e. Menghukum Termohon Keberatan untuk membayar tagihan susulan sebesar
Rp 2.280.415,- dua juta dua ratus delapan puluh ribu empat ratus lima belas rupiah.
f. Menghukum Termohon KasasiTermohon Keberatan untuk membayar biaya
perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp 500.000,- lima ratus ribu rupiah.
B. Analisis Kasus. 1. Pertimbangan Hukum Hakim Terhadap Gugatan Perbuatan
Melawan Hukum Akibat Merusak Segel Meteran Milik PT. PLN Berdasarkan kasus tersebut di atas, maka menurut Pasal 25 ayat 1 huruf b
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 menyatakan:
Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum dalam menyediakan tenaga listrik
berhak untuk: mengambil tindakan atas pelanggaran perjanjian penyambungan listrik oleh konsumen. Dalam kasus tersebut konsumen telah merekayasa KwH
meter dan hal tersebut merupakan suatu perbuatan melawan hukum. Berdasarkan temuan tersebut di atas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut: a.
Bahwa untuk membatasi daya dan untuk mengukur energi listrik di tempat Termohon Keberatan, Pemohon Keberatan menggunakan APP yaitu alat
pengukur dan pembatas, alat pengukur adalah alat milik PLN untuk mengukur daya dan energi listrik yang dipakai pelanggan sedangkan alat pembatas
adalah alat milik PLN untuk membatasi daya yang dipakai pelanggan. Dengan diketemukannya perubahan-perubahan, kelainan atau kerusakan pada APP
Universitas Sumatera Utara
milik Pemohon Keberatan yang mengakibatkan piringan KwH tidak berputar jelas menunjukkan adanya itikad tidak baik dari Termohon Keberatan
terhadap KwH meter, karena fungsi KwH meter tersebut adalah untuk mengukur pemakaian tenaga listrik yang telah dipakai oleh Termohon
Keberatan. b.
Bahwa berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan tersebut di atas jelas terbukti terdapat pelanggaran di tempat Termohon Keberatan di mana segel bawah
tutup terminal, segel kiri dan kanan MCB dalam keadaan rusak, dan baut klem tegangan sebelah kiri kendor, yang mengakibatkan kadang-kadang piringan
KwH tidak berputar. Dengan terkadang tidak berputarnya piringan KwH, pemakaian Termohon
Keberatan sebagian tidak tercatat, sehingga dengan sebagian tidak terca tatnya pemakaian Termohon Keberatan di alat pengukur Pemohon Keberatan, jelas
Pemohon Keberatan dirugikan, karena aliran listrik yang telah Termohon Keberatan pakai, sebagian tidak tercatat pada alat pengukur, sehingga dengan
tidak tercatatnya sebagian pemakaian listrik yang Termohon Keberatan pakai berarti hanya sebagian aliran listrik yang Pemohon Keberatan salurkan yang
Termohon Keberatan bayar. Dengan demikian terbukti bahwa temuan di tempat Termohon Keberatan tersebut adalah untuk mempengaruhi pengukuran KwH
meter, sehingga aliran listrik yang dipakai oleh Termohon Keberatan sebagian tidak tercatat.
Temuan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada butir 3 tersebut di atas berdasarkan:
Universitas Sumatera Utara
a. Pasal 11 ayat 1 Keputusan Direksi PT PLN Persero Nomor
68.K010DIR2000 adalah pelanggaran golongan C, yaitu pelanggaran yang mempengaruhi pemakaian energy.
b. Pasal 11 ayat 2 huruf a Keputusan Direksi PT PLN Persero Nomor
68.K010DIR2000 adalah termasuk pelanggaran golongan C, karena temuan tersebut adalah:
1 Segel bawah tutup terminal dalam keadaan rusak.
2 Segel kiri dan kanan MCB dalam keadaan rusak.
3 Baut klem tegangan kendor yang sebelah kiri, pada saat diperiksa dibebani
dan piringan KwH kadang tidak berputar. Bahwa temuan tersebut mengakibatkan piringan KwH yang fungsinya
untuk mengukur pemakaian energi listrik Termohon kadang tidak berputar, sehingga hanya sebagian aliran listrik yang dipakai oleh Termohon
terukurtercatat di alat pengukur Pemohon yaitu KwH meter. Dengan demikian terbukti bahwa temuan di tempat Termohon Keberatan tersebut dikategorikan
golongan C. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas terbukti dalam pemeriksaan
instalasi listrik milik Pemohon Keberatan yang ada di tempat Termohon Keberatan ditemukan adanya kelalaiankerusakanpelanggaran sebagaimana
dimaksud pada butir D angka 2 di atas, maka temuan tersebut merupakan tanggung jawab Termohon Keberatan. Hal tersebut didasarkan pada peraturan
perundangan yang berlaku yaitu: a.
Pasal 13 ayat 5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Nomor 024-PRT-1978 menyatakan: Pasal 13 ayat 5: Pemakai listrik wajib
Universitas Sumatera Utara
menjaga dan memelihara agar alat instalasi yang terpasang di rumah yang didiami atau bangunannya, selalu berada dalam keadaan baik dan wajib
menjaga keamanan sambungan rumah milik perusahaan. b.
Pasal 26 ayat 3 dan 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik menyatakan masyarakat yang telah mendapat tenaga listrik mempunyai kewajiban menjaga
dan memelihara keamanan instalasi ketenaga listrikan. Pasal 26 ayat 4: Masyarakat yang telah mendapat tenaga listrik bertanggung
jawab karena kesalahannya mengakibatkan kerugian bagi Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan atau Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk
Kepentingan Umum. c.
Pasal 5 ayat 1 huruf b dan c Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Republik Indonesia Nomor 02.P451M.PE1991 tentang Hubungan
Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenegalistrikan untuk Kepentingan Umum dengan Masyarakat. Pasal 5 ayat
1 huruf b dan c: Kewajiban Pelanggan adalah: 1
menjaga dan memelihara keamanan instalasi pelanggan. 2
menjaga keamanan Alat Pembatas dan atau Alat Pengukur Pengusaha yang terpasang pada bangunan atau persil pelanggan.
Berdasarkan hal tersebut di atas jelas dan tegas dinyatakan bahwa temuan tersebut adalah tanggung jawab Termohon Keberatan karenanya Termohon
Keberatan wajib menjaga dan memelihara alat instalasi yang terpasang di tempat Termohon Keberatan.
Universitas Sumatera Utara
2. Akibat Hukumnya Jika Terjadi Perbuatan Melawan Hukum Akibat Merusak Segel Meteran Milik PT. PLN.
Dalam kontrak penyambungan arus listrik yang dilaksanakan oleh pihak PT. Persero PLN dengan pelanggan, bentuk wanprestasinya lebih dikhususkan
lagi dengan adanya Keputusan Direksi PT. Persero PLN Nomor 68 K010DIR2008 Tentang Tagihan susulan pemakaian tenaga listrik secara tidak
sah. Di dalam Surat Edaran ini telah ditentukan secara khusus mengenai bentuk wanprestasi yang dapat terjadi yang dilakukan oleh pihak pelanggan. Bentuk
wanprestasi yang dapat terjadi menurut Surat Edaran PLN Pusat apabila pihak pelanggan telah melakukan beberapa pelanggaran, yang secara detail dapat
dikemukakan sebagaiberkut : 1.
Golongan A : Mempengaruhi Pemakaian Daya yang tersedia menurut kontrak, sedangkan pemakaian KwH tetap terukur dengan baik.
Pelanggaran tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : a.
Menyambung terus aliran listrik yang mempergunakan kekuatan daya yang lebih besar dari daya tersedia tanpa seizin dari PT. Persero PLN.
b. Mempengaruhi sistem kerja sekering utama arus listrik.
c. Pembatas arus listrik.
d. Otomat.
2. Golongan B : Mempengaruhi Pemakaian KwH.
Pelanggaran yang bersangkutan dalam hal ini berusaha agar pemakaian menurut KwH tetap dibatasi pengukurannya, dengan baik oleh pihak PT.
Persero PLN Persero disetiap wilayah kerja PT. Persero PLN. Pelanggarannya antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
cara yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Menyambung terusmempengaruhi pesawat pengukur.
b. Menghentikanmempengaruhi bekerjanya lonceng, sehingga pemakaian
KwH di dalam WBP Waktu Beban Puncak, tidak terukur dengan baik Pemakai dengan pesawat pengukur tarif ganda.
3. Golongan C : Mempengaruhi Pemakaian Daya dan Pemakaian KwH Listrik.
Pelanggaran yang bersangkutan dalam hal ini berusaha untuk dapat menggunakan daya yang lebih besar dari pada daya yang tersedia menurut
kontrak dan supaya setiap pemakaian KwH tidak terukur dengan baik. Pelanggarannya antara lain dapat dilakukan denghan menggunakan beberapa
cara yaitu : a.
Menyambung terusmempengaruhinya bekerjanya sekering utama. b.
Mempengaruhi bekerjanya pesawat pengukur lonceng. c.
Mempengaruhi bekerjanya pembatas arus listrik. d.
Mengambil tenaga listrik dari saluran dalam langsung ke instalasi pelanggar.
e. Mempengaruhi sistem otomat atau menghentikannya.
f. Menukar fasa dan nol pada sambungan 1 satu fasa yang disambungkan
dengan tanah ataupun menghubungkannya dengan tanah pada sambungan 3 tiga fasa.
4. Golongan D dengan : Memakai tenaga listrik di dalam WBH waktu Beban
Puncak tanpa izin tau melampaui izin yang dib erikan oleh Pihak PT. PLN. 5.
Golongan E : Mempengaruhimemutuskan segel dengantanpa mempengaruhi baik pemakaian daya telah disediakan oleh PT. Persero PLN maupun
pemakaian KwH.
Universitas Sumatera Utara
6. Golongan F. : Tidak menaati pengumumanketentuan PT. Persero PLN dan
atau pengumuman wajib dalam rangka pengamanan kelangsungan penyediaan tenaga listrik oleh pihak PT. Persero PLN.
7. Golongan G : Memakai tenaga listrik yang tidak ditentukan pada siang hari
oleh pemakai dengan tarif pembatas Abonemen. Dengan demikian, SE Nomor 68 K010DIR2008 tentang tagihan susulan
terhadap pemakaian tenaga listrik secara tidak sah, telah tegas menentukan bahwa seorang pelanggan telah melakukan sesuatu hal yang menyebabkan dirinya dalam
keadaan wanprestasi, sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan olehnya. Apabila pihak PT. Persero PLN menyatakan pihak pelanggan telah
dalam keadaan wanprestasi, karena tidak memenuhi prestasi yang telah ditetapkan dan atau lewat batas waktu yang telah ditentukan dalam kontrak
penyambungan arus listrik. Pernyataan tersebut dapat juga didahului oleh adanya suatu teguran yang dilakukan oleh pihak PT. Persero PLN.
68
Suatu peringatan atau tegoran boleh dilakukan secara lisan, asal cukup tegas menyatakan desakan kepada pihak pelanggan supaya memenuhi prestasinya
dewasa ini dilakukan dengan secara tertulis. Begitu pula terhadap peringatan dan tegoran yang telah diberikan oleh pihak PT. Persero PLN kepada pihak
pelanggan biasanya dilakukan secara tertulis dengan surat tercatat. Apabila pelanggan sudah diperingatkan atau sudah dengan tegas ditagih
janjinya untuk memenuhi prestasinya, maka jika ia tetap berada dalam keadaan lalai atau alpa untuk memenuhi prestasinya terhadap pihak PT. Persero PLN,
maka pihak pelanggan sudah dapat dinyatakan wanprestasi atas pelanggaran yang dilakukannya.
Selain pelanggan, pihak PT. Persero PLN dapat juga dinyatakan lalai atau wanprestasi apabila ia tidak memenuhi prestasi atau pun
kewajibannya yang telah ditetapkan dalam kontrak penyambungan arus
68
Formulir Perjanjian Ketentuan Berlangganan Listrik antara PT. PLN Persero dengan Pelanggan.
Universitas Sumatera Utara
listrik. Bentuk wanprestasi dari pihak PT. Persero PLN dapat berupa tidak menyediakan daya listrik yang dimintakan oleh pihak pelanggan.
69
Di dalam pergaulan masyarakat sering dilakukan perbuatan perbuatan hukum oleh para subjek hukum. Manusia sebagai subjek hukum sering
mengadakan hubungan hukum dengan subjek hukum lainnya. Salah satu kebutuhan tersebut adalah mengenai pemakaian arus listrik, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan tersebut para subjek hukum haruslah mengadakan hubungan dengan pihak PT. Persero PLN dengan merealisasikannya dengan bentuk suatu
kontrak penyambungan arus listrik. Dalam hubungan hukum ini sering terjadi salah satu pihak atau pihak
pelanggan melakukan wanprestasi, yang merugikan pihak PT. Persero PLN. Akibat wanprestasi tersebut pihak PT. Persero PLN dapat melakukan atau
meminta ganti rugi. Ganti rugi disini tidaklah sama dengan ganti rugi yang diatur dalan KUHPerdata, karena secara khusus bentuk ganti rugi atas wanprestasinya
konsumen telah ditetapkan dalam Keputusan Direksi PT. Persero PLN Nomor 68 K010DIR2000 yang menetapkan bahwa bentuk ganti rugi tersebut berupa
tagihan susulan. Tagihan susulan yang dibebankan oleh pihak PT. Persero PLN terhadap
para pelanggan adalah tidak sama. Hal ini dengan bentuk atau golongan pelanggaran yang dilakukan oleh pihak konsumen.Bertambah besar
pelanggaran yang dilakukan oleh konsumen maka semakin besar pula tagihan susulan yang ditetapkan pihak PT. Persero PLN.
37
Besarnya daya yang diperhitungkan dan penghitungan besar tagihan susulan menurut macamnya pelanggaran dalam golongan masing-masing
ditetapkan sebagai berikut : 1.
Golongan A : Mempengaruhi pemakaian daya.
69
Ibid
37
Ibid
Universitas Sumatera Utara
a. Daya diperhitungkan sesuai dengan daya yang kedapatan.
b. Besarnya tagihan susulan adalah 6 kali bea beban dari daya kedapatan.
c. Bea beban tersebut dihitung menurut tarif yang berlaku bagi pelanggar
yang bersangkutan. d.
Di samping itu dilakukan pula : 1
Daya penyambungan kembali sesuai dengan ketentuan tarif dasar yang berlaku.
2 Biaya lain-lain yang diperhitungkan berdasarkan biaya penggunaan
perbaikan yang timbul akibat pelanggaran. 2.
Golongan B : Mempengaruhi Pemakaian KwH. a.
Tidak ada perhitungan daya. b.
Terhadap pelanggan ini diperhitungkan : 1
Bea pemakaian. 2
Biaya lain-lain. c.
Untuk perhitungan besar pemakaian KwH ditetapkan angka 720 Tujuh ratus dua puluh jam pemakaian dari daya tarifkontrak yang tersedia bagi
pelanggar yang bersangkutan. d.
Harga KwH adalah harga menurut tarif khusus Tarif Dasar harga listrik yang berlaku, tarif F.
e. Tunggakan adalah sesuai dengan ketentuan tarif dasar listrik yang berlaku.
f. Disamping itu diperhitungkan pula biaya penyambungan sesuai dengan
ketentuan tarif dasar yang berlaku. 3.
Golongan C : Mempengaruhi pemakaian daya dan pemakaian KwH. a.
Daya diperhitungkan sesuai dengan daya yang kedapatan. b.
Terhadap pelanggaran ini diperhitungkan :
Universitas Sumatera Utara
1 Bea beban.
2 Bea pemakaian.
3 Bea laian-lain yang ditetapkan oleh pihak PLN.
c. Bea beban diperhitungkan 6 enam kali bea beban dari daya kedapatan.
d. Bea beban diperhitungkan menurut tarif yang berlaku bagi pelanggar yang
bersangkutan menurut kontrak yang disetujui. e.
Untuk penghitungan pemakaian besarnya KwH ditetapkan 720 tujuh ratus dua puluh jam pemakaian dari biaya yang ditetapkan.f. Harga KwH
adalah sesuai dengan tarif khusus tarif dasar listrik yang berlaku, tarif f. f.
Tunggakan adalah sesuai dengan ketentuan tarif dasar listrik yang berlaku. g.
Biaya lain-lain diperhitungkan berdasakan biaya penggunaaan. h.
Disamping itu diperhitungkan pula biaya penyambungan kembali dengan perhitungan tarif dasar listrik yang berlaku.
4. Golongan D dengan : Memakai tenaga listrik di dalam WBP waktu bebam
puncak tanpa izin atau melampaui izin yang diberikan oleh PT. Persero PLN.
Terhadap pelanggaran ini tidak ditetapkan tagihan susulan, melainkan berlaku ketentuan seperti dimaksudkan di dalam Surat Edaran No.42PST74, Bab III
ayat 2 tentang sanksi-sanksi terhadap pemakaian yang melanggar ketentuan WBP dapat berupa :
a. Surat Peringatan.
b. Memindahkan pemakai yang bersangkutan ke golongan tarif usaha, jika
keadaan penyediaan listrik dan atau keadaan saluran memungkinkan. c.
Pemutusan sementara. d.
Pemutusan tetap yaitu pencabutan sambungan antara lain terhadap pelanggar yang berulang kali melakukan pelanggaran.
Universitas Sumatera Utara
Catatan : Segala biaya yang berhubungan dengan sanksi-sanksi tersebut, menjadi tanggung jawab pihak pelanggar antara lain biaya penyambungan
kembali, biaya pemindahan golongan tarif dan lain-lain. 5.
Golongan E : Memutuskan segel dengan atau tanpa mempengaruhi baik penggunaan daya maupun penggunaan KwH.
Terhadap pelanggaran ini dapat diperhitungkan : a.
Biaya penyegelan kembali. b.
Sejumlah uang tagihan susulan yang dihitung berdasarkan kemungkinan adanya pemakaian lebih, baik daya maupun KwH, secara perhitungannya
diatur masing-masing PLN distribusi atau eksploitasi. 6.
Golongan F dan G. Terhadap pelanggaran ini tidak diperhitungkan daya dari tagihan susulan,
melainkan kepada pelanggar disampaikan surat peringatan dan apabila surat peringatan
tidak atau
kurang diindahkan,
maka padanya
dapat dipertimbangkan pemutusan sementara.
Daya kedapatan adalah jumlah daya dari permeter listrik lampu pijar dan pelepasan gas serta alat-alat listrik lainnya yang terpasang maupun yang dilihat
dari letak dan keadaannya dapat dianggap akan atau sudah dipakai, yang kedapatan ditempat pelanggaran pada waktu diadakan pemeriksaan dan
kesemuanya dijadikan dan atau dijalankan dan atau dinyalakan hingga aliran listrik terputus dengan cara sebagai berikut :
a. Regu pemeriksaan PT. Persero PLN dengan disaksikan oleh pelanggan
atau wakilnya menjalankan atau menyalakan secara bertahap dimulai dari yang memakai daya terbesar semua motor listrik, alat-alat listrik serta lampu
pijar dan atau pelepasan gas yang terpasang sehingga aliran listrik terputus.
Universitas Sumatera Utara
b. Jika sesudah motor listrik, alat-alat listrik dan lampu pijar juga belum
terputus, maka dilanjutkan dengan cara bertahap menjalankan atau menyalakan semua motor listrik, alat-alat listrik, dan lampu pijar yang
kedapatan tidak terpasang ditempat pelanggaran yang dilihat dari dekat dan keadaannya dapat diduga akan atau sudah dipakai.
c. Jika semua motor listrik, alat-alat listrik serta lampu pijar dan atau pelepasan
gas baik yang terpasang maupun yang tidak terpasang sudah dijalankan atau dinyalakan dan aliran listrik belum terputus juga, maka jumlah daya dari
semua motor, alat-alat listrik dan lampu pijar serta pelepasan gas, baik yang terpasang maupun tidak terpasang dianggap sebagai daya kedapatan oleh PT.
Persero PLN. d.
Dalam hal pelanggaran tersebut dilakukan oleh bukan pelanggan, maka daya yang kedapatan adalah jumlah dari semua motor listrik, alat-alat listrik dan
lampu pijar atau pelepasan gas baik yang terpasang maupun yang tidak terpasang, yang kedapatan di rumah atau ditempat pelanggaran yang dilihat
dari keadaan maupun letaknya dapat dianggap akan atau sudah dipakai. Dengan demikian dari segi Keputusan Direksi PT. PLN Nomor 68
K010DIR2008, apabila pelanggan melakukan pelanggaran pemakaian arus listrik dengan melakukan pelanggaran-pelanggaran yang ditetapkan oleh PT.
Persero PLN dalam pemakaian arus listrk menurut golongan pelanggarannya seperti diuraikan di atas akan timbul akibat hukum tertentu, yakni dalam hal ini
pihak PT. Persero PLN berhak atas : 1.
Melakukan pemutusan sambungan aliran listrik yang bersangkutan seketika itu juga.
2. Menuntut ganti rugi berupa tagihan susulan sesuai dengan golongan
pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggaran atau atas pemakaian tenaga listrik tersebut ditambah dengan biaya lainnya biaya
Universitas Sumatera Utara
penggantian, biaya perbaikan akibat kerusakan yang timbul, karena adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggar.
70
Besarnya tagihan susulan ditetapkan menurut macam pelanggaran yang dilakukan. Penyambungan kembali akan dilakukan jika tagihan susulan tersebut
telah dilunasi. Pelanggar sehubungan tindakan pelanggaran pemakaian tenaga listrik dapat diklasifikasikan atas dua :
a. Si pelanggar yang berkedudukan sebagai pelanggan PT. Persero PLN.
b. Sipelanggar yang berkedudukan bukan sebagai pelanggan pada PT. PLN.
Jika pelanggar adalah pelanggan pada PT. Persero PLN, maka apabila ia telah memenuhi kewajibannya yaitu ganti rugi berupa tagihan susulan
maka pihak PT. Persero PLN akan menyambungkan kembali aliran listrik yang terputus sementara tersebut. Sebaliknya jika si pelanggar
bukanlah pelanggan pada PT. Persero PLN, maka PT. Persero PLN tidak akan melakukan penyambungan kembali arus listrik yang telah
terputus tersebut. Untuk mendapatkan kembali sambungan arus listrik yang terputus, si pelanggar harus mengajukan permohonan izin
penyambungan arus listrik baru kepada PT. Persero PLN.
71
Jika dikaitkan dengan ketentuan KUH Perdata, maka tindakan yang dilakukan oleh pelanggan merupakan suatu perbuatan yang melanggar hukum,
tindakan tersebut membawa akibat kerugian bagi pihak PT. PLN. Oleh karenanya pihak PT. PLN berhak menuntut ganti rugi kepada pelanggar tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa pada dasarnya Keputusan Direksi PT. PLN Nomor 68 K010DIR2000 mengatur hal ganti rugi
yang diakibatkan oleh suatu perbuatan melawan hukum dengan melakukan pencurian arus listrik. Adapun Keputusan Direksi PT. PLN Nomor 68
K010DIR2000 mengatur secara khusus mengenai ganti rugi akibat pemakaian arus listrik yang melawan hukum. Dalam hal ini Keputusan Direksi PT. PLN
Nomor 68 K010DIR2000 merupakan Lex specialis sehingga dapat
70
Ibid
71
Ibid
Universitas Sumatera Utara
mengenyampingkan ketentuan umum yang berlaku di dalam KUH.Perdata yang mengatur perihal ganti rugi khususnya pada Pasal 1365 KUH.Perdata.
Ketentuan mengenai wanprestasi pihak konsumen yang melanggar pemakaian arus listrik belum diatur tentang ganti rugi secara khusus dalam
peraturan PT. Persero PLN, maka berlaku ketentuan yang diatur dalam KUH.Perdata. Jelaslah bahwa dengan diadakannya kontrak pemakaian arus listrik
antara pihak PT. Persero PLN dengan pelanggan maka akan timbul hak-hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak, antara lain pihak PT. Persero PLN
wajib menyediakan tenaga listrik pada pelanggan dan sebaliknya pelanggan berhak untuk mendapatkan atau mempergunakan arus listrik yang dimaksud
sesuai dengan kebutuhannya.
3. Penyelesaian Hukum Akibat Perbuatan Melawan Hukum Akibat Merusak Segel Meteran Milik PT. PLN.
Dalam realita kontrak atau perjanjian yang telah disepakati bersama tersebut sering disalah gunakan oleh pihak pelanggan. Artinya pihak pelanggan sering
melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam pemakaian arus listrik. Pelanggaran pemakaian arus listrik pihak pelanggan tentunya dapat
menimbulkan kerugian bagi pihak PT. Persero PLN. Untuk menghindari terjadinya kerugian tersebut, maka pihak PT. Persero PLN dapat mengupayakan
suatu hal bagi penyelesaian pelanggaran pemakaian arus listrik yang dilakukan oleh pelanggan.
Bila salah satu dari pelanggan arus listrik pada PT. Persero PLN pada saat mengajukan permohonan penyambungan atau pemasangan daya arus listrik
memohon daya sebesar 1000 KwH. Atas dasar permohonan tersebut maka pihak
Universitas Sumatera Utara
PT. Persero PLN akan mengabulkan permohonan tersebut, sekaligus menyambungkan daya sebesar 1000 KwH kepada pihak pelanggan yang
mengajukan permohonan daya tersebut. Jika pada saat dilakukan operasi pemeriksaan aliran listrik sebagai upaya
untuk mencari pelanggar pemakai arus listrik oleh Team OPAL Team Operasi Penertiban Aliran Listrik. Bila terbukti pelanggan menggunakan daya listrik tidak
sebagaimana disepakati menurut kontrak yang diadakan yaitu daya yang kedapatan ternyata lebih besar dari daya yang terpasang semula, maka
pelanggaran telah melakukan perbuatannya yang melanggar ketentuan kontrak perjanjian serta di dalam Surat Keputusan Direksi PT. Persero PLN Nomor 68
K010DIR2000 tentang pemakaian tenaga listrik secara tidak sah. Atas pelanggaran yang dilakukan oleh pihak pelanggan, pihak PT. Persero
PLN melalui Team OPAL Team Operasi Penertiban Aliran Listrik Negara memberitahukan hal pelanggaran tersebut kepada pihak pelanggan yang
menggunakan daya arus listrik melebihi kapasitas yang tersedia tanpa seizin PT. Persero PLN. Pemberitahuan tersebut disampaikan dengan Surat panggilan yang
intinya memerintahkan pelanggan untuk datang menghadap pimpinan PT. Persero PLN Wilayah II Sumatera Utara.
Kehadiran pelanggan yang melanggar ketentuan pemakaian arus listrik adalah sangat berarti, berarti guna membicarakan perihal pelanggaran yang
dilakukan oleh pihak pelanggan. Pihak PT. Persero PLN akan menunjukkan secara mendetail mengenai
jenis pelanggaran yang telah dilakukan oleh pihak pelanggan. Jumlah kerugian yang dialami oleh pihak PT. Persero PLN akibat pelanggaran yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
oleh pihak pelanggan, serta biaya-biaya lain sehubungan dengan adanya pelanggaran tersebut, sekaligus pihak PT. Persero PLN akan mengajukan
tuntutan ganti rugi berupa tagihan susulan atas pelanggaran pemakaian arus listrik pelanggan, yang melakukan perbuatan yang tidak diperbolehkan dalam kontrak
penyambungan arus listrik dan Keputusan Direksi PT. Persero PLN Nomor 68 K010DIR2000.
Besar tagihan susulan yang dituntut PT. Persero PLN atas pelanggaran pihak pelanggan adalah disesuaikan dengan jenis ataupun golongan pelanggaran
yang dilakukan oleh pelanggar. Sebagai contoh misalnya bentuk pelanggaran yang dilakukan termasuk di
dalam pelanggaran golongan A yaitu mempengaruhi pemakaian daya, maka besar tagihan susulan dari pelanggaran tersebut adalah :
a. Daya diperhitungkan sesuai daya yang kedapatan
b. Besarnya tagihan susulan adalah 6 enam kali bea beban dari daya yang
kedapatan c.
Bea beban tersebut dihitung menurut tarif yang berlaku d.
Disamping itu diperintahkan pula : 1.
Biaya penyambungan kembali sesuai dengan ketentuan penetapan tarif dasar yang berlaku
2. Biaya-biaya lain yang diperhitungkan berdasarkan biaya pergantian atau
perbaikan yang timbul akibat pelanggaran. Atas adanya tagihan susulan yang ditetapkan oleh PT. Persero PLN maka
pihak PT. Persero PLN juga menetapkan pihak-pihak yang dapat dikenakan tagihan susulan. Adapun pihak-pihak yang dikenakan tagihan susulan adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Tagihan susulan dan biaya-biaya lainnya dapat dibebankan kepada pemakai,
penghuni atau orang, badan hukum yang mendiami atau mempergunakan rumah, bangunan tempat dimana terjadi pelanggaran tanpa mengindahkan atau
memperhatikan apakah sambungan listrik ke rumah, bangunan tersebut di atas, orang, badan hukum yang bersangkutan atau atas nama orang lain, badan
hukum lain. 2.
Dalam hal rumah, bangunan yang didiami atau dipergunakan beberapa orang atau badan hukum, hal tagihan susulan dan biaya lainnya dibebankan kepada
orang, badan hukum yang bersangkutan. Dengan adanya penetapan pihak-pihak yang dapat dikenakan tagihan
susulan, maka pihak yang melakukan pelanggaran akan mengetahui klasifikasi kedudukannya, apakah ia sebagai pelanggar yang berkedudukan sebagai badan
hukum atau perorangan. Pihak pelanggan yang melanggar ketentuan PT. Persero PLN, diwajibkan
untuk membayar tagihan susulan tersebut dengan jenis pelanggaran yang telah diberitahukan kepadanya. Selama tagihan susulan yang dibebankan oleh PT.
Persero PLN terhadap pelanggar, belum dibayar oleh pelanggar tersebut maka pihak PT. Persero PLN berhak untuk memutuskan aliran listrik yang tersambung
pada rumah, bangunan, tempat terjadinya pelanggaran, hotel, yang dimiliki oleh pelanggar untuk sementara waktu.
Apabila pihak pelanggar yang pelanggaran pemakaian arus listrik akibat perbuatannya yang menyalahi ketentuan kontrak penyambungan dan Keputusan
Direksi PT. Persero PLN Nomor 68 K010DIR2008, tidak mampu melakukan pembayaran tagihan susulan sekaligus, maka pihak PT. Persero PLN setelah
Universitas Sumatera Utara
bermusyawarah dengan pihak pelanggan akan memberikan kelonggaran pada pelanggan yang melanggar tersebut, adalah dengan memperbolehkan pihak
pelanggar untuk membayar tagihan susulan secara angsuran atau bertahap dalam jangka waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Pihak PT. Persero
PLN akan menetapkan batas waktu pembayaran tagihan susulan yaitu selambat- lambatnya 2 dua bulan sejak ditetapkannya pembebanan pembayaran tagihan
susulan kepada pihak pelanggan. Apabila pihak pelanggar telah membayar tagihan susulan kepada pihak PT.
Persero PLN, maka pihak PT. Persero PLN akan menyambungkan kembali sambungan arus listrik yang diputus oleh pihak PT. Persero PLN buat sementara
waktu sebelum pihak pelanggar membayar tagihan susulannya. Penyambungan kembali sambungan arus listrik tersebut hanya dapat dilakukan oleh PT. Persero
PLN terhadap pihak pelanggar yang menjadi pelanggan PT. Persero PLN. Sedangkan terhadap pelanggar yang tidak menjadi pelanggan pihak PT. Persero
PLN, maka pihak PT. Persero PLN tidak akan menyambungkan kembali arus listrik yang terputus. Penyambungan kembali arus listrik yang terputus milik
pelanggar yang bukan pelanggan PT. Persero PLN hanya dapat dilakukan apabila pihak pelanggar tersebut mengajukan permohonan penyambungan arus
listrik baru. Pemutusan arus listrik bagi pelanggar yang belum membayar tagihan
susulan, dimaksudkan agar mendorong pihak pelanggar untuk membayar kewajibannya yang timbul akibatnya.
Pihak PT. Persero PLN akan mengenakan biaya penyambungan arus listrik baru apabila pelanggannya melanggar ketentuan PT. Persero PLN,
terlambat membayar tagihan susulan yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan pelanggar dalam membayar tagihan
Universitas Sumatera Utara
susulan akan menimbulkan kerugian bagi pihak PT. Persero PLN. Biaya pengoperasian prasarana dan fasilitas PT. Persero PLN membutuhkan
dana yang besar sehingga apabila para pelanggar menunggak pembayaran rekening listrik maupun tagihan susulan ataupun biaya-biaya lainnya
tentunya akan menyulitkan pihak PT. Persero PLN dalam menutupi biaya pengoperasian prasarana listrik tersebut, Pihak PT. Persero PLN
tentunya tidak akan mengambil risiko atas adanya kerugian tersebut.
72
Apabila tagihan susulan karena suatu dan lain hal tidak dilunasi oleh pelanggar maka pihak PT. Persero PLN akan melakukan tindakan sebagai
berikut : a.
Pihak PT. Persero PLN akan melakukan penyambungan kembali arus listrik yang telah terputus
b. Jika tagihan susulan tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 dua bulan, maka
sambungan listrik akan dibongkar dengan ketentuan bahwa penyambungan kembali akan dilayani sebagai sambungan baru dengan memperhitungkan
dengan biaya penyambungan baru BP baru. c.
Bila pelanggar bukan pelanggan maka melalui Pengadilan Negeri persoalannya diajukan sebagai tindak pidana pencurian.
Apabila dikaitkan dengan ketentuan KUH.Perdata, maka tindakan yang dilakukan oleh pelanggar merupakan suatu perbuatan yang melanggar hukum.
Perbuatan melanggar hukum tersebut tentunya membawa kerugian bagi pihak PT. Persero PLN. Oleh sebab itu wajar apabila pihak PT. Persero PLN menuntut
ganti rugi kepada pelanggar. Walaupun bentuk ganti rugi yang ditetapkan oleh pihak PT. Persero PLN merupakan bentuk ganti rugi yang bersifat lex specialis
khusus, yang mengenyampingkan bentuk ganti rugi yang diatur secara umum di dalam Pasal 1365 KUH Perdata. Bentuk ganti rugi yang ditetapkan oleh pihak PT.
72
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Persero PLN merupakan bentuk ganti rugi yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi PT. Persero PLN Nomor 68 K010DIR2008.
Dari uraian di atas maka dapat diketahui bahwa upaya hukum yang dapat ditempuh oleh pihak PT. Persero PLN dalam menyelesaikan masalah
pelanggaran pemakaian arus listrik pelanggan adalah dengan jalan musyawarah terlebih dahulu. Dengan musyawarah tersebut sedapat mungkin PT. Persero
PLN akan memberikan kelonggaran-kelonggaran sanksi kepada pelanggan yang pelanggaran pemakaian arus listrik.
Kelonggaran-kelonggaran tersebut baru dapat diberikan apabila diantara kedua belah pihak telah mencapai kata mufakat dalam musyawarah tersebut.
Apabila tidak tercapai kata mufakat, maka kedua belah pihak akan menempuh jalur hukum dengan mengajukan sengketa tersebut ke Pengadilan. Pengajuan
tersebut diharapkan untuk mencapai penyelesian sengketa dengan adil dan
seimbang.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN