Model Prediksi Kebangkrutan Prediksi Gejala Kebangkrutan dengan Analisa Model Altman Z-Score pada Restaurant, Hotel dan Tourism yang Terdaftar Di BEI pada Tahun 2010 – 2012

h. Sistem informasi yang kurang mendukung. 3 Penyalahgunaan wewenang banyak dilakukan oleh karyawan maupun manajer puncak, hal ini akan sangat merugikan dan menimbulkan dampak pada kinerja perusahaan.

2.2 Model Prediksi Kebangkrutan

2.2.1 Model Zmijewski

Zmijewski 1984 menggunakan analisis rasio yang mengukur kinerja leverage dan likuiditas suatu perusahaan untuk model prediksinya. Zmijewski menggunakan analisis yang diterapkan pada 40 perusahaan yang telah bangkrut dan 800 perusahaan yang masih bertahan saat itu. Model yang berhasil dikembangkan yaitu: X = -4,3 -4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3 Keterangan: X1 = ROA return on asset X2 = Leverage debt ratio X3 = Likuiditas current ratio

2.2.2 Model Fulmer

Fulmer 1984 menggunakan analisa step-wise multiple discriminant untuk mengevaluasi 40 rasio keuangan yang diaplikasikan pada sampel 60 perusahaan, 30 gagal dan 30 sukses dengan rata-rata ukuran asset perusahaan adalah 455.000. Fulmer melaporkan 98 akurat pada perusahaan satu tahun sebelum gagal dan 81 akurat lebih dari satu tahun sebelum kebangkrutan. Universitas Sumatera Utara Model Fulmer adalah: H = 5,528V1 + 0,212V2 + 0,073V3 + 1,270V4 – 0,120V5 + 2,335V6 + 0,575V7 + 1,083V8 + 0,894V9 -6,075 Keterangan : V1 = Retained Earning Total Assets V2 = Sales Total Assets V3 = EBT Equity V4 = Cash Flow Total Debt V5 = Debt Total Assets V6 = Current Liabilities Total Assets V7 = Log Tangible Total Assets V8 = Working Capital Total Debt V9 = Log EBIT Interest Jika H 0, perusahaan diklasifikasikan “gagal”

2.2.3 Sistem Blasztk

Sistem Blasztk hanya digunakan untuk metode prediksi kegagalan bisnis dimana tidak dikembangkan menggunakan analisa multiple discriminant. Sistem ini dikembangkan oleh William Blasztk 1984. Esensi sistem ini adalah menghitung rasio keuangan perusahaan yang dievaluasi, dibobot kemudian dibandingkan dengan rasio rata-rata perusahaan pada industri yang sama. Universitas Sumatera Utara

2.2.4 CA-Score

Model ini dikembangkan oleh Jean Legault dari Universitas Quebec Montreal Canada, menggunakan analisa step-wise multiple discriminan. Dimana 30 rasio keuangan dianalisa pada 173 sampel perusahaan bisnis manufaktur yang memiliki penjualan tahunan pada kisaran antara 1-20 juta. Model sebagai berikut: CA -Score = 4,5913 shareholders investment1 total assets1 + 4,5080 earnings before taxes and extraordinary items + financial expenses1 total assets1 + 0,3936 sales2 total assets2 – 2,7616 Keterangan: 1 Gambaran periode sebelumnya 2 Gambaran dari dua periode sebelumnya CA-Score -0,3, perusahaan diklasifikasikan “gagal”.

2.2.5 Model Springate

Model Springate dikembangkan oleh Gordon Springate 1978 mengikuti prosedur yang digunakan oleh Altman 1968. Springate menggunakan empat dari 19 rasio keuangan dan menggunakan analisis multi diskriminan dengan menggunakan 40 perusahaan sebagai sampelnya. Model ini dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan 92,5. Model yang berhasil dikembangkan oleh Springate adalah: S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D Keterangan: A = working capital total assets Universitas Sumatera Utara B = net profit before interest and taxes total assets C = net profit before taxes total assets D = sales total assets 2.2.6 Model Altman Z Score 2.2.6.1 Model Altman Z Score Original 1968 Model prediksi kebangkrutan secara umum dikenal sebagai pengukuran atas kesulitan keuangan. Altman 1968 berpendapat bahwa pengukuran rasio profitabilitas, likuiditas, dan solvency merupakan rasio yang paling signifikan dari beberapa rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, Altman 1968 mengembangkan model prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode Multiple Discriminant Analysis pada lima jenis rasio keuangan yaitu working capital to total assets, retained earning to total assets, earning before interest and taxes to total assets, market value of equity to book value of total debts, dan sales to total assets. Model ini dikenal dengan Altman Z Score. Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan Supardi, 2003:73, formulanya adalah sebagai berikut: Z-Score = 1,2T1 + 1,4T2 + 3,3T3 + 0,6T4 + 0,999T5 Keterangan: T1 = working capital total assets T2 = retained earnings total assets T3 = earnings before interest and taxes total assets Universitas Sumatera Utara T4 = Market Value of Equity to Total Liability T5 = sales total assets Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis. MenurutAltman, terdapat angka-angka cut off nilai z yang dapat menjelaskan apakahperusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada masa mendatang dan ia membaginya ke dalam empat kategori, yaitu: a. Jika nilai Z 1,8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. b. Jika nilai 1,8 Z 2,70maka ada kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan dalam 2 tahun ke depan c. Jika nilai 2,70 Z 2,99 terdapat kondisi di suatu bagian yang membutuhkan perhatian khusus d. Jika nilai Z 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. Tabel 2.1 Titik Cut-Off Model Altman Original Kategori Nilai Sehat jika Z 2,99 Perlu Perhatian Khusus jika Z 2,70 – 2,99 Daerah Rawan Grey area jika Z 1,8 – 2,70 Bangkrut jika Z 1,8 Sumber : Altman 1968 Rasio-rasio yang digunakan dalam model Altman original 1968 adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Working Capital Total Assets T1 Modal kerja yang dimaksud dalam T1 adalah selisih antara aset lancar dengan hutang lancar, sedangkan Total Aset adalah merupakan keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan terdiri dari aset lancar, aset tetap dan aset lain-lain. Rasio T1 pada dasarnya merupakan salah satu rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil rasio tersebut negatif apabila aset lancar lebih kecil dari kewajiban lancar. b. Retained Earnings Total Assets T2 Laba ditahan merupakan jumlah atau bagian dari laba yang tidak dibagikan dalam bentuk dividen selama periode tertentu. Laba ditahan biasanya digunakan untuk perluasan usaha. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. c. Earnings Before Interest and Taxes Total Assets T3 Laba sebelum bunga dan pajak merupakan laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang diperoleh dari laba kotor dikurangi total biaya yang digunakan oleh perusahaan namun belum dikurangi dengan beban bunga dan pajak. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang digunakan. Universitas Sumatera Utara d. Market Value of Equity Book Value of Debt T4 Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban- kewajibandari nilai pasar modal sendiri saham biasa. Nilai pasar ekuitas sendiridiperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar denganhargapasar per lembar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkankewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang. e. Sales Total Assets T5 Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aset berputar dalam 1 periode. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahan untuk menghasilkan pendapatan.

2.2.6.2 Model Altman Z Score Modifikasi 1995

Model yang dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang dilakukan agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan manufaktur yang go public melainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan-perusahaan di sektor swasta private firm Syamsul Hadi dan Atika Anggraeni, 2008. Model tersebut mengalami perubahan pada satu variabel yaitu T4 dimana sebelumnya kapitalisasi pasar dirubah menjadi nilai buku modal. Untuk mengantisipasi kelemahan dari formula asli Altman Z Score, ada beberapa solusi yang ditawarkan. Untuk perusahaan pribadi, kita tidak bisa Universitas Sumatera Utara menghitung market value of equity. Oleh karena itu dilakukan perbaikan formula sebagai berikut: Z-Score = 0,717T1 + 0,847T2 + 3,107T3 + 0,420T4 + 0,998T5 Keterangan: T1 = working capital total assets T2 = retained earnings total assets T3 = earnings before interest and taxes total assets T4 = book value of equity book value of debt T5 = sales total assets a. Working Capital Total Assets T1 Modal kerja yang dimaksud dalam T1 adalah selisih antara aset lancar dengan hutang lancar, sedangkan Total Aset adalah merupakan keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan terdiri dari aset lancar, aset tetap dan aset lain-lain. Rasio T1 pada dasarnya merupakan salah satu rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil rasio tersebut negatif apabila aset lancar lebih kecil dari kewajiban lancar. b. Retained Earnings Total Assets T2 Laba ditahan merupakan jumlah atau bagian dari laba yang tidak dibagikan dalam bentuk dividen selama periode tertentu. Laba ditahan biasanya digunakan untuk perluasan usaha. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin Universitas Sumatera Utara lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. c. Earnings Before Interest and Taxes Total Assets T3 Laba sebelum bunga dan pajak merupakan laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang diperoleh dari laba kotor dikurangi total biaya yang digunakan oleh perusahaan namun belum dikurangi dengan beban bunga dan pajak. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang digunakan. d. Book Value of Equity Book Value of Debt T4 Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai modal dan saham, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri. e. Sales Total Assets T5 Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aset berputar dalam 1 periode. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahan untuk menghasilkan pendapatan. Dari hasil analisa Model Altman, akan diperoleh nilai Z-Score yang dibagi dalam tiga tingkatan atau kategori, yaitu sebagai berikut: a Z-Score 2,90 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan. Universitas Sumatera Utara b 1,23Z-Score 2,90 berada di daerah abu-abu sehingga dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan. c Z-Score 1,23 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan bangkrutnya sangat besar. Tabel 2.2 Titik Cut-Off Model Altman Modifikasi Private Firm Kategori Nilai Sehat jika Z 2,99 Bangkrut jika Z 1,18 Daerah Rawan Grey area jika Z 1,18 – 2,99 Sumber : Altman 1995 Untuk perusahaan non manufaktur, formulanya dimodifikasi untuk menghilangkan bias assets turnover, karena sales to total assets pada perusahaan non manufaktur secara normal jauh lebih besar daripada perusahaan manufaktur sehingga T5 dihilangkan pada formula ini. Formula Z Score untuk non manufaktur adalah: Z-Score = 6,56T1 + 3,26T2 + 6,72T3 + 1,05T4 Keterangan: T1 = working capital total assets T2 = retained earnings total assets T3 = earnings before interest and taxes total assets Universitas Sumatera Utara T4 = book value of equity book value of debt Dari hasil analisa Model Altman, akan diperoleh nilai Z-Score yang dibagi dalam tiga tingkatan atau kategori, yaitu sebagai berikut: a Z-Score 2,60 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan. b 1,1Z-Score 2,60 berada di daerah abu-abu sehingga dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan. c Z-Score 1,1 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan bangkrutnya sangat besar. Tabel 2.3 Titik Cut-Off Model Altman Modifikasi Perusahaan non manufaktur Kategori Nilai Sehat jika Z 2,90 Bangkrut jika Z 1,1 Daerah Rawan Grey area jika Z 1,1 – 2,90 Sumber : Altman 1995 Analisis diskriminan dilakukan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan dua sampai lima tahun sebelum perusahaan tersebut diprediksi bangkrut. Kebangkrutan biasanya dihubungkan dengan kesulitan keuangan. Analisis diskriminan bermanfaat bagi Universitas Sumatera Utara perusahaan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan dan kelanjutan usahanya. Semakin awal suatu perusahaan memperoleh peringatan kebangkrutan, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan dan dapat memberikan gambaran dan harapan yang mantap terhadap nilai masa depan perusahaan tersebut. Menurut BAPEPAM 2005, kelebihan dari hasil Z-Score antara lain: a Menggabungkan berbagai resiko keuangan secara bersama-sama. b Menyediakan koefisien yang sesuai untuk mengkombinasikan variabel-variabel independen. c Mudah dalam penerapan. Sedangkan kelemahan dari hasil Z-Score antara lain: a Nilai Z-Score bisa direkayasa atau dibiaskan melalui prinsip akuntansi yang salah atau rekayasa keuangan lainnya. b Formula Z-Score kurang tepat untuk perusahaan baru yang labanya masih rendah atau bahkan masih merugi. Nilai Z-Score biasanya akan rendah. c Perhitungan Z-Score secara triwulan pada suatu perusahaan dapat memberikan hasil yang tidak konsisten jika perusahaan tersebut mempunyai kebijakan untuk menghapus piutang diakhir tahun secara sekaligus. Universitas Sumatera Utara

2.3 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

9 104 86

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE (Studi Kasus Pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2013)

1 19 20

Prediksi Gejala Kebangkrutan dengan Analisa Model Altman Z-Score pada Restaurant, Hotel dan Tourism yang Terdaftar Di BEI pada Tahun 2010 – 2012

2 20 92

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE Analisis Prediksi Kebangkrutan Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score Pada Pt. Indofood Sukses Makmur, Tbk (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2012-2015)

3 12 17

Cover Prediksi Gejala Kebangkrutan dengan Analisa Model Altman ZScore pada Restaurant, Hotel dan Tourism yang Terdaftar Di BEI pada Tahun 2010 – 2012

0 0 11

Abstract Prediksi Gejala Kebangkrutan dengan Analisa Model Altman ZScore pada Restaurant, Hotel dan Tourism yang Terdaftar Di BEI pada Tahun 2010 – 2012

0 2 2

Chapter I Prediksi Gejala Kebangkrutan dengan Analisa Model Altman ZScore pada Restaurant, Hotel dan Tourism yang Terdaftar Di BEI pada Tahun 2010 – 2012

0 0 8

Chapter II Prediksi Gejala Kebangkrutan dengan Analisa Model Altman ZScore pada Restaurant, Hotel dan Tourism yang Terdaftar Di BEI pada Tahun 2010 – 2012

0 0 22

Reference Prediksi Gejala Kebangkrutan dengan Analisa Model Altman ZScore pada Restaurant, Hotel dan Tourism yang Terdaftar Di BEI pada Tahun 2010 – 2012

0 0 1

Appendix Prediksi Gejala Kebangkrutan dengan Analisa Model Altman ZScore pada Restaurant, Hotel dan Tourism yang Terdaftar Di BEI pada Tahun 2010 – 2012

0 0 21