a. Jika kata kata suatu perjanjian dapat diberikan berbagai macam penafsiran
maka haruslah diselidiki maksud kedua belah pihak yang membuat perjanjian tersebut, dari pada memegang teguh arti kata-kata menurut
huruf.
b. Jika suatu perjanjian berisikan dua macam pengertian, maka harus dipilih
pengertian yang sedemikian rupa yang memungkinkan janji tersebut dapat dilaksanakan, dari pada memberikan pengertian yang tidak memungkinkan
suatu perjanjian dilaksanakan.
c. Jika kata-kata dapat memberikan dua macam pengertian, maka harus
dipilih pengertian yang paling selaras dengan sifat perjanjian. d.
Apa yang meragukan harus ditafsirkan menurut apa yang menjadi kebiasaan di negeri atau dimana tempat perjanjian dilaksanakan.
e. Semua janji diartikan dalam hubungan satu sama lain, tiap janji harus
ditafsirkan dalam rangka perjanjian keseluruhannya. f.
Jika ada keragu-raguan, maka suatu perjanjian harus ditafsirkan atas kerugian orang yang telah dimintakan perjanjian sesuatu hal dan untuk
kepentingan keuntungan orang yang telah mengikatkan dirinya untuk itu.
64
Dengan adanya perjanjian baku dalam kontrak penyambungan arus listrik pada PT. Persero PLN, maka pelanggan dengan sendirinya telah berada dalam
keadaan wanprestasi, apabila pelanggan tidak mentaati segala ketentuan yang tercantum di dalam perjanjian tersebut maupun melewati batas waktu yang telah
ditetapkan dalam perjanjian.
D. Berakhirnya Perjanjian Berlangganan Listrik
Berakhirnya perjanjian menurut ketentuan Pasal 1381 KUH.Perdata yaitu:
65
1. Pembayaran
Pertama sekali harus disadari, sesuai dengan maksud undang-undang, pengertian pembayaran dalam hal ini harus dipahami secara luas tak boleh
diartikan dalam ruang lingkup yang sempit, seperti yang selalu diartikan oleh orang hanya terbatas pada masalah yang berkaitan dengan pelunasan hutang
64
Munir Fuadi III, Op.Cit, hal.52.
65
Mariam Darus Badrulzaman, KUH.Perdata Hukum Perikatan Dengan Penjelasannya, Alumni, Bandung, 2003, hal.31.
Universitas Sumatera Utara
semata-mata. Mengartikan pembayaran hanya terbatas pada pelunasan hutang semata-mata tidaklah selamanya benar. Karena ditinjau dari segi yuridis
teknis, tidak selamanya mesti berbentuk sejumlah uang atau barang tertentu bisa saja dengan pemenuhan jasa. Atau pembayaran dengan bentuk tak
berwujud atau dengan immaterial. Pembayaran prestasi dapat dilaksanakan dengan melakukan suatu prestasi.
Namun demikian masalah pembayaran ini salah satu alasan atau syarat untuk timbulnya kewajiban melakukan pembayaran, disebabkan adanya
perjanjian yang mana hal ini harus didahului oleh tindakan hukum yang menimbulkan hubungan hukum, misalnya hubungan hukum perjanjian jual
beli. Itulah sebabnya pembayaran tanpa hutang adalah merupakan sesuatu
yang tidak dapat dipikirkan alasannya atau tidak beralasan sama sekali. Kecuali hal itu berupa sedekah, sumbangan sukarela atau karena dorongan
moral. Karena secara yuridis, setiap pembayaran didahului dengan penetapan hutang.
Maka pembayaran hutang pada dasarnya adalah perwujudan dari hutang prestasi. Dengan pembayaran prestasi perjanjian hapus dengan
sendirinya. 2.
Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan. Cara ini biasanya dilakukan jika kreditur menolak menerima pembayaran. Ini
dimaksudkan untuk menolong atau melindungi debitur yang ingin membayar tetapi kreditur tidak mau menerimanya.
Universitas Sumatera Utara
3. Pembaharuan hutang.
Pembaharuan hutang berarti terjadi suatu perjanjian baru dengan maksud untuk menggantikan atau menghapus perjanjian lama.
4. Perjumpaan hutang atau kompensasi.
Perjumpaan hutang atau kompensasi adalah merupakan cara menghapuskan hutang dengan memperhitungkan utang piutang masing-masing pihak
sehingga salah satu perikatan menjadi hapus. 5.
Percampuran hutang Percampuran hutang terjadi jika kedudukan kreditur dan debitur menjadi satu,
maka terjadilan secara otomatis percampuran hutang, misalnya : a.
“Bila debitur menjadi ahli waris tunggal dari kreditur b.
Bila seorang wanita juga seorang debitur kemudian menikah kawin dengan kreditur dalam suatu percampuran hutang”.
66
6. Pembebasan hutang
Pembebasan hutang ini adalah merupakan tindakan kreditur membebaskan kewajiban debitur memenuhi pelaksanaan perjanjian.
Masalah ini pada masa sekarang sungguh sangat sulit, hal ni adalah disebabkan karena ketatnya persaingan ekonomi pada masa sekarang, namun
demikian bila kreditur menyatakan bahwa debitur telah dibebaskan dari seluruh kewajiban pembayaran hutang uang maka hapuslah hutang dari pada
debitur. Dengan demikian yang sangat dibutuhkan dalam pembebasan hutang
ini ialah adanya kehendak kreditur membebaskan kewajiban debitur untuk melaksanakan pemenuhan perjanjian serta sekaligus menggugurkan
66
Abdulkadir Muhammad., Op.Cit, hal.144.
Universitas Sumatera Utara
perjanjian itu sendiri. Jadi pembebasan hutang sebagai tindakan hukum tidak lain dari pernyataan kehendak yang sepihak yaitu tindakan hukum sepihak
yang timbul atau datang dari pernyataan kehendak dari kreditur. Akan tetapi walaupun pembebasan hutang dikategorikan sebagai
tindakan hukum sepihak tentu tidak melarang kemungkinan terjadinya pembebasan hutang berdasarkan tindakan hukum kedua belah pihak. Malahan
ditinjau dari segi teoretis hakekat pembebasan hutang terjadi adanya tindakan hukum atas kehendak kedua belah pihak. Umpamanya kreditur atas kehendak
sendiri menyataan pembebasan hutang debitur. Dapat dilihat atas pembebasan yang dinyatakan kreditur tadi tentu sekurang-kurangnya diperlukan juga
pernyataan penerimaan pembebasan dari pihak debitur. Dengan adanya penerimaan yang menyetujui pembebasan hutang dari pihak debitur jelas
nampak adanya tindakan hukum kedua belah pihak, yang satu kreditur menyatakan kehendak pembebasan dan debitur dinyatakan persetujuan
menerima pembebasan, tidak mungkin pernyataan pembebasan bisa terlaksana tanpa persetujuan debitur, sekurang-kurangnya dibutuhkan
penerimaan debitur. 7.
Musnahnya barang yang terhutang. Jika barang yang menjadi objek suatu perjanjian musnah, maka perjanjian itu
menjadi hapus asal musnahnya barang itu bukan karena kesalahan si berhutang dan dalam hal ini debitur harus membuktikannya.
8. Kebatalan atau pembatalan
Dikatakan suatu perjanjian batal demi hukum jika perjanjian itu tidak memenuhi syarat objektif. Sedangkan terjadinya suatu pembatalan jika
Universitas Sumatera Utara
perjanjian tidak memenuhi syarat subjektif, misalnya seorang anak yang belum dewasa mengadakan perjanjian jual beli dengan orang dewasa, maka
perjanjian itu dapat dibatalkan oleh orang tuanya dengan alasan karena anaknya belum dewasa.
9. Berlakunya suatu syarat batal.
Syarat batal adalah suatu syarat yang jika tidak dipenuhi, maka perjanjian itu menjadi batal atau perjanjian itu tidak pernah ada. Ini biasanya digantungkan
pada suatu peristiwa yang terjadinya tidak tentu. Misalnya saya akan memberikan suatu sepeda motor kepadamu jika kamu lulus menjadi sarjana.
Berlakunya syarat batal yang merupakan salah satu cara untuk menghapuskan suatu perjanjian dapat diberlakukan pada perjanjian bersyarat.
10. Lewat waktu daluwarsa.
Daluwarsa adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang
ditentukan oleh undang-undang. Khusus untuk perjanjian
berlangganan listrik dalam ketentuan berlangganan listrik ditentukan:
67
1. Perjanjian ini dapat berakhir karena:
a. Kesepakatan para pihak.
b. Terjadi pelangggaran terhadap perjanjian ini.
c. Adanya peraturan perundang-undangan atau putusan pengadilan yang
berakibat terjadi pengakhiran perjanjian ini. 2.
Apabila terjadi pengakhiran perjanjian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf a, maka pihak kedua tetap berkewajiban melunasi
67
Formulir Perjanjian Ketentuan Berlangganan Listrik antara PT. PLN Persero dengan Pelanggan.
Universitas Sumatera Utara
selisih seluruh tagihan listrik yang terhutang berikut biaya keterlambatan setelah diperhitungkan dengan uang jaminan pelanggan yang ada.
3. Apabila salah satu pihak melakukan pengakhiran perjanjian, para pihak
sepakat untuk tidak memberlakukan ketentuan Pasal 1266 dan1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Pasal 1266 KUHPerdata: Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan-persetujuan timbale balik, manakala salah satu pihak tidak
memenuhi kewajibannya. Dalam hal yang demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim.
Pasal 1267 KUHPerdata: Pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa
pihak yang lain untuk memenuhi perjanjian, ataukah ia akan menuntut pembatalan perjanjian disertai penggantian biaya kerugian dan bunga.
Universitas Sumatera Utara
56
BAB IV PERBUATAN MELAWAN HUKUM HUKUM AKIBAT MERUSAK