Indonesia Dan Asean Community 2015 (Studi Peran Indonesia dalam Menciptakan Stabilitas Nasional dan Regional Terkait Permasalahan Terorisme)
INDONESIA DAN ASEAN COMMUNITY 2015
( Studi Peran Indonesia dalam Menciptakan Stabilitas Nasional dan Regional Terkait Permasalahan Terorisme)
Diajukan guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Oleh
IRWAN BARATA HARAHAP
040906065
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Irwan Batara Harahap
NIM : 040906065
Departemen : Ilmu Politik
Judul : INDONESIA DAN ASEAN COMMUNITY 2015
(Studi Peran Indonesia dalam Menciptakan Stabilitas Nasional dan Regional Terkait Permasalahan Terorisme)
Ketua Departemen
( Dra. T. Irmayani, M. Si) NIP. 196806031994032001
Dosen Pembimbing Dosen Pembaca
(Indra Kesuma Nasution, S. IP, M. Si) (Faisal Andri Mahrawa, S. IP, M. Si) NIP. 197903062005011002 NIP. 197512222008121002
Dekan
(Prof. Dr. Badaruddin, M. Si) NIP. 196805251992031002
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :
Nama : Irwan Batara Harahap
NIM : 040906065
Departemen : Ilmu Politik
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dengan judul Skripsi sebagai berikut : “INDONESIA DAN ASEAN COMMUNITY 2015 (Studi Peran Indonesia dalam Menciptakan Stabilitas Nasional dan Regional Terkait Permasalahan Terorisme)
Pada waktu sebagai berikut :
Hari / Tanggal : Senin, 13 Juni 2011 Waktu : 10.00 – 11.30 Wib
Tempat : Ruang Sidang Meja Hijau Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan
Tim Penguji
Ketua Penguji : Prof. Drs. Subilhar, MA ( )
Dosen Penguji I : Indra Kesuma Nasution, S. IP, M. Si ( ) Dosen Penguji II : Faisal Andri Mahrawa, S. IP, M. Si ( )
(4)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan ketabahan bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini seperti yang diharapkan. Shalawat beriring salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti sekarang ini.
Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan suatu telaah tentang peran serta Indonesia dalam mewujudkan terciptanya ASEAN COMMUNITY pada tahun 2015, dimana sebagai salah satu negara besar yang cukup berpengaruh di Asia dan juga negara yang merupakan salah satu pendiri awal terbentuknya komunitas ASEAN di Asia Tenggara, Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan stabilitas dan keamanan di kawasan regional ASEAN. Hal ini menjadi sebuah keharusan tersendiri bagi ASEAN dan Indonesia pada khususnya akibat fenomena terorisme global yang mulai tumbuh dan berkembang di beberapa negara-negara di kawasan Asia termasuk salah satunya adalah Indonesia. Terpilihnya kembali Indonesia sebagai ketua ASEAN tentu saja memberikan tanggung jawab yang cukup besar bagi Indonesia untuk lebih berkonsentrasi dalam mewujudkan terciptanya stabilitas dan keamanan regional di kawasan Asia Tenggara. Peran aktif Indonesia dalam mewujudkan terciptanya ASEAN COMMUNITY 2015,
(5)
sebagai bentuk dari kesepakatan bersama negara-negara di Asie Tenggara dalam penciptaan stabilitas dan keamanan bersama dalam kawasan regional di Asia Tenggara ini sebagai bentuk kepedulian kolektif inilah yang merupakan fokus telaah penulis dalam skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih terhadap pihak-pihak, teman-teman dan tentu saja keluarga yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dimana bagi penulis secara pribadi nilai dari proses penyelesaian skripsi ini sungguh sangat berharga. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mengalami banyak sekala masa-masa sulitm pergolakan batin, cobaan hidup yang datang silih berganti yang kadang membuat penulis berfikir untuk menyerah saja. Dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat hidayahNya, penulis memperoleh semangat, kekuatan dan ketabahan untuk tetap dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dan atas nama Allah SWT juga penulis bersyukur karena penulis diberikan kesempatan untuk selalu dikelilingi oleh orang-orang yang hadir mewarnai kehidupan penulis saat susah maupun bahagia, orang-orang yang sangat istimewa bagi penulis yang tidak akan penulis lupakan kemuliaan hatinya. Dalam kesempatan ini, penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda Almarhum Imran Sayuti Harahap, yang semasa hidupnya banyak menanamkan nilai-nilai kebaikan pada penulis, skripsi ini penulis persembahkan kepada beliau, semoga senyum bangga tersungging di bibirnya di alam sana. Tak lupa kepada My Beloved Superior Mom, Ibunda Salamah Ginting, yang membimbing penulis sepeninggal
(6)
almarhum Ayahanda dengan kasih sayang yang tak terbatas. Ibunda yang rela dihina demi anak-anaknya, love you with all the love in this world, mom!
Adik-adikku Maruli Gading dan Yulia Handayani yang sama-sama merasakan pahit manisnya hidup yang selalu tersenyum bangga pada penulis. I love you my brother and beloved sister. Skripsi ini penulis persembahkan juga kepada nenek tercinta Ibu Sabariah Perangin-angin, yang saat menulis kata pengantar ini sedang berjuang melawan penyakitnya, yang mengasuh penulis dan kedua saudara selepas kepergian Ayahanda, yang selalu bersabar dan mencurahkan segala kasih sayangnya hingga penulis besar.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada sang belahan jiwa Tassya Findhia Rini, yang hampir 5 tahun ini selalu menemani penulis dalam suka maupun duka, bersabar dan selalu bersabar, memberikan semangat, moril dan spiritual kepada penulis untuk tetap menyelesaikan jenjang kuliah ini. God bless you my dear, blessing you with all the bless ini this whole world!
Dan tentu saja, Ibunda T. Fadhia Ilyas beserta keluarga besar yang memberikan naungan bagi penulis, memberikan nasehat berharga, memberikan dorongan moril, materil dan spirituil kepada penulis. Semoga amal kebaikan Ibunda dibalas berkali lipat oleh Allah SWT.
Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
(7)
3. Kakanda Indra Kesuma Nasution, S. IP, M. Si selaku Dosem Pembimbing penulis, yang telah membantu dan dengan sabar membimbing penulis selama pengerjaan skripsi ini.
4. Kakanda Faisal Andri Mahrawa, S. IP, M. Si selaku Dosen Pembaca penulis, kakanda yang banyak memberikan nasehat berharga dan sekaligus sorang sahabat bagi penulis.
5. Bapak Zakaria Thaher, M. Sp selaku Pembantu Dekan I, yang telah banyak membantu penulis baik moril dan materil dan spirituil dan sabar selalu menjawab keluhan-keluhan penulis selama masa pengerjaan skripsi.
6. Bapak Prof. Drs. Subilhar, MA selaku Dosen Penguji.
7. Semua Dosen Ilmu Politik dan staff pegawai khususnya Kakanda Ahmad Taufan Damanik yang pada masa-masa akhir perkuliahan banyak memberikan pelajaran dan pengalaman berharga kepada penulis.
8. Tentu saja kepada Abangda Rusdi Muhammad yang telah banyak memberikan pertolongan, nasehat berharga dan dengan sabar meladeni penulis dalam urusan administratif, semoga amal baik Abangnda mendapat ganjaran setimpal oleh Allah SWT.
9. Kak Ema yang cerewt namun baik hati di jurusan.
10. Teman-teman Stambuk ’04, terutama Dana Permana yang telah membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini, Tengku Darmawan yang dalam suka dan duka berjuang sama-sama untuk segera lulus kuliah, Fuad Hasan Lubis, Enda Mulia Nasution, Sandi Syahputra dan Lia, sahabat-sahabat seperjuanganku di antrian terakhir Stambuk ’04, kutunggu kalian di podium kelulusan, guys!
(8)
11. Sahabat-sahabat dan sepupu-sepupuku, Bang Dian sekeluarga, Hendri Sekeluarga, Dedi Affandi, Delvi Octami, Fuad Albar Nasution, Rahmadani Siregar, Bang Harry Rezqiano dan Deddy Kim0chi, Yuri, Eka, Dana, Delfi, Cipto, Joko, dan spesial buat sahabatku Almh. Utami Wulandari yang mengajarkanku arti persahabatan juga semua teman dan keluarga yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu di sini.
“Tidak ada satupun yang sempurna”, penulis dalam hal ini menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifar membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran yang berharga bagi pada pembaca. Terima kasih.
(9)
ABSTRACT
INDONESIA AND ASEAN COMMUNITY 2015
(A Study to Indonesia’s Role Of Creating A National And Regional Stability Due To Issue Of Terrorism )
As an international organization ASEAN was founded with a same interest of it’s member ini Southeast Asia to making a regional security benearh the member of it. The globalization idea was produce some of crucial problems and one of the problem is an issue of terrorism. After 9/11 tragedy, issued of terrorsim was became a major problems in this world, despite how this thing grows rapidly. Every country needs some solutionable idea ti countering it. International organization such as ASEAN had a big role making regional policy among it’s member. In this case, Indonesia as a big country in ASEAN and as a leader in ASEAN must have an effective action to answering this issue. To solving this major problems the leader from all the country around ASEAN was established an idea to make an ASEAN SECURITY COMMUNITY. This idea is meant to giving a sense of purpose that really needs, a practical solution for future condition as a target by all of ASEAN member. And in a long term, a sustainable security community only can stand by the sense of understanding of all the member, a same vision and a same action, by the member of it. As we know among 2003 – 2010 Indonesia was several times face a bombing cases and terror action. But this terror won’t suddenly stop and even bigger and bigger, as they had some of a sistemic networking that spreading accros the Asia. In this paper, writer try to clarify the role of Indonesia as a part of ASEAN COMMUNITY, try to mentioning and what is the challenging matter to materaliazing national and regional stabilty due to the issue of terrorism.
(10)
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRACT
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 16
1.3. Tujuan Penelitian ... 17
1.4. Manfaat Penelitian ... 18
1.5. Kerangka Teori ... 18
1.5.1. Konsep Komunitas ... 19
1.5.2. Integrasi Regional ... 24
1.5.3. Teori Komunitas Keamanan ... 25
1.5.4. Pikiran Membangun Komunitas ... 27
1.6. Metodologi Penelitian ... 28
1.6.1. Jenis Penelitian ... 28
1.6.2. Teknik Pengumpulan Data ... 29
1.6.3. Teknik Analisa data ... 29
1.7. Sistematika Penulisan ... 30
(11)
BAB II DESKRIPSI KONDISI ASEAN SECURITY COMMUNITY
2.1. Gagasan Dasar ... 32
2.2. Tujuan ASC ... 35
2.2.1. Latar Belakang Terbentuknya ASC ... 35
2.2.2. Komponen-Komponen Masyarakat Keamanan ASEAN ... 40
2.2.3. Prinsip dan Kebijakan ASC ... 42
BAB III ANALISIS PERAN INDONESIA MEWUJUDKAN STABILITAS KEAMANAN REGIONAL DAN NASIONAL MENGHADAPI TERORISME 3.1. Peran Indonesia Dalam Mewujudkan Keamanan Regional ... 46
3.1.1. Dalam Skala Eksternal ... 46
3.1.2. Internal ... 52
3.2. Kendala Yang Dihadapi Indonesia dalam menangani Terorisme ... 66
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ... 69
4.2. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA
(12)
ABSTRACT
INDONESIA AND ASEAN COMMUNITY 2015
(A Study to Indonesia’s Role Of Creating A National And Regional Stability Due To Issue Of Terrorism )
As an international organization ASEAN was founded with a same interest of it’s member ini Southeast Asia to making a regional security benearh the member of it. The globalization idea was produce some of crucial problems and one of the problem is an issue of terrorism. After 9/11 tragedy, issued of terrorsim was became a major problems in this world, despite how this thing grows rapidly. Every country needs some solutionable idea ti countering it. International organization such as ASEAN had a big role making regional policy among it’s member. In this case, Indonesia as a big country in ASEAN and as a leader in ASEAN must have an effective action to answering this issue. To solving this major problems the leader from all the country around ASEAN was established an idea to make an ASEAN SECURITY COMMUNITY. This idea is meant to giving a sense of purpose that really needs, a practical solution for future condition as a target by all of ASEAN member. And in a long term, a sustainable security community only can stand by the sense of understanding of all the member, a same vision and a same action, by the member of it. As we know among 2003 – 2010 Indonesia was several times face a bombing cases and terror action. But this terror won’t suddenly stop and even bigger and bigger, as they had some of a sistemic networking that spreading accros the Asia. In this paper, writer try to clarify the role of Indonesia as a part of ASEAN COMMUNITY, try to mentioning and what is the challenging matter to materaliazing national and regional stabilty due to the issue of terrorism.
(13)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Sebagai sebuah organisasi internasional ASEAN didirikan dengan latar belakang bagaimana menciptakan keamanan sekawasan ASIA TENGGARA (Regional security).1
Sebagai sebuah organisasi internasional yang bersifat regional ASEAN memandang perlu adanya kerjasama yang lebih erat (close cooperation) diantara negara-negara anggota ASEAN saat ini. Di usianya yang sudah menginjak 40 tahun lebih ASEAN memandang bahwa kerjasama yang dilakukan diantara negara-negara sekawasan ASIA TENGGARA memerlukan intensitas peningkatan hubungan yang lebih baik.
Gejolak-gejolak yang mengguncang dunia akhir-akhir ini menjadi perhatian yang serius bagi ASEAN terkait juga dengan permasalah ekonomi internasional khususnya permasalahan keuangan global yang memicu terulangnya krisis ekonomi ditahun 1997.
Adanya intensitas perlunya peningkatan kerjasama diantara negara-negara anggota ASEAN memunculkan ide untuk mencipatakan komunitas ASEAN (ASEAN Community). Pengalaman selama dua decade lebih, fenomena perang dingin sampai kebangkitan dua raksasa ASIA (China dan India) serta situasi
1 Dalam ASEAN Community dari 3 pilar yang menjadi orientasi Negara anggota ASEAN adalah
masalah security. Hal ini memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang organisasi ASEAN yang notabenenya tidak terlepas dari isu keamanan kawasan.
(14)
globalisasi ekonomi menjadi dasar berpijak bagi Negara-negara ASEAN untuk menyatukan visi dalam sebuah komunitas.2
Memasuki tahun 2011 sebenarnya keinginan kuat untuk saling menyatukan keseragaman dalam sebuah komunitas masyarakat ASEAN menjadi titik pokok dalam memandang optimisme kedepan bagaimana 2015 nanti komunitas yang terbayangkan seperti apa yang disebutkan oleh Benedict Anderson sebagai “Imagined Community” menjadi sebuah kenyataan.
Dalam hal penegasan kembali dan keinginan yang kuat dari setiap anggota (member) ASEAN untuk menyatukan diri dalam sebuah kawasan ASEAN menjadi landasan yang kuat termasuk juga dalam hal ini adalah Indonesia. Memasuki awal tahun 2011 ini Indonesia yang terpilih menjadi ketua ASEAN 2011 dengan tema komunitas ASEAN ditengah komunitas global bangsa-bangsa. Hal ini menjadi sebuah tantangan besar seperti apa yang dikatakan Ple Priatna yaitu dalam konteks kerjasama regional ASEAN serta sumbangsihnya dalam mengelola peta keseimbangan dinamis di Asia Pasifik dalam skala kemitraan global.3
Sejauh ini konteks yang menjadi perhatian besar Indonesia sebagai anggota disatu sisi, ketua dan juga sebagai negara yang memiliki wilayah terbesar daripada negara-negara lain menyadari benar bahwa konsep ASC menjadi sangat mendesak sifatnya untuk dilaksanakan terkait juga dengan kepentingan Nasional Indonesia khususnya di wilayah- wilayah luar dari Indonesia. Dalam hal ini menjadi sebuah keharusan tersendiri bagi ASEAN untuk menciptakan iklim
2
http://en.wikipedia.org/wiki/ASEAN_Community, Diakses tanggl 10 desember 2010
3
Ple Priatna,Artikel Indonesia Ketua ASEAN 2011,Kompas 7 Januari 2011.
(15)
keamanan dari kejahatan internasional berupa Terorisme. Terorisme sendiri menjadi sebuah konsep yang familiar sifatnya terlebih lagi sejak tahun 2001 mengikut arus global yang dihembukan oleh Amerika tentang adanya terorisme dan sebagainya tentu menjadi perhatian sendiri bagi dunia tentu saja dalam hal ini juga bagi ASEAN.
Terorisme sebuah fenomena yang mengganggu. Aksi terorisme seringkali melibatkan beberapa negara. Sponsor internasional yang sesungguhnya adalah negara besar. Harus dipahami bahwa terorisme sekarang telah mendunia dan tidak memandang garis perbatasan internasional. Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1373 yang menetapkan Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden berada dibalik tragedi 11 September 2001 dan dinyatakan sebagai Terorisme yang harus diberantas oleh dunia telah menimbulkan berbagai reaksi dikalangan masyarakat internasional.4
Amerika sendiri dengan segala daya upaya mengumpulkan aliansi dengan sekutu-sekutunya menlancarkan perang terhadap teorisme internasional. Tak pelak lagi Afganistan pun menjadi bulan-bulanan AS dengan sekutunya yang berupaya menumpas jaringan Terorisme internasional yang digawangi oleh Al-Qaida.
Jika dirunut lebih mendalam sebenarnya terorisme sendiri sebagai sebuah gerakan dan aksi dari sekelompok tertentu yang melakukan tindakan terror terhadap masyarakat dibidani oleh tumbuh suburnya globalisasi. Seiring
2011
(16)
berkembang pesatnya teknologi informasi, globalisasi menyediakan berbagai kemudahan bagi manusia. Misalnya saja, manusia tidak perlu menyeberangi lautan untuk bertemu dan berbicara dengan seseorang. Orang- orang di Indonesia, contohnya, dapat mengakses informasi tentang perang di Afghanistan maupun di Iraq secara real time. Seseorang di Afghanistan dapat mentransfer sejumlah uang kepada orang di Malaysia dengan gampang, aman dan dalam waktu singkat. Globalisasi juga menawarkan peluang baru untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan demokrasi.5
Terorisme merupakan produk dari marjinalisasi dan kemiskinan, sedangkan marjinalisasi dan kemiskinan adalah produk dari globalisasi. Disadari atau tidak globalisasi telah memunculkan persaingan global di berbagai bidang. Pihak yang menang persaingan tentu akan menikmati keuntungan. Negara maju yang memiliki teknologi tinggi berada dalam kelompok penikmat keuntungan globalisasi. Namun negara-negara miskin dengan segala keterbatasannya akan semakin jauh tertinggal sehingga kesenjangan antara si kaya dan si miskin semakin lebar.
Menurut temuan United Nations Development Programme (UNDP), kawasan yang memiliki indeks pembangunan manusia terendah memiliki kecenderungan dekat dengan kelompok-kelompok teroris. Sebab utamanya adalah bahwa warga di kawasan ini merasa tidak mendapat keuntungan dari kemakmuran yang dijanjikan oleh proses globalisasi dan akses untuk kebebasan. Antipati kepada Amerika Serikat yang dipersepsikan sebagai mesin utama proses
5
Dipaparkan Nurvita Indarini pada International Symposium 2009, Globalization: East and Southeast Asian Perspectives, di UGM Pada Oktober 2009
(17)
globalisasi meningkat, lantaran menurut kelompok yang tertindas ini, AS telah membawa dampak buruk dan bahkan mengancam identitas kelompok tersebut. Alhasil AS, termasuk warga negara dan bisnis dan semua simbolnya, menjadi target perlawanan kelompok itu.6
Ide terorisme kemudian disebarkan dengan mudah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Secara nyata kelompok teroris di negara yang satu dengan kelompok di negara lainnya mampu membuat jaringan dengan menggunakan peralatan teknologi dari globalisasi, seraya mengabaikan adanya batas-batas negara. Bahkan dengan memanfaatkan globalisasi, kelompok terorisme mendapat kemudahan akses pendanaan, baik yang legal seperti melalui berbagai kelompok usaha dan lembaga-lembaga non-profit maupun kelompok bisnis ilegal.
Tersebarnya ide terorisme dengan semua kegiatannya semakin memperluas ancaman teror. Peristiwa Bom Bali 2002 merupakan bukti bahwa terorisme global merupakan ancaman keamanan nyata bagi kawasan Asia Tenggara. Tidak hanya Asia Tenggara, kawasan tetangga seperti Asia Timur juga merasa terancam dengan peristiwa tersebut. Apalagi kawasan Asia Timur juga memiliki pengalaman buruk dengan terorisme.
Sejak tragedi 9/11 pada 2001 lalu di AS, isu terorisme menjadi agenda utama dalam sejumlah pertemuan organisasi kawasan maupun organisasi internasional. AS menjadi target serangan lantaran dinilai sebagai negara yang aktivitasnya mengkerdilkan sekelompok orang tertentu. Namun tidak disangka
6
Ibid
(18)
teroris melancarkan aksi jauh di luar AS, meskipun targetnya adalah simbol-simbol eksistensi AS beserta negara-negara sahabatnya. Bom Bali 2002 lalu membuka mata masyarakat internasional, bahwa kegiatan terorisme bisa terjadi di mana saja dan kapan saja.
Asia Tenggara semakin mendapat sorotan dunia internasional lantaran sejumlah peristiwa teror yang terjadi secara bertubi-tubi. Korban dalam jumlah besar dan target serangan yang merupakan simbol-simbol Barat merupakan persamaan dari serentetan teror yang terjadi di Indonesia, negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara. Pelaku teror ditengarai suatu kelompok yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda (AQ) di Afghanistan, bernama Jemaah Islamiyah. Padahal AQ diindikasikan sebagai kelompok yang bertanggungjawab atas teror 11 November 2001 di AS.
Teror memang bukan hal baru di Asia Tenggara, sebab ada beberapa kelompok pemberontak yang kerap menggunakan kekerasan sehingga menyebarkan ketakutan di masyarakat. Berikut ini adalah beberapa kelompok pemberontak dan teroris yang ada di Asia Tenggara.
Tabel .1
No Kelompok Negara Tujuan Keterangan Status
1
Pattani United Liberation Organization PULO
Thailand
Pemisahan diri, membentuk Negara Islam
Motivasi
keagamaan, diduga memiliki hubungan dengan Abu Sayyaf Group (ASG) 2 Guragan Thailand Pemisahan diri, Motivasi
(19)
Mujahideen Islam Pattani membentuk Negara Islam keagamaan, diduga memiliki hubungan dengan AQ and JI
3 Wae Ka Raeh Thailand
Pemisahan diri, membentuk Negara Islam Motivasi keagamaan, diduga memiliki hubungan dengan AQ and JI
4 Hmong Guerilla Laos Tuntutan otonomi/ pemisahan diri Ethnonationalis 5 Cambodian Freedom Fighters (CFF)
Cambodia Politik lokal
6 Khmer Rouge Cambodia Politik lokal
7 Karen National Union Myanmar Tuntutan otonomi/ pemisahan diri Ethnonationalis 8 Kachin Defense Army Myanmar Tuntutan otonomi/ pemisahan diri Ethnonationalist 9 Eastern Shan State Army Myanmar Tuntutan otonomi/ pemisahan diri Ethnonationalist 10 Ommat Liberation Front Myanmar Tuntutan otonomi/ pemisahan diri Ethnonationalis
11 Kawthoolei Myanmar Tuntutan Ethnonationalis
(20)
Muslim Liberation Front otonomi/ pemisahan diri 12 Muslim Liberation Organization of Burma Myanmar Tuntutan otonomi/ pemisahan diri Ethnonationalis 13 Jemaah Islamiyah Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Kamboja Membentuk Negara Islam di Asia Tenggara Motivasi keagamaan, terkait dengan AQ Dimasukkan dalam daftar organisasi
teroris oleh AS dan PBB 14 Abu Sayyaf Group (ASG) Filipina Selatan Pemisahan diri, membentuk Negara Islam Motivasi keagamaan, terkait dengan AQ Dimasukkan dalam daftar organisasi
teroris oleh AS
15 Moro Islamic Liberation Front (MILF) South Phillipines Tuntutan Otonomi, pemisahan diri, dan pembentukan negara Islam Motivasi keagamaan, terkait dengan JI 16 Moro National Liberation Front (MNLF) Filipina Selatan Tuntutan Otonomi, pemisahan diri Ethnonationalis 8
(21)
17
New People’s Army
Filipina Politik lokal Komunis
Dimasukkan dalam daftar organisasi
teroris oleh AS Sumber: Makalah Globalization: East and Southeast Asian Perspectives
Untuk mengantisipasi gerakan terorisme sebagai kejahatan lintas Negara maka setiap organisasi internasional, Negara-negara menaruh perhatian yang serius dalam hal penanganan isu terorisme tersebut. Berbagai perjanjian dan kesepakatan pun tak urung dibuat dengan tujuan mengcounter isu terorisme tidak berkembang menjadi ancaman yang nyata (real threatment), baik bagi kepentingan nasional sebuah negara maupun kepentingan kelompok organisasi.
Dalam hal ini ASEAN sebagai sebuah organisasi Regional yang konsern terhadap permasalahan khususnya keamanan (security) juga menjadikan permasalahan terorisme ini menjadi agenda dalam setiap kebijakan yang dikekuarkan termasuk dalam ide Komunitas ASEAN 2015. Dalam ASEAN Community khususnya dalam poin kerjasama dalam ASEAN Security Community ( ASC) menempatkan permasalahan terorisme ini sebagai sebuah permasalahan bersama yang harus segera diatasi.
Bagi Indonesia yang sejak tahun 2002 hingga saat ini terus bergumul dengan permasalahan terorisme kerjasama ASC ini menjadi catatan penting dalam upaya menciptakan keamanan Nasional (National Security) sekaligus keamanan Regional (Regional Security).
Tulisan ini mencoba menyoroti tentang bagaimana ASC (Asean Security
Community) yang merupakan salah satu poin penting dari blue print Komunitas
(22)
ASEAN 2015 diselenggarakan atau diwujudkan oleh negara-negara Angota ASEAN saat ini termasuk Indonesia. Untuk membatasi penelitian ini penulis mencoba fokus terhadap peran Indonesia dalam mewujudkan ASC khususnya terkait kerjasama dalam mengatasi permasalahan terorisme.
Perlu dicatat bahwa persoalan idiologis sudah jauh terdesak dengan tuntutan kerjasama ekonomi khususnya sektor perdagangan dan investasi diantara Negara anggota. Akselerasi menuju komunitas ASEAN itu menjadi prioritas bagi masing-masing negara-negara anggota. Penelitian ini akan berfokus tentang bagaimana peran yang diambil oleh Indonesia dalam mewujudkan komunitas ASEAN 2015.
Hal ini menjadi bahasan yang penting karena kita ketahui bahwa peta kekuatan atau pola hubungan global hari ini sudah sangat berubah bila dibandingkan dengan pola interaksi global dimasa-masa lalu. Hadirnya Cina dan India menjadi kekuatan ekonomi dunia menyaingi kedigdayaan AS menjadi fenomena menarik.
Bagi Indonesia wacana pembantukan komunitas ASEAN menjadi momentum penting bagi pembangunan khususnya ekonomi dan keamanan bagi Indonesia. Hubungan internasional misalnya ekonomi Indonesia dengan negara anggota ASEAN cukup tinggi misalnya dengan Malaysia terkait dengan pengiriman Tenaga kerja Indonesia (TKI) di negeri jiran tersebut.
Walaupun disana sini masih tidak jarang terjadi perselisihan antara kedua negara misalnya terkait dengan adanya tindakan penyiksaan yang dialami oleh TKI yang bekerja disana namun lebih dari itu keberadaan Malaysia sebagai salah
(23)
satu negara tujuan pengiriman TKI masih menjadi priorotas bagi Indonesia untuk menjalankan ekonomi nasionalnya.
Begitu juga terkait dengan kegiatan impor pangan misalnya dengan Vietnam dan Thailand. Akhir–akhir kegiatan impor Indonesia juga cukup tinggi terhadap impor pangan khususnya beras dari kedua Negara tersebut.
Sejak awal pembentukannya ,ASEAN merupakan suatu kerjasama regional yang didirikan oleh lima Negara Asia Tenggara:
1. Indonesia 2. Filipina 3. Malaysia 4. Thailand 5. Singapura
ASEAN mendasarkan dirinya pada suatu kesepakatan bersama yang dikenal sebagai deklarasi Bangkok. Salah satu butir dalam deklarasi Bangkok adalah:”akan lebih mengendepankan kerjasama ekonomi dan sosial sebagai wujud atau perwujudan dari solidaritas ASEAN.7
Kalau diperhatikan secara sadar ASEAN sesungguhnya telah memilih
economic towards peace berdasarkan asumsi bahwa jika Negara-negara ASEAN
mencapai kemakmuran maka perdamaian akan terwujud di kawasan ini. Namun jhal yang paling utama bahwa ASEAN didirikan yang memilki tujuan bagaimana mewujudkan keamanan yang stabil (stable peace) dapat tercipta di kawasan ASIA
7
ASEAN Documents Series 1967-1985, dalam CPF Lulima: Masyarakat Asia Tenggara menuju komunitas ASEAN 2015
(24)
TENGGARA dalam jangka waktu yang panjang baik melalui kerjasama dalam bidang ekonomi,sosial dan budaya, politik dan juga keamanan.
Kerjasama di bidang politik baru diawali dengan dicetuskannya Deklarasi Kuala Lumpur yang dikenal sebagai Deklarasi ZOPFAN (Zone of Peae ,Freedom and Neutrality Declaration) dalam pertemuan khusus para menteri luar negeri ASEAN di kuala Lumpur 27 November 1971. Tetapi kalau dilihat kerjasama dalam bidang politik sesungguhnya baru secara resmi dimulai dengan dihasilkannya Declaration of ASEAN Concord atau Bali Concord I dalam konferensi Tingkat tinggi (KTT) pertama ASEAN di Bali 24 Februari 1976.
Saat itu para pemimpin ASEAN menginginkan agar ASEAN menjadi wilayah yang damai dan netral serta tidal ada campur tangan eksternal dari Negara-negara besar diluar kawasan. Hal ini di munculkan karena memang pada saat itu kondisi politik global sedang terpecah dalam dua kutub dunia yaitu antara barat (AS) dan timur (Uni Soviet) yang lebioh dikenal dengan perang dingin (cold war).
Cold war sendiri sebenarnya lebih dimaknai sebagai perang idiologi yaitu antara demokrasi dan komunis. Pengaruh salah satu aliran seperti komunis sangat terasa pada saat itu dimana Vietnam yang saat itu belum tergabung dalam Negara ASEAN memiliki paham komunis dalam sistem politiknya hal ini tentu saja sangat menggangu perwujudan stabilitas tadi dinama Negara-negara ASEAN pada umumnya lebih dekat pada kiblat demokrasi (Barat).
Sampai akhirnya berbagai prinsip kerja sama dalam ASEAN kemudian dimasukkan kedalam Bali Concord I yang meliputi:
(25)
1. Perjanjian persahabatan dan kerjasama di Asia Tenggara (Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia- TAC).
Inti dari TAC adalah penggunaan penggunaan cara-cara damai dalam menyelesaikan persengkataan intra regional (peaceful settelement of disputes), yang merupakan prinsip-prinsip dasar untuk memandu hubungan berbagai pihak.
2. Persetujuan pembentukan secretariat ASEAN (Agreement on the Astablishment of the ASEAN Secretatiat).
3. Perjanjian tentang Zona bebas senjata nuklir (Treaty on Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone SEANWFZ).
Kerjasama ini kemudian dilakukan bersama dengan Negara-negara yang mempunyai kepentingan di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN Regional Forum (ARF).
ARF sendiri merupakan satu-satunya forum dialog untuk membicarakan tentang keamanan dan ini menjadi terobosan baru bagi ASEAN dan negara yang berada disekitaran ASEAN khusunya Negara ASIA PASIFIK. Keamanan disini jelas menjadi modal awal bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan rasa saling percaya (Confidence-Building), artinya antara Negara ASEAN dan Negara PASIFIK tadi sama saling menghormati untuk tidak melakukan tindakan-tindakan kekerasan seperti peperangan dalam setiap permasalahan yang sedang dan yang mungkin akan terjadi. Oleh sebab itu yang dikembangkan selanjutnya adalah
(26)
diplomasi preventif (Preventive-Diplomacy) dan juga upaya penyelesaian konflik pebatasan atau territorial di kawasan Asia tenggara.8
Untuk forum serupa ASEAN juga telah berhasil membentuk forum kerjasama dan mitra dialog seperti:
1. Asia Pasific Economic Cooperation ( APEC) 2. ASEAN European Meeting (ASEM)
3. ASEAN+3 (China,Jepang dan Korea Selatan)
Sehingga bisa dikatakan ASEAN merupakan salah satu kelompok atau organisasi regional yang paling berhasil di dunia internasional.
Atas dasar itulah bagaimana mewujudkan stabilitas keamanan yang tetap terjaga maka ASEAN dalam rumusan melalui ide membentuk komunitas ASEAN memasukkan salah satu pilar terpenting dari perwujudan komunitas itu nantinya adalah pilar komunitas keamanan ASEAN (ASEAN Security-ASC).
Dalam konteks keamanan (security) Indonesia sebagai salah satu Negara anggota dan juga ketua ASEAN pada saat itu menaruh perhatian penting terhadap konteks keamanan itu. Pada saat itu Indonesia yang merupakan ketua ASEAN mengajukan konsep komunitas keamanan ASEAN. Dalam hal lain Indonesia mengharapkan komunitas kemanan ASEAN dapat terbentuk sejalan dengan pembentukan ekonomi ASEAN yang telah diajukan sebelumnya oleh Siangapura pada KTT ke 8 tahun 2002 di kamboja.9
Dua konsep tersebut diharapkan dapat terealisasi pada tahun 2020 guna mewujudkan satu komunitas ASEAN. Namun pada perkembangannya KTT
8
C.P.F. Luhulima1997,” ASEAN Menuju Postur Baru, CSIS: Jajarta., Hal.97-98
9
Ibid,CPF Lululima dkk., Hal 6
(27)
ASEAN ke 10 di Laos telah menyepakati program of action ( PoA) untuk pilar keamanan dan sosial budaya. Dimana program ini merupakan program jangka pendek dan menengah (2004-2010) yang bertujuan untuk memperdalam integrasi regional dan mempersempit kesenjangan dalam ASEAN.
Pada perkembangan selanjutnya yaitu pada KTT ke 12 di Filipina tahun 2007 akselerasi untuk memcapai komunitas ASEAn dipercepat menjadi tahun 2015 yang sebelumnya direncanakan tahun 2020. Dalam tahap ini sudah disepakati adanya One Caring and Sharing Community pada 2015. Dalam komunitas ini nantinya diharapkan adanya pencapaian kerjasama, solidaritas, bersama melawan kemiskinan dan menikmati rasa aman termasuk keamanan manusia (human security).
Namun bagi penulis dalam penelitian ini akan lebih berfokus bagaimana sebenarnya posisi strategis Indonesia dalam hal mendorong adanya ide komunitas keamanan itu sendiri dalam ASEAN community. Tidak bisa dipingkiri Selama 40 tahun pendiriannya, ASEAN telah berhasil mengembangkan dan mempertahankan stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara, serta menumbuhkan saling percaya diantara negara anggotanya dan para Mitra Wicara ASEAN. ASEAN juga telah berkontribusi kepada keamanan dan kestabilan kawasan secara lebih luas di Asia Pasifik melalui Forum Regional ASEAN (ASEAN Regional Forum/ARF) sejak 1994. ARF mewadahi dialog dan pertukaran informasi mengenai masalah-masalah keamanan di Asia Pasifik. Walaupun terdapat keberagaman kondisi politik, ekonomi, dan budaya diantara negara-negara anggotanya, ASEAN telah menumbuhkan tujuan dan arah kerjasama, khususnya dalam mempercepat
(28)
integrasi kawasan. Hal ini terlihat semakin jelas dengan disepakatinya visi ASEAN 2020 di Kuala Lumpur tahun 1997 dan Deklarasi Bali Concord II di Bali tahun 2003 mengenai upaya perwujudan Komunitas ASEAN dengan ketiga pilarnya (politik-keamanan, ekonomi, dan sosial budaya).
Komunitas politik keamanan ASEAN (ASEAN Political Security Community/APSC) ditujukan untuk mempercepat kerjasama politik keamanan di ASEAN untuk mewujudkan perdamaian di kawasan, termasuk dengan masyarakat internasional. Komunitas politik keamanan ASEAN bersifat terbuka, berdasarkan pendekatan keamanan komprehensif dan tidak ditujukan untuk membentuk suatupakta pertahanan atau aliansi militer maupun kebijakan luar negeri bersama (common foreign policy). Komunitas politik keamanan ASEAN juga mengacu kepada berbagai instrumen politik ASEAN yang telah ada seperti Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN), Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC), dan Treaty on Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone (SEANWFZ) selain menaati Piagam PBB dan prinsip-prinsip hukum interansional terkait lainnya
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan penjelasan tentang pentingnya sebuah penelitian dilakukan, seberapa pentingnya penelitian tersebut misal bagi perkembangan ilmu pengetahuan atau hanya sekedar menjawab permasalahan yang ada. Masalah yang diteliti biasanya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya yang tegas dan jelas. Pada prinsipnya juga ruang lingkup masalah yang akan
(29)
dipecahkan harus dibatasi untuk mengambil kesimpulan (konklusi) yang pasti (defenitif).10
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah dalam skripsi atau penelitian ini adalah :
1. Bagaimana peran Indonesia dalam mewujudkan ASEAN Security Community dari segi kelembagaan ASEAN khusus terkait dengan upaya penanggulangan terorisme?
2. Upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menanggulangi permasalahan Terorisme berdasarkan Perjanjian-perjanjian yang telah disepekati dalam ASC?
3. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Indonesia dalam menanggukangi aksi terorisme di Indonsia
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah:
1. Sebagai tugas akhir dalam menempuh pendidikan strata 1 untuk memporeh gelar kesarjanaan.
2. Untuk mengetahui konsep-konsep Hubungan Internasional (Internasional relation) yang diaplikasikan dalam hal kerjasama antar Negara-negara sekawasan di Asia Tenggara.
10
Ir .I Made Wirartha,2006,Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Tesis,Yogyakarta:CV Andi., Hal.17.
(30)
3. Untuk lebih memahami permasalahan serta kondisi real dari kajian hubungan internasional khususnya permasalahan keamanan di Asia Tenggara khususnya melalui ASEAN Community.
1.4 Manfaat Penelitian
Sedang manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi Penulis penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis untuk melihat penerapan konsep-konsep ilmu politik dalam kehidupan praktis dimasyarakat.
2. Secara akademis diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan mahasiswa Departemen Ilmu Politik untuk dapat menjadi sumber rujukan bagi pengembangan kegiatan ilmiah khususnya berkaitan dengan pengembangan konsep-konsep marketing politik.
3. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran mengenai konsep-konsep dalam pengembangan hubungan internasional.
4. Secara aplikatif diharapkan dapat membentuk pemahaman baru dalam lingkup hubungan internasional khususnya di kawasan ASIA TENGGARA.
1.5 Kerangka Teori
Dalam melakukan sebuah penelitian agar dapat menjawab permasalahan penelitian yang telah didesain diperlukan sebuah acuan dalam menganalis
(31)
fenomena yang terjadi. Acuan tersebut ialah teori. Landasan teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis.11
Sebuah kerangka teori juga dibutuhkan sebagai pisau analisis dan menjadi kompas dalam sebuah penelitian agar dapat sinkron terhadap permasalahan yang sudah dirumuskan dalam masalah penelitian.
1.5.1. Konsep Komunitas
Kata komunitas (community) berasal dari bahasa latin coomunis yang kemudian menjadi coomunitas atau communitat (latin) yang artinya:12
a. A unified body of individuals
b. The people with common interests living in a particular area
c. An interacting population of various kinds of individuals (as species) in a common location.
d. A group of people with a common characteristic or interest living together within a larger society (a community of retired persons)
e. A group linked by a common policy.
f. A body of persons or nations having a common history or common social,economic,and political interests (the international community)
g. A body of persons of common and especially professional interest scattered through a larger society (the academic commnuty)
Defenisi lain dari commnity ialah sharing,participation and fellowship. Dari sudut pandang biologis komunitas-komunitas alamiah terbentuk didasarkan pada relationship. “ all living things are attracted to each other”. More often than
11
Ibid., Hal. 23.
12
www.m-w.com/dictionary/commnutiy,Hal.1-2. Diakses 12 Desember 2010
(32)
not, communities obey a built in mandate to gather together. Aturan atruran
komunitas ditemukan dialam setelah menjaga kehidupan di planet ini hingga saat ini dan kemungkinan besar akan seperti itu adanya hingga beberapa masa mendatang.
Suatu komunitas mengandung tiga karekteristik:13
Pertama, para anggota suatu komunitas berbagi identitas-identitas,
nilai-nilai dan pengertian-pengertian.
Kedua, mereka yang berada dalam komunitas memeliki berbagai sisi dan
hubungan langsung interaksi terjadi bukan secara tidak langsung dan pada domain-domain khusus serta terisolasi melainkan melalui hubungan tatap muka dan dalam berbagai keadaaan atau tata cara.
Ketiga, komunitas menunjukkan suatu resiprositas yang mengeskpresikan
derajat tertent kepentingan jangka panjang dan bahkan altruism (mementingkan orang lain) kepentingan jangka panjang didorong oleh pengetahuan dengan siapa seseorang berinteraksi dan altruisme dapat diahami sebagai suatu rasa kewajiban dan tanggung jawab.
Menurut Vanina Delobelle, definisi suatu komunitas adalah group beberapa orang yang berbagi minat yang sama, yang terbentuk oleh 4 faktor, yaitu:14
1. Komunikasi dan keinginan berbagi (sharing): Para anggota saling menolong satu sama lain.
2. Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu 13 Op cit,CPF Lulumima DKK, ASEAN 2015., Hal 14
14
www.vaninadelobelle.com, Corporate Community Management by Vanina Delobelle, diakses pada 20 desember 2010
(33)
3. Ritual dan kebiasaan: Orang-orang datang secara teratur dan periodic
4. Influencer: Influencer merintis sesuatu hal dan para anggota selanjutnya ikut terlibat
Vanina juga menjelaskan bahwa komunitas mempunyai beberapa aturan sendiri, yaitu:
1. Saling berbagi (Share): Mereka saling menolong dan berbagi satu sama lain dalam komunitas.
2. Komunikasi: Mereka saling respon dan komunikasi satu sama lain.
3. Kejujuran: Dilarang keras berbohong. Sekali seseorang berbohong, maka akan segera ditinggalkan.
4. Transparansi: Saling bicara terbuka dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu hal.
5. Partisipasi: Semua anggota harus disana dan berpartisipasi pada acara bersama komunitas.
Masih berkaitan dengan konsep komunitas bukan hanya ditentukan oleh wilayah melainkan juga relasional. Jika para anggota komunitas itu saling bertemu dalam artian berinteraksi itulah komunitas yang sesungguhnya atau yang aktual. Namun disisi lain komunitas juga dapat menjadi suatu yang dibayangkan. Karena para anggotanya tidak saling berinteraksi bertatapan mata, melainkan para anggotanya memiliki dalam pikirannya suatu citra mental mengenai kedekatan diantara mereka.
(34)
Dalam konteks politik, suatu bangsa menurut Bendict Anderson dapat diartikan sebagai “Imagined Comminity”15
Penciptaan komunitas yang terbayangkan dimungkinkan karena adanya kapitalisme cetak. Dimana para wirasswastaan pemilik modal mencetak buku atau media menyebarkan gagasan-gagasan kebangsaan yang dicetak dalam huruf dan bahasa yang dipahami bersama oleh para pengguna bahasa local. Komunitas politk itu bukan hanya terbatsa pada teritori saja melainkan lebih luas lagi pada tingkatan regional ataupun internasional. Itulah yang disebut sebagai “imagined
security community” oleh kalangan pendekatan komunitas untuk memahami
politik internasional.
. Lebih lanjut Anderson menambahkan suatu bangsa (Nation) dibayangkan sebagai suatau komunitas karena “regardless
of the actual inequality and explotation that may prevail in aeach ,the nations is always conceived as a deep,horizontal comradeship. Ultimately it is fraternity that makes it possible, over the past two centuries, for so many millions of people, not so much to kill as willingly to die for such limited imaginings.
Dalam kaitan itu ada jika ada sense of community akan ada pula kebebasan dan keamanan. Komunitas akan hidup dengan sendirinya, apabila rakyat menjadi cukup bebas untuk berbagi dan cukup aman untuk bergaul atau menyatu. Ini yang disebut sebagai semangat komunitas.16
15
Benedict Anderson,Imagined Communities
16
www.edgelife.net./glossary community,hal 2 diakses pada 20 Desember 2010
(35)
Morgan Scott Peck, penulis The Road Less Traveled menggambarkan beberapa karakteristik penting dari apa yang disebutnya sebagai komunitas yang sesungguhnya (a true community).17
1. Inclusivity commitment and consencus: Members accept and embrace each other,celebrating their individuality and transeding their differences. They commit themselves to the effort and the people involved. They make decisions and reconcile their differences trough consensus.
2. Realism. Members bring together multiple perspectives to better understand the whole context of the situation. Decisions are more well-rounded and humble, rather than one sided and arrogant.
3. Contemplation: members examine themselves. They are individually and collectively self aware of the world outside themselves, the world inside themselves and the relashionship between two.
4. A safe place: members allow others to share their vulnerability,heal themselves and express who they truly are.
5. A laboratory for personal disarmament: members experientially discover the rules for peacemaking and embrace its virtues. They feel and express compassion and respect for each other as fellow human beings.
6. A group that can fight gracefully. Members resolve conflicts with wisdom and grace. They listen and understand,respect each other’s gifts,accept each others limitations,celebrate their differences ,bind each others ,wounds ,and commit to a struggle together rather than each other.
17
www.wikepedia.org/wiki/M._Scoot_Peck,hal 9 diakses pada 25 Desember 2010
(36)
7. A group of all leaders: Members harness the flow of leadership to make decisions and a set a course of action. It is the spirit of community itself that leads and not any single individual.
8. A spirit: the true spirit of community is the spirit of peace,love ,wisdom and power. Members may view the source of this spirit as an outgrowth of the collective self as the manifestation of a higher will.
Dengan kata lain ada 3 kualitas hubungan yang saling berkaitan di dalam kehidupan komunal:
1. Tolerance oppeness to others ,curiosty ,perhaps even respect ,a willingness to listen and learn
2. Reciprocity saling bantu satu sama lain
3. Trust-the confident expectation that people,institution and things will act in a consistent,honest and appropriate way (or more accurately, trustworthiness-reliability) is essential if communities are to flourist.
1.5.2. Integrasi Regional
Thomas Khun menyiratkan bahwa dunia mengalami pergeseran paradigma yang melahirkan terobosan-terobosan baru dalam berbagai bidang kehidupan (ekonomi-politik). Pergeseran paradigma itu akan terjadi jika timbul suatu krisis (deadlock) yang melahirkan peran baru pula.18
Dalam hal ini adalah terutama negara-negara dunia ketiga yang mungkin terjadi seputar masalah yang berkaitan dengan posisinya dalam hubungan ini yang
18
Aleksius Jemadu,2008,Politik Global Dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Graha Ilmu., Hal 61.
(37)
terjadi blok-blok kekuatan ekonomi baru dalam bentuk regionalism baru pula. Persoalan ini terletak dalam pencarian alternative kedalam bentuk kerjasama ekonomi diantara mereka sebaga suatu batu loncatan bagi pengintegrasian menuju kea rah perekonomian global sesuai dengan prioritas dan kepentingan pembangunan masing-masing.
Munculnya suatau prioritas baru dalam bentuk integrasi regional yang dijadikan sebagai dasar sebuah paradigma dimana kepentingan kelompok menjadi yang utama dari pada paradigma kepentingan nasional. Yang nantinya paradigma atas kepentingan regional dunia saat ini akan mengarah pada sifat mengelompokkan diri kedalam konstelasi kepentingan ekonomi regional.19 Diantara contohnya dari integrasi regional ini daam aspek ekonomi politik dan keamanan misalnya Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), Masyarakat Ekonomi ASEAN, ASEAN Security Community.
1.5.3 Teori Komunitas Keamanan
Komunitas keamanan bisa diartikan sebagai kelompok rakyat yang terintegrasi pada satu titik dimana terdapat jamninan nyata bahwa para anggota komunitas tersebut tidak akan berperang satu sama lain secara fisik,melainkan akan melakukan perselisihan diantara mereka dengan cara lain.20
Ada dua bentuk komunitas keamanan yang dilansir Deutch yaitu: - Amalgamated Security Community (ASC)
19
Drs P Anthonius Sitepu,Konsep Integrasi Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional
dalam web
20
Karl w Deustch.1957, Political community and the north antalantic area. International Organization in the light of political Experience. Princeton University Press
(38)
Ada ketika teerjadi penggabungan dua atau lebih unit unit yang tadinya independen kedalam satu unit yang lebih besar,dengan satu tipe pemerintahan bersama setelah terjadinya amalgamasi. Contohnya adalah AS.
- Pluralistic Security Commnity (PSC)
Tetap mempertahankan independensi hukm dari pemerintahan-pemerintahan yang terpisah. Negara dalam PSC memiliki kesesuaian mengenai nilai-nilai inti yang didorong dari institusi bersama dan tanggung jawab bersama membangun identitas bersama dan loyalitas rasa kekitaan.
Fondasi-fondasi konsep dalam membentuk komunitas keamanan ada 3:
Pertama, terdapat kondisi-kondisi yang mempercepat terbentuknya komunitas
keamanan yaitu terjadinya perubahan teknologi dan ancaman dari luar.
Kedua ,adanya factor-faktor kondusif untuk membangun rasa saling percaya dan
identitas kolektif melalui interaksi langsung yang amat sering dalam berbagai pertemuan bersama,barulah terjadi pembelajaran sosial dan bangunan organisasi. Pada proses ini diperlukan dibutuhkan adanya kekuatan dan pengetahuan mengenai sesamanya. Kekuatan bukan hanya hard power tetapi juga soft power.
Ketiga, kondisi-kondisi yang diperlukan untuk menciptakan dependable
expectation of peaceful change dibutuhkan sosialisasi pada tingkatan elit politik dan rakyat agar muncul rasa saling percaya yang pada gilirannya mencipatakan identitas kolektif. Dengan demikian akan tercipta pula kebudayaan regional yang diterima bersama misal tentang demokrasi,developmentaslism,pasar bebas dan lain-lain
(39)
1.5.4. Pikiran Membangun Komunitas
Konsep Asia Tenggara bersatu merupakan cita-cita ASEAN sejak didirikan tahun 1967. Pengertian Asia Tenggara bersatu bukanlah dalam arti bukan dalam artian integrated state, federal state tetapi adanya cohesiveness.
Terminologi komunitas merujuk pada pengertian nilai-nilai bersama, norma-norma dan simbol-simbol yang member identitas atau perasaan kekitaan (sense of we-ness). Komunitas ASEAN dapat dijabarkan berdasarkan rumusan community building, dimana kita percaya bahwa komunitas itu terkait dengan orang (people).
Keterikatan yang dibentuk bukannya diantara badan atau institusi, perjanjian atau prosdur tetapi suatu komitmen, perasaan saling menjaga dan saling berbagi perasaan saling berpartisipasi dan berbagi kepemilikan dan perasaan saling memiliki. Komunitas regional ASEAN memiliki 3 komponen: integrasi regional yang berkembang,perasaan akan adanya suatu identitas regional dan saling berbagi nilai-nilai. Integrasi ekonomi akan membantu tumbuhnya perasaan adanya suatu identitas regional yang tidak hanya mengakut masalah bisnis tetapi juga dalam hal saling membuka kesempatan.
Dalam disiplin hubungan internasional pembangunan komunitas memerlukan waktu yang panjang. Alasan utama karena pembangunan komunitas menyiratkan upaya meruntuhkan keyakinan para pemikir realis yang menyatakan bahwa norma-norma, simbol-simbol dan identitas kebersamaan hanya dapat diwujudkan pada tataran nasional dan bukan pada tataran internasional.21
21
Makmur Keliat,Pembangunan Komunitas ASEAN,Kompas 1 desember 2004
(40)
Pada gagasan paradigma gagasan komunitas ASEAN mengharuskan perubahan substansial dalam mentalitas Negara-negara anggota yaitu tiap Negara anggota harus berpikir meninggalkan paradigma pemikiran realis. Dalam arti praktis ASEAN harus ditransformasikan dari institusi yang diarahkan oleh negara anggotanya ke institusi yang bisa memilki otoritas yang jauh lebih besar untuk mengatur perilaku Negara angotanya dan mengharuskan pelibatan aktor non-negara yang lebih besar.22
Pada tataran operasional kebijakan,gagasan komunitas ASEAN mempekuat institusi ASEAN menjadi insitutusi yang memiliki banyak tangung jawab. Ini menyiratkan harus adanya kerjasama yang kuat diantara negara-negara anggota jika tidak ingin kewajiban atau tugas-tugas yang ada saat ini tida berjalan dengan maksimal. Hal lainnya adalah agar kesepakatan-kesepakatan pada tataran regiona dapat langsung diimplementasikan pada tataran nasional.
1.6. Metodologi Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian dengan metode deskriptif. Penelitian metode deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan dengan cermat fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan atau menggambarkan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.23
22
OP.Cit, CPH Lululima DKK, ASEAN 2015., Hal. 26
23 Sanapiah Faisal,1997,
Format-Format Peneltian social: Dasar-dasar dan Aplikasi,Jakarta: Rajawali Press., Hal. 20. Untuk pemahaman lebih lanjut tengan metode Deskripsi lihat Rianto Adi,2004, Metodologi Penelitian social dan hukum, Jakarta: Granit
(41)
Dalam metode penelitian yang bersifat deskriptif ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:24
- Menguatkan perhatian pada masalah-masalah yang pada saat penelitian dilakukan atau masalah-masalah yang bersifat actual
- Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber umumnya data nya bersifat dokumen, tertulis teknik ini juga dikenal studi dokumen atau literature study25 yang bisa diperoleh melalui perpustakaan, surat kabar, buku, majalah atau dokumen lainnya untuk data yang dikumpulkan bersifat sekunder. Termasuk juga informasi dari situs internet.
1.6.3 Teknik Analisa data
Sesuai dengan metode penelitian dalam menganalisa data ,data yang digunakan penulis adalah jenis data kualitatif. Metode kualitatif dapat diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif bisa berupa ucapan, tulisan dan perilaku yang diamati. Untuk selanjutnya data-data yangterkumpul akan dieksplorasi secara mendalam yang pada akhirnya akan menghasilkan kesimpulan untuk menjawab masalah dalam penelitian.
24 Hadari Nawawi,1995,
Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University
Press., Hal.63
25
Rianto Adi,2004, Metodologi Penelitian social dan hukum, Jakarta: Granit., hal.61.
(42)
Dalam kerangka ini mendeskripsikan data peneliti tidak memberikan interpretasi sendiri. Temuan lapangan hendaknya dikemukakan dengan berpegang pada prinsip emik dalam memahami realitas atau bersifat penafsiran atau evaluatif.26
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini bersisi tentang, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, hipotesis, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : DESKRIPSI ASEAN SECURITY COMMUNITY
Bab ini berisi tentang gambaran umum dari obyek/lokasi penelitian. Penulis akan memaparkan gambaran umum tentang objek penelitian secara komprehensif.
BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS
Bab ini berisikan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan mengenai peran yang dilakukan Indonesia dalam mendorong pembentukan ASEAN Security Community.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
26
Burhan Mungin,2001,Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa., Hal. 187
(43)
Bab ini berisikan kesimpulan analisis data dan saran dari hasil yang diperoleh melalui analisis di BAB III.
(44)
BAB II
DESKRIPSI KONDISI ASEAN SECURITY COMMUNITY
Bab ini khusus membahas tentang objek penelitian dari skripsi ini yaitu tentang ASEAN Community khususnya Asean Security Community (ASC). Lebih lanjut di Bab II ini akan menguraikan dengan gamblang tentang seluk-beluk ASC tersebut sebagai sebuah tujuan dasar dari tiga tujuan yang termaktub dalam visi ASEAN dalam mewujudkan ASEAN Community. Namun terlebih dahulu akan dibahas secara vertikal yaitu dari konsep Masyarakat ASEAN (ASEAN Community) lalu kemudian menukik ke pembahasan ASC.
ASEAN Security community sebagai sebuah visi bersama adalah tujuan dasar dari pembentukan ASEAN yang sudah dilembagakan 43 tahun yang lalu.27 Untuk itulah kerangka yang lebih luas dalam hal penjagaan kemanaan bersama (Security Keep on together) diperlukan dalam bentuk Asean Security Community.
2.1 Gagasan Dasar
Gagasan dasar masyaraat keamanan ASEAN pertama sekali digagas oleh Dr Rizal Sukma28 yang ditujukan kepada Departemen luar Negeri pada saat itu.29
27
ASEAN didirikan pada 8 Agustus 1967 yang pada saat itu hanya terdiri dari lima anggota yaitu: Indonesia,Filipina,Thailand,Singapura,Malasya
28
Dr Rizal Sukma merupakan satu dari 100 pemikir terkemuka dunia versi majalah Foreign Policy, AS. Selain sebagai direktur eksekutif CSIS beliau juga pernah menjabat sebagai ketua lembaga Hubungan
Luar negeri PP Muhammadiyah. Lihat
http://www.antaranews.com/berita/1259481250/rizal-sukma-masuk-100-pemikir-terkemuka-dunia.
29
Op. cit.CPF Lululima Dkk., Hal.35
(45)
Bagi Rizal gagasan security community menjadi sangat masuk akal mengingat konstelasi politik global; pasca 11 September 2001 .30
“Gagasan mengenai ASEAN Security Community dimaksudkan untuk memberi sense of purpose yang dibutuhkan, tujuan praktis yang perlu dimiliki, dan kondisi masa depan yang harus diwujudkan oleh semua negara anggota. Gagasan mengenai ASEAN Security Community dapat menjadi gagasan yang sejalan dengan usulan Singapura mengenai pentingnya transformasi ASEAN menjadi sebuah Masyarakat Ekonomi (ASEAN Economic Community) pada tahun 2020. Dalam jangka panjang, sebuah masyarakat ekonomi yang berkelanjutan (a sustainable economic community) hanya dapat dijamin dengan terbentuknya sebuah security community. Sebaliknya, sebuah security community tidak akan terjamin kelangsungannya tanpa adanya fundasi kepentingan bersama yang dihasilkan oleh economic community. Dengan kata lain, economic community dan security community akan saling mendukung dan memperkuat satu sama lainnya. Karena itu, gagasan mengenai ASEAN Community, dimana adanya keterkaitan kuat antara integrasi ekonomi dan cooperative security, bukanlah sesuatu yang tidak mungkin untuk diwujudkan dimasa mendatang.”
Setelah dipelajari lebih lanjut selanjutnya gagasan ini secara resmi di ajukan oleh Indonesia pada pertemuan Tingkat Menteri ASEAN (ASEAN Mininsteial Meeting/AMM) ke 36 di Pnom Penh, Kamboja pertengahan tahun 2003 kemarin. Dalam hal ini Indonesia megaskan bahwa pada dasarnya ASC adalah suatu masyarakat yang secara khusus mengandalkan proses damai dalam menyelesaikan perselisihan yang mungkin terjadi diantara sesama anggota.
Selain itu Indonesia juga menggarisbawahi bahwa keamanan dalam masyarakat itu merupakan suatu kesatuan yang utuh dan bulat. Pada dasarnya kerjasama ASEAN yang berlandaskan pada ketahanan Nasional dan Regional sudah direncanakan pada KTT Bali I dan semenjak tahun 1990-an sudah disempurnakan dengan menambahkan konsep keamanan komprehensif. Dimana ketahanan nasional dan keamanan komprehenif merupakan persyaratan utama
30Untukpenjelasanlebihlanjutsilahkanihathttp://jowo.jw.lt/pustaka/dokumen/Dokumen_03/Kea
manan_Internasional_Pasca_11_September_txt.tt
(46)
bagi upaya untuk meningkatkan keamanan regional melalui pembangunan ekonomi.
Sebenarnya sejak ASEAN dibentuk di tahun 1967 hubungan antara pembangunan ekonomi dan keamanan sudah mendapat porsi peran kunci dalam pertimbangan dan persetujuan keamanan regional. Hubungan ini diakui dalam konsep atau doktrin ketahanan Nasional dan regional yang menggarisbawahi bahwa pembangunan ekonomi setiap negera anggota merupakan landasan dasar bagi upaya mencapai stabilitas, sebagaimana stabilitas sendiri merupakan kunci dari keberhasilan pembangunan ekonomi.
Ketahan Nasional dan Regional mencakup seluruh spectrum kehidupan setiap Negara anggota dalam melenyapkan rasa ketidakamanan yang mendalam dari ancaman tantangan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Tantangan yang dimaksud seperti:
- Komunisme - Gerakan separatis
- Perseteruan antar suku, agama dan ras (SARA) - Ancaman keamanan konvensional
Dalam perkembangan selanjutnya berbagai proposal telah diajukan untuk memperuas persepsi persepsi ASEAN terhadap ancaman agar mencakup bidang yang lain dalam hal ini adalah politik seperti HAM,Demokrasi ,Perusakan lingkungan,kejahatan internasional dan lain sebagainya.
(47)
2.2. Tujuan ASC
Istilah Masyarakat Keamanan ASEAN sebenarnya sudah dipakai dengan mengacu pada ZOPFAN dan Treaty of Aminity And Cooperation in Southeast
Asia. Namun semenjak tahun 2003 barulah mendapat penegasan. Secara umum
konsep Masyarakat Keamanan ASEAN mengacu pada Piagam PBB dan prinsip-prinsip hukum internasional.
Pada perkembangan lebih lanjut melalui Masyarakat Keamanan ASEAN kemudian dikembangkan kerjasama politik yakni memperkuat keamanan yang sudah ada dengan melalui pembentukan dan pemberlakuan norma-norma serta pengembangannya,pencegahan merebaknya konflik,pengembangan cara-cara penyelesaian konflik dan pembangunan perdamaian pasca konflik.
2.2.1 Latar Belakang Terbentuknya ASC
Terbentuknya ASC sebenarnya dilatarbelakangai oleh kegelisahan dan keresahan dari para pemimpin negara-negara Asia Tenggara yang ingin mencipatakan kawasan yang damai dari segala ancaman baik yang bersifat tradisional atau tidak. Seperti yang tercantum dalam Declaration Concord II khususnya poin ASC yakni :
ASEAN SECURITY COMMUNITY (ASC)
1. The ASEAN Security Community is envisaged to bring ASEAN’s political and security cooperation to a higher plane to ensure that countries in the region live at peace with one another and with the world at large in a just, democratic and harmonious environment. The ASEAN Security Community 35
(48)
members shall rely exclusively on peaceful processes in the settlement of intra-regional differences and regard their security as fundamentally linked to one another and bound by geographic location, common vision and objectives.
2. The ASEAN Security Community, recognizing the sovereign right of the member countries to pursue their individual foreign policies and defense arrangements and taking into account the strong interconnections among political, economic and social realities, subscribes to the principle of comprehensive security as having broad political, economic, social and cultural aspects in consonance with the ASEAN Vision 2020 rather than to a defense pact, military alliance or a joint foreign policy.
3. ASEAN shall continue to promote regional solidarity and cooperation. Member Countries shall exercise their rights to lead their national existence free from outside interference in their internal affairs.
4. The ASEAN Security Community shall abide by the UN Charter and other principles of international law and uphold ASEAN’s principles of non-interference, consensus-based decision-making, national and regional resilience, respect for national sovereignty, the renunciation of the threat or the use of force, and peaceful settlement of differences and disputes.
5. Maritime issues and concerns are transboundary in nature, and therefore shall be addressed regionally in holistic, integrated and comprehensive manner. Maritime cooperation between and among ASEAN member countries shall contribute to the evolution of the ASEAN Security Community.
(49)
6. Existing ASEAN political instruments such as the Declaration on ZOPFAN, the TAC, and the SEANWFZ Treaty shall continue to play a pivotal role in the area of confidence building measures, preventive diplomacy and the approaches to conflict resolution.
7. The High Council of the TAC shall be the important component in the ASEAN Security Community since it reflects ASEAN’s commitment to resolve all differences, disputes and conflicts peacefully.
8. The ASEAN Security Community shall contribute to further promoting peace and security in the wider Asia Pacific region and reflect ASEAN’s determination to move forward at a pace comfortable to all. In this regard, the ARF shall remain the main forum for regional security dialogue, with ASEAN as the primary driving force.
9. The ASEAN Security Community is open and outward looking in respect of actively engaging ASEAN’s friends and Dialogue Partners to promote peace and stability in the region, and shall build on the ARF to facilitate consultation and cooperation between ASEAN and its friends and Partners on regional security matters.
10. The ASEAN Security Community shall fully utilize the existing institutions and mechanisms within ASEAN with a view to strengthening national and regional capacities to counter terrorism, drug trafficking, trafficking in persons and other transnational crimes; and shall work to ensure that the Southeast Asian Region remains free of all weapons of mass destruction. It shall enable
(50)
ASEAN to demonstrate a greater capacity and responsibility of being the primary driving force of the ARF.
11. The ASEAN Security Community shall explore enhanced cooperation with the United Nations as well as other international and regional bodies for the maintenance of international peace and security.
12. ASEAN shall explore innovative ways to increase its security and establish modalities for the ASEAN Security Community, which include, inter alia, the following elements: norms-setting, conflict prevention, approaches to conflict resolution, and post-conflict peace building.
(51)
(52)
2.2.2 Komponen-Komponen Masyarakat Keamanan ASEAN
Dalam menjalankan norma-norma dalam kerjasama ini tidak serta merta Negara-negara ASEAN ini begitu saja membebaskan segala urusan dalam negerinya untuk dicampuri. Namun mereka tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip non-interferensi,pengambilan keputusan berdasarkan mufakat,ketahanan Nasional dan Regional, saling menghormati kedaulatan nasional, penghindaran penggunan kekuatan dan penyelesaian perbedaan maupun perselisihan secara damai.
Keamanan pemerintahan (Regime Security) adalah sasaran utama masyarakat keamanan ASEAN. Maksudnya adalah bahwa negera-negara anggota harus tetap berpegang teguh pada proses damai dalam penyelesaian setiap sengketa serta menganggap bahwa keamanan sebagai bagian yang integral dari lingkungan geografis, visi dan sasaran bersama.
Bila seandainya konflik tidak dapat dihindarkan, kerjasama ini akan membatasi ruang lingkup konflik tersebut sekecil mungkin dan langkah-langkah harus segera diambil untuk mencari solusinya.
Kerjasama politik yang dicanangkan Indonesia dalam masyarakat keamanan ASEAN mengetengahkan pengembangan suatu lingkungan yang adil, demokratis dan serasi (harmonious), penegakan HAM dan kewajiban azasi manusia. Penyelesaian masalah –masalah perbatasan darat, laut dan udara melalui delimitasi dan demarkasi juga diketengahkan dalam pengembangan kerjasama politik ini.
(53)
Dengan mengetengahkan konsep demokrasi dan HAM Indonesia memperluas konsep keamanan pemerintahan ke keamanan kemanusiaan (human security). Keamanan manusia ini menjadi isu hangat yang penting untuk dilaksanakan mengingat paradigma pemikiran hari ini mengarah pada pembangunan kemanusiaan tidak hanya sebatas institusionalisme.
Masyarakat Keamanan ASEAN tidaklah dimaksudkan untuk mengintegrasikan atau meleburkan politik luar negeri masing–masing negara anggota ASEAN. Politik luar negeri dan pertahanan tetap dirumuskan dan dilaksanakan oleh masing-masing anggota tanpa intervensi dari negara anggota yang lain. Dalam hal ini ASEAN secara keseluruhan berpegang pada prinsip keamanan komprehensif, ketahanan Nasional dan Regional yang memiliki aspek-aspek politik, sosial dan ekonomi.
Disisi lain Negara-negara ASEAN juga harus tetap berpegang teguh pada hak-haknya untuk mempertahankan eksistensi yang bebas dari campur tangan pihak luar dalam urusan internal masing-masing. Perkembangan yang baru ini ialah bahwa Negara hanya dianggap sama dalam pelaksanaan kedaulatannya apabila ia menjamin diberlakukannya standar-standar minimal dalam tata kelola yang baik (good governance) bagi warganya.31
Sebuah prinsip dalam Masyarakat Keamanan ASEAN yang di kemudian hari menjadi problematis sendiri ialah bahwa kerjasama ini tetap harus mencerminkan kebulatan tekad ASEAN untuk melangkah maju dengan derap yang dapat diterima oleh semua Negara anggota.
31
ASEAN Charter, Executive Summary, Fundamental Principles and Objective
(54)
2.1.4 Prinsip dan Kebijakan ASC
Ada beberapa prinsip dan kebijakan yang sudah menjadi pedoman mutlak bagi ASEAN yang selalu menjadi ruh dalam setiap kerjasama yang di hasilkan oleh ASEAN termasuk juga dalam konteks Masyarakat Keamanan ASEAN yakni:
- Penyelesaian perselisihan secara damai - Nilai-nilai lain yang tercantum dalam TAC
- Dewan tinggi TAC sebagai lembaga pelaksanaan penyelesaian perselisihan damai
- Menghormati kedaulatan Negara anggota - Non-Interferensi
- Pembuatan keputusan atas dasar musyawarah mufakat
- Ketahanan Nasional dan Regional dan keamanan komprehensif
- ASEAN Regional Forum sebagai wahana untuk meningkatkan kerjasama politik dan keamanan di kawasan ASIA-PASIFIK
- Memperkuat proses ARF dalam mendukung masyarakat keamanan ASEAN
Dalam Masyarakat Keamanan ASEAN hal-hal baru yang menjadi fokus adalah masalah-masalah kelautan yang bersifat lintas batas dan oleh sebab itu harus ditangani secara regional, holistis, integrative serta komprehensif. Pemeliharaan dan peningkatan keamanan dan keselamatan di Selat Malaka dan Selat Singapura merupakan tanggung jawab ketiga Negara pantai yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura.
(55)
Dalam hal ini ketiga Negara harus bekerjasama maritim lintas batas dengan dasar yang sudah diletakkan pada tahun 1971.
Berdasarkan Bali concord II terdapat 12 ASC yakni:
1. ASC ditujukan untuk kerjasama politik dan keamanan ASEAN ketingkat yang lebih tinggi guna menjamin agar Negara-negara di kawasan ini hidup dengan damai satu dengan yang lain dan dengan dunia luar dalam lingkungan yang adil,demokratis dan harmonis. Anggota ASC semata-mata akan mengandalkan pada proses damai dalam menyelesaikan pertikaian intra regional serta memandang keamanan mereka sebagai terkait satu sama lain secara fundamental dan diikat oleh lokasi geografis ,visi dan tujuan yang sama.
2. ASC sementara mengakui hak berdaulat setiap Negara anggota untuk mengikuti kebijakan luar negeri dan pengaturan pertahanan masing-masing dan memperhatikan saling keterkaitan antara realitas politik, ekonomi dan sosial mengedepankan prinsip keamanan yang luas
3. ASEAN akan terus memajukan solidaritas dan kerjasama regional. Negara-negara anggota akan melaksanakan hak mereka untuk menjalani kehidupan Nasional yang bebas dari campur tangan luar dari masalah dalam negeri masing-masing.
4. ASC akan mematuhi piagam PBB dan prinsip-prinsip hukum internasional lainnya yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip ASEAN yakni tidak saling mencampuri urusan dalam negeri masing-masing, pembuatan keputusan melalui consensus, ketahanan Nasional dan Regional, penghormatan
(56)
terhadap keamanan nasional, penolakan terhadap ancaman dan penggunaan kekerasan dan penyelesaian perbedaan dan persengkataan secara damai.
5. Isu dan masalah maritim bersifat lintas batas dan oleh karenanya akan ditangani secara holistis, terintegrasi dan komprehensif. Kerjasama maritim diantara Negara sesame anggota ASEAN akan memberikan sumbangan terhadap ASC.
6. Instrumen-instrumen politik ASEAN yang ada seperti deklarasi ZOPFAN, TAC dan SEANWFZ akan tetap memainkan peran penting dalam CBM prenvetive diplomacy dan pendekatan penyelesaian konflik.
7. High council dari TAC akan merupakan komponen penting dalam ASC mengingat ia merefleksikan komitmen ASEAN untuk mengakhiri perbedaan, pertikaian dan konflik secara damai.
8. ASC akan menyumbang terhadap pemajuan perdamaian dan keamanan diwilayah Asia Pasifik yang lebih luas dan merupakan refleksi dari kemauan ASEAN untuk melangkah dengan kecepatan yang nyaman untuk semua. Dalam hal ini ARF akan tetap menjadi forum utama dialog keamanan Regional dengan ASEAN sebagai motor utamanya.
9. ASC bersifat terbuka dan berorientasi keluar dengan menjalin hubungan dengan secara aktif dengan para sahabat dan mitra dialog ASEAN dalam rangka memajukan perdamaian dan stabilitas kawasan ini dan akan menjadikan ARF sebagai pilihan untuk memfasilitasi konsultasi dan
(57)
kerjasama antara ASEAN dan sabahat serta mitra mengenai masalah keamanan Regional.
10. ASC akan memanfaatkan sepenuhnya insitusi dan mekanisme dalam ASEAN dengan tujuan memperkuat kapaitas nasional dan regional untuk mengatasi terorisme,perdagangan obat-obat terlarang, perdagangan manusia dan kejahatan transnasional lainnya dan akan berupaya agar ASEAN tetap bebas dari senjata pembuat massal. Hal ini akan memungkinkan ASEAN untuk menunjukkan kapaitas dan tanggung jawab yang lebih besar sebagai motor utama ARF.
11. ASC akan menjajaki peningkatan kerjasama dengan PBB serta badan-badan internasional dan regional lainnya dalam rangka memelihara perdamaian dan keamanan internasional.
12. ASEAN akan mencari cara-cara inovatif untuk meningkatkan keamanan dan membangun modalitas ASC, meliputi antara lain elemen-elemen berikut ; pembentukan norma-norma, pencegahan komflik, pendekatan damai pasca konflik.
Membaca Bali concord kedua sebagai ruh dari kerjasama ASEAN terlebih dalam kajian ini ASC terlihat sedikit adanya pergeseran paradigma dari orientasi yang sepeuhnya terfokus pada keamanan Negara dan hubungan antar Negara menuju keamanan yang lebih memperhatikan pembangunan politik yang lebih demokratis, meskipun masih samar-samar. Dalam Bali Concord 2 juga mendorong agar negara-negara anggota legowo dalam menerima kritik dari sesama anggota.
(58)
BAB III
ANALISIS PERAN INDONESIA MEWUJUDKAN STABILITAS KEAMANAN REGIONAL DAN NASIONAL MENGHADAPI
TERORISME
Bab ini merupakan bagian inti dalam penelitian skripsi ini. Didalamnya secara khusus akan membahas tentang bagaimana peran yang dimainkan Indonesia dalam hal penguatan (Strengthening) dan pembangunan (Development) dalam bidang Keamanan baik kemanan yang bersifat Nasional (National Security) maupun kemanan Regional (Regional Security) dalam konteks ASC khususnya dalam menghadapi ancaman Terorisme.
Terlebih dahulu dalam Bab ini akan diketengahkan tentang tahapan dan dinamika peran yang dimainkan oleh Indonesia dalam ASC (ASEAN Security Community ) secara eksternal atau kelembagaan dan secara internal atau didalam Negeri Indonesia sendiri. Serta di akhir Bab ini akan dikemukakan pula hambatan-hambatan yang dialami oleh Indonesia dalam mengani masalah terorisme.
3.1. Peran Indonesia Dalam Mewujudkan Keamanan Regional
3.1.1 Dalam Skala Eksternal
Adalah suatu kenyataan bahwa peran Indonesia dalam mengajukan dan mengembangkan konsep ASC (Asean Security Commnity) sangat besar khususnya dalam meletakkan dasar-dasar dalam bidang politik dan keamanan di
(59)
ASEAN. Dari awal Indonesia mendorong agar tercipatanya suatu tatanan Regional yang mandiri yang bebas dari campur tangan asing.
Hal ini menjadi dasar pijakan berpikir kritis Indonesia pada saat itu dikarenaka juga Indonesia diawal-awal kemerdekaan sangat getol melancarkan propaganda anti kolonialisme dan bersifat netral dalam konstelasi politik yang terjadi antara Timur (USSR) dan Barat (US) lewat gerakan Non-Bloknya.
Diawal-awal timbulnya ide ini sebenarnya tidak semua anggota ASEAN mengamini bahkan terdapat beberapa dari Negara sahabt di ASEAN menaruh curiga dari ide awal ASC ini khususnya terhadap ide besar Indonesia sebagai Negara terbesar di kawasan Asia Tenggara yang dalam sejarahnya pernah mengkampanyekan ide konfrontasi dengan Negara partnernya saai ini di ASEAN yakni Malaysia termasuk juga dengan Singapura.32
Selain itu memang deklarasi ZOPFAN dan mekanisme untuk menyelesaikan konflik dalam TAC yang mengedepankan peranan Negara-negara kawasan sendiri mencerminkan sikap Indonesia yang menginginkan Negara-negara ASEAN menjadi tuan rumah di Negara-negaranya sendiri. Selain itu dalam Bali Concord I juga ditekankan pandangan Indonesia mengenai keamanan yang bersifat komprehensif (comprehensive security) dimana setiap bidang kait mengait dalam membangun ketahanan Nasional.33
Selama masa ORBA pembangunan dalam negeri Indonesia sangat menekankan keamanan dalam negeri Indonesia. Karena pada masa itu Indonesia sedang giat membangun perekonomian Nasionalnya dengan bersendikan
32
Op.Cit. CPF Luhulima DKK., hal.88
33
Ibid., Hal.88
(60)
keamanan internal dan eksternal (kawasan). Kegiatan sekuritisasi dilakukan di hampir setiap lini atau bidang termasuk politik, ekonomi maupun sosial dan budaya.
Namun yang perlu dicatat meski dominasi kekuatan militer pemerintah Orba di bawah Soeharto tidak mengedepankan organisasi militer atau pertahanan militer sebagai strategi pertahanan dan keamanan baik dalam menghadapi ancaman yang datangnya dari dalam maupun dari luar.
Doktrin yang dikembangkan oleh Indonesia ini mengenai ketanahan Nasional (National resilience) dan ketahanan Regional (Regional Resilience) sebenarnya diadopsi dalam Declaration Of ASEAN Concord I. maksudnya adalah bahwa pendekatan keamanan ini ini meskipun sifatnya lebih komprehensif yang bersifat state security tak jarang dalam prakteknya sering melanggar HAM secara sistematis yang ditunjukkan oleh Negara-negara ASEAN khususnya yang masih berada dalam pemerintahan otoriter atau semi otoriter.
Pada kenyataannya memang Indonesia di masa Soeharto merupakan Negara yang tergolong dalam konservatif dalam ASEAN apabila dikaitkan dengan kesedian menyerakhan sebagai kewenangan kepada institusi ASEAN. Oleh sebab itu tidak heran hingga kini prinsip kedaulatan masih tetap terjaga misal nya saja dalam kasus penahanan aktivis demokrasi Au san Su kyi oleh rezim junta militer Myanmar. Negara-negara anggota ASEAN termasuk institusi ASEAN tidak punya hak untuk mencapuri atau mengintervensi hal tersebut.
(61)
Bisa dipahami Indonesia sangat sensitif dalam hal kedaulatan dan intervensi dari luar mengingat pengalaman sejarah seperti pemberontakan daerah yang sedikit banyaknya mendapat pengaruh dari luar.
Oleh sebab itu dalam hal ini bisa kita cermati bahwa Indonesia mengambil posisi di garis yang terdepan dalam memajukan konsep ASC. Ada beberapa alasan Indonesia mengusulkan konsep ASC sebagai sebuah hal yang mendesak :
Pertama, sejak terjadi reformasi politik pada tahun 1998 yang mengantarkan
Indonesia menjadi Negara demokrasi yang utuh. Demokrasi dan HAM menjadi isu sentral dalam kehidupan Nasional Indonesia yang ikut pula mempengaruhi permusan kebijkan luar Negeri. Demokratisasi juga memperluas actor yang turut mempengaruhi kebijakan luar negeri termasuk Indonesia sebagai kelompok penekan msialanya semakin meningkatnya peran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Lembaga Swadaya Masayarakat, media dan kalangan akademisi. Diantara isu yang diangkat oleh kelompok penekan tadi adalah isu tentang ketidakpuasan terhadap kinerja ASEAN yang terlalu State-oriented dan kurang atau mengabaikan aspirasi masyarakat luas serta kurang peduli terhadap hak-hak sipil dan politik masyarakatnya.
Kedua, Pengalaman Indonesia menghadapi kekerasan di Timor timur pada tahun
1999 kemarin serta ketidak mampuan Negara-negara ASEAN lainnya untuk mengambil peran utama dalam memulihkan keamanan alhasil pasukan internasional di dominasi oleh tentara Australia yang tentu saja menimbulkan kemarahan kelompok Nasionalis Indonesia yang memunculkan ide di Jakarta agar
(62)
nantinya ASEAN ke depan bisa lebih berperan dalam memelihara perdamaian Regional secara aktif tanpa menyampingkan peran dunia internasional.
Ketiga, dalam rangka mengisi rencana komunitas ASEAN yang disepakati di
KTT ASEAN di Bali pada tahun 2003 kemaren,Indonesia mengambil inisiatif yang dapat mengembalikan kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang redup sejak Indonesia ditimpa krisis multidimensi pada tahun 1997 silam.
Keempat, Indonesia berpendapat bahwa setelah ASEAN Free Trade Area mulai
diimplementasikan atas dasar usul Singapura tentang komunitas ekonomi ASEAN kerjasama ASEAN terlalu di warnai dengan isu-isu ekonomi sementara kerjasama politik-keamanan, khususnya yang membenahi hubungan intra ASEAN kurang mendapat perhatian. Oleh sebab itu konsep ASC diajukan oleh Indonesia sebagai payung kerjasama politik-keamanan untuk mewujudkan visi komunitas ASEAN. Harus diakui memang bahwa dalam ASEAN selama ini Indonesia lebih menaruh perhatian terhadap masalah politik-keamanan daripada masalah ekonomi karena Indonesia cenderung merasa kalah bersaing di bidang ekonomi dengan Negara-negara ASEAN lainnya.34
Dalam konteks ini sebernanya ada beberapa usul dalam konsep ASC yang mengabaikan prinsip-prinsip baku dalam ASEAN yang dulu pernah dipegang oleh Indonesia. Hal tersebut antara lain:
- Negara sebagai focus utama kerjasama
- Prinsip untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri - Kerjasama pertahanan diluar wadah ASEAN.
34
Rodolfo C Severino,2006, Southeast Asia in search of An ASEAN Community.Insights from the former, Singapore: ISEAS,
(1)
Rapinya organisasi terorisme di tingkat global dan hubungannya dengan gerakan terorisme di Indonesia menjadi permasalahan yang hingga saat ini sulit untuk dipecahkan. Walaupun secara meyakinkan Indonesia berhasil mengungkap dan mengahiri perlawanan anggota Terorisme bahkan pimpinan semacam Noordin M Top atau r Azhari namun tidak bisa dipungkiri tersebarnya jaringan terorisme di pelosok tanah air bukan lah rahasia umum lagi.
(2)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dalam melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif Indonesia harus selalu bersiap siaga dan pandai menempatkan diri terkait hubungan luar negerinya dengan Negara-negara lain. Dalam konteks pergaulan Internasional ASEAN merupakan senjata ampuh bagi Indonesia untuk berkiprah dan mengukir sejarah serta berupaya membangun perekonomiannya dengan sendi-sendi keamanan yang baik.
Dalam konteks ASEAN ini kerjasama dalam bidang keamanan (security) menjadi hal yang sangat penting hal ini dikarenakan Indonesia sebagai Negara terbesar di kawsan Asia Tenggara tentu tidak mau kecolongan terkait dengan permasalahan blok atau sekutu yang perbah dihembuskan di masa perang dingin. Bagi Indonesia keamanan regional ASEAN menjadi harga mati yang harus dilaksanakan jika Indonesia tidak ingin wilayahnya terancam.
Atas dasar itulah melangkapi konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN yang sebelumnya sudah diusulkan oleh Singapura Indonesia tidak mau kehilangan momen sembari juga adanya alasan yang kuat bagi Indonesia untuk mengembalikan peran strategisnya di kawasan ASEAN dan hal itu setidaknya sudah bisa tercapai dengan terpihnya Indonesia sebagai Ketua ASEAN tahun 2010.
(3)
Untuk melengkapi keinginan Indonesia setidaknya menjaga kestabilan kawasan akan menjadi priorotas utama yang tentunya terkait dengan isu terorisme. Dari hasil penelitian penulis dalam mendukung dan menguapayan terciptanya keamanan Regional dalam hal ini terkait upaya mengatasi terorisme ada beberapa hal yang dilakukan Indonesia yang penulis bagi menjadi dua:
Pertama, Secara Eksternal maksudnya Indonesia dalam melawan terorisme melalui upaya-upaya kelembagaan ASEAN yaitu memprakarsai ASEAN Meeting on Transnational Crime (AMMTC) melalaui ARF (ASEAN Regional Forum), AMTC adalah semacam organisasi yang berupaya mengatasi permasalahan terorisme di kawasan.
Kedua, secara Internal dalam hal ini upaya yang dilakukan didalam negeri sendiri meliputi: “Task Force Anti Terorisme” yang solid dengan menggabungkan elemen intelijen dari berbagai intansi yang terkait seperti : Badan Intelijen Nasional, Intel Polri, Intel Militer dan instansi lain seperti Kantor Kejaksaan, Mengesahkan resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB dalam rangka menanggulangi terorisme dengan serius dan menyeluruh, termasuk pembekuan asset-aset yang diduga berasal dari para pelaku yang membantu kegiatan terroris. Dan melakukan latihan penanggulangan terorisme misalnya dengan AS,Australia.
4.2Saran
Hendaknya perlu tindakan konkret yang berdampak panjang agar permasalahan Terorisme di ASEAN bisa berjalan dengan baik bukan hanya sebatas konsultasi saja. Dengan keketuan Indonesia dalam ASEAN hendaknya
70 68
(4)
Indonesia bisa super aktif dalam memboyong Negara-negara ASEAN yang lain untuk menguatkan kerjasama sekawasan dalam hal mewujudkan keamanan bersama. Hendaknya konsep ASC selalu di evaluasi dan disesuaikan dengan konteks kebutuhan yang ada dari State-oriented ke People Oriented dengan memanfaatkan kekuatan lembaga ASEAN Meeting on Transnational Crime (AMMTC).
Konsep ASEAN Community juga nampaknya sementara ini hanya sebatas hubungan antara pemimpin-pemimpin di negara Asia saja padahal konsep ini tidak akan bisa berjalan tanpa adanya keikutsertaan dari masyarakat umum di negara- negara ASEAN. Maka dari itu perlu adanya program-program yang mengikut sertakan peran aktif dari masyarakat di negara- negara ASEAN sehingga tercipta sebuah sinergitas antara masyarakat suatu negara di ASEAN dengan negara yang lainnya yang pada akhirnya menciptakan sebuah ketahanan nasional di atas ketahanan regional khususnya pada level komunitas sebesar dan seluas ASEAN.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Adi Rianto,2004, Metodologi Penelitian social dan hukum, Jakarta: Granit Budiarjo Miriam,1994, Demokrasi di Indonesia, Jakarta: Gramedia
C.P.F. Luhulima1997, ASEAN Menuju Postur Baru, CSIS: Jajarta CPF Lululima DKK,2008,ASEAN 2015,Yogkarta: Pustaka Pelajar
Cipto Bambang,2007, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Karl w Deustch.1957, Political community and the north antalantic area. International Organization in the light of political Experience. Princeton University Press
Faisal Sanapiah,1997, Format-Format Peneltian social: Dasar-dasar dan Aplikasi,Jakarta: Rajawali Press
Jemadu Aleksius,2008,Politik Global Dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Graha Ilmu
Made I Wirartha,2006,Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Tesis,Yogyakarta:CV Andi
M Rusli Karim,1983, Perjuangan Partai Politik di Indonesia, Jakarta: rajawali Mungin Burhan,2001,Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo
Perkasa
Nawawi Hadari,1995,Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Rodolfo C Severino,2006, Southeast Asia in search of An ASEAN Community.Insights from the former, Singapore: ISEAS,
R Wiyono,182, Organisasi Kekuatan Sosial dan Politik di Indonesia, Bandung : Alumni
72 68
(6)
SURAT KABAR,DOKUMEN DAN JURNAL
Makmur Keliat,Pembangunan Komunitas ASEAN,Kompas 1 desember 2004 APSC Blue Print dalam Road Map For ASEAN Community 2009-2015
Huntington, Samuel P. (1991).'s Ketiga Demokrasi. Gelombang The Journal of Demokrasi
WEBSITE
www.edgelife.net./glossary community,hal 2 diakses pada 20 Desember 2010 www.wikepedia.org/wiki/M._Scoot_Peck,hal 9 diakses pada 25 Desember 2010 www.vaninadelobelle.com, Corporate Community Management by Vanina
Delobelle, diakses pada 20 desember 2010
http://id.embassyofindonesia.eu/dirjen-idp-deplu-jelaskan-hasil-bali-democracy-forum/,
http://masadmasrur.blog.co.uk/2008/03/20/demokratisasi-di-indonesia-3908126/ www. Igor.Blog.com