oleh undang-undang itu sendiri terhadap informasi hukum yang tengah berlaku,
121
artinya bahwa dapat ditarik titik temunya dengan melihat sejauh mana efektivitas suatu sistem hukum yang terdapat di dalam undang-undang dapat berlaku dengan
baik bagi petugas yang melakukan kegiatan kebandarudaraan sebagai subjek maupun objek informasi social behaviour. Efektivitas Undang-Undang Nomor 15 Tahun
1992 tentang Penerbangan sebagai suatu norma sangat erat kaitannya dengan pengaruh kewenangan yang meliputi budaya petugas terhadap kegiatan pengamanan
bandar udara, inti dari pengaruh kewenangan adalah perilaku petugas yang sesuai dengan hukum berlaku atau yang telah diputuskan walaupun efektivitas ini pada
hakekatnya memiliki muatan politis yang diinginkan oleh pembuat undang- undang.
122
Hal ini mengakibatkan ketidakefektifan kegiatan pengamanan di bandar udara.
C. Ketidakadaan Standar Operational Prosedur di Bandar Udara Internasional
Polonia Medan
Deregulasi terhadap kebijakan penerbangan sipil diperlukan karena banyaknya masalah-masalah penerbangan yang menyangkut keselamatan orang dan
121
Hikmahanto Juwana, Politik Hukum UU Bidang Ekonomi di Indonesia, Medan: Disampaikan Pada Seminar Nasional Reformasi Hukum dan Ekonomi, Sub Tema: Reformasi Agraria
Mendukung Ekonomi Indonesia diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis USU ke-52, Sabtu 14 Agustus 2004, bahwa hukum menjadi berarti secara rasional apabila perilaku manusia dipengaruhi
oleh hukum dan apabila masyarakat menggunakan hukum untuk menuruti perilakunya, sedangkan dilain pihak efektivitas hukum berkaitan erat dengan masalah kepatuhan hukum sebagai norma. Hal ini
berbeda dengan kebijakan dasar yang relatif netral dan bergantung ada nilai universal dari tujuan dan alasan pembentukan undang-undang tersebut.
122
Wayne La Farve dalam Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2004, hal. 7
Iwan Setyawan: Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia Dalam Mengamankan Bandara Udara Internasional Polonia Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
harta benda dan tidak adanya jaminan keselamatan maupun keamanan bagi konsumen pengguna jasa penerbangan. Melalui Standart Operational Prosedure diharapkan
terciptanya keamanan dan berjalannya Civil Aviation Safety Regulations CASR. Arti pentingnya deregulasi ini mengingat Indonesia merupakan salah satu anggota
dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional di dalam wadah ICAO International Civil Aviation Organization, untuk itu ketentuan-ketentuan penerbangan
Internasional sebagaimana tertuang dalam Konvensi Chicago 1944 beserta ANNEX dan dokumen-dokumen teknis operasional serta konvensi-konvensi Internasional
lainnya merupakan ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh setiap negara anggota demi kepentingan nasional.
Transportasi penerbangan merupakan sarana memudahkan terjadinya lalu lintas kegiatan ekonomi yang sangat cepat baik sebagai sarana pengangkutan orang
dan barang. Melalui lalu lintas ekonomi alternatif ini memungkinkan timbulnya masalah-masalah yang berkenaan dengan penyalahgunaan perbuatan secara melawan
hukum dengan menjadikan bandar udara civil flight sebagai tempat menjalankan kegiatan-kegiatan illegal yang diancam oleh peraturan perundang-undang di
Indonesia, misalnya perdagangan orang trafiking dan transnasional crime. Untuk itu diperlukan optimalisasi pengamanan yang memadai pada penerbangan sipil
dimaksud. Untuk mengantisipasi Bandar Udara Internasional Polonia sebagai sarana yang dijadikan untuk memuluskan modus operandi pelaku mengharuskan adanya
standar pengamanan Bandar Udara Internasional Polonia Medan.
Iwan Setyawan: Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia Dalam Mengamankan Bandara Udara Internasional Polonia Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
Optimalisasi dimaksud adalah menginventarisasi masalah-masalah yang menganggu penerbangan sipil dalam rangka meningkatkan pengamanan Bandar
Udara Internasional Polonia Medan, memverifikasi, mengaplikasi melalui sistem dan metoda secara sistematis, misalnya inventarisasi dan upaya penanggulangan terhadap
beberapa faktor yang syarat dan berpengaruh terhadap gangguan ketertiban lalu lintas penerbangan dalam rangka penegakan hukum tindak kejahatan dengan menggunakan
sarana Bandar Udara Internasional Polonia Medan yakni penegakan hukum bagi pelaku kejahatan yang menggunakan sarana bandar udara sebagai tempat untuk
melakukan aksi kejahatan terutama diwilayah daerah terbatas restriscted area dan daerah steril sterille area. Area yang berada di wilayah bandar udara meliputi:
a. Wilayah umum public area adalah daerah-daerah di dalam bandar udara yang diperuntukkan sebagai tempat melakukan kegiatan umum.
b. Wilayah terbatas restricted area adalah daerah-daerah tertentu di dalam bandar udara maupun diluar bandar udara yang digunakan untuk kepentingan
pengamanan penerbangan, penyelenggaraan bandar udara dan kepentingan lainnya, dan untuk masuk daerah tersebut dilakukan pemeriksaan keamanan
sesuai ketentuan yang berlaku. c. Daerah steril sterile area adalah daerah tertentu di dalam bandar udara yang
diperuntukkan untuk penumpang yang akan naik pesawat udara setelah dilakukan pemeriksaan pengamanan penerbangan.
Selanjutnya kendala lainnya adalah menyangkut kewenangan antar lembaga yang diberi wewenang yakni landasan udara yang berada di wilayah TNI AU dan
Iwan Setyawan: Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia Dalam Mengamankan Bandara Udara Internasional Polonia Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
pengelolaan operator pesawat udara yang menjadi kewenangan Departemen Perhubungan Administrator Bandar Udara serta pengamanan objek vital oleh
institusi Polri. Kewenangan yang diberikan pada masing-masing lembaga tentunya dapat berdampak pada upaya penerapan standar prosedur pengamanan bandar udara
dalam rangka penegakan hukum terhadap gangguan ketertiban lalu lintas penerbangan secara optimal, pada akhirnya berakibat ketidakpercayaan publik
terhadap perilaku aparat dan penegak hukum serta pejabat publik dalam rangka peran pembaharuan hukum di Indonesia.
Keamanan dan ketertiban untuk menciptakan tertib hukum lalu lintas penerbangan dan sarana prasarana penerbangan sipil dilangsungkan menjadi faktor
utama perlindungan kegiatan bandar udara disamping jaminan adanya kepastian hukum. Perangkat hukum yang mendukung ini, di Indonesia dalam bentuk undang-
undang dirasakan sangat kurang terutama yang mencakup kewenangan area pengamanan bandar udara baik oleh intitusi Polri dan intutisi lainnya yang berada
diwilayah area pengamanan bandar udara dan sanksi hukum bagi pelaku atas tindakan yang dapat menimbulkan keresahan dan mengganggu keamanan yang pada akhirnya
berakibat pada instabilitas kegiatan lalu lintas penerbangan. Penegakan hukum bagi pelaku tindak pidana tentunya mengarah pada tindakan
gangguan ketertiban masyarakat dan menimbulkan potensi-potensi kerawanan gangguan ketertiban di area pengamanan bandar udara adalah bagian dari tugas Polri
di samping penegakan hukum law enforcement. Landasan yang memberikan kewenangan bagi Polri untuk melakukan pengamanan di wilayah bandar udara
Iwan Setyawan: Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia Dalam Mengamankan Bandara Udara Internasional Polonia Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
tertuang di dalam Surat Kepala Kepolisian Republik Indonesia No.Pol B3082XII2006 tentang Pelaksanaan Pengamanan di Bandar Udara, bahwa security
area dilakukan oleh Polri bersama-sama dengan pengelolaotoritas Objek Vital Nasional yang meliputi:
b. Lingkungan dalam area dalam kawasan Objek Vital Nasional inner area berupa lokasi produksi, pemukiman, tempat istirahat, pergudangan.
c. Lingkungan luar area dalam kawasan Objek Vital Nasional outer area berupa batas bangunan dengan pagar terluar dan batas bangunan dengan pemukiman
penduduk Pengamanan area bandar udara yang merupakan objek vital nasional termasuk
pangkalan TNI yang digunakan sebagai bandar udara untuk umum sipil merupakan yuridiksi publik yang berdasarkan ketentuan standar baku Organisasi Penerbangan
Sipil Internasional ICAO di dalamnya wajib dan mutlak tersedia 5 lima komponen baku pelayanan publik yakni: Polisi, Bea Cukai, Imigrasi, Karantina
HewanTumbuhan, Kesehatan PelabuhanBandar udara. Untuk itu Polri dengan segala alat kelengkapannya harus dapat memprediksi terlebih dahulu suatu tindakan
yang dapat mengarah pada gangguan keamanan dan dapat menganggu keberlanjutan kegiatan lalu lintas penerbangan sipil. Tugas ini dilakukan oleh Polri yakni
pengamanan objek vital yang bertugas untuk melakukan rangkaian kegiatan penyelidikan dalam rangka penegakan hukum. Kewenangan instutusi Polri untuk
melakukan pengamanan di bandar udara telah dilegitimasi dan ditegaskan oleh Article 16 Montereal Convention yang menyatakan bahwa pengamanan di badar
Iwan Setyawan: Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia Dalam Mengamankan Bandara Udara Internasional Polonia Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
udara sebagai otoritas public merupakan kewenangan insitusi Polri. Adapun bunyi Article 16 Montereal Convention sebagai berikut:
123
Formalities of Customs, Police or other Public Authorities. 1.
The Consignor must furnish such information and such documents as are necessary to meet the formalities of customs, police and any other public
authorities before the cargo can be delivered to the consignee. The consignor is liable to the carrier for any damage occasioned by the
absence, insufficiency or irregularity of any such information or documents, unless the damage is due to the fault of the carrier, its
servants or agents.
2. The carrier is under no obligation to enquire into the correctness of
sufficiency of such information or documents.
Kewenangan Polri untuk melakukan pengamanan bandar udara tidak dapat dipisahkan dari yuridiksi publik sebagai bagian dari tugas Polri untuk memberikan
rasa aman dan rasa tentram masyarakat yang menggunakan transportasi udara, untuk itu diperlukan perangkat hukum yang dijadikan sebagai payung hukum unbrella law
bagi Polri yang mereduksi Article 16 Montereal Convention dalam melakukan pengamanan bandar udara secara keseluruhan yang menggunakan fasilitas
peruntukan penerbangan sipil.
123
Article 16 Montereal Convention
Iwan Setyawan: Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia Dalam Mengamankan Bandara Udara Internasional Polonia Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN