Perbedaan Karakter suami-isteri sebagai alasan perceraian

mengangkat dua orang hakam, seorang dari pihak suami seorang lagi dari pihak isteri. apabila hakam sepakat untuk mendamaikan kembali suami-isteri, maka keduanya berkewajiban untuk kembali hidup rukun. Tetapi apabila hakam mengalami jalan buntu, alangkah baiknya kedua hakam dalam usaha mendamaikan meminta nasehat Tokoh agama. Setelah usaha-usaha itu dilakukan dan kedua hakam memutuskan tidak ada jalan lain kecuali cerai, maka ada dua cara penyelesaiannya: a. Hakam dari pihak suami menjatuhkan thalak, atau b. Hakam dari pihak isteri melakukan Khulu’ thalak tebus. 72

3. Perbedaan Karakter suami-isteri sebagai alasan perceraian

Dasar pembentukan sebuah keluarga adalah perkawinan, yang mengikat antara seorang pria dan seorang wanita dengan ikatan syariat yang kuat dan kokoh yang dilandasi dengan ketakwaan kepada Allah SWT dan keridhaan-Nya. 73 Sebuah rumah tangga yang anggota keluarganya jauh dari sisi-sisi keimanan kepada Allah sebagai pondasinya lambat laun akan rapuh tergerus berbagai macam gesekan masalah yang terjadi dalam keluarga. Ketentraman sebuah keluarga merupakan dambaan setiap orang yang mendiami bahtera rumah tangga. Keadaan tenang tak akan pernah terjadi apabila penghuni keluarga yang mendiaminya—suami- isteri serta anak tidak memerankan posisinya masing-masing di dalamnya. 72 Ibid., h.347 73 Yusuf al-Qaradhawi, Kaifa Nata’ amalu Ma’a al-Qur’ani Al-Azhim— Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, h. 143 Apabila peran-peran penghuni keluarga tidak berjalan semestinya dan timpang akan pemenuhan terhadap hak dan kewajiban suami-isteri di dalamnya, maka sebuah keluarga akan tertatih-tatih dalam menjalani bahtera rumah tangga. Karena, ibarat tubuh yang hanya memiliki satu kaki untuk berjalan saja. Hal-hal semacam ini dikhawatirkan akan terjadi pemutusan hubungan perkawinan dalam rumah tangga bila berlarut-larut. Putusnya perkawinan dalam hal ini berarti berakhirnya hubungan suami-isteri. Putusnya perkawinan itu ada dalam beberapa bentuk tergantung dari segi siapa sebenarnya yang berkehendak untuk putusnya perkawinan itu. 74 Setidaknya Menurut Amir Syarifudin ada empat kemungkinan yang dapat terjadi dalam kehidupan rumah tangga yang dapat memicu terjadinya perceraian, yaitu: a. Putusnya perkawinan atas kehendak Allah SWT sendiri melalui matinya salah satu suami-isteri. Dengan kematian itu dengan sendirinya berakhir pula hubungan perkawinan. b. Putusnya perkawinan atas kehendak si suami oleh alasan tertentu dan dinyatakan kehendaknya itu dengan ucapan tertentu. Perceraian dalam bentuk ini disebut talak. 74 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2007, Cet ke-2, h. 197 c. Putusnya perkawinan atas kehendak si isteri karena si isteri melihat sesuatu yang menghendaki putusnya perkawinan, sedangkan si suami tidak menghendaki itu. Putusnya perkawinan dengan cara ini disebut khulu. d. Putusnya perkawinan atas kehendak hakim sebagai pihak ketiga setelah melihat adanya sesuatu pada suami-isteri yang menandakan tidak dapatnya hubungan perkawinan itu dilanjutkan. Putusnya perkawinan dalam bentuk ini disebut fasakh. 75 Telah kita ketahui bersama dalam pembahasan pada sub sebelumnya bahwasanya alasan-alasan perceraian diterangkan dalam Perundang-undangan baik dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 39 ayat 2 Jis. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan Pasal 19 huruf f, Inpres Presiden No.1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam pasal 116. Adapun perbedaan Karakter dalam hal ini sifat dan perilaku isteri sebagai alasan perceraian tidak disebutkan secara definitif ataupun khusus pada tiga produk perundang-undangan di atas sebagai alasan yang dapat diterima sebagai alasan perceraian. Dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Pasal 19 Jo. KHI Pasal 116 huruf f dijelaskan bahwa Antara suami-isteri terjadi pertengkaran yang terus menerus dan 75 Ibid., h. 197 sulit untuk di damaikan. 76 Artinya, dampak yang ditimbulkan dari perbedaan sifat dan perilaku tersebut yang mengakibatkan isteri pada akhirnya melalaikan kewajiban- kewajibannya sebagaimana mestinya dan perbedaan sifat dan perilaku isteri terhadap suaminya ini dapat dijadikan alasan sebagai permohonan ceraigugat cerai ke Pengadilan Agama. Kerukunan yang terjalin dalam sebuah rumah tangga tentunya akan berpengaruh terhadap keluarga baik suami, isteri, anak ataupun keluarga dari masing- masing pihak suami ataupun isteri mertua. Kehidupan rumah tangga yang penuh perbedaan baik sifat maupun perilaku yang mengakibatkan timpangnya pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing suami-isteri tentunya akan meruntuhkan sendi- sendi keluarga di dalamnya. Rumah tangga pun akan cepat digoncang ketegangan-ketegangan yang tentunya negatif dan bila berlarut-larut akan menimbulkan pertengkaran-pertengkaran yang terus menerus sehingga jalan akhir ketika terjadi perselisihan suami-isteri itu menimbulkan permusuhan, menanam bibit kebencian antara keduanya atau terhadap kaum kerabat mereka, sedangkan ikhtiar untuk perdamaian tidak dapat disambung lagi maka tidak ada jalan lagi selain perceraian. 77 76 Lihat PP No.9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan Pasal 19 huruf f, juga lihat KHI pasal 116 huruf f 77 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam: Hukum Fiqih Lengkap, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994, Cet.27, h.401

BAB III PROFIL PENGADILAN AGAMA JAKARTA UTARA