Teknik aplikasi pestisida : Aplikasi Pestisida

c. Khusus pada lingkungan pertanian agroekosistem, penggunaan pestisida pertanian dapat menyebabkan hal-hal berikut Harahap, 1994. 1 Menurunnya kepekaan hama, penyebab penyakit dan gulma terhadap pestisida tertentu yang berpuncak pada kekebalan resistensi hama, penyakit dan gulma terhadap pestisida. 2 Resurjensi hama, yakni fenomena meningkatnya serangan hama tertentu sesudah perlakuan dengan insektisida. 3 Timbulnya hama yang selama ini tidak penting. 4 Terbunuhnya musuh alami hama. 5 Perubahan flora, misalnya penggunaan herbisida secara terus menerus untuk mengendalikan gulma daun lebar akan merangsang perkembangan gulma daun sempit rumput. 6 Meracuni tanaman bila salah menggunakannya Djafaruddin, 1996.

2.3 Aplikasi Pestisida

2.3.1 Teknik aplikasi pestisida :

Adapun teknik aplikasi pestisida dalam bidang pertanian adalah : 1. Ruang Lingkup Teknik Aplikasi Pestisida Teknik aplikasi atau teknik penggunaan pestisida pertanian mempelajari cara mengaplikasikan pestisida pertanian agar mendapatkan hasil yang optimal dengan resiko sekecil-kecilnya. Adapun penggunaan pestisida harus memperhatikan tiga prinsip penting sebagai berikut. a. Penggunaan secara legal, yakni penggunaan pestisida pertanian yang tidak bertentangan dengan semua peraturan yang berlaku di Indonesia. Universitas Sumatera Utara b. Penggunaan secara benar, yakni penggunaan pestisida sesuai dengan metode aplikasinya, sehingga pestisida yang diaplikasikan mampu menampilkan efikasi atau kemampuan dalam mengendalikan biologisnya yang optimal. c. Penggunaan pestisida secara bijaksana, yakni 1 Penggunaan pestisida yang mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan risiko risk management, untuk menjamin keselamatan penggunaan, konsumen dan lingkungan 2 Penggunaan pestisida sejalan dengan prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu PHT 3 Penggunaan pestisida yang bijaksana juga berarti penggunaan pestisida yang ekonomis dan efisien. 2. Penentuan Waktu Aplikasi Pestisida Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari sesudah embun hilang karena pada saat tersebut umumnya angin belum bertiup kencang, tidak terlalu kering dan suhu belum terlalu tinggi. Bila keadaan angin memungkinkan, penyemprotan dapat dilakukan pada sore hari Djojosumarto,2000. . 3. Metode Aplikasi Pestisida di Bidang Pertanian Menurut Wudianto 2001, dalam bidang pertanian bercocok tanam, pestisida diaplikasikan dengan berbagai cara. Cara mengaplikasikan pestisida diantaranya adalah sebagai berikut: a. Penyemprotan Spraying Adalah penyemprotan pestisida pertanian yang paling banyak dipakai oleh para petani. Diperkirakan 75 penggunaan pestisida dilakukan dengan cara Universitas Sumatera Utara disemprotkan, baik penyemprotan didarat ground spraying maupun penyemprotan dari udara aerial spraying. Dalam penyemprotan, larutan pestisida pestisida ditambah air dipecah oleh nozzle cerat,spuyer atau atomizer yang terdapat dalam alat penyemprot sprayer menjadi butiran semprot atau droplet. Bentuk sediaan formulasi pestisida yang diaplikasikan dengan cara disemprotkan meliputi WP, EC, EW, WSC, SP, FW, dan WDG. Sedangkan untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah ultra low volume digunakan formulasi ULV. Teknik penyemprotan ini termasuk pula pengkabutan mist blowing. b. Pengasapan Fogging Adalah penyemprotan pestisida dengan volume ultra rendah dengan menggunakan ukuran droplet yang sangat halus. Perbedaan dengan cara penyemprotan biasa adalah pada fogging thermal fogging, hot fog campuran pestisida dan solvent umumnya minyak dipanaskan sehingga menjadi semacam kabut asap fog yang sangat halus. Fogging banyak dilakukan untuk mengendalikan hama gudang, hama tanaman perkebunan dan pengendalian vektor penyakit dilingkungan pengendalian nyamuk demam berdarah, malaria. c. Penghembusan Dusting Adalah aplikasi produk pestisida yang diformulasi sebagai tepung hembus D, dust dengan menggunakan alat penghembus duster. Untuk pemberantasan dibutuhkan cukup banyak bahan agar mengena pada jasad sasaran. Adapun kelemahannya adalah mudah terbawa angin dan tidak Universitas Sumatera Utara mengenai sasaran bahkan mencemari atau meracuni serta mudah tercuci oleh air hujan atau air siraman . d. Penaburan Pestisida Butiran Granule Distribution, Broadcasting Adalah penaburan pestisida butiran granule distribution, broadcasting yang merupakan cara khas untuk mengaplikasikan pestisida berbentuk butiran granule. Penaburan dapat dilakukan dengan tangan atau dengan mesin penabur granule broadcaster. e. Perawatan Benih Seed Dressing, Seed Treatment, Seed Coating Adalah cara aplikasi pestisida untuk melindungi benih sebelum benih ditanam agar kecambah dan tanaman muda tidak diserang oleh hama atau penyakit. Pestisida yang digunakan adalah sediaan formulasi SD atau ST . f. Pencelupan Dipping Adalah penggunaan pestisida untuk melindungi bahan tanaman bibit, cangkokan, stek agar terhindar dari hama atau penyakit yang mungkin terbawa oleh bahan tanaman tersebut. Pencelupan dilakukan dengan mencelupkan bibit atau stek kedalam larutan pestisida. g. Fumigasi Fumigation Menurut Kartasapoetra 1991, fumigasi adalah aplikasi pestisida fumigant, baik berbentuk padat, cair, maupun gas dalam ruangan tertutup. Umumnya digunakan untuk melindungi hasil panen misalnya biji-bijian dari kerusakan karena hama atau penyakit ditempat penyimpanan. Fumigant dimasukkan kedalam ruangan gudang yang selanjutnya akan membentuk gas bagi fumigant cair atau padat beracun untuk membunuh organisme pengganggu tanaman sasaran yang ada dalam ruangan tersebut. Universitas Sumatera Utara h. Injeksi Injection Menurut Kartasapoetra 1991, injeksi adalah penggunaan pestisida dengan cara dimasukkan kedalam batang tanaman, baik dengan alat khusus injektor atau infus maupun dengan membor batang tanaman tersebut.Pestisida yang diinjeksikan diharapkan akan tersebar keseluruh bagian tanaman melalui aliran cairan tanaman, sehingga organisme pengganggu tanaman sasaran akan terkendali dan juga digunakan untuk sterilisasi tanah. i. Ready Mix Bait RMB Menurut Kartasapoetra 1991, formulasi berbentuk segiempat blok besar dengan bobot 300 gram dan blok kecil dengan bobot 10-20 gram serta pelet. Formulasi ini berupa umpan beracun siap pakai untuk tikus. j. Penyiraman Drenching, Pouring On Adalah penggunaan pestisida dengan cara dituangkan disekitar akar tanaman untuk mengendalikan hama atau penyakit didaerah perakaran atau dituangkan pada sarang semut Djojosumarto, 2000.

2.3.2 Pencampuran Pestisida

Dokumen yang terkait

Hubungan Personal Hygiene dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Pada Petani Dengan Infeksi Cacing di Desa Paribun Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2004

2 46 76

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

1 3 16

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 2

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 5

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

1 5 37

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 2 2

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014 Appendix

0 0 74

Personal Hygiene, Alat Pelindung Diri (APD) serta keluhan penyakit kulit pada petani di Desa Gundaling II Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2017

0 0 15

Personal Hygiene, Alat Pelindung Diri (APD) serta keluhan penyakit kulit pada petani di Desa Gundaling II Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2017

0 0 2

Personal Hygiene, Alat Pelindung Diri (APD) serta keluhan penyakit kulit pada petani di Desa Gundaling II Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2017

1 3 6