Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai sebuah organisasi internasional ASEAN didirikan dengan latar belakang bagaimana menciptakan keamanan sekawasan ASIA TENGGARA Regional security. 1 Sebagai sebuah organisasi internasional yang bersifat regional ASEAN memandang perlu adanya kerjasama yang lebih erat close cooperation diantara negara-negara anggota ASEAN saat ini. Di usianya yang sudah menginjak 40 tahun lebih ASEAN memandang bahwa kerjasama yang dilakukan diantara negara-negara sekawasan ASIA TENGGARA memerlukan intensitas peningkatan hubungan yang lebih baik. Gejolak-gejolak yang mengguncang dunia akhir-akhir ini menjadi perhatian yang serius bagi ASEAN terkait juga dengan permasalah ekonomi internasional khususnya permasalahan keuangan global yang memicu terulangnya krisis ekonomi ditahun 1997. Adanya intensitas perlunya peningkatan kerjasama diantara negara-negara anggota ASEAN memunculkan ide untuk mencipatakan komunitas ASEAN ASEAN Community. Pengalaman selama dua decade lebih, fenomena perang dingin sampai kebangkitan dua raksasa ASIA China dan India serta situasi 1 Dalam ASEAN Community dari 3 pilar yang menjadi orientasi Negara anggota ASEAN adalah masalah security. Hal ini memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang organisasi ASEAN yang notabenenya tidak terlepas dari isu keamanan kawasan. 1 Universitas Sumatera Utara globalisasi ekonomi menjadi dasar berpijak bagi Negara-negara ASEAN untuk menyatukan visi dalam sebuah komunitas. 2 Memasuki tahun 2011 sebenarnya keinginan kuat untuk saling menyatukan keseragaman dalam sebuah komunitas masyarakat ASEAN menjadi titik pokok dalam memandang optimisme kedepan bagaimana 2015 nanti komunitas yang terbayangkan seperti apa yang disebutkan oleh Benedict Anderson sebagai “Imagined Community” menjadi sebuah kenyataan. Dalam hal penegasan kembali dan keinginan yang kuat dari setiap anggota member ASEAN untuk menyatukan diri dalam sebuah kawasan ASEAN menjadi landasan yang kuat termasuk juga dalam hal ini adalah Indonesia. Memasuki awal tahun 2011 ini Indonesia yang terpilih menjadi ketua ASEAN 2011 dengan tema komunitas ASEAN ditengah komunitas global bangsa-bangsa. Hal ini menjadi sebuah tantangan besar seperti apa yang dikatakan Ple Priatna yaitu dalam konteks kerjasama regional ASEAN serta sumbangsihnya dalam mengelola peta keseimbangan dinamis di Asia Pasifik dalam skala kemitraan global. 3 Sejauh ini konteks yang menjadi perhatian besar Indonesia sebagai anggota disatu sisi, ketua dan juga sebagai negara yang memiliki wilayah terbesar daripada negara-negara lain menyadari benar bahwa konsep ASC menjadi sangat mendesak sifatnya untuk dilaksanakan terkait juga dengan kepentingan Nasional Indonesia khususnya di wilayah- wilayah luar dari Indonesia. Dalam hal ini menjadi sebuah keharusan tersendiri bagi ASEAN untuk menciptakan iklim 2 http:en.wikipedia.orgwikiASEAN_Community, Diakses tanggl 10 desember 2010 3 Ple Priatna,Artikel Indonesia Ketua ASEAN 2011,Kompas 7 Januari 2011. 2 Universitas Sumatera Utara keamanan dari kejahatan internasional berupa Terorisme. Terorisme sendiri menjadi sebuah konsep yang familiar sifatnya terlebih lagi sejak tahun 2001 mengikut arus global yang dihembukan oleh Amerika tentang adanya terorisme dan sebagainya tentu menjadi perhatian sendiri bagi dunia tentu saja dalam hal ini juga bagi ASEAN. Terorisme sebuah fenomena yang mengganggu. Aksi terorisme seringkali melibatkan beberapa negara. Sponsor internasional yang sesungguhnya adalah negara besar. Harus dipahami bahwa terorisme sekarang telah mendunia dan tidak memandang garis perbatasan internasional. Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1373 yang menetapkan Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden berada dibalik tragedi 11 September 2001 dan dinyatakan sebagai Terorisme yang harus diberantas oleh dunia telah menimbulkan berbagai reaksi dikalangan masyarakat internasional. 4 Amerika sendiri dengan segala daya upaya mengumpulkan aliansi dengan sekutu-sekutunya menlancarkan perang terhadap teorisme internasional. Tak pelak lagi Afganistan pun menjadi bulan-bulanan AS dengan sekutunya yang berupaya menumpas jaringan Terorisme internasional yang digawangi oleh Al- Qaida. Jika dirunut lebih mendalam sebenarnya terorisme sendiri sebagai sebuah gerakan dan aksi dari sekelompok tertentu yang melakukan tindakan terror terhadap masyarakat dibidani oleh tumbuh suburnya globalisasi. Seiring 4 http:buletinlitbang.dephan.go.idindex.asp?mnorutisi=6vnomor=17, Diakses pada 12 Maret 2011 3 Universitas Sumatera Utara berkembang pesatnya teknologi informasi, globalisasi menyediakan berbagai kemudahan bagi manusia. Misalnya saja, manusia tidak perlu menyeberangi lautan untuk bertemu dan berbicara dengan seseorang. Orang- orang di Indonesia, contohnya, dapat mengakses informasi tentang perang di Afghanistan maupun di Iraq secara real time. Seseorang di Afghanistan dapat mentransfer sejumlah uang kepada orang di Malaysia dengan gampang, aman dan dalam waktu singkat. Globalisasi juga menawarkan peluang baru untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan demokrasi. 5 Terorisme merupakan produk dari marjinalisasi dan kemiskinan, sedangkan marjinalisasi dan kemiskinan adalah produk dari globalisasi. Disadari atau tidak globalisasi telah memunculkan persaingan global di berbagai bidang. Pihak yang menang persaingan tentu akan menikmati keuntungan. Negara maju yang memiliki teknologi tinggi berada dalam kelompok penikmat keuntungan globalisasi. Namun negara-negara miskin dengan segala keterbatasannya akan semakin jauh tertinggal sehingga kesenjangan antara si kaya dan si miskin semakin lebar. Menurut temuan United Nations Development Programme UNDP, kawasan yang memiliki indeks pembangunan manusia terendah memiliki kecenderungan dekat dengan kelompok-kelompok teroris. Sebab utamanya adalah bahwa warga di kawasan ini merasa tidak mendapat keuntungan dari kemakmuran yang dijanjikan oleh proses globalisasi dan akses untuk kebebasan. Antipati kepada Amerika Serikat yang dipersepsikan sebagai mesin utama proses 5 Dipaparkan Nurvita Indarini pada International Symposium 2009, Globalization: East and Southeast Asian Perspectives, di UGM Pada Oktober 2009 4 Universitas Sumatera Utara globalisasi meningkat, lantaran menurut kelompok yang tertindas ini, AS telah membawa dampak buruk dan bahkan mengancam identitas kelompok tersebut. Alhasil AS, termasuk warga negara dan bisnis dan semua simbolnya, menjadi target perlawanan kelompok itu. 6 Ide terorisme kemudian disebarkan dengan mudah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Secara nyata kelompok teroris di negara yang satu dengan kelompok di negara lainnya mampu membuat jaringan dengan menggunakan peralatan teknologi dari globalisasi, seraya mengabaikan adanya batas-batas negara. Bahkan dengan memanfaatkan globalisasi, kelompok terorisme mendapat kemudahan akses pendanaan, baik yang legal seperti melalui berbagai kelompok usaha dan lembaga-lembaga non-profit maupun kelompok bisnis ilegal. Tersebarnya ide terorisme dengan semua kegiatannya semakin memperluas ancaman teror. Peristiwa Bom Bali 2002 merupakan bukti bahwa terorisme global merupakan ancaman keamanan nyata bagi kawasan Asia Tenggara. Tidak hanya Asia Tenggara, kawasan tetangga seperti Asia Timur juga merasa terancam dengan peristiwa tersebut. Apalagi kawasan Asia Timur juga memiliki pengalaman buruk dengan terorisme. Sejak tragedi 911 pada 2001 lalu di AS, isu terorisme menjadi agenda utama dalam sejumlah pertemuan organisasi kawasan maupun organisasi internasional. AS menjadi target serangan lantaran dinilai sebagai negara yang aktivitasnya mengkerdilkan sekelompok orang tertentu. Namun tidak disangka 6 Ibid 5 Universitas Sumatera Utara teroris melancarkan aksi jauh di luar AS, meskipun targetnya adalah simbol- simbol eksistensi AS beserta negara-negara sahabatnya. Bom Bali 2002 lalu membuka mata masyarakat internasional, bahwa kegiatan terorisme bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Asia Tenggara semakin mendapat sorotan dunia internasional lantaran sejumlah peristiwa teror yang terjadi secara bertubi-tubi. Korban dalam jumlah besar dan target serangan yang merupakan simbol-simbol Barat merupakan persamaan dari serentetan teror yang terjadi di Indonesia, negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara. Pelaku teror ditengarai suatu kelompok yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda AQ di Afghanistan, bernama Jemaah Islamiyah. Padahal AQ diindikasikan sebagai kelompok yang bertanggungjawab atas teror 11 November 2001 di AS. Teror memang bukan hal baru di Asia Tenggara, sebab ada beberapa kelompok pemberontak yang kerap menggunakan kekerasan sehingga menyebarkan ketakutan di masyarakat. Berikut ini adalah beberapa kelompok pemberontak dan teroris yang ada di Asia Tenggara. Tabel .1 No Kelompok Negara Tujuan Keterangan Status 1 Pattani United Liberation Organization PULO Thailand Pemisahan diri, membentuk Negara Islam Motivasi keagamaan, diduga memiliki hubungan dengan Abu Sayyaf Group ASG 2 Guragan Thailand Pemisahan diri, Motivasi 6 Universitas Sumatera Utara Mujahideen Islam Pattani membentuk Negara Islam keagamaan, diduga memiliki hubungan dengan AQ and JI 3 Wae Ka Raeh Thailand Pemisahan diri, membentuk Negara Islam Motivasi keagamaan, diduga memiliki hubungan dengan AQ and JI 4 Hmong Guerilla Laos Tuntutan otonomi pemisahan diri Ethnonationalis 5 Cambodian Freedom Fighters CFF Cambodia Politik lokal 6 Khmer Rouge Cambodia Politik lokal 7 Karen National Union Myanmar Tuntutan otonomi pemisahan diri Ethnonationalis 8 Kachin Defense Army Myanmar Tuntutan otonomi pemisahan diri Ethnonationalist 9 Eastern Shan State Army Myanmar Tuntutan otonomi pemisahan diri Ethnonationalist 10 Ommat Liberation Front Myanmar Tuntutan otonomi pemisahan diri Ethnonationalis 11 Kawthoolei Myanmar Tuntutan Ethnonationalis 7 Universitas Sumatera Utara Muslim Liberation Front otonomi pemisahan diri 12 Muslim Liberation Organization of Burma Myanmar Tuntutan otonomi pemisahan diri Ethnonationalis 13 Jemaah Islamiyah Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Kamboja Membentuk Negara Islam di Asia Tenggara Motivasi keagamaan, terkait dengan AQ Dimasukkan dalam daftar organisasi teroris oleh AS dan PBB 14 Abu Sayyaf Group ASG Filipina Selatan Pemisahan diri, membentuk Negara Islam Motivasi keagamaan, terkait dengan AQ Dimasukkan dalam daftar organisasi teroris oleh AS 15 Moro Islamic Liberation Front MILF South Phillipines Tuntutan Otonomi, pemisahan diri, dan pembentukan negara Islam Motivasi keagamaan, terkait dengan JI 16 Moro National Liberation Front MNLF Filipina Selatan Tuntutan Otonomi, pemisahan diri Ethnonationalis 8 Universitas Sumatera Utara 17 New People’s Army Filipina Politik lokal Komunis Dimasukkan dalam daftar organisasi teroris oleh AS Sumber: Makalah Globalization: East and Southeast Asian Perspectives Untuk mengantisipasi gerakan terorisme sebagai kejahatan lintas Negara maka setiap organisasi internasional, Negara-negara menaruh perhatian yang serius dalam hal penanganan isu terorisme tersebut. Berbagai perjanjian dan kesepakatan pun tak urung dibuat dengan tujuan mengcounter isu terorisme tidak berkembang menjadi ancaman yang nyata real threatment, baik bagi kepentingan nasional sebuah negara maupun kepentingan kelompok organisasi. Dalam hal ini ASEAN sebagai sebuah organisasi Regional yang konsern terhadap permasalahan khususnya keamanan security juga menjadikan permasalahan terorisme ini menjadi agenda dalam setiap kebijakan yang dikekuarkan termasuk dalam ide Komunitas ASEAN 2015. Dalam ASEAN Community khususnya dalam poin kerjasama dalam ASEAN Security Community ASC menempatkan permasalahan terorisme ini sebagai sebuah permasalahan bersama yang harus segera diatasi. Bagi Indonesia yang sejak tahun 2002 hingga saat ini terus bergumul dengan permasalahan terorisme kerjasama ASC ini menjadi catatan penting dalam upaya menciptakan keamanan Nasional National Security sekaligus keamanan Regional Regional Security. Tulisan ini mencoba menyoroti tentang bagaimana ASC Asean Security Community yang merupakan salah satu poin penting dari blue print Komunitas 9 Universitas Sumatera Utara ASEAN 2015 diselenggarakan atau diwujudkan oleh negara-negara Angota ASEAN saat ini termasuk Indonesia. Untuk membatasi penelitian ini penulis mencoba fokus terhadap peran Indonesia dalam mewujudkan ASC khususnya terkait kerjasama dalam mengatasi permasalahan terorisme. Perlu dicatat bahwa persoalan idiologis sudah jauh terdesak dengan tuntutan kerjasama ekonomi khususnya sektor perdagangan dan investasi diantara Negara anggota. Akselerasi menuju komunitas ASEAN itu menjadi prioritas bagi masing-masing negara-negara anggota. Penelitian ini akan berfokus tentang bagaimana peran yang diambil oleh Indonesia dalam mewujudkan komunitas ASEAN 2015. Hal ini menjadi bahasan yang penting karena kita ketahui bahwa peta kekuatan atau pola hubungan global hari ini sudah sangat berubah bila dibandingkan dengan pola interaksi global dimasa-masa lalu. Hadirnya Cina dan India menjadi kekuatan ekonomi dunia menyaingi kedigdayaan AS menjadi fenomena menarik. Bagi Indonesia wacana pembantukan komunitas ASEAN menjadi momentum penting bagi pembangunan khususnya ekonomi dan keamanan bagi Indonesia. Hubungan internasional misalnya ekonomi Indonesia dengan negara anggota ASEAN cukup tinggi misalnya dengan Malaysia terkait dengan pengiriman Tenaga kerja Indonesia TKI di negeri jiran tersebut. Walaupun disana sini masih tidak jarang terjadi perselisihan antara kedua negara misalnya terkait dengan adanya tindakan penyiksaan yang dialami oleh TKI yang bekerja disana namun lebih dari itu keberadaan Malaysia sebagai salah 10 Universitas Sumatera Utara satu negara tujuan pengiriman TKI masih menjadi priorotas bagi Indonesia untuk menjalankan ekonomi nasionalnya. Begitu juga terkait dengan kegiatan impor pangan misalnya dengan Vietnam dan Thailand. Akhir–akhir kegiatan impor Indonesia juga cukup tinggi terhadap impor pangan khususnya beras dari kedua Negara tersebut. Sejak awal pembentukannya ,ASEAN merupakan suatu kerjasama regional yang didirikan oleh lima Negara Asia Tenggara: 1. Indonesia 2. Filipina 3. Malaysia 4. Thailand 5. Singapura ASEAN mendasarkan dirinya pada suatu kesepakatan bersama yang dikenal sebagai deklarasi Bangkok. Salah satu butir dalam deklarasi Bangkok adalah:”akan lebih mengendepankan kerjasama ekonomi dan sosial sebagai wujud atau perwujudan dari solidaritas ASEAN. 7 Kalau diperhatikan secara sadar ASEAN sesungguhnya telah memilih economic towards peace berdasarkan asumsi bahwa jika Negara-negara ASEAN mencapai kemakmuran maka perdamaian akan terwujud di kawasan ini. Namun jhal yang paling utama bahwa ASEAN didirikan yang memilki tujuan bagaimana mewujudkan keamanan yang stabil stable peace dapat tercipta di kawasan ASIA 7 ASEAN Documents Series 1967-1985, dalam CPF Lulima: Masyarakat Asia Tenggara menuju komunitas ASEAN 2015 11 Universitas Sumatera Utara TENGGARA dalam jangka waktu yang panjang baik melalui kerjasama dalam bidang ekonomi,sosial dan budaya, politik dan juga keamanan. Kerjasama di bidang politik baru diawali dengan dicetuskannya Deklarasi Kuala Lumpur yang dikenal sebagai Deklarasi ZOPFAN Zone of Peae ,Freedom and Neutrality Declaration dalam pertemuan khusus para menteri luar negeri ASEAN di kuala Lumpur 27 November 1971. Tetapi kalau dilihat kerjasama dalam bidang politik sesungguhnya baru secara resmi dimulai dengan dihasilkannya Declaration of ASEAN Concord atau Bali Concord I dalam konferensi Tingkat tinggi KTT pertama ASEAN di Bali 24 Februari 1976. Saat itu para pemimpin ASEAN menginginkan agar ASEAN menjadi wilayah yang damai dan netral serta tidal ada campur tangan eksternal dari Negara-negara besar diluar kawasan. Hal ini di munculkan karena memang pada saat itu kondisi politik global sedang terpecah dalam dua kutub dunia yaitu antara barat AS dan timur Uni Soviet yang lebioh dikenal dengan perang dingin cold war. Cold war sendiri sebenarnya lebih dimaknai sebagai perang idiologi yaitu antara demokrasi dan komunis. Pengaruh salah satu aliran seperti komunis sangat terasa pada saat itu dimana Vietnam yang saat itu belum tergabung dalam Negara ASEAN memiliki paham komunis dalam sistem politiknya hal ini tentu saja sangat menggangu perwujudan stabilitas tadi dinama Negara-negara ASEAN pada umumnya lebih dekat pada kiblat demokrasi Barat. Sampai akhirnya berbagai prinsip kerja sama dalam ASEAN kemudian dimasukkan kedalam Bali Concord I yang meliputi: 12 Universitas Sumatera Utara 1. Perjanjian persahabatan dan kerjasama di Asia Tenggara Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia- TAC. Inti dari TAC adalah penggunaan penggunaan cara-cara damai dalam menyelesaikan persengkataan intra regional peaceful settelement of disputes, yang merupakan prinsip-prinsip dasar untuk memandu hubungan berbagai pihak. 2. Persetujuan pembentukan secretariat ASEAN Agreement on the Astablishment of the ASEAN Secretatiat. 3. Perjanjian tentang Zona bebas senjata nuklir Treaty on Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone SEANWFZ. Kerjasama ini kemudian dilakukan bersama dengan Negara-negara yang mempunyai kepentingan di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN Regional Forum ARF. ARF sendiri merupakan satu-satunya forum dialog untuk membicarakan tentang keamanan dan ini menjadi terobosan baru bagi ASEAN dan negara yang berada disekitaran ASEAN khusunya Negara ASIA PASIFIK. Keamanan disini jelas menjadi modal awal bagaimana menumbuhkan dan mengembangkan rasa saling percaya Confidence-Building, artinya antara Negara ASEAN dan Negara PASIFIK tadi sama saling menghormati untuk tidak melakukan tindakan-tindakan kekerasan seperti peperangan dalam setiap permasalahan yang sedang dan yang mungkin akan terjadi. Oleh sebab itu yang dikembangkan selanjutnya adalah 13 Universitas Sumatera Utara diplomasi preventif Preventive-Diplomacy dan juga upaya penyelesaian konflik pebatasan atau territorial di kawasan Asia tenggara. 8 Untuk forum serupa ASEAN juga telah berhasil membentuk forum kerjasama dan mitra dialog seperti: 1. Asia Pasific Economic Cooperation APEC 2. ASEAN European Meeting ASEM 3. ASEAN+3 China,Jepang dan Korea Selatan Sehingga bisa dikatakan ASEAN merupakan salah satu kelompok atau organisasi regional yang paling berhasil di dunia internasional. Atas dasar itulah bagaimana mewujudkan stabilitas keamanan yang tetap terjaga maka ASEAN dalam rumusan melalui ide membentuk komunitas ASEAN memasukkan salah satu pilar terpenting dari perwujudan komunitas itu nantinya adalah pilar komunitas keamanan ASEAN ASEAN Security-ASC. Dalam konteks keamanan security Indonesia sebagai salah satu Negara anggota dan juga ketua ASEAN pada saat itu menaruh perhatian penting terhadap konteks keamanan itu. Pada saat itu Indonesia yang merupakan ketua ASEAN mengajukan konsep komunitas keamanan ASEAN. Dalam hal lain Indonesia mengharapkan komunitas kemanan ASEAN dapat terbentuk sejalan dengan pembentukan ekonomi ASEAN yang telah diajukan sebelumnya oleh Siangapura pada KTT ke 8 tahun 2002 di kamboja. 9 Dua konsep tersebut diharapkan dapat terealisasi pada tahun 2020 guna mewujudkan satu komunitas ASEAN. Namun pada perkembangannya KTT 8 C.P.F. Luhulima1997,” ASEAN Menuju Postur Baru, CSIS: Jajarta., Hal.97-98 9 Ibid,CPF Lululima dkk., Hal 6 14 Universitas Sumatera Utara ASEAN ke 10 di Laos telah menyepakati program of action PoA untuk pilar keamanan dan sosial budaya. Dimana program ini merupakan program jangka pendek dan menengah 2004-2010 yang bertujuan untuk memperdalam integrasi regional dan mempersempit kesenjangan dalam ASEAN. Pada perkembangan selanjutnya yaitu pada KTT ke 12 di Filipina tahun 2007 akselerasi untuk memcapai komunitas ASEAn dipercepat menjadi tahun 2015 yang sebelumnya direncanakan tahun 2020. Dalam tahap ini sudah disepakati adanya One Caring and Sharing Community pada 2015. Dalam komunitas ini nantinya diharapkan adanya pencapaian kerjasama, solidaritas, bersama melawan kemiskinan dan menikmati rasa aman termasuk keamanan manusia human security. Namun bagi penulis dalam penelitian ini akan lebih berfokus bagaimana sebenarnya posisi strategis Indonesia dalam hal mendorong adanya ide komunitas keamanan itu sendiri dalam ASEAN community. Tidak bisa dipingkiri Selama 40 tahun pendiriannya, ASEAN telah berhasil mengembangkan dan mempertahankan stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara, serta menumbuhkan saling percaya diantara negara anggotanya dan para Mitra Wicara ASEAN. ASEAN juga telah berkontribusi kepada keamanan dan kestabilan kawasan secara lebih luas di Asia Pasifik melalui Forum Regional ASEAN ASEAN Regional ForumARF sejak 1994. ARF mewadahi dialog dan pertukaran informasi mengenai masalah- masalah keamanan di Asia Pasifik. Walaupun terdapat keberagaman kondisi politik, ekonomi, dan budaya diantara negara-negara anggotanya, ASEAN telah menumbuhkan tujuan dan arah kerjasama, khususnya dalam mempercepat 15 Universitas Sumatera Utara integrasi kawasan. Hal ini terlihat semakin jelas dengan disepakatinya visi ASEAN 2020 di Kuala Lumpur tahun 1997 dan Deklarasi Bali Concord II di Bali tahun 2003 mengenai upaya perwujudan Komunitas ASEAN dengan ketiga pilarnya politik-keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Komunitas politik keamanan ASEAN ASEAN Political Security CommunityAPSC ditujukan untuk mempercepat kerjasama politik keamanan di ASEAN untuk mewujudkan perdamaian di kawasan, termasuk dengan masyarakat internasional. Komunitas politik keamanan ASEAN bersifat terbuka, berdasarkan pendekatan keamanan komprehensif dan tidak ditujukan untuk membentuk suatupakta pertahanan atau aliansi militer maupun kebijakan luar negeri bersama common foreign policy. Komunitas politik keamanan ASEAN juga mengacu kepada berbagai instrumen politik ASEAN yang telah ada seperti Zone of Peace, Freedom and Neutrality ZOPFAN, Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia TAC, dan Treaty on Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone SEANWFZ selain menaati Piagam PBB dan prinsip-prinsip hukum interansional terkait lainnya

1.2 Perumusan Masalah