Pembahasan Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X Pada Mata Pelajaran Fisika Melalui CRI (Certainty Of Response Index) Termodifikasi

Gambar 16 Grafik Persentase Miskonsepsi Siswa pada Tiap Jenjang Kognitif Bloom pada konsep optik Jenjang kognitif yang paling banyak berpengaruh adalah jenjang kognitif C 1 ingatanpengetahuan yang menyebabkan timbulnya miskonsepsi sebanyak 43,6. Sedangkan yang terendah adalah jenjang C 2 pemahaman sebanyak 20,6. f.Kemampuan Siswa SMA di kelas X yang mengalami miskonsepsi pada konsep suhu dan kalor, listrik dinamis, dan optik. Kemampuan siswa yang banyak mengalami miskonsepsi pada tiap konsep yang di teliti disajikan pada grafik di bawah ini: Gambar 17 Grafik Persentase Miskonsepsi pada tiap kategori Kemampuan Siswa SMA pada konsep suhu dan kalor Gambar 18 Grafik Persentase Miskonsepsi pada tiap kategori Kemampuan Siswa SMA pada konsep listrik dinamis Pada konsep suhu dan kalor miskonsepsi terjadi pada tiga kategori kemampuan siswa, yaitu : rendah, sedang, dan tinggi. Persentase miskonsepsi pada tiga kemampuan tersebut berbeda-beda. Persentase siswa dengan kategori kemampuan rendah paling banyak mengalami miskonsepsi 26,1 diantara kelompok lainnya, dan persentase yang paling kecil adalah siswa dengan kategori kemampuan tinggi. Pada konsep listrik dinamis, miskonsepsi terjadi pada dua kategori kemampuan siswa saja, yaitu : siswa dengan kategori kemampuan rendah, dan sedang. Gambar 19 Grafik Persentase Miskonsepsi pada tiap kategori Kemampuan Siswa SMA pada konsep optik Persentase miskonsepsi pada kedua kemampuan tersebut berbeda-beda. Siswa dengan kategori kemampuan rendah banyak mengalami miskonsepsi 25 dan 15 pada kategori sedang, sedangkan kategori kemampuan tinggi tidak ada yang miskonsepsi 0. Pada konsep optik, miskonsepsi terjadi pada tiga kategori kemampuan siswa, yaitu : kategori siswa berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Persentase miskonsepsi pada tiga kemampuan tersebut berbeda-beda. Siswa dengan kategori kemampuan rendah banyak mengalami miskonsepsi 44 dan yang paling kecil adalah siswa dengan kemampuan tinggi 26.

D. Pembahasan

Siswa SMA kelas X mengalami miskonsepsi pada semua konsep yang diteliti, yaitu suhu dan kalor, listrik dinamis, dan optik. Berdasarkan rerata persentase miskonsepsi yang terjadi pada siswa ada dua kategori, yaitu : rendah dan sedang. Konsep fisika yang banyak menimbulkan miskonsepsi pada siswa SMA adalah konsep optik, memiliki tingkat miskonsepsi lebih tinggi dari dua konsep yang lainnya. Pada konsep suhu dan kalor siswa mengalami miskonsepsi pada sub konsep perpindahan kalor. Pada indikator Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konduksi. indikator menerapkan asas Black dalam peristiwa pertukaran kalor. Siswa mengalami miskonsepsi pada nomor soal 14, 4, 12 dan 13. 26,1 21,5 8,6 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 K.Rendah K.Sedang K.Tinggi Miskonsepsi 25,0 15,4 0,0 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 K.Rendah K.Sedang K.Tinggi Miskonsepsi 44,0 30,7 26,0 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 K.Rendah K.Sedang K.Tinggi Miskonsepsi 43,6 20,6 24,1 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 C1 C2 C3 Miskonsepsi Soal nomor 14. Botol termos dibuat dengan dinding rangkap dua dan diantaranya terdapat ruang hampa serta dinding-dindingnya dilapisi dengan perak, maksudnya adalah … A. Ruang hampa dimaksudkan agar pemindahan panas secara radiasi tidak terjadi. B. Ruang hampa dimaksudkan agar pemindahan panas secara konduksi tidak terjadi. C. Lapisan mengkilap dari perak dimaksudkan untuk memperkecil terjadinya pemindahan panas secara radiasi. D. Lapisan mengkilap dari perak dimaksudkan untuk memperbesar terjadinya pemindahan panas secara radiasi. E. Lapisan mengkilap dari perak dimaksudkan untuk memperkecil terjadinya pemindahan panas secara konduksi dan konveksi. 42 siswa menjawab dengan jawaban E. Siswa tidak bisa membayangkan konsep yang sifatnya abstrak dengan contoh konkret seperti ini. Siswa tidak bisa membedakan fungsi bahan berdasarkan proses yang akan terjadi pada bahan tersebut. Sekaligus kesulitan pada konsep yang menyatakan nama proses, seperti konduksi, konveksi, dan radiasi. Siswa belum bisa membedakan fungsi bahan pada termos terhadap proses perpindahan kalor yang terjadi. Termos berfungsi untuk menyimpan zat cair agar tetap terjaga suhunya dalam jangka waktu tertentu. Termos dibuat dengan prinsip mencegah proses perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, maupun radiasi. Maka bahan- bahan, dan desainya harus yang berlawanan dengan proses- proses perpindahan kalor tersebut. Dengan kata lain dibuat desain, atau dicari bahan untuk menghambat perpindahan kalor pada termos tersebut. Salah satu caranya adalah: dengan membuat permukaan tabung kaca bagian dalam dibuat mengkilap seperti cermin. Untuk menghasilkan permukaan mengkilat salah satu caranya adalah dengan melapisi kaca dengan lapisan perak yang berfungsi mencegah perpindahan kalor secara radiasi dan memantulkan radiasi kembali ke dalam termos. Pemilihan dinding kaca dikarenakan kaca berfungsi sebagai konduktor yang jelek, sehingga tidak dapat memindahkan kalor secara konduksi. Pembuatan ruang hampa di antara dua dinding kaca, dimaksudkan untuk mencegah kalor secara konduksi dan konveksi dengan udara luar tidak terjadi. Soal nomor 4. Faktor-faktor : 1 Perubahan suhu 2 Jenis zat 3 Percepatan gravitasi 4 Massa zat Pemuaian zat padat dan zat cair bergantung pada faktor ... a.1 dan 3 b. 2 dan 4 c.1 dan 2 d.3 dan 4 e. 1 dan 4 54,6 siswa menjawab pemuaian pada zat padat dan zat cair dipengaruhi oleh perubahan suhu dan “massa zat”. Peristiwa pemuaian zat padat dan zat cair tidak dipengaruhi oleh massa zat. Pemuaian dipengaruhi oleh panjang mula- mula benda Lo, kenaikan suhu benda ∆T, dan jenis benda yang memuai  . Pertambahan panjang ∆L dan pemuaian panjang Lt pada zat padat memenuhi hubungan: ∆L = Lo.. ∆T atau Lt = Lo + ∆L. Pemuaian pada zat cair tidak melibatkan muai panjang ataupun muai luas, tetapi hanya dikenal muai ruang atau muai volume saja. Semakin tinggi suhu yang diberikan pada zat cair itu maka semakin besar muai volumenya. Pemuaian zat cair untuk masing-masing jenis zat cair berbeda- beda, walaupun volume awal zat cair sama tetapi setelah dipanaskan volumenya menjadi berbeda-beda. Pemuaian volume zat cair terkait dengan pemuaian tekanan karena peningkatan suhu Soal nomor 12. Jika dua buah sendok yang terbuat dari bahan besi dan plastik dicelupkan dalam air pada sebuah gelas. Setelah selang waktu yang cukup lama, kedua sendok tersebut dipegang dengan tangan. Ternyata sendok besi lebih dingin dari pada sendok plastik. Jika setelah itu kedua sendok diukur suhunya dengan menggunakan termometer, maka bagaimana suhu yang dimiliki masing-masing sendok tersebut? … A. Suhu sendok besi dua kali lebih rendah daripada suhu padasendok plastik. B. Suhu sendok besi dua kali lebih tinggi daripada suhu Sebagian besar siswa menjawab bahwa suhu sendok besi akan lebih dingin dari suhu sendok plastik. Siswa masih belum bisa berpikir membuat hubungan yang saling mempengaruhi antar dua variabel atau lebih secara abstrak. Lebih tepatnya siwa belum bisa meramalkan memprediksikan sebuah peristiwakeadaan yang belum terjadi. Mereka tidak memperkirakan bahwa ketika tangan bersentuhan dengan kedua sendok, persentuhan antara tangan dengan sendok menyebabkan adanya perpindahan kalor dari tangan ke sendok setelah beberapa saat dipegang, hal ini lah yang menyebabkan kedua sendok akan memiliki suhu yang sama. Siswa masih berpikir bahwa kondisi awal pada sendok plastik. C. Suhu sendok besi lebih rendah daripada suhu pada sendok plastik. D. Suhu sendok besi lebih tinggi daripada suhu pada sendok plastik. E. Suhu sendok besi sama dengan suhu pada sendok plastik. tidak dipengaruhi oleh kondisi kedua dimana tangan bersentuhan dengan kedua jenis sendok. Siswa beranggapan sendok besi mudah melepaskan kalor dan sendok plastik tidak melepaskan kalor, tidak memikirkan perlakuan setelah itu. Pada kenyataannya ketika termometer mengukur suhu kedua sendok, maka suhu kedua sendok akan menunjukkan suhu yang sama Soal nomor 13. Ketika kita berada di pegunungan pada malam hari maupun pagi hari kita merasa lebih hangat jika menggunakan sweather, pe nyebabnya adalah … A. Hawa dingin tidak dapat masuk ke badan karena terhalang oleh sweather B. Hawa dingin tidak dapat keluar ke badan karena terhalang oleh sweather C. Hawa panas tidak dapat masuk ke badan karena terhalang oleh sweather D. Sweather dapat menghambat transfer kalor dari lingkungan ke tubuh. E. Sweather dapat menghambat transfer kalor dari tubuh ke lingkungan. 51,3 siswa menjawab sweather dapat menghambat transfer kalor dari lingkungan ke tubuh. Siswa melupakan prinsip perpindahan kalor, bahwa kalor akan berpindah dari bendalingkungan yang bersuhu lebih tinggi ke bendalingkungan yang bersuhu lebih rendah. Dimana peristiwanya tidak disajikan oleh mataabstrak. Pada malam hari dan pagi hari, suhu tubuh akan lebih tinggi dari suhu lingkungan. Hal ini menyebabkan kalor akan berpindah dari tubuh ke lingkungan. Ini lah yang menyebabkan kenapa tubuh kita menjadi kedinginan, karena sejumlah kalor dilepaskan ke lingkungan. Namun, sebelum suhu tubuh berpindah ke lingkungan terdapat sweather yang berfungsi sebagai isolator, yaitu bahanzat yang sulit menghantarkan kalor penghantar yang kalor buruk. Maka perpindahan kalor dari tubuh ke lingkungan terhalang oleh sweather. Pada konsep listrik dinamis siswa mengalami miskonsepsi pada kategori sedang, pada soal nomor 15, 4, 9 dan 12. Soal Nomor 15 Pasangan voltmeter dan ampermeter dalam rangkaian listrik yang tepat adalah …. Pemasangan amperemeter pada rangkaian sebuah rangkaian lisrik adalah secara seri. Ampermeter dipasang secara seri terhadap beban yang ingin diukur kuat arusnya, sedangkan voltmeter harus dipasang secara paralel. Voltmeter dipasang secara paralel terhadap beban yang ingin diukur tegangannya. Apabila pemasangannya tertukar maka alat tersebut akan rusak. 33 siswa menjawab dengan benar dan yakin, 15 jawaban benar tapi ragu-ragu. Siswa yang miskonsepsi 9 menjawab dengan jawaban B. Siswa tidak bisa membedakan pemasangan alat ukur ampermeter dan voltmeter pada sebuah rangkaian. Padahal aplikasinya biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Guru dan dosen ketika membahas materi tentang pemasangan alat ukur listrik sebaiknya disertai dengan demontrasi atau praktek langsung. Guru sebaiknya menunjukkan dampak dari pemasangan yang benar dan pemasangan yang salah. Menunjukkan mana contoh yang benar dan mana contoh yang salah. Soal Nomor 4 Berikut adalah pernyataan mengenai Hukum Ohm: i besarnya tegangan berbanding lurus dengan hambatannya ii besarnya hambatan berbanding lurus dengan kuat arusnya iii besarnya tegangan berbanding lurus dengan kuat arusnya iv besarnya kuat arus berbanding terbalik dengan hambatannya Hukum Ohm adalah sebuah hukum fisika yang menunjukkan hubungan besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensialnya. Sebuah penghantar dikatakan mengikuti hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung pada besar dan polaritas beda potensialnya. Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan: V = I.R. Dimana : I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu v ditemukan oleh ilmuan Inggris yaitu Whilhelm K. Rontgen Pernyataan yang benar mengenai Hukum Ohm adalah …. A. i, ii, dan iii B. i, ii, dan iv C. i, ii, dan v D. i, iii, dan iv E. ii, iii, dan v penghantar dengan satuan Ampere; V adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar dengan satuan volt; R adalah nilai hambatan listrik yang terdapat pada suatu penghantar dengan satuan ohm. Besarnya tegangan berbanding lurus dengan hambatannya V ≈ R, Besarnya tegangan berbanding lurus dengan kuat arusnya V ≈ I,Besarnya kuat arus berbanding terbalik dengan hambatannya I ≈ 1R. Sebagian besar siswa yang mengalami miskonsepsi mengangap kalau I itu sebanding dengan R. Mereka belum memahami dengan baik hubungan antar variabel pada hukum Ohm. Dalam mengajarkan materi ini sebaiknya guru atau dosen memperhatiakan konsep pembelajaran bermakna meaningful learning. Siswa akan lebih paham jika siswa mengalami langsung konsep yang sedang dipelajari sehingga pengetahuan yang diperoleh menjadi bermakna dan dapat diingat terus, seperti yang dikemukakan oleh David P. Ausubel. Guru dan dosen harus memberi kemudahan bagi siswanya sehingga mereka dengan mudah mengaitkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah ada dalam pikirannya. Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna. Untuk siswa sekolah dasar dan menengah, akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktifitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran, seperti eksperimenpercobaan langsung. Pada pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi. Ada tiga tipe belajar yang dapat dianggap cocok, yaitu: Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya, atau siswa menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari, kemudian pengetahuan baru itu ia asosiasikan dengan pengetahuan yang sudah ada; Belajar menerima ekspositori yang bermakna, materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang ia miliki. 2 Soal Nomor 9 Perhatikan gambar di bawah ini Besarnya kuat arus yang mengalir dalam ra ngkaian adalah …. A. 3 A D. – 1 A B. 2 A E. – 3 A C. 1 A Dengan menggunakan prinsip 1 loop dengan menggunakan hukum Kirchoff. Soal tersebut akan di peroleh besar kuat arus yang mengalir dalam rangkaian adalah 1 A. Sebagian siswa menjawab besar kuat arusnya -1 A. Pada kenyataannya yang ditanyaka itu adalah besarnya tidak mengharapkan arahnya ke mana arus tersebut mengalir. Pada soal ini siswa sudah memahami prinsip atau penggunaan aturan penyelesaian soal namun siswa kurang teliti memaknai pertanyaan dalam instrumen tes ini. Sehingga bagi yang tidak memperhatikan hal ini akan terjebak pada jawaban seperti itu. 45 siswa menjawab alat yang bisa digunakan untuk merubah DC menjadi AC adalah adaptor. Siswa belum bisa membedakan tegangan listrik AC dan DC. Siswa belum memahami pengertian AC dan DC dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Alat yang digunakan untuk merubah DC menjadi AC adalah power inverter. Sedangkan adaptor digunakan untuk merubah tegangan AC ke DC. Soal Nomor 12 Alat yang digunakan untuk mengubah DC menjadi AC adalah …. A. AC-meter D. Inverter B. DC-meter E. Galvanometer C. Adaptor Guru seharusnya lebih banyak mengaitkan materi kedalam kontek kehidupan sehari-hari atau melalui pembelajaran kontekstual Contextual Teaching Learning CTL mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang melalui pencarian hubungan masuk akal dan bermanfaat. Demikian juga untuk materi AC dan DC, terutama membahas fungsi inverter dan memberikan contohnya dalam kehidupan sehari-hari, baik berupa gambar maupun aplikasi yang di demontrasikan. Melalui pemaduan materi ini dengan pengalaman keseharian siswa akan menghasilkan dasar- dasar pengetahuan yang mendalam. Siswa akan mampu menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan 2 Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga masalah-masalah baru dan belum pernah dihadapinya dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuannya. Dengan demikian siswa dapat membangun pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari dengan memadukan materi pelajaran yang telah diterimanya di sekolah. Nomor 10 Fungsi lensa adalah .... a. Sebagai layar tempat terbentuknya bayangan b. Mengatur besar kecilnya pupil c. Membiaskan sinar dari benda d. Membiaskan cahaya ke dalam mata e. Melindungi bagian mata yang lunak dan sensitif 47 siswa menjawab dengan jawaban d. Lensa berfungsi membiaskan cahaya ke dalam mata. Jawaban ini dapat diartikan cahaya masuk langsung ke mata, seperti seberkas cahaya matahari yang masuk yang masuk ke lensa dan dibiaskan, maka yang akan terjadi justru menyebabkan kerusakan pada mata. Secara umum lensa berfungsi sebagai pembias. Namun, sinar yang dibiaskan oleh lensa tentunya berasal dari benda atau objek yang akan dilihat bukan langsung dari sumber sinar. Nomor 15 Alat yang dapat memperbesar sudut pandang sehingga benda-benda kecil tampak lebih besar adalah .... a. Mikroskop b. Kacamata c. Teleskop d. Kamera e. Lup Sebagian besar siswa menjawab mikroskop jawaban A. Siswa tidak bisa membedakan antara benda kecil dan benda renik atau mikroskofis. Lup adalah lensa cembung, digunakan untuk mengamati benda-benda kecil agar lebih besar dan jelas. Mikroskop adalah sebuah alat optik yang terdiri dari dua lensa cembung, yaitu lensa obyektif tetaptidak dapat digeser dan okuler dapat digeser, dan berfungsi sebagai lup. Mikroskop dipakai untuk melihat benda-benda renik, agar terlihat lebih besar dan jelas. Pada konsep optik ini siswa sebaiknya diajak praktek atau setidaknya melalui demontrasi yang selanjutnya hasilnya dibahas melalui penggunaan media secara visual melalui gambar atau animasi. Karena sifat bayangan pada materi optik ini bersifat abstrak pada prosesnya tapi konkret dalam bentuk contohnya. Nomor 16 Sifat bayangan yang dibentuk oleh lup adalah .... a. Maya, terbalik, diperbesar b. Nyata, tegak, diperbesar c. Nyata, tegak, diperkecil d. Maya, tegak, diperbesar e. Maya, tegak, diperkecil 30 jawaban siswa adalah D dan 40 jawaban siswa A. Lup kaca pembesar adalah sebuah lensa cembung yang memiliki titik fokus yang dekat dengan lensanya. Posisi benda yang akan diperbesar terletak di dalam titik fokus atau jarak benda ke lup, lebih kecil dibandingkan jarak titik fokus lup ke lensa lup. Bayangan yang dihasilkan bersifat tegak, nyata, dan diperbesar. Miskonsepsi pada soal ini diakibatkan siswa tidak diberi kesempatan untuk menggunakan dan merasakan langsung alat-alat optik tersebut. Siswa berkategori kemampuan rendah banyak mengalami miskonsepsi pada jenis konsep abstrak dengan contoh konkret seperti ini. Penyebabnya adalah siswa tidak beri kesempatan mencoba lup dan membedakannya dengan mikroskop, untuk mengamati benda yang sama. Siswa diajak menerapkan konsep dalam dunia nyata. Peneliti perkirakan hal ini disebebakan oleh kebiasaan guru di sekolah yang terbiasa mengajarkan konsep optik, sebagai sastra fisika yang harus diingat dan dihafalkan. Guru disekolah senantiasa mengajarkan materi ini dengan cara verbal melalui ceramah, memberi contoh hitungan, dan sedikit berlatih menggambarkan sifat-sifat sinar pada alat-alat optik, kurang memberi contoh yang aplikatif. Sebenarnya guru dapat membahas perbedaan bayangan benda yang diamati dengan menerapkan konsepperhitungan penentuan bayangan dari persamaan lensa kemudian divisualisasikan melalui gambar baik melalui gambar statis maupun animasi, kemudian dipelajari sifat-sifat berkas sinar yang mengenai lensa. Metode yang tepat untuk memperbaiki kesalahan konsep pada kasus ini adalah dengan penggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Siswa dilatih keterampilannya dalam menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu. Dalam keterampilan proses sains siswa dilatih kemampuan mengamati, mengelompokkanklasifikasi, menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, dan berkomunikasi. Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna meaningful learning. Siswa diajak beraktifitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan penjelasan, peta konsep atau mind map, demonstrasi, diagram dan ilustrasi. Peneliti berpendapat ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru atau dosen dalam mengatasi miskonsepsi pada konsep-konsep ini, diantaranya adalah : Merubah pola dan gaya mengajar menuju ke pembelajaran yang bermakna meaningful learning bisa melalui bingkai paikem, inkuiri, discovery dengan membawa pola pikir yang konstuktivis. Menghubungkan satu konsep dengan konsep lain yang dipelajari dan membuat relasi dengan contoh aplikasi dalam kehidupan sehari- hari. Termasuk didalamnya adalah contoh soal baik konsep maupun hitungan. Sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan logis. Proses menghubungkan konsep yang dipelajari dengan aplikasi dlm kehidupan sehari-hari bisa dilakukan dengan pembelajaran kontekstual contextual teaching and learning dengan proses di dalam pembelajarannya mengembangkan keterampilan proses sains yang ditunjang dengan penggunaan media audio visual yang memadai untuk memvisualkan konsep-konsep yang abstrak. Melihat tren hasil penelitian maka dapat diperkirakan bahwa semua konsep dalam fisika dapat berpotensi menimbulkan terjadinya miskonsepsi, miskonsepsi dapat terjadi karena: kesalahan guru atau dosen dalam memberikan perlakuan dalam proses pembelajaran; kesalahan dalam persepsi awal siswa; kesalahan pemahaman konsep pada pengajar. Melakukan refleksi diakhir kegiatan pembelajaran, refleksi merupakan kunci bagi guru maupun siswa dalam meningkatkan pemahaman mengenai konten, mengubah pengalaman dalam proses belajar. Ketika mengajarkan jenis konsep abstrak dengan contoh konkret guru harus banyak memberikan visualisasi gambaranimasivideo, contoh, menerapkan konsep, mencobamempraktekan, menghubungkan konsep dengan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain guru harus menerapkan konsep pembelajaran bermakna dengan baik. Guru harus lebih banyak melatih dan sekaligus mengoreksi kemampuan pemahaman konsep siswa dengan memberikan latihan soal ataupun tugas. Tidak asal memberi tugaslatihan tanpa dikoreksi atau pemberian feedback yang baik. Pada saat proses pembelajaran berlangsung guru harus lebih banyak berada diantara siswa yang memiliki kemampuan rendah ini. Sistem pembelajaran dibuat bisa membedakan kelompok kemampuan siswa, sehingga keberadaan guru di titik tertentu di dalam kelas betul-betul efektif.

E. Kesimpulan