ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS X PADA MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI CRI
CERTAINTY OF RESPONSE INDEX TERMODIFIKASI
Iwan Permana Suwarna Dosen Program Studi Pendidikan Fisika
FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Email: iwan.permana.suwarnauinjkt.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada konsep optik, listrik dinamis, suhu dan kalor, siswa SMA kelas X. Metode penelitian yang digunakan deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui tes
pilihan ganda dengan lembar jawaban certainty of response index CRI. Sampel berjumlah 204 siswa dari beberapa sekolah. Temuan dari penelitian ini: 1. Miskonsepsi telah terjadi pada siswa SMA kelas X di semua
konsep yang diteliti; 2. Miskonsepsi terjadi ada pada kategori rendah, kecuali pada konsep optik kategori sedang; 3. Miskonsepsi, tidak bergantung pada tingkat kesukaran soal miskonsepsi bisa terjadi tingkat
kesukaran apa saja; 4. Jenis konsep yang banyak menimbulkan miskonsepsi adalah jenis konsep abstrak dengan contoh konkret, kecuali pada konsep suhu dan kalor konsep yang menyatakan nama proses; 5. Jenjang
kognitif yang banyak menimbulkan miskonsepsi adalah C
2
pemahaman, kecuali untuk konsep optik jenjang C
1
pengetahuan; 6. Siswa dengan kemampuan kategori rendah paling banyak mengalami miskonsepsi. Beberapa saran dari peneliti, diantaranya : Guru atau dosen diharapkan dapat merubah pola dan gaya mengajar berkulitas
rendah ke pembelajaran yang bermakna meaningful learning melalui proses-proses yang konstruktif melalui bingkai pembelajaran aktif yang dibantu penggunaan media yang baik.
Kata kunci : Miskonsepsi, Certainty of response index CRI, Suhu dan Kalor, listrik dinamis, optik.
A. Pendahuluan
1.Latar Belakang
Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan LPTK merupakan lembaga formal yang berfungsi menghasilkan calon˗calon tenaga pengajar dan tenaga kependidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta adalah salah satu LPTK yang memiliki 7 program studi, salah satunya program studi pendidikan fi
sika. Program Studi Pendidikan Fisika merupakan salah satu lembaga formal penghasil calon˗calon tenaga pengajar pada bidang studi fisika untuk tingkat SMPMTs dan SMAMA.
Seorang calon guru fisika berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007 dituntut memiliki empat kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi, soisal, dan kompetensi
profesional. Salah satu dari kompetensi tersebut yaitu kompetensi profesional, menuntut seorang guru memiliki penguasaan dalam hal materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu. Penguasaan akan kompetensi ini mutlak di miliki oleh para calon guru fisika. Termasuk para calon tenga pengajar yang dihasilkan program studi pendidikan fisika. Penguasaan kompetensi profesional yang baik
diharapkan dapat menyampaikan informasi mengenai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan fisika dengan baik dan utuh. Bagaimana jika seorang calon guru tidak memiliki kompetensi ini, apa yang akan terjadi?
Materi atau konsep Fisika di tingkat sekolah menengah atas SMAMadrasah Aliyah MA memiliki tingkat kesukaran yang beragam, terdiri dari : yang mudah, sedang, dan sukar. Keberagaman tingkat kesukaran
tersebut tentunya akan memberikan respon yang berbeda dari para siswa, diantarnaya akan muncul keberagaman tingkat pemahaman siswa. Contohnya materi yang dianggap sedang akan mendapatkan respon
yang beragam seperti mudah, sedang, dan sukar oleh beberapa orang siswa. Keberagaman tingkat kesukaran terhadap materi seperti ini memungkinkan terjadinya kesalahan penafsiran terhadap materikonsep. Kesalahan
dalam menafsirkan konsep inilah yang akan menimbulkan miskonsepsi.
Sumber kesalahan dalam memahami sebuah konsep, bisa bersumber dari: penafsiran awal yang salah pada diri siswa, atau kesalahan sudah terjadi pada diri guru yang ditularkan kepada siswa. Penyampaian
informasi dan pemahaman konsep yang benar dari akan menghasilkan informasi yang benar juga kepada para siswa. Jika pada awalnya informasi yang diterima guru sudah salah, maka informasi yang diterima oleh siswa
juga akan salah. Siswa akan selamanya memahami hal yang salah dan terbawa- bawa selama˗lamnya. Proses
pendidikan formal merupakan proses yang panjang dan berkelanjutan. Miskonsepsi yang bermula dari siswa prakonsepsi yang sudah salah akan berkelanjutan dan terus menerus. Keberhasilan setiap jenjang pendidikan
dipengaruhi keberhasilan siswa menguasai kompetensi pada jenjang sebelumnya. Pemahaman yang baik akan di jadikan sebagai dasarfondasi yang baik bagi jenjang berikutnya.
Penelitian yang sudah dilakukan terhadap para calon guru fisika mahasiswa tingkat akhir program studi pendidikan fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukkan telah terjadi miskonsepsi terhadap sejumlah
materi fisika seperti listrik, fluida, gelombang, dan mekanika. Hal ini teridentifikasi pada jawaban mahasiswa pada saat ujian komprehensif di akhir semester 7. Jika miskonsepsi ini terjadi pada diri siswa, maka usaha ini
dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan informasi bagi para dosen di lingkungan program studi pendidikan
fisika khususnya untuk memperhatikan konsep˗konsep esensial yang sering menimbulkan terjadinya miskonsepsi. Sehingga dalam menyampaikan konsep˗konsep tersebut akan lebih hati˗hati dan diperhatikan
benar pertimbangan metode perkuliahan yang lebih efektif. Beberapa informasi menyatakan bahwa penguasaan konsep yang rendah dan miskonsepsi pada diri siswa mempengaruhi rendahnya nilai KKM pada konsep dan
bidang studi tersebut.
Dengan demikian penting untuk mengetahui ada tidaknya miskonsepsi pada diri siswa, terjadi pada konsep fisika apa saja, jenis konsep yang bagaimana, siswa yang bagaimana yang sering mengalami
miskonsepsi? terutama pada sekolah-sekolah dimana para calon guru yang akan dihasilkan program studi melaksanakan praktek mengajar. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : Analisis miskonsepsi siswa SMA kelas X pada mata pelajaran fisika melalui CRI
certainty of response index termodifikasi. 2.Perumusan Masalah
Dari latar belakang penelitian yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah miskonsepsi telah terjadi siswa SMA kelas X pada mata pelajaran fisika?
Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai miskonsepsi, maka dibuatkan beberapa pertanyaan analisis sebagai berikut:
a. Konsep fisika manakah yang banyak menimbulkan miskonsepsi pada siswa SMA di kelas X?
b. Bagaimanakah gambaran materi fisika yang menimbulkan terjadinya miskonsepsi pada siswa SMA di kelas
X? c.
Jenis konsep yang bagaimanakah yang banyak terjadi miskonsepsi pada siswa SMA di kelas X? d.
Jenjang kognitif manakah yang banyak menimbulkan miskonsepsi pada siswa SMA di kelas X? e.
Siswa yang memiliki kemampuan seperti apa yang banyak mengalami miskonsepsi di SMA kelas X?
3.Tujuan Penelitian.
Dari pertanyaan penelitian yang sudah dikemukakan, penelitian ini bertujuan antara lain : a.
Mendapatkan informasi mengenai terjadi atau tidaknya miskonsepsi pada siswa SMA di kelas X. b.
Mendapatkan informasi mengenai konsep˗konsep fisika yang banyak menimbulkan terjadinya miskonsepsi pada siswa SMA di kelas X. Sebagai bahan masukan, pertimbangan riview terhadap konten yang tersedia.
Informasi ini dapat bermanfaat bagi dosen di LPTK, para guru, dan calon guru untuk “berhati˗hati” dalam
menyampaikan informasi kepada siswa pada konsep tertentu yang diteliti. c.
Mendapatkan informasi mengenai gambaran materi fisika tingkat kesukaran yang dapat menimbulkan terjadinya miskonsepsi pada siswa SMA di kelas X. Sebagai bahan pertimbangan bagi dosen dan para
pengajar dalam memberikan latihan soal untuk tingkat kesukaran tertentu yang sering menimbulkan miskonsepsi.
d. Mendapatkan informasi mengenai jenis konsep fisika yang dianggap sulit oleh para siswa SMA kelas X.
Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengajar untuk menentukan jenis media pembelajaran yang sesuai dengan jenis konsepnya.
e. Mendapatkan informasi mengenai jenjang kemampuan kognitif mana C1˗C4 yang banyak menimbulkan
terjadinya miskonsepsi pada siswa SMA kelas X untuk menentukan jenis metode atau pendekatan pembelajaran yang harus digunakan.
f. Mendapatkan informasi mengenai gambaran kemampuan Siswa SMA di kelas X yang banyak mengalami
miskonsepsi. Sebagai bahan pertimbangan dosenguru dalam memberikan informasi atau memberikan pendekatan khusus kepada siswa yang memiliki kemampuan tertentu yang mengalami banyak miskonsepsi.
B. Metode dan Desain Penelitian