Bendahara Penerimaan Rona Handayani
Staf Ahmad
Hikmayati, SH Jaenudin
Abdul Haris Rahmansyah, SE. Mustofa Supri Zulfatoni, S.Hi.
Mochamad Taufik, S.Ag. Aji Sucipto, A.Md.
Sumber : Laptah Pengadilan Agama Jakarta Utara – Tahun 2010
C. Visi Misi dan Rencana Strategis
1. Visi Misi Pengadilan Agama Jakarta Utara: a.
Visinya adalah Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia yang Agung
b. Adapun Misi Pengadilan Agama Jakarta Utara antara lain adalah:
1 Menjaga kemandirian Badan Peradilan
2 Memberikan pelajaran hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan.
3 Meningkatkan kualitas kepemimpina Badan Peradilan
4 Meningkatkan kredibilitas dan transparansi Badan Peradilan.
5
D. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan
Pengadilan Agama Jakarta Utara berfungsi sebagai Pengadilan Tingkat Pertama dan merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman, mempunyai tugas
5
Lampiran, Laptah Pengadilan Agama Jakarta Utara – Tahun 2010, h.102-104
pokok antara lain Menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara- perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang
perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shodaqoh dan ekonomi syari’ah. Sebagaimana diatur dalam pasal 49 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006.
6
Untuk mendukung Tugas Pokok dan Fungsi dalam pelayanan masyarakat khususnya masyarakat pencari keadilan maka pimpinan serta jajarannya termasuk
hakim telah menyusun Standard Operating Prosedure yang sampai saat ini masih terus dirumuskan untuk dijadikan sebagai Standard Nasional Pengadilan oleh
Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama MA-RI. Sedangkan di bidang kesekretariatan yang merupakan pendukung tugas pokok dan fungsi pengadilan telah
menyediakan sarana dan prasarana demi kelancaran tugas pokok dan fungsi termasuk penyusunan struktur organisasi Pengadilan Jakarta Utara.
7
Pengadilan Agama juga memiliki kekuasaan-kekuasaan kewenangan dalam menyelesaikan perkara-perkara hukum keluarga yang terjadi di masyarakat. Diantara
kekuasaan Pengadilan Agama sendiri antara lain termuat dalam Undang-undang Peradilan Agama 49 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-undang
6
http:www.pa-jakartautara.comwilayah-hukum.html , diakses pada kamis, 17 maret 2011
pukul 21.01 WIB
7
Lampiran, Laptah Pengadilan Agama Jakarta Utara – Tahun 2010, h.101-102
Peradilan Agama.
8
Kekuasaan Pengadilan Agama sebagaimana bunyi Pasal 49 Undang-undang Peradilan Agama No.7 Tahun 1989, bahwa:
1 Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:
a. perkawinan; b. kewarisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum Islam;
c. Wakaf dan shadaqah. 2
Bidang perkawinan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 huruf a ialah hal-hal yang diatur dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai
perkawinan yang berlaku. 3
Bidang Kewarisan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 huruf b ialah penentuan siapa-siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta
peninggalan, penentuan
bagian masing-masing
ahli waris,
dan melaksanakanpembagian harta peninggalan tersebut.
9
Sedangkan Perubahan Pasal 49 dalam Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama ke dalam Undang-undang No. 3 Tahun 2003 menjadikan
kekuasaan Peradilan Agama sendiri semakin luas cakupan wilayah kewenangannya.
8
http:www.pa-jakartautara.go.idwilayah-hukum.html , diakses pada kamis, 17 maret 2011
pukul 20.53 wib
9
Amir Syarifudin, Harun al-Rashid, Himpunan Perundang-undangan dan Peraturan Pemerintah tentang Badan-badan Peradilan di Indonesia, Jakarta: Pustaka Ghalia, 1989, Cet.1,
h.738-739
Perubahan Pasal tersebut menyatakan bahwa “Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama
antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:
a. perkawinan; b. warta;
c. wasiat; d. hibah;
e. wakaf; f. zakat;
g. infaq; h. shadaqah; dan
i. ekonomi syariah.”
10
10
Lihat Undang-undang No 3 Tahun 2003 tentang Perubahan Undang-undang Peradilan Agama No. 7 Tahun 1989 Pasal 49.
BAB IV ANALISA BEDA KARAKTER ISTERI SEBAGAI ALASAN
PERCERAIAN
A. PositaDuduk Perkara
Adapun positaduduk perkara dari kasus ini adalah perkara cerai talak yang pada mulanya antara Pemohon dan Termohon adalah suami isteri yang
sah dengan yang dikeluarkan dan dicatat pada tanggal 20 Januari 2008 di kantor urusan agama KUA yang berada di Jakarta Utara. Setelah pernikahan tersebut
Pemohon dan Termohon tinggal di rumah orang tua Pemohon Selama berumah tangga, rumah tangga Pemohon dan Termohon
berjalan dengan baik, harmonis sebagaimana layaknya suami-isteri namun belum dikarunia keturunan. Akan tetapi sejak bulan januari 2008, Pemohon
dengan Termohon mulai terjadi perselisihan yang terus-menerus dan sulit untuk didamaikan yang disebabkan antara lain:
1 Termohon tidak memperbolehkan Pemohon bekerja di malam hari,
sementara pekerjaan Termohon tidak terbatas waktunya, bahkan sampai larut malam.
2 Termohon dengan Pemohon mempunyai sifat dan perilaku yang berbeda,
selalu berbeda pendapat dalam segala hal, yang akibatnya Termohon minta diceraikan.