2.9 Dampak Kesehatan Penggunaan Pestisida
Berdasarkan UU Kesehatan No.23 Tahun 1992 kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Adapun dampak kesehatan yang disebabkan oleh bahan aktif Pestisida yaitu :
a. Golongan Organofosfat: cara kerjanya bersifat merusak sistem saraf dan bekerja dengan menghambat enzim kholinesterase ChE dan mempengaruhi
fungsi hidrolisa asetilkolin. Apabila asetilkolin telah terhidrolisis, pengaruhnya terhadap sel-sel efektor tidak dapat berlangsung secara terus menerus dan
berkesinambungan. Akibatnya asetilkolin akan berkumpul diujung-ujung saraf dan menyebabkan sel-sel efektor menerima sinyal-sinyal yang berterusan.
Keracunan akibat senyawa organofosfat akan menyebabkan otot-otot menjadi kejang dan penderita akan menggelepar. Pestisida ini masuk kedalam tubuh
melalui mulut, kulit atau pernapasan. Adapun gejala keracunan seperti : pening, gemetar, penglihatan kabur, kepenatan, lemah, mual, kejang , diare ,
sakit dada, mata berair, air liur banyak keluar, detak jantung menjadi cepat, muntah-muntah. Jika keracunannya sangat serius akan menyebabkan penderita
menggelepar, kehilangan refleks dan tidak sadarkan diri. b. Golongan Organoklorin : kandungan golongan ini bersifat menginduksi enzim
didalam hati yang memetabolisme steroid-steroid salah satu kelompok lemak dan merangsang hidrosilasi mikrosomal steroid termasuk hormon
endrogen dan estrogen juga menghambat enzim karbonat anhidrase yang juga mempengaruhi mineral kalsium Ca. Golongan ini bersifat karsinogen
memicu timbulnya kanker. Cara kerja racun ini mempengaruhi sistem syaraf
Universitas Sumatera Utara
pusat, misalnya ; DDT, BHC, dieldrin, endosulfan dan klordan. Adapun gejala keracunan seperti : sakit kepala, mual, pusing, muntah-muntah, mencret,
badan lemah, gemetar, gugup, kejang-kejang dan hilangnya kesadaran Sastroutomo, 1992.
c. Golongan Karbamat : menurut Kemenkess RI, 2012 bahan aktif ini bila masuk kedalam tubuh akan menghambat enzim kholinesterase, namun bersifat
reversible pulih kembali sehingga relatif aman dibandingkan organoposphat. Cara kerja senyawa golongan ini menyerupai golongan organofosfat. Karena
senyawa karbamat mudah terurai maka pengaruhnya terhadap kolinesterase tidak berlarutan. Adapun sejalanya sama yang seperti golongan organofosfat
yaitu : pening , gemetar, penglihatan kabur, kepenatan, lemah, mula, kejang , diare, sakit dada, mata berair, air liur banyar keluar, detak jantung menjadi
cepat, muntah-muntah Sastroutomo, 1992. d. GolonganSenyawa Bipiridilium : Adapun gejala keracunan yang terjadi pada
bahan aktif Bipiridilium seperti : 1-3 jam akan timbul sakit perut, mual, muntah dan diare, 2-3 hari akan terjadi kerusakan ginjal yang ditandai dengan
albunuria, proteinnura, haematuria urin mengandung darah karena ginjalnya rusak dan peningkatan kreatinin lever serta kerusakan pada paru-paru akan
terjadi antara 3-24 hari berikutnya Isnaini, 2006. e. Golongan Arsen : Umumnya masuk dalam tubuh melalui mulut, walaupun bisa
juga terserap kulit dan terhisap pernapasan. Cara kerjanya yaitu meracuni sel- sel serta mempengaruhi fungsi enzim-enzim tertentu dan memperlambat
fungsi tubuh. Adapun gejala keracunan seperti : tingkat akut akan terasa nyeri pada perut, muntah, diare, tekanan darah turun, pening sedangkan keracunan
Universitas Sumatera Utara
semi akut ditandai dengan sakit kepala dan banyak keluar air ludah Sastroutomo, 1992.
f. Golongan Antikoagulan : Senyawa golongan ini mencegah pembekuan darah . Gejalanya akan terlihat jika senyawa ini terminum dan jika tertelan dalam
jumlah yang tinggi dapat menyebabkan kematian. Selain mencegah pembekuan darah, senyawa ini juga merusak serabut- serabut pembuluh darah. Adapun
gejala keracunan seperti : nyeri punggung, lambung dan usus, muntah-muntah, pendarahan hidung dan gusi, kulit berbintik-bintik merah, air seni dan tinja
berdarah, lebam disekitar lutut, siku dan pantat serta kerusakan ginjal Wudianto, 1999.
Universitas Sumatera Utara
2.10 Kerangka Konsep