unta maka ia telah wajib untuk mengeluarkan zakatnya. Zakatnya akan semakin bertambah apabila jumlah unta yang dimilikinya pun semakin bertambah.

Berdasarkan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Anas bin Malik ra, maka dapat dibuat tabel kadar zakat unta sebagai berikut :


(30)

Tabel 2.1 Nishab Zakat Unta

Sumber : Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (2012)

b. Zakat Sapi atau Kerbau

Nishab Sapid an Kerbau adalah 30 (tiga puluh) ekor. Apabila seseorang telah memiliki 30 ekor sapi atau kerbau maka ia telah wajib untuk mengeluarkan zakatnya. Semakin bertambah jumlah peliharaan sapi atau kerbaunya, maka semakin bertambah pula zakat yang harus dibayarkannya. Perhitungan zakat tabel kadar zakat tersebut dapat dilihat sebagai berikut : Nishab Unta Banyak Zakat yang Wajib Dikeluarkan

5-9 Seekor kambing 10-14 2 ekor kambing 15-19 3 ekor kambing 20-24 4 ekor kambing

25-35 Seekor anak unta betina (berumur 1 tahun lebih) 36-45 Seekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) 46-60 Seekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) 61-75 Seekor anak unta betina (berumur 4 tahun lebih) 76-90 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) 91-120 2 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) 121-129 3 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)

130-139 Seekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) ditambah 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)

140-149 2 ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih) ditambah seekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih)

150-159 3 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) 160-169 4 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)

170-179 3 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) ditambah 2 ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih

180-189 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) ditambah 2 ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih)

190-199 3 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) ditambah seekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih)

200-209 4 ekor anak unta betina ( berumur 3 tahun lebih) ditambah 5 ekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih)


(31)

Tabel 2.2 nishab sapi atau kerbau

Nishab Sapi Banyak Zakat Yang Harus Dikeluarkan 30-39 Seekor sapi jantan betina tabi‟

40-59 Seekor sapi jantan/ betina musinnah 60-69 2 ekor sapi jantan/betina tabi‟

70-79 Seekor sapi musinnah dan seekor tabi‟ 80-89 2 ekor sapi musinnah

90-99 3 ekor tabi‟ (sapi berumur satu tahun atau memasuki tahun kedua )

100-109 2 ekor tabi‟ dan 1 ekor musinnah (sapi berumur satu tahun atau memasuki tahun ketiga)

110-119 2 ekor musinnha dan 1 ekor tabi‟ 120-129 3 ekor musinnah atau 1 ekor tabi‟

130-160 s/d > Setiap 30 ekor, 1 tabi‟ dan 40 ekor, 1 musinnah Sumber : Badan Amil Zakat Sumatera Utara (2012)

Selanjutnya, setiap jumlah itu bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor tabi‟. Jika setiap jumlah betambah 40, zakatnya bertambah 1 ekor musinnah.

Keterangan :

Tabi’ : sapi berumur 1 tahun (masuk tahun ke-2).

 Musinnah : sapi berumur 2 tahun (masuk tahun ke-3)

c. Zakat Kambing dan Domba

Kambing dan domba yang mulai wajib dibayarkan zakatnya apabila jumlahnya telah mencapai 40 ekor. Dan akan bertambah jumlah zakatnya apabila jumlah peliharaan kambing dan dombanya juga bertambah. Perhitungan nishab dari kambing dan domba dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :


(32)

Tabel 2.3 Nishab Kambing dan Domba Nishab Kambing Banyak zakat yang wajib dikeluarkan

40-120 Seekor (berumur 2 tahun) atau domba (berumur 1 tahun)

121-200 2 ekor kambing / domba 201-399 3 ekor kambing / domba 400-499 4 ekor kambing / domba 500-599 5 ekor kambing / domba Sumber : Badan Amil Zakat Sumatera Utara (2012)

Selanjutnya, setiap jumlah tersebut bertambah 100 ekor dan kelipatannya maka zakatnya bertambah 1 ekor.

d. Zakat Unggas dan Ikan

Mengenai nishab zakat ialah pada peterrnakan unggas dan perikanan yang tidak ditetapkan berdasarkan jumlah (ekor) seperti sapi, kambing dan domba, tetapi dihitung berdasarkan skala usaha. Nishab zakat ternak unggas dan perikanan ialah setara dengan 82 gram emas maka berkewajiban mengeluarkan zakat sebesar 2,5%. Dengan demikian, usaha ternak unggas dan perikanan dapat digolongkan kedalam zakat perniagaan (Kartika, 2006:32). e. Zakat Hasil Pertanian

Zakat hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti tanaman biji-bijian (padi, jagung, kedelai); umbi-umbian (ubi, kentang, dll); sayur-sayuran (bawang, cabai, bayam, dll); buah-buahan (kelapa, pisang, kelapa sawit, dll); tanaman hias (anggrek, cengkeh, dll); rumput-rumputan (sere, bambu, tebu); daun-daunan (teh, tembakau, vanili); kacang-kacangan (kacang hijau, kedelai, kacang tanah) (Kartika, 2006).


(33)

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt, “Hai orang-orang yang beriman, nafkakanlah (ke jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan apa yang kamu keluarkan dari bumi untuk kamu” (Terjemahan QS.Al-Baqarah:267).

Nishab zakat hasil pertanian adalah lima wasaq yang jumlahnya setara dengan 250 kg beras, jika hasil pertanian merupakan makanan pokok seperti beras, jagung, gandum dan lain-lain, maka nishabnya setara dengan 653 kg gabah atau 529 kg beras dari hasil pertanian tersebut. Tetapi jika hasil pertanian berupa buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga dan lainnya, maka nishab disetarakan dengan harga nishab makanan pokok yang paling utama di negara tersebut (Kartika, 2006).

Sedangkan kadar zakat hasil pertanian ialah, jika menggunakan air dengan sistem irigasi dikarenakan menggunakan biaya tambahan, maka kadar zakatnya adalah 5%. Apabila menggunakan air atau sistem pengairan tanpa mengeluarkan pembiayaan seperti air hujan, maka kadar zakatnya adalah 10% (Kartika, 2006).

f. Zakat Pertambangan

Zakat pertambangan adalah segala yang dikeluarkan dari hasil bumi yang dijadikan Allah di dalamnya dan berharga, seperti timah, besi dan sebagainya (Hasbi Ash Shiddieqy, 2006:149).


(34)

Kewajiban untuk menunaikan zakat pada barang-barang tambang ialah setiap barang itu selesai diolah dan tidak perlu berlaku sampai satu tahun, asalkan telah mencapai nishab. Nishab pada barang tambang sama dengan emas (85gram) dan perak (672), sedangkan kadarnya pun sama, yaitu 2,5%.

Di Indonesia sebagian besar barang hasil tambang yang bersifat vital dikelola langsung oleh pemerintah, dengan demikian sulit untuk memperhitungkan zakatnya, namun apabila ada pengusaha muslim yang mendapat kesempatan untuk mengelola tambang apapun jenisnya hendaknya memperhatikan masalah zakat hasil tambang yang sesuai dengan syariat Islam (Hasan, 2006:68).

g. Zakat Perindustrian

Dalam kamus bahasa Indonesia industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya dengan mesin, yaitu suatu proses pengolahan bahan baku dan yang sejenisnya menjadi produk atau menjadi jasa yang mempunyai manfaat dan nilai tambah. Pada zaman sekarang, telah keluar fatwa-fatwa kontemporer (fatawa mu‟ashirah) dan ketetapan dari beberapa ketetapan bersama para ahli fikih tentang masalah fikih (Majma’ Al-fiqh), yaitu tentang zakat industri. Fatwa-fatwa dan ketetapan tersebut menjadikan aktivitas perindustrian tunduk kepada zakat. Seperti, pada fatwa-fatwa seminar problematika zakat kontemporer yang pertama, yang diadakan oleh Lembaga Zakat Internasional, Bait Al-Zakat Kuwait pada bulan Rabi‟ul Awal 1409 Hijriah atau bertepatan


(35)

pada bulan Oktober 1988 tentang proyek-proyek industri (www.justanotherwordpress.com).

Para pakar zakat menyatakan zakat perindustrian dapat dianalogikan sama dengan zakat perniagaan. Sehingga nishabnya juga sama dengan nishab emas yaitu 85 gram emas, kadar zakatnya sebesar 2,5 persen. Mencapai nishab pada setiap akhir tahun, atau setelah berakhirnya rapat umum pemegang saham bagi zakat para pemegang saham.

h. Zakat Pendapatan dan Jasa

Profesi Zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada setiap pekerjaan atau keahlian profesionalisme tertentu, baik yang dilakukan bersama dengan orang atau lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) yang telah memenuhi nishab (Hafidhuddin, 1998:103).

Zakat pendapatan dan jasa profesi ialah termasuk dikategorikan dalam zakat maal. Menurut Yusuf Al Qardhawi, merupakan Al Mal Al Mustafad ialah kekayaan yang diperoleh oleh seorang muslim melalui bentuk usaha baru yang sesuai dengan syariat Islam.

Selain yang disebutkan di atas, Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa harta hasil usaha, yaitu gaji pegawai negeri/swasta, upah karyawan, pendapatan dokter, insinyur, advokad, konsultan, desainer, pendakwah dan lain-lain, yang mengerjakan profesi tertentu dan juga pendapatan yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan. Di luar sektor perdagangan seperti mobil, kapal, percetakan, dan tempat-tempat hiburan dan lain-lain wajib


(36)

terkena zakat, persyaratannya telah mencapai satu tahun dan sudah cukup nishabnya (Kartika, 2006:34). Oleh karena itu menurut pendapat sejumlah ulama dapat disimpulkan, besar nishab zakat.

Pendapatan atau profesi adalah setara dengan 85 gram emas dan jumlah zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5%.

i. Zakat Rikaz

Ibnu Athir menyebutkan dalam An-Nihaya bahwa ma‟adin berarti tempat dari mana kekayaan bumi seperti emas, perak, tembaga dan lain-lainnya keluar, sedangkan Kanz adalah tempat tertimbunnya harta benda karena perbuatan manusia. Rikaz mencakup kedua hal di atas, karena rikaz berasal dari kata rakz yang berarti simpanan, yang kemudian disebut maruz yang berarti disimpan. Maksud dari benda-benda terpendam di sini ialah berbagai macam harta benda yang disimpan oleh orang-orang dulu di dalam tanah, seperti emas, perak, tembaga, dan barang berharga lainnya. Para ahli fikih telah menetapkan bahwa orang yang menemukan benda tersebut diwajibkan mengeluarkan zakatnya sebesar seperlima atau 20% (Qardawi, 1996:408-410).

2.2.4 Syarat-Syarat Zakat

Menurut pendapat Yusuf Qardhawi (1999), harta yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah harta yang dimiliki seorang muslim yang baligh dan berakal yang dimiliki serta dapat dipergunakan hasil atau manfaatnya. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam kewajiban zakat ialah :


(37)

1.Pemilikan harta yang pasti dan kepemilkan penuh. yaitu harta benda yang akan dizakatkan berada dalam kekuasaan dan dimiliki oleh si pemberi zakat.

2.Berkembang, yaitu harta tersebut berkembang baik secara alami berdasarkan sunatullah maupun dikarena usaha manusia.

3.Melebihi kebutuhan pokok, yaitu harta yang dizakatkan telah melebihi dari kebutuhan pokok seseorang atau keluarga yang mengeluarkan zakat tersebut

4. Bersih dari utang, yaitu harta yang akan dizakatkan harus bebas dari utang baik kepada Allah (nazar) maupun utang kepada manusia.

5. Mencapai nishab, yaitu harta tersebut telah mencapai batas jumlah minimal yang wajib dikeluarkan zakatnya.

6. Mencapai haul, yaitu harta tersebut telah mencapai waktu tertentu untuk dikeluarkan zakatnya, biasanya berlaku setiap satu tahun.

2.2.5 Penerima Zakat

Golongan yang berhak mendapat zakat telah diatur dalam ajaran syariat Islam, yakni ada 8 golongan atau asnaf. Hal ini diatur dalam Al-Quran Surat At-Taubah ayat 60. Delapan golongan tersebut adalah :

a. Fakir

Menurut mazhab Hanafi yang dimaksud dengan fakir adalah orang yang tidak memiliki apa-apa dibawah nilai nishab menurut hukum zakat yang sah (Qardawi, 1999 : 512). Menurut Mazhab Maliki, Syafi‟i dan Hambali yang di maksud dengan fakir adalah mereka yang tidak mempunyai harta atau penghasilan layak dalam memenuhi kebutuhan pokoknya (Qardawi, 1999 : 513).


(38)

b. Miskin

Menurut mazhab Hanafi yang dimaksud dengan miskin ialah mereka yang tidak memiliki apa-apa. Mazhab Maliki, Syafi‟i dan Hambali berpendapat yang dimaksud dengan miskin adalah yang mempunyai harta atau penghasilan tetapi tidak sepenuhnya mencukupi. (Qardawi, 1999 : 513)

c. Amil

Amil menurut Zuhayly (1995 : 282) adalah orang-orang yang bekerja mengumpulkan zakat. Menurut Sayyid Sabiq (1978 : 110) amil adalah orang yang ditugaskan oleh imam, kepala pemerintahan atau wakilnya untuk mengumpulkan zakat, pemungut-pemungut zakat, para penyimpan, dan yang mengurus administrasinya.

d. Muallaf.

Muallaf adalah orang-orang yang diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam (Qardawi, 1999 : 563). Menurut Sayyid Sabiq (1978 : 113) muallaf adalah golongan yang diusahakan merangkul dan menarik serta mengukuhkan hatinya dalam keislaman.

e. Budak.

Budak yang dimaksud disini adalah para budak Muslim yang telah membuat perjanjian dengan tuannya untuk dimerdekakan dan tidak memiliki uang untuk membayar tebusan atas diri mereka meskipun mereka telah bekerja keras (Zuhayly, 1995 : 285). Pemberian zakat terhadap budak adalah salah satu cara Islam untuk menghapus segala bentuk perbudakan (Qardawi, 1999 : 589).


(39)

f. Gharim atau orang yang memiliki hutang

Menurut mazhab Abu Hanifah Gharim adalah orang yang mempunyai hutang, dan dia tidak memiliki apa-apa selain hutangnya itu (Zuhayly, 1995 : 287). Sedangkan menurut Imam Malik, Syafi‟i dan Ahmad bahwa orang yang memiliki hutang terbagi kepada dua golongan. Golongan pertama adalah orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan dirinya sendiri. Kedua, orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan masyarakat (Qardawi, 1999 : 594). g. Fi Sabilillah atau orang yang berjuang di Jalan Allah

Sabilillah menurut Sayyid Sabiq (1978 : 122) adalah jalan yang menyampaikan kepada keridhaan Allah, baik berupa ilmu, maupun amal. Sedangkan menurut Zuhayly (1995 : 287) yang dimaksud dengan Sabilillah ialah para pejuang yang berperang di Jalan Allah yang tidak digaji oleh markas komando karena yang mereka lakukan hanyalah berperang.

h. Ibnu Sabil atau orang yang sedang dalam perjalanan

Ibnu Sabil menurut Zuhayly (1995 : 289) adalah orang orang yang berpergian (musafir) untuk melaksanakan suatu hal yang baik dan tidak termasuk maksiat. Ibnu Zayid dalam Yusuf Qardawi (1999 : 645) berkata bahwa Ibnu Sabil adalah musafir, apakah dia kaya atau miskin, apabila mendapat musibah dalam bekalnya, atau hartanya sama sekali tidak ada, atau terkena sesuatu terhadap hartanya, atau ia sama sekali tidak memiliki apa-apa, maka dalam keadaan demikian itu hanya bersifat pasti.


(40)

2.2.6 Manfaat Zakat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari kewajiban mengeluarkan zakat sebagai berikut :

1. Sebagai sarana menghindari kesenjangan social yang mungkin dapat terjadi antar kaum aghniya dan dhuafa.

2. Sebagai sarana pembersihan harta dan juga ketaman yang dapt terjadi serta dilakukan oleh orang jahat.

3. Sebagai pengemban potensi umat dan menunjukkan bahwa umat islam merupakan ummatan wahidin(umat yang satu), musawa (persamaan derajat),

ukhuwah Islamiyah (persaudaran islam), dan takafulijti’ma (tanggungjawab bersama).

4. Dukungan moral bagi muallaf.

5. Sebagai sarana memberantas penyakit iri hati bagi mereka yang tidak punya. 6. Zakat merupakan salah satu unsur penting dalam “social distribution” yang

menegaskan bahwa islma merupakan agama yang peduli dengan kehidupan ummat sehari-hari. Selain itu, juga menegaskan tanggungjawab individu terhadap masyarakatnya.

7. Sebagai sarana mensucikan diri dari perbuatan dosa.

8. Sebagai sarana dimensi social dan ekonomi yang penting dalam Islam sebagai ibadah “maaliyah”.


(41)

2.2.7 Macam Macam Institusi Zakat

2.2.7.1 Lembaga Zakat Milik Negara ( BAZ)

Diera reformasi, pemerintah berupaya menyempurnakan sistem pengelolaan zakat di tanah air agar potensi zakat dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi bangsa yang terpuruk akibat resesi ekonomi dunia dan krisis multi dimensi yang melanda Indonesia(Hafinudin, 2007). Untuk itulah pada tahun 1999, pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menerbitkan Undang – Undang Nomor 38 tahun 1999 tentangpengelolaan zakat, kemudian diikuti Keputusan Menteri Agama RI Nomor 581 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, serta keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Berdasarkan undang – undang Nomor 38 tahun 1999 ini, pengelolaan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk oleh pemerintah yang terdiri dari masyarakat dan unsur pemerintah untuk tingkat kewilayahan danLembaga Amil Zakat (LAZ) yang dikelola oleh masyarakat yang terhimpun dalam berbagai ormas (Organisasi Masyarakat) Islam, yayasan, dan institusi lainnya.

Sebagai konsekuensi Undang – Undang, pemerintah (tingkat pusat sampai tingkat daerah) wajib menfasilitasi terbentuknya lembaga pengelolaan zakat, yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) untuk tingkat pusat dan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) untuk tingkat daerah.BAZNAS dibentuk berdasarkan Kepres no. 8/2001, tanggal 17 januari 2001.


(42)

Sesuai Undang – Undang pengelolaan zakat, hubungan BAZNAS dengan Badan Amil Zakat lain bersifat kordinatif, konsultatif, dan informatif.BAZNAS dan bazda – bazda bekerja sama dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ), baik yang bersifat nasional maupun daerah. Dengan demikian, maka Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat telah melahirkan paradigma baru pengelolaan zakat yang antara lain mengatur bahwa pengelolaan zakat dilakukan oleh satu wadah, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk oleh pemerintah bersama masyarakat dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang sepenuhnya dibentuk oleh masyarakat yang terhimpun dalam ormas maupun yayasan – yayasan.

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat maka yang dimaksud pengelolaan zakat adalah kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pendistribusian serta pendayagunaan zakat.

Tujuan besar dilaksanakannya pengelolaan zakat adalah:

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menunaikan dan dalam pelayanan ibadah zakat. sebagian besar umat Islam yang kaya (mampu) belum menunaikan ibadah zakatnya, ini mungkin dikarenakan belum ada undang – undang yang mewajibkan umat Islam yang mampu untuk membayar zakat.

2. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. Zakat merupakan salah satu institusi yang dapat dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan


(43)

masyarakat atau menghapuskan derajat kemiskinan masyarakat serta mendorong terjadinya keadilan distribusi harta. Karena zakat itu dipungut dari orang – orang kaya untuk kemudian didistribusikan kepada fakir miskin didearah dimana zakat itu dipungut.

3. Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat. Diharapkan setiap lembaga zakat sebaiknya memiliki database tentang muzakki dan mustahiq. Profil muzakki perlu didata untuk mengetahui potensi – potensi atau peluang untuk melakukan sosialisasi maupun pembinaan kepada muzakki.

Pemerintah berhak melakukan peninjauan ulang (pencabutan ijin) bila lembaga zakat tersebut melakukan pekanggaran – pelanggaran terhadap pengelolaan dana yang dikumpulkan masyarakat. (Fakhruddin,1985).

Menurut perangkat perundang – undangan yang ada, bahwa zakat yang dibayarkan melalui Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang mendapat sertifikasi dari pemerintah dapat digunakan sebagai faktor pengurang penghasilan kena pajak yang bersangkutan dengan menggunakan bukti setoran yang sah.

Dalam Undang – Undang Dasar Negara RI tahun 1945, pasal 29, dinyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap – tiap penduduk untuk beribadah menurut agamanya masing – masing. Jaminan tersebut tersebut bukannya jaminan yang bersifat pasif, melainkan jaminan yang bersifat aktif, dimana negara berkewajiban menyediakan sarana dan fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan kewajiban beribadah menurut agamanya


(44)

(Hafidhudin,2007). Upaya memperkuat lembaga amil zakat dalam rangka melaksanakan syari‟ah islam dibidang ekonomi perlu didorong oleh pemerintah dan lembaga legislatif serta memberikan dukungan maksimal. 2.2.7.2. Lembaga Zakat Swasta (LAZ)

1. Organisasi Sosial

Lembaga Zakat Swasta (LAZ) merupakan lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat sehingga tidak memilki hubungan dengan BAZ.BAZ dan LAZ masing – masing berdiri sendiri dalam pengelolaan zakat.Saat ini sudah banyak LAZ yang memiliki jaringan nasional, seperti Dompet Dhuafa Republika (Jakarta) (No. SK Menag: 439 tahun 2001).Hanya LAZ yang dikukuhkan oleh pemerintah saja yang diakui bukti setorannya zakatnya sebagai pengurang penghasilan kena pajak dari muzakki yang membayarkan dananya.Jika sebuah LAZ tidak lagi memenuhi persyaratan pengukuhan dan tidak melaksanakan kewajibannya, pengukuhannya dapat ditinjau ulang bahkan dicabut.

Pencabutan pengukuhan tersebut akan mengakibatkan:

a) Hilangnya hak pembinaan, perlindungan, dan pelayanan dari pemerintah. b) Tidak diakuinya bukti setoran zakat yang dikeluarkannya sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

c) Tidak dapat melakukan pengumpulan dana zakat.

Aturan – aturan seperti diuraikan diatas diberlakukan agar pengelolaan dana – dana zakat, infaq, shadaqah, dan lainnya, baik oleh lembaga


(45)

pemerintah maupun yang sepenuhnya diprakarsai oleh masyarakat, dapat lebih profesional, amanah, dan transparan sehingga dapat berdampak positif terhadap pemberdayaan dan kesejahteraan umat.

Dewasa ini permasalahannya adalah kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat, sehingga masyarakat lebih memilih menyalurkan zakat secara langsung daripada lewat lembaga.Padahal saat ini banyak lembaga penyaluran zakat yang cukup kompeten dan profesional untuk menyalurkan zakat, tetapi menyalurkan secara langsung pun harus tepat sasaran dan tidak menimbulkan kemudharatan. Maka dari itu dapat digunakan model manajemen sederhana yang dipelopori oleh James Stoner, sebagai proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengawasan (controlling).

2. Organisasi Agama

Selain organisasi sosial yang membentuk lembaga zakat, organisasi agama pun juga membentuk kepanitiaan (kelembagaan) dalam pengelolaan zakat, salahsatunya adalah lembaga takmir masjid.Takmir masjid merupakan perkumpulan jama‟ah disekitar masjid yang membentuk suatu wadah organisasi di masjid (Sunaryo,2009). Takmir Masjid yang sering dijumpai di masyarakat Indonesia adalah merupakan organisasi ke-Islam-an yang bertempat di Masjid yang berfungsi untuk menjaga, melindungi, melestarikan, dakwah, serta menampung segala keluhan-keluhan (masalah keagamaan) masyarakat,tak terkecuali dalam menampung I‟tikad baik dari penduduk


(46)

dalam mengeluarkan zakat, seperti mengatur sirkulasi atau penyaluran benda zakat terhadap mustahiq secara merata dan adil.Biasa organisasi ini disebut dengan REMAS (remaja masjid).

2.3 Respon.

Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan (reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indra. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon terlepas dari pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Sobur, 2003).

Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu :

a. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya.

b. Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata


(47)

lain, gerakan, suara, ukuran, tindakan-tindakan, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.

c. Factor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi dimna respon itu timbul mendapat perhatian. Situasi merupakan factor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang (Mulyani, 2007).

2.4 Masyarakat.

Kata masyarakat sendiri dalam bahasa Arab yaitu musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur (Narwoko dan Suyanto, 2004).

Dalam arti luas yang dimaksud masyarakat ialah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dengan tidak dibatasi oleh lingkungan, bahasa dan lain-lain. Atau keseluruhan dari semua hubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat dimaksud adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu yaitu, teritorial, bangsa, golongan dan sebagainya. Oleh karena itu ada masyarakat Jawa, masyarakat Sunda, dan lain-lain.(Nasution, Ilham Saladin, Salmon Ginting, Pardamean Daulay, 2007).

Defenisi masyarakat yang lain dikemukan oleh:

1. Linton (seorang ahli antropologi) mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia, yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama,


(48)

sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

2. M.J Heskovits menulis, bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasi yang mengikuti satu cara hidup tertentu.

3. J.L Gilin J.P Gillin mengatakan, bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu juga meliputi pengelompokan-pengelompokan yang kecil. 4. Mac Iver menyatakan bahwa masyarakat adalah satu sistem daripada cara kerja dan prosedur, daripada otoritas dan saling bantu-membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian-pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks yang selalu berubah atau jaringan-jaringan dari relasi itulah yang dinamakan masyarakat (Hartomo dan Aziz, 2008).

Yang menjadi unsur dari masyarakat ialah : 1. Harus ada kelompok (pengumpulan) manusia.

2. Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam

3. Adanya aturan (undang-undang) yang mengatur mereka bersama, untuk maju kepada satu cita-cita sama.

2.5 Eksistensi.

Kata eksistensi berasal dari kata Latin Existere, dari ex keluar sitere = membuat berdiri. Artinya apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas, apa yang dialami. Konsep ini menekankan bahwa sesuatu itu ada.


(49)

Dalam konsep eksistensi, satu-satunya faktor yang membedakan setiap hal yang ada dari tiada adalah fakta. Setiap hal yang ada itu mempunyai eksistensi atau ia adalah suatu eksisten.

2.6 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca diantaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Hasti Ernawati pada tahun 2010 lalu dengan judul Zakat Sebagai Sarana Pengentas Kemiskinan (Studi kasus di lembaga Amil zakat “Bina Umat Mandiri” kabupaten Ngawi), menunjukkan bahwa hasil penelitian tentang manajemen pengelolaan Lembaga Amil Zakat “Bina Umat Mandiri” Kabupaten Ngawi adalah menggunakan sistem open management(manajemen terbuka), yaitu pemasukan dan pengeluaran dana zakat dapat diketahui langsung oleh masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Didin Hafidhudin pada tahun 2011 dengan judul, Peran Strategis Organisasi Zakat dalam Menguatkan Zakat di Dunia, menunjukkan bahwa optimalisasi zakat di tingkat nasional maupun internasional, baik pengumpulan, pendayagunaan, dan pendistribusiannya akan memberikan kontribusi secara nyata dalam rangka penguatan zakat di dunia.

Penelitian yang dilakukan oleh Saifuddin pada tahun 2011 dengan judul Peranan Badan Amil Zakat Berdasarkan Undang Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat


(50)

Sumatera Utara (Studi Pada Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara), menunjukkan bahwa dalam pengelolaan zakat oleh Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara terdapat beberapa kendala yang dihadapi, yaitu persepsi yang keliru dari sebagian masyarakat muslim terhadap pemahaman zakat fitrah dan zakat maal (harta), kekurangan sumber daya manusia (SDM), masalah ketidakpercayaan muzakki terhadap Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara.Untuk mengatasi kendala – kendala yang dihadapi, Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara telah melakukan beberapa upaya, diantaranya adalah melakukan sosialisasi arti pentingnya zakat kepada masyarakat melalui gerakan sadar zakat,melakukan perekrutan petugas amil dan relawan secara terbuka, pengelolaan zakat oleh Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara didasari amanah (kejujuran), transparan (keterbukaan), dan profesional serta keuangannya di audit oleh akuntan publik independen, meningkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah lainnya dan meningkatkan publikasi ke mustahiq dan muzakki dengan cara meningkatkan kegiatan – kegiatan sosial di tengah – tengah masyarakat.

2.7 Kerangka Konseptual.

Menurut Sekaran dalam Sugiyono (2009:8) kerangka konseptual adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indra. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi.


(51)

Respon masyarakat ini sangat berpengaruh terhadap sebuah keberadaan sebuah Lembaga Amil Zakat (LAZ). Dan berdampak besar kepada kepercayaan masyarakat atau perusahaan yang akan memberikan dana zakat, infaq dan sedekah (ZIS) kepada Lembaga Amil Zakat.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.8 Hipotesis

Menurut sugiyono (2009:93) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah peneltian biasanya disusun dalam kalimat pertanyaan. difaktakan sementara karena jawaban yang

EKSISTENSI PKPU

RESPON MASYARAKAT

MUSTAHIK MUZAKKI

 Pengetahuan Zakat

 Profesionalitas PKPU

 Program PKPU


(52)

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

2.8.1 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan judul permasalahan yang diambil, maka hipotesis yang diambil adalah:

1. Pengetahuan Tentang Zakat, Profesionalitas PKPU, Program PKPU dan Kepuasan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi Respon Masyarakat terhadap PKPU.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dan cenderung mengunakan analisis. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang dengan cara menumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikannya, menganalisis dan menginterpretasikannya (Surakhmad, 1982:139). Menurut Iqbal Hasan (2001:7) menjelaskan bahwa statistik deskriptif adalah bagian dari statistika yang mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Statistika deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan. Dengan kata statistika deskriptif berfungsi menerangkan gejala, keadaan, atau persoalan. Penarikan kesimpulan pada statistika deskriptif (jika ada) hanya ditujukan pada kumpulan data yang ada. Oleh karena itu, asil penelitian ini diharapkan mampu memberikan suatu gambaran yang utuh dan terrganisi dengan baik tentang Respon Masyarakat terhadap Eksistensi PKPU di Kota Medan, sehingga dapat memberikan hasil yang valid dalam penelitian ini.

3.2 Lokasi dan Objek Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan dan yang menjadi objek penelitian adalah Muzakki yaitu orang yang menginfaqkan hartanya guna nantinya membawa


(54)

manfaat bagi orang banyak dan Mustahik yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, riqab (memerdekakan budak), gharim (orang-orang yang berhutang) sabilillah dan ibnu sabil (QS. At-Taubah :60), yang dalam aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang

paling tidak berdaya secara ekonomi, seperti anak yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesatren, anak terlantar, orang yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar dan korban bencana alam.

Dalam hal ini studi kasus dari ruang lingkup daerah penelitian berada di daerah Medan Sunggal, dikarenakan sebaran responden dalam penelitian ini sebagian besar berada di daerah tersebut.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif ini adalah data Primer Data Primer, adalah data yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan penyelidikan yang sedang ditangani (Maholtra, 1996). Data ini dikumpulkan secara langsung dari lapangan, yang diperoleh dengan cara melakukan pengamatan, survei serta wawancara atau memberi daftar pertanyaan. Data primer merupakan data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat dengan menggunakan instrumen kuesioner. Menurut Notoatmodjo (2005) wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendapat secara lisan dari responden melalui sebuah pertemuan. Nasution (2003), menyatakan Wawancara berstruktur semua pertanyaan telah


(55)

dirumuskan sebelumnya dengan cermat, biasanya secara tertulis. Pewawancara menggunakan daftar pertanyaan itu sewaktu melakukan interview.

Survei, data dikumpulkan dengan cara wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini kuesioner menggunakan skala

likert. Skala likert ini dugunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Biasanya skala likert lebih dikenal dengan menggunakan 5 skala, yaitu :

1. Sangat Setuju (SS) dengan skor 5 2. Setuju (S) dengan skor 4

3. Ragu-ragu / netral (N) dengan skor 3 4. Tidak Setuju (TS) dengan skor 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1 3.4 Populasi dan Sampel Penelitian.

3.4.1 Populasi.

Menurut Kuncoro (2001) populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas (Usman, 2004).


(56)

Dalam sebuah penelitian, diperlukan populasi dalam penelitiannya sebagai objek yang akan diteliti. Populasi merupakan keseluruhan dari objek yag akan diteliti. Menurut Sugiyono (2008:115) menyatakan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan Muzakki dan Mustahik yang ada di Kota Medan.

3.4.2 Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling. Teknik purposive sampling ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yng dibuat periset berdasarkan tujuan riset (Rachmat, 2005). Ruslan (2003) menyatakan purposive sampling merupakan pemilihan sampel berdasarkan pada karakeristik tertentu yang dianggap memiliki sangkut pautnya dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Pernyataan Ruslan tersebut bila dikaitkan dengan respon masyarakat terhadap eksistensi PKPU, maka penulis memilih responden yang menjadi Muzakki dan Mustahik di Kota Medan. Sampel penelitian ini sebanyak 100 responden, diantaranya 50 responden Muzakki dan 50 responden Mustahik, yang merupakan


(57)

sejumlah yang lebih besar dari persyaratan minimal jumlah responden sebanyak 30 responden.

3.5 Uji Validitas Dan Reliabilitas 3.5.1 Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam sebuah penelitian (sugiyono 2006). Uji validitas ini dimaksudkan untuk menguji apakah sebuah data tersebut layak digunakan atau tidak.

Nugroho (2011) Cara yang dapat digunakan untuk mencari homogenitas alat ukur adalah dengan mengkorelasikan nilai pengukuran dengan total nilai. Apabila korelasi tersebut signifikan, maka alat ukur tersebut dapat dikatakan valid. Uji validitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

r = koefisien korelasi antara X dan Y X = variabel X

Y = variabel total x = X i-


(58)

y = Y i-

Koefisien korelasi antara variabel X dengan nilai total semua variabel yang diuji (Y) disebut sebagai r hitung. Dengan kriteria sebagai berikut :

r hitung > r tabel, maka data dinyatakan valid r hitung < r tabel, maka data dinyatakan tidak valid r tabel = jumlah responden (n)-2

3.5.1 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tsb reliabel.

Nugroho (2011) Pengukuran reliabilitas menggunakan metode alpha

cronbach menghasilkan nilai alpha dalam skala 0-1, yang dapat dikelompokan dalam lima kelas. Nilai masing-masing kelas dan tingkat reliabilitasnya seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Skala Uji Reliabilitas


(59)

0,00-0,20 Kurang reliabel

0,201-0,40 Agak reliabel

0,401-0,60 Cukup reliabel

0,601-0,80 Reliabel

0,801-1,00 Sangat reliabel

3.6 Teknik Analisis.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada tujuan penelitian yang sudah dirumuskan.Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakanteknik analisis data deskriptif. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis gambaran variabel.Secara khusus, analisis data deskriptif yang digunakan adalah dengan menghitung ukuran pemusatan dan penyebaran data yang telah diperoleh, dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Adapun langkah kerja analisis data deskriptif (Muhidin, 2013) adalah sebagai berikut:

1. Melakukan editing data, yaitu memeriksa kelengkapan jawaban responden.

2. Meneliti konsistensi jawaban, dan menyeleksi keutuhan kuesioner sehingga data siap diproses.


(1)

Mustofa, Pipit. 2013. Peran Kredit Dari Koperasi Serba Usaha (KSU) “Artha Sukses” Terhadap Perkembangan Usaha Yang Menjadi Anggotanya. Jurnal Skripsi, IESP UNDIP Semarang.

Nugraha, Garry. 2011. Pengaruh Dana Zakat Produktif terhadap Keuntungan Usaha Mustahik Penerima Zakat (studi kasus BAZ Kota semarang). Jurnal Skripsi, IESP UNDIP Semarang.

Purwanto, Suharyadi. 2004. Statistika Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern Buku 2. Jakarta : Salemba Empat

Qardhawi, Yusuf. 2005. Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan. Jakarta: Zikrul.

____ 1986. Hukum Zakat. Bandung: Mizan.

Redaksi Dakwatuna, 07 Agustus 2011. Potensi zakat Rp. 215 triliun. http://www.dakwatuna.com/2011/08/13917/potensi-zakat-rp-217-triliun/(01 November 2014)

Ridwan, Muhammad. 2005. Manajemen Baitul Maal Wa Tanwil (BMT). Yogyakarta: UII Press

Rivai, Veithzal. 2009. Islamic Economics. Jakarta : Bumi Aksara

Saifuddin. 2011. Peranan Badan Amil Zakat Berdasarkan Undang Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Sumatera Utara (Studi Pada Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara). Jurnal Skripsi. USU

Sartika, Mila, 2008. “Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Mustahiq Pada LAZ Yayasan Solo Peduli Surakarta”, Jurnal Ekonomi Islam La Riba, Volume II Nomor 1 hal 75.

Sabiq, Sayyid. 1978. Fikih Sunnah jilid 3. Bandung: Alma‟arif

Soemitra, Andri. 2009. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta : Kencana Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Mitra wacana Media Soejoedono, Rachman dan Sartika Partomo. 2002. Ekonomi Skala Kecil / menengah


(2)

(3)

Kuesioner Penelitian

Analisis Respon Masyarakat Terhadap Eksistensi PKPU di Kota Medan

____________________________________________________________________ _______

I. Identitas Diri

Lengkapilah identitas diri pada formulir identitas yang tertera dibawah ini. Silahkan memberikan lingkaran atau tanda silang pada huruf yang sesuai dengan identitas diri Bapak/Ibu/Saudara/i.

1. Nama :

_______________________________________________________ 2. Jenis kelamin

a. Laki-Laki b. Perempuan

3. Usia

a. 20-29 Tahun c. 40-49 Tahun d. ≥ 60 Tahun

b. 30-39 Tahun d. 50-59 tahun

4. Pekerjaan

a. Pegawai Negeri e. Pedagang b. Pegawai Swasta f. Pensiunan

c. TNI / POLRI g. Pekerjaan lainnya:

d. Petani ...

5. Pendidikan


(4)

b. Rp 2.500.000 – Rp 5.000.000 c. > Rp 5.000.000

7. Zakat yang Bapak/Ibu/Saudara/i bayar

a. Zakat Fitrah b. Zakat Maal

c. Zakat Fitrah dan Maal

8. Jenis zakat maal yang Bapak/Ibu/Saudara/i bayar (kosongkan jika tidak ada)

a. emas, perak dan uang (simpanan)

b. barang yang diperdagangkan/harta perniagaan

c. hasil pertanian, peternakan, hasil tambang, dan barang temuan d. Zakat Profesi

e. Lain-lain (sebutkan) ...

9. Harga beras yang Bapak/Ibu/Saudara/i gunakan untuk membayar zakat fitrah

a. < Rp 10.000/kg b. Rp 10.000/kg c. > Rp 10.000/kg

II.Kuesioner Penelitian

Kuesioner berikut dirancang untuk mengetahui respon masyarakat dalam mempengaruhi tingkat eksistensi Rumah zakat kota Medan. Tandai dengan tanda checklist (√) sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu/Saudara/i. SS untuk Sangat Setuju, S untuk Setuju, R untuk Ragu-ragu, TS untuk Tidak Setuju, dan STS


(5)

Pertanyaan untuk Muzakki

No. VARIABEL SKALA INDIKATOR

SS S R TS STS

1.

PKPU Medan sudah

Melaksanakan tugasnya secara profesional

Sebagai Lembaga Pengelola Zakat.

2.

Mudahnya persyaratan untuk menjadi Muzzaki, yang menjadi pertimbangan untuk

menggunakan PKPU sebagai penyalur zakat

3.

Adanya laporan keuangan yang dipublikasikan Setiap periode, sehingga lembaga PKPU Sangat bersifat transparan

4. Program-program yang dijalankan oleh PKPU Medan sesuai dengan keadaan masyarakat

5.

Layanan seperti jemput zakat dan memanfaatkan teknologi (transfer, m-banking, credit card) yang di lakukan PKPU memberikan kemudahan Muzakki dalam berzakat

6.

Keberadaan website PKPU dan sosialisasi melalui kegiatan formal maupun non formal memberikan pengetahuan kepada Muzakki

7.

Petugas amil PKPU memberikan informasi dan konsultasi zakat kepada Muzakki maupun masyarakat luas dengan tepat serta mudah di mengerti

Pertanyaan untuk Mustahiq

No. VARIABEL SKALA INDIKATOR

SS S R TS STS


(6)

kesejahteraan ekonomi Mustahiq

5.

Program Sebar Qurban Nusantara memberikan manfaat bagi korban bencana alam, daerah kumuh dan daerah kekurangan pangan

6. Program Prosmiling yang di adakan PKPU cukup bermanfaat buat masyarakat

7. Relawan PKPUmemberikan bantuan secara tulus kepada para Mustahiq

Daftar Istilah

1. PKPU = Pos Keadilan Peduli Umat 2. Muzakki = Pembayar Zakat

3. Mustahiq = Penerima Zakat