Peran Indonesia Dalam Mewujudkan Keamanan Regional

BAB III ANALISIS PERAN INDONESIA MEWUJUDKAN STABILITAS

KEAMANAN REGIONAL DAN NASIONAL MENGHADAPI TERORISME Bab ini merupakan bagian inti dalam penelitian skripsi ini. Didalamnya secara khusus akan membahas tentang bagaimana peran yang dimainkan Indonesia dalam hal penguatan Strengthening dan pembangunan Development dalam bidang Keamanan baik kemanan yang bersifat Nasional National Security maupun kemanan Regional Regional Security dalam konteks ASC khususnya dalam menghadapi ancaman Terorisme. Terlebih dahulu dalam Bab ini akan diketengahkan tentang tahapan dan dinamika peran yang dimainkan oleh Indonesia dalam ASC ASEAN Security Community secara eksternal atau kelembagaan dan secara internal atau didalam Negeri Indonesia sendiri. Serta di akhir Bab ini akan dikemukakan pula hambatan-hambatan yang dialami oleh Indonesia dalam mengani masalah terorisme.

3.1. Peran Indonesia Dalam Mewujudkan Keamanan Regional

3.1.1 Dalam Skala Eksternal Adalah suatu kenyataan bahwa peran Indonesia dalam mengajukan dan mengembangkan konsep ASC Asean Security Commnity sangat besar khususnya dalam meletakkan dasar-dasar dalam bidang politik dan keamanan di 46 Universitas Sumatera Utara ASEAN. Dari awal Indonesia mendorong agar tercipatanya suatu tatanan Regional yang mandiri yang bebas dari campur tangan asing. Hal ini menjadi dasar pijakan berpikir kritis Indonesia pada saat itu dikarenaka juga Indonesia diawal-awal kemerdekaan sangat getol melancarkan propaganda anti kolonialisme dan bersifat netral dalam konstelasi politik yang terjadi antara Timur USSR dan Barat US lewat gerakan Non-Bloknya. Diawal-awal timbulnya ide ini sebenarnya tidak semua anggota ASEAN mengamini bahkan terdapat beberapa dari Negara sahabt di ASEAN menaruh curiga dari ide awal ASC ini khususnya terhadap ide besar Indonesia sebagai Negara terbesar di kawasan Asia Tenggara yang dalam sejarahnya pernah mengkampanyekan ide konfrontasi dengan Negara partnernya saai ini di ASEAN yakni Malaysia termasuk juga dengan Singapura. 32 Selain itu memang deklarasi ZOPFAN dan mekanisme untuk menyelesaikan konflik dalam TAC yang mengedepankan peranan Negara-negara kawasan sendiri mencerminkan sikap Indonesia yang menginginkan Negara- negara ASEAN menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Selain itu dalam Bali Concord I juga ditekankan pandangan Indonesia mengenai keamanan yang bersifat komprehensif comprehensive security dimana setiap bidang kait mengait dalam membangun ketahanan Nasional. 33 Selama masa ORBA pembangunan dalam negeri Indonesia sangat menekankan keamanan dalam negeri Indonesia. Karena pada masa itu Indonesia sedang giat membangun perekonomian Nasionalnya dengan bersendikan 32 Op.Cit. CPF Luhulima DKK., hal.88 33 Ibid., Hal.88 47 Universitas Sumatera Utara keamanan internal dan eksternal kawasan. Kegiatan sekuritisasi dilakukan di hampir setiap lini atau bidang termasuk politik, ekonomi maupun sosial dan budaya. Namun yang perlu dicatat meski dominasi kekuatan militer pemerintah Orba di bawah Soeharto tidak mengedepankan organisasi militer atau pertahanan militer sebagai strategi pertahanan dan keamanan baik dalam menghadapi ancaman yang datangnya dari dalam maupun dari luar. Doktrin yang dikembangkan oleh Indonesia ini mengenai ketanahan Nasional National resilience dan ketahanan Regional Regional Resilience sebenarnya diadopsi dalam Declaration Of ASEAN Concord I. maksudnya adalah bahwa pendekatan keamanan ini ini meskipun sifatnya lebih komprehensif yang bersifat state security tak jarang dalam prakteknya sering melanggar HAM secara sistematis yang ditunjukkan oleh Negara-negara ASEAN khususnya yang masih berada dalam pemerintahan otoriter atau semi otoriter. Pada kenyataannya memang Indonesia di masa Soeharto merupakan Negara yang tergolong dalam konservatif dalam ASEAN apabila dikaitkan dengan kesedian menyerakhan sebagai kewenangan kepada institusi ASEAN. Oleh sebab itu tidak heran hingga kini prinsip kedaulatan masih tetap terjaga misal nya saja dalam kasus penahanan aktivis demokrasi Au san Su kyi oleh rezim junta militer Myanmar. Negara-negara anggota ASEAN termasuk institusi ASEAN tidak punya hak untuk mencapuri atau mengintervensi hal tersebut. 48 Universitas Sumatera Utara Bisa dipahami Indonesia sangat sensitif dalam hal kedaulatan dan intervensi dari luar mengingat pengalaman sejarah seperti pemberontakan daerah yang sedikit banyaknya mendapat pengaruh dari luar. Oleh sebab itu dalam hal ini bisa kita cermati bahwa Indonesia mengambil posisi di garis yang terdepan dalam memajukan konsep ASC. Ada beberapa alasan Indonesia mengusulkan konsep ASC sebagai sebuah hal yang mendesak : Pertama, sejak terjadi reformasi politik pada tahun 1998 yang mengantarkan Indonesia menjadi Negara demokrasi yang utuh. Demokrasi dan HAM menjadi isu sentral dalam kehidupan Nasional Indonesia yang ikut pula mempengaruhi permusan kebijkan luar Negeri. Demokratisasi juga memperluas actor yang turut mempengaruhi kebijakan luar negeri termasuk Indonesia sebagai kelompok penekan msialanya semakin meningkatnya peran Dewan Perwakilan Rakyat DPR, Lembaga Swadaya Masayarakat, media dan kalangan akademisi. Diantara isu yang diangkat oleh kelompok penekan tadi adalah isu tentang ketidakpuasan terhadap kinerja ASEAN yang terlalu State-oriented dan kurang atau mengabaikan aspirasi masyarakat luas serta kurang peduli terhadap hak-hak sipil dan politik masyarakatnya. Kedua, Pengalaman Indonesia menghadapi kekerasan di Timor timur pada tahun 1999 kemarin serta ketidak mampuan Negara-negara ASEAN lainnya untuk mengambil peran utama dalam memulihkan keamanan alhasil pasukan internasional di dominasi oleh tentara Australia yang tentu saja menimbulkan kemarahan kelompok Nasionalis Indonesia yang memunculkan ide di Jakarta agar 49 Universitas Sumatera Utara nantinya ASEAN ke depan bisa lebih berperan dalam memelihara perdamaian Regional secara aktif tanpa menyampingkan peran dunia internasional. Ketiga, dalam rangka mengisi rencana komunitas ASEAN yang disepakati di KTT ASEAN di Bali pada tahun 2003 kemaren,Indonesia mengambil inisiatif yang dapat mengembalikan kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang redup sejak Indonesia ditimpa krisis multidimensi pada tahun 1997 silam. Keempat, Indonesia berpendapat bahwa setelah ASEAN Free Trade Area mulai diimplementasikan atas dasar usul Singapura tentang komunitas ekonomi ASEAN kerjasama ASEAN terlalu di warnai dengan isu-isu ekonomi sementara kerjasama politik-keamanan, khususnya yang membenahi hubungan intra ASEAN kurang mendapat perhatian. Oleh sebab itu konsep ASC diajukan oleh Indonesia sebagai payung kerjasama politik-keamanan untuk mewujudkan visi komunitas ASEAN. Harus diakui memang bahwa dalam ASEAN selama ini Indonesia lebih menaruh perhatian terhadap masalah politik-keamanan daripada masalah ekonomi karena Indonesia cenderung merasa kalah bersaing di bidang ekonomi dengan Negara- negara ASEAN lainnya. 34 Dalam konteks ini sebernanya ada beberapa usul dalam konsep ASC yang mengabaikan prinsip-prinsip baku dalam ASEAN yang dulu pernah dipegang oleh Indonesia. Hal tersebut antara lain: - Negara sebagai focus utama kerjasama - Prinsip untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri - Kerjasama pertahanan diluar wadah ASEAN. 34 Rodolfo C Severino,2006, Southeast Asia in search of An ASEAN Community.Insights from the former, Singapore: ISEAS, 50 Universitas Sumatera Utara Untuk lebih memperkokoh kerangka kerjasama ASC yang dikembangkan menjadi APSC, maka di konseplah sebuah piagam ASEAN ASEAN Charter. Penyusunan Piagam ASEAN bertujuan untuk menstransformasikan ASEAN dari sebuah asosiasi politik yang longgar menjadi organisasi internasional yang memiliki legal personality, berdasarkan aturan yang profesional rule-based organization, serta memiliki struktur organisasi yang efektif dan efisien. Proses penyusunan draft Piagam ASEAN ASEAN Charter diawali dengan pembentukan Eminent Persons Group EPG on ASEAN Charter yang beranggotakan para tokoh terkemuka dari seluruh Negara anggota dan diketuai oleh Tun Musa Hitam EPG-Malaysia. Pembentukan EPG ini Diresmikan pada KTT ke-11 ASEAN di Kuala Lumpur, Desember 2005, dengan ditandatanganinya Kuala Lumpur Declaration on the Establishment of the ASEAN Charter. Pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, Januari 2007, disepakati Cebu Declaration on the Blueprint of the ASEAN Charter yang berisi kesepakatan untuk menyusun suatu Piagam ASEAN berdasarkan rekomendasi EPG. 35 Para Kepala NegaraPemerintahan ASEAN telah memberikan arahan mengenai penyusunan Charter serta membentuk suatu High Level Task Force HLTF on the drafting of ASEAN Charter yang beranggotakan para pejabat tinggi dari negara-negara anggota. Piagam ini ditandatangani pada KTT ke-13 di Singapura, tahun 2007 Piagam ASEAN mulai berlaku efektif dengan 35 Tulisan Igor Dirgantara, dalam Asean Charter, Asean Political Security Community Isu keamanan Non-tradisional, www. Igor.Blog.com, diakses 5 Januari 2011 51 Universitas Sumatera Utara diratifikasinya Piagam tersebut oleh 10 negara anggotanya. Piagam ASEAN telah berlaku efektif mulai tanggal 15 Desember 2008. Komunitas politik keamanan ASEAN ASEAN Political Security CommunityAPSC ditujukan untuk mempercepat kerjasama politik keamanan di ASEAN untuk mewujudkan perdamaian di kawasan, termasuk dengan masyarakat internasional. Komunitas politik keamanan ASEAN bersifat terbuka, berdasarkan pendekatan keamanan komprehensif dan tidak ditujukan untuk membentuk suatupakta pertahanan atau aliansi militer maupun kebijakan luar negeri bersama common foreign policy. Komunitas politik keamanan ASEAN juga mengacu kepada berbagai instrumen politik ASEAN yang telah ada seperti Zone of Peace, Freedom and Neutrality ZOPFAN, Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia TAC, dan Treaty on Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone SEANWFZ selain menaati Piagam PBB dan prinsip-prinsip hukum interansional terkait lainnya. Dalam hal ini Indonesia selaku pemprakarsa Komunitas Politik Keamanan ASEAN, mempelopori penyusunan rencana aksi komunitas politik keamanan ASEAN, yang disahkan pada KTT ke 10 ASEAN di Vientiane, Los PDR, November 2004. Dalam Rencana Aksi Komunitas Politik Keamanan ASEAN, telah ditetapkan rencana kegiatan untuk mewujudkan komunitas politik keamanan ASEAN yang terdiri atas 6 komponen. Political Development, Shaping and Sharing of Norms, Conflict Prevention, Conflict Resolution, Post Conflict Peace Building, dan Implementing Mechanism. 52 Universitas Sumatera Utara Rencana aksi tersebut telah diintegrasikan ke dalam Program Aksi Vientiane Vientiane Action ProgrammeVAP yang ditandatangani para Kepala Negara ASEAN dalam KTT ke 10 ASEAN. VAP merupakan acuan pencapaian Komunitas ASEAN untuk kurun waktu 2004-2010. Mekanisme koordinasi antar badan-badan sektoral ASEAN yang menangani Komunitas Politik Keamanan ASEAN dilakukan melalui ASEAN Security Community Coordinating Conference ASCCO. Sampai dengan tahun 2008, telah diselenggarakan sebanyak 3 kali dan terus mengkoordinasikan langkah bersama untuk mencapai komunitas politik keamanan ASEAN 2015. 36 ASEAN SOM Working Group SOM WG membahas mengenai draft ASEAN Political Security Community APSC Blueprint, telah sepakat membagi menjadi 3 karakteristik yaitu: 37 1. A Rules –based community of shared values and norms 2. A ohesive, peaceful, and resilient region which shared responsibility for comprehensive security, dan 3. A Dynamic and outward looking region in an Incresiangly integrated interdependent World Dalam kaitan ini, berbagai usulan Indonesia telah dapat diterima seperti antara lain : 1. Mendorong voluntary electoral observations 2. Pembentukan Komisi Pemajuan dan Perlindungan Hak Perempuan dan Anak 3. Memasukkan elemen memerangi korupsi dan pemajuan prinsip demokrasi 36 Op.Cit,ASEAN Selayang Pandang., Hal.18-26 37 APSC Blue Print dalam Road Map For ASEAN Community 2009-2015. 53 Universitas Sumatera Utara 4. Gagasan pembentukan ASEAN Institute for Peace and Reconciliation 5. Gagasan tentang pembentukan ASEAN Maritime Forum 6. Kerjasama penanganan Illegal Fishing 7. Penyusunan instrumen ASEAN tentang Hak Pekerja Migran Namun demikian, sejauh ini, beberapa kepentingan Indonesia sudah tercermin dalam draf Blueprint, meskipun beberapa diantaranya masih harus memerlukan negosiasi lebih lanjut seperti antara lain prinsip demokrasi dan korupsi. Dalam konteks permasalah terorisme Indonesia selalu aktif dalam mendorong membahas permasalahan ini khususnya dalam konteks ASEAN melalui ASEAN regional Forum. ARF secara ekstensif membicarakan bukan hanya isu-isu kawasan, namun juga isu internasional yang memiliki kepentingan bagi kawasan.ASEAN Regional Forum membicarakan antara lain situasi politik dan keamanan umum kawasan seperti isu proliferasi nuklir, Semenanjung Korea, penyebaran senjata genggam dan senjata ringan, pertahanan peluru kendali, dan keamanan maritim. ARF juga membahas mengenai berbagai isu non-tradisional termasuk terorisme dan kejahatan lintas negara lainnya seperti perdagangan ilegal obat-obat terlarang dan narkotika, perdagangan ilegal manusia, penyelundupan dan isu-isu non-konvensional lainnya seperti penanggulangan bencana, penyakit menular dan sebagainya. 38 38 http:www.neonnub.co.cc201102peran-asean-regional-forum-terkait-isu_2937.html, Diakses pada 19 Maret 2011 54 Universitas Sumatera Utara Dalam rangka membantu ketua Senior Officials Meetings ASEAN Regional Forum dalam mempertimbangkan dan membuat rekomendasi bagi ARF untuk mengimplementasikan berbagai proposal dan usulan yang disetujui oleh para pesertanya, ARF menyelenggarakan: a. Inter-Sessional Support Group ISG on Confidence Building Measures and Preventive Diplomacy CBM and PD yang pada khususnya membahas mengenai pemahaman terhadap keamanan kawasan serta menerbitkan makalah kebijakan pertahanan dan keamanan ARF secara komprehensif. ISG CBM PD ini diselenggarakan dua kali dalam satu tahun inter-sesi, yaitu antara bulan Juli tahun berjalan dan bulan Juli tahun kalender berikutnya, atau di antara dua Pertemuan Tingkat Menteri. b. Inter-Sessional Meeting ISM dalam berbagai bidang kerjasama seperti ISM on Disaster Relief ISM DR dan ISM on Counter Terrorism and Transnational Crime ISM on CTTC. Pertemuan-pertemuan ISM diselenggarakan satu kali selama satu tahun inter sesi.Kedua aktibitas tersebut diselenggarakan dengan diketuai bersama oleh salah satu negara anggota ASEAN dan negara peserta non-ASEAN. Dalam perkembangan terbaru Indonesia melalui Pertemuan ke-7 para Menteri ASEAN yang menangani kejahatan lintas negara 7th ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crimes AMMTC, diselenggarakan tanggal 16-19 November 2009 di Siem Reap, Kamboja. Fokus utama pertemuan dua tahunan tersebut antara lain membicarakan peningkatan kerjasama ASEAN mengatasi kejahatan lintas negara, khususnya antara lain penanganan terorisme. 55 Universitas Sumatera Utara Kesepakatan penting Pertemuan ke-7 AMMTC tersebut antara lain: 39 1. Komitmen untuk me-ratifikasi ASEAN Convention on Counter Terrorism ACCT sehingga dapat segera diberlakukan, 2. Pengesahan ASEAN Comprehensive Plan of Action on Counter Terrorism ACPoA on CT yang menguraikan program aksi kerjasama penanganan terorisme sebagai. tindak lanjut ASEAN Convention on Counter Terrorism ACCT. Pertemuan juga sepakat untuk menindak-lanjuti usulan Indonesia mengenai penyusunan ASEAN Convention of Trafficking in Persons, peningkatan kerjasama dalam penanganan peredaran narkoba serta peningkatan kerjasama ASEAN plus 3 yang melibatkan China, Jepang dan Korea khususnya dalam pengembangan kapasitas, tukar menukar informasi intelijen dalam penanganan kejahatan lintas batas negara. Setelah pertemuan para Menteri ASEAN, telah diselenggarakan Pertemuan ke-4 AMMTC+3, dan AMMTC+China Consultation. Pertemuan para Menteri ASEAN dengan Mitra Dialog ini menghasilkan beberapa kesepakatan penting penanganan kejahatan lintas negara secara bersama di kawasan. Hasil pertemuan antara lain penandatanganan ASEAN-China MoU on Cooperation in the Field of Non-Traditional Security Issues yang merupakan kerangka kerjasama bagi upaya peningkatan kapasitas para penegak hukum antara ASEAN dengan China. Pada bagian akhir pertemuan, disepakati bahwa Pertemuan ke-8 AMMTC akan diselenggarakan di Bali, Indonesia pada 2011 39 http:www.deplu.go.idphnompenhPagesEmbassies.aspx?IDP=11l=id, diakses pada 15 Maret 2011 56 Universitas Sumatera Utara Berikut adalah pernyataan bersama para Mentri ASEAN tersebut: 1. Kami, para Menteri ASEAN mengawasi tanggung jawab melawan kejahatan transnasional, berkumpul di Siem Reap, Kerajaan Kamboja, pada tanggal 17 November 2009, untuk mengkonsolidasikan dan lebih memperkuat kerjasama regional dalam memerangi kejahatan transnasional. Pertemuan tersebut diawali dengan Persiapan ASEAN Senior Officials Meeting pada Kejahatan Transnasional untuk AMMTC 7 diselenggarakan pada tanggal 16 November 2009. 2. Kami mencatat dengan kepuasan kemajuan dan prestasi dicapai dalam kewenangan badan sektoral bertanggung jawab, dan direkomendasikan sinergi dalam melaksanakan rencana aksi masing-masing. 3. Kami memuji Pejabat Senior ASEAN Matters Obat ASOD atas upaya mereka dalam penyelesaian Rencana Kerja ASEAN tentang Pemberantasan Gelap Narkoba Produksi, Perdagangan, dan Penggunaan 2009-2015 dan mengadopsi Rencana Kerja yang akan memperkuat upaya bersama ASEAN dalam mewujudkan dari Obat Bebas ASEAN pada tahun 2015. 4. Dengan penghargaan yang tinggi untuk karya SOMTC Kelompok Kerja Counter Terorisme, kita sepenuhnya mendukung ASEAN Komprehensif Rencana Aksi Counter Terorisme dan menyerukan untuk meratifikasi Konvensi ASEAN tentang Kontra Terorisme oleh Anggota ASEAN yang tersisa. 57 Universitas Sumatera Utara 5. Kami mengadakan Retreat untuk bertukar pandangan terang, dan setuju untuk bekerja menuju pemanfaatan kemungkinan baru didirikan ASEAN Plus Three Cooperation Fund untuk Studi tentang Pelaksanaan Efektif ASEAN Plus Tiga Rencana Kerja untuk Memerangi Kejahatan Transnasional. 6. Kami bertugas SOMTC + Cina Konsultasi untuk mengeksplorasi cara yang paling layak di strategising pelaksanaan Nota ASEAN-China baru Kesepahaman tentang Kerjasama di Bidang Isu Keamanan Non- tradisional. Kami juga bertugas ASEAN SOMTC untuk bekerja dengan Cina untuk melakukan kajian jangka menengah tentang kemajuan pelaksanaan. 7. Kami bertugas Gembala SOMTC Lead untuk menyelesaikan masing- masing komponen dari SOMTC Program Kerja dan mengadakan rapat koordinasi sebelum Rapat SOMTC berikutnya. 8. Kami dengan suara bulat menyambut baik penandatanganan Nota ASEAN-China direvisi of Understanding MoU tentang Kerjasama di Bidang Isu Keamanan Non-tradisional dan menantikan ASEAN Plus China pertama Pertemuan Tingkat Menteri di bidang Kejahatan Transnasional 1 AMMTC + Cina yang akan diselenggarakan pada tanggal 18 November 2009. 9. Kami didorong oleh laporan Ketua ASEAN 29 Kepala Kepolisian Nasional ASEANAPOL, terutama pada pembentukan Sekretariat ASEANAPOL pada Januari 2010. Kami merekomendasikan co-eksistensi 58 Universitas Sumatera Utara harmonis, sinergi dan konsultasi antara ada badan-badan sektoral daerah yang bertanggung jawab kejahatan transnasional, yang akan melengkapi langkah-langkah progresif dalam membangun ASEAN Security Community Politik dan 2015. 10. Kami menyambut tawaran semacam Republik Indonesia untuk menjadi tuan rumah ASEAN Pertemuan Menteri 8 Kejahatan Transnasional pada tanggal 11 November 2011 di Bali. 11. Kami mengucapkan terima kasih yang mendalam kami kepada Perdana Menteri Samdech Akka Moha Sena Padei techo Hun Sen dari Kerajaan Kamboja untuk anggun pemberian penonton kepada Menteri dan Pejabat Senior dan saran yang tak ternilai dalam memajukan kerjasama regional dalam memerangi kejahatan transnasional. 12. Kami dengan tulus mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kerajaan dan masyarakat Kerajaan Kamboja atas keramahan mereka yang hangat dan murah hati diberikan kepada kami dan kami masing-masing delegasi dan pengaturan yang sangat baik dibuat untuk Rapat. 3.1.2 Internal Dalam konteks memerangi terorisme dalam negeri sebenarnya Indonesia sangat menaruh perhatian yang sangat serius karena berulangkali Indonesia kerap menjadi lokasi terjadinya aksi-aksi terorisme itu sendiri. Dalam konteks di Indonesia sebenarnya sebelum 11 September 2001 telah menderita serangan teroris karena satu rangkaian tindakan-tindakan teroris yang 59 Universitas Sumatera Utara terjadi dari 2000-2001. Ini yang dimasukkan satu rangkaian ledakan-ledakan dalam tujuh kota yang besar yang menargetkan gereja-gereja di Malam Hari Natal pada tahun 2000 dan beberapa wilayah umum yang lain seperti pusat perbelanjaan dan alun-alun, dan bangunan Jakarta Stock Exchange. Ada banyak korban, walau tidak sejumlah yang sama pada serangan teroris 11 September. Pada kampanye anti teroris, beberapa negara-negara, termasuk negara- negara ASEAN, secara langsung bertanggung jawab dalam penangkapan teroris dengan menggolongkan dan menerapkan tindakan keamanan internal pada setiap negara masing-masing. Pada waktu yang sama, Indonesia juga telah mencurigai terkait hubungan pemboman, tetapi mereka yang tidaklah bisa disebut teroris karena istilah teroris tidak terdapat di perundang-undangan Indonesia dan perundang-undangan Anti-Subversion telah dihapuskan selama Zaman Reformasi . Hal ini membawa dampak yang buruk bagi Indonesia dimana Indonesia, pada waktu itu, dituduh tidak serius dalam menangani terorisme. Di sana masih banyak peristiwa teroris dan para pelakunya masih bebas dan belum ditangkap. Pandangan negatif pada Indonesia, bagaimanapun, berubah secara total setelah Bom Bali di Oktober 12, 2002 bahwa telah terbunuh 202 orang dan terluka 235 orang kebanyakan korban-korban berasal dari Australia, Eropa dan Asia. Tragedi di Bali menimbulkan banyak dukungan penawaran negara-negara lain ke Indonesia -dalam membantu korban-korban, di dalam membongkar kasus, dan di dalam memburu orang yang dicurigai. Oleh karena dukungan dari banyak negara dalam bentuk peralatan dan keahlian profesional, kerjasama yang baik, dan 60 Universitas Sumatera Utara yang disertai oleh para anggota yang bermotivasi tinggi, kasus bom Bali terbongkar kurang dari satu bulan. Lebih dari itu, jaringan dari pemboman menjadi terungkap dan tertangkap. Misteri dari banyaknya teroris yang bertindak sejak 2000 juga dapat terungkap. Hal yang menarik dari kegiatan terorisme di Indonesia adalah terjadinya pergeseran gerakan terorisme di Indonesia, dari yang berbasis pada etnis dan pendekatan keagamaan untuk mendirikan negara atau memisahkan diri dari Negara induk menjadi gerakan yang lebih universal, yakni tuntutan untuk mendirikan negara universal berbasis agama dan sangat anti Barat. 40 Dari perspektif yang lain, kasus Bom Bali menyebabkan kerusakan pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Itu mempengaruhi dalam Industri pariwisata- dunia tidak bisa bergantung pada suatu jaminan dari keselamatan di Indonesia. Sebaliknya, penanganan yang sukses kasus bom Bali menjadi langkah untung seperti: Hal ini ditandai dengan peristiwa pembajakan pesawat komersial dan menabrakkannya ke menara kembar WTC pada tahun 2001, yang kemudian dikenal dengan Peristiwa 911. Di Indonesia, respon terhadap aksi terorisme tersebut adalah makin menguatnya konflik komunal dengan basis keagamaan, sebagaimana yang terjadi di Poso, Maluku, dan juga Kupang. Konflik-konflik tersebut sebenarnya telah meletus sejak awal tahun 1999, dengan peledakan sejumlah gereja dan tempat ibadah lainnya di malam Natal di kota-kota besar seperti Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar, dan sebagainya . 40 Pada era Soekarno dan Soeharto umumnya kegiatan terorisme berbasis keagamaan dan kesukuan dengan tujuan menegakkan Negara islam 61 Universitas Sumatera Utara 1. Menciptakan satu kesadaran di dalam masyarakat Indonesia dari ancaman teroris yang ada di Indonesia. 2. Kembalinya internasional dan kepercayaan domestik pada Pemerintah Indonesia dalam menangani teroris. 3. Alir simpati dan dukungan dari negara-negara lainnya untuk mengalahkan efek bom Bali. 4. Penawaran bantuan dari banyak negara untuk memperbaiki anti teroris dalam wujud peralatan, pelatihan dan keuangan. Usaha-usaha untuk mengalahkan teroris di Indonesia ada sedikitnya tiga masalah pokok yang perlu diperhatikan: 1. Menyerang teroris global memerlukan kerjasama antara negara-negara. 2. Semua kasus terorisme harus sepenuhnya dengan penangkapan semua penjahat dan jaringan mereka. Hal ini harus dilakukan sesuai hukum yang ada. 3. Usaha-usaha represif, diperlukan langkah-langkah yang diambil untuk mencegah tindakan-tindakan teroris yang akan terjadi. Ini bukanlah hanya tanggung jawab segi keamanan tetapi harus seluruh aspek institusi yang terkait termasuk masyarakat diri sendiri. Berat atau mudah sebenarnya praktek terorisme yang terjadi di Indonesia khususnya diatas tahun 2000-an telah membuka mata Indonesia setidaknya mencipatakan suasana yang kondusif didalam Negeri. Ancaman terror dari kelompok Dr Azhari dan Noordin M Top yang berlangsung selama bertahun- tahun sempat membuat kalang kabut sistem keamanan dalam negeri. 62 Universitas Sumatera Utara Terkait dengan hal ini sejumlah langkah pun diambil oleh Indonesia untuk mewujudkan konsep kemanan Nasional National Security terkait adanya aksi- aksi terorisme yang semakin menggila ditahun 2000-am dan kemungkinan akan terus berlanjut di masa-masa yang akan datang. Fenomena masih ada dan berkembangnya jaringan terorisme di Indonesia itu menunjukkan bahwa kiprah gemilang penanganan terorisme selama ini relatif hanya pada tatanan tekanan secara militer semata, yang direpresentasikan oleh Densus 88. Namun, upaya penanganan secara sistemis belum diperlihatkan. Walaupun eksistensi terorisme telah rapuh, terorisme tetap ada di Indonesia. Meskipun secara eksistensi dinilai telah rapuh pasca terbunuhnya gembong terorisme Noordin M Toop, jaringan terorisme di Indonesia justru berkembang. Munculnya wajah-wajah baru-baik yang telah tertangkap, terbunuh, maupun yang masih buron-merupakan indikasi kuat akan pesatnya perkembangan jaringan terorisme di Indonesia. Dalam kondisi Indonesia yang saat ini mengalami banyak kendala pada berbagai aspek terutama dalam bidang penegakan hukum, beberapa usaha memerangi masalah terorisme telah dilakukan dengan tindakan pencegahan terhadap ancaman teroris yang datang dari luar negeri. 1. Melakukan penyidikan secara intensif terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan tindakan terorisme peledakan, pembunuhan, penculikan, dan lain-lain, khususnya mereka yang diduga terlibat dalam jaringan terorisme Internasional. Melakukan kerjasama antara para penyidik 63 Universitas Sumatera Utara dengan intellijen dalam negeri serta meningkatkan koordinasi dengan negara-negara tetangga terkait. 2. Mempercepat proses penyusunan Undang-Undang Anti Terrorisme karena sampai saat ini prosesnya masih didiskusikan oleh Pemerintah. Diharapkan agar Rancangan Undang-Undang yang diajukan tersebut dapat: - Memprioritaskan penanganan kasus terrorisme oleh pengadilan. - Memberikan hukuman yang berat kepada para pelakunya dan juga terhadap pembantunya. - Menghukum setiap orang yang menghalangi polisi dalam melakukan penyidikan. Pengesahan rancangan undang-undang tersebut masih harus melalui tahap yang panjang, karena dibutuhkan persetujuan dari parlemen. Pengesahan Undang- undang terrorisme masih memerlukan waktu karena sebagai negara demokrasi masih memungkinkan pengesahan undang-undang tersebut ditolak oleh berbagai pihak yang berwewenang. Dalam rangka mengeliminir kegiatan para terroris, maka perlu: 1. Membentuk “Task Force Anti Terorisme” yang solid dengan menggabungkan elemen intelijen dari berbagai intansi yang terkait seperti : Badan Intelijen Nasional, Intel Polri, Intel Militer dan instansi lain seperti Kantor Kejaksaan. 2. Mengesahkan resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB dalam rangka menanggulangi terorisme dengan serius dan menyeluruh, termasuk 64 Universitas Sumatera Utara pembekuan asset-aset yang diduga berasal dari para pelaku yang membantu kegiatan terroris. 3. Pada saat sekarang ini Indonesia berperan aktif dalam Pertemuan AMMTC yang mana Indonesia diwakili oleh Kapolri dan dalam pertemuan tersebut dibahas masalah penegakan hukum di wilayah ASEAN. 4. Meningkatkan koordinasi dengan negara-negara lain untuk mengembangkan pengungkapan tindakan terroris bersama dengan negara- negara tetangga ASEAN seperti Philipina, Malaysia, dan Singapura melalui: o Pertukaran informasi dengan menggunakan tehnologi komunikasi. o Penugasan beberapa polisi untuk melakukan koordinasi dan pengembangan investigasi tentang kegiatan teroris yang terkait dengan jaringan pelaku di Indonesia. 5. Pemberian bantuan tekhnis oleh Pemerintah Amerika Serikat dibidang pelatihan khusus penanganan terrorisme kepada anggota Polri. Pelatihan ini dilaksanakan di Indonesia dengan mendatangkan beberapa pelatih dari Amerika Serikat dan juga ada yang dilaksanakan di Amerika Serikat: Tabel. 2 NO JENIS PELATIHAN TEMPAT WAKTU 1 Hostage Negotiation Course New Mexico 2000 2 Vital Instalation Protection Albuquerque 2001 3 Post Blast Investigation Course New Mexico 2001 Universitas Sumatera Utara 4 Explosive Diffusion Training State Police Academy, Lousiana 2002 5 Critical Incident Management training State Police Academy, Lousiana 2002 Pelatihan yang diadakan di Indonesia : Tabel. 3 NO JENIS PELATIHAN TEMPAT 1 Riot Control Unit Training Jakarta 2 Senior Leadership Workshop Jakarta 3 Transition to Civilian Policing for Supervisors Jakarta dan Surabaya 4 Civil Disturbance Management Jakarta dan Surabaya 5 Post Blast Bomb Investigation Course Surabaya 6 Terorist Crime Scene Investigation Course Bogor

3.2 Kendala Yang Dihadapi Indonesia dalam menangani Terorisme