14
Randomized Sampling dengan jumlah sampel sesuai dengan jumlah tablet yang diperlukan untuk pemeriksaan.
4.3.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian dilakukan selama 3 bulan bertempat di Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi dan Laboratorium Kimia Terpadu Universitas Muhammadiyah
Malang.
4.4 Metode Penelitian
4.4.1 Kerangka Kerja
Kerangka kerja yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4 Skema Kerangka Kerja
Pengambilan Sampel Tablet nifedipin 3 pabrik:
PMA PMDN
PMDN Generik
Pemeriksaan Kualitas Tablet Nifedipin
Waktu Hancur Keseragaman Bobot
Uji Disolusi
Analisa Statistik Keseragaman Kandungan
15
4.4.2 Pemeriksaan Kualitas Tablet Nifedipin
Pemeriksaan kualitas tablet nifedipin yang dilakukan meliputi
keseragaman bobot, keseragaman kandungan, waktu hancur dan uji disolusi.
4.4.2.1 Pemeriksaan Keseragaman Bobot
Untuk produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50 atau lebih dari bobot satuan sediaan, maka uji keseragaman
sediaan dilakukan dengan cara keseragaman bobot DepKes, 1995. Prosedur pemeriksaan keseragaman bobot adalah:
Ditimbang seksama 10 tablet satu per satu dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil pemeriksaan keseragaman kandungan, dihitung jumlah zat aktif dari masing-
masing 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
4.4.2.2 Pemeriksaan Keseragaman Kandungan 1.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Nifedipin dalam Media Cairan Lambung Buatan tanpa Pepsin
Panjang gelombang maksimum ditentukan menggunakan larutan baku kerja nifedipin 8,0 µgml diamati dengan single beam spektrofotometri UV-Vis
pada panjang gelombang 200 sampai 300 nm. Pada larutan baku kerja tersebut dilakukan pengamatan nilai absorbansi terhadap panjang gelombang sehingga
panjang gelombang maksimum dapat diketahui.
2. Pembuatan Kurva Baku Nifedipin dalam Media Cairan Lambung
Buatan tanpa Pepsin
Pembuatan kurva baku terlebih dahulu diawali dengan pembuatan larutan baku induk 500,0 µgml dengan cara ditimbang nifedipin BPFI sebanyak 50,0
mg, dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100,0 ml, ditambahkan metanol hingga garis tanda dan dikocok homogen. Kemudian larutan baku induk
500,0 µgml tersebut dipipet 5,0 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 ml, diencerkan dengan cairan lambung buatan tanpa pepsin hingga garis tanda
sehingga diperoleh larutan baku induk 50,0 µgml. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan larutan baku kerja nifedipin yang dibuat dengan cara dipipet
larutan baku induk 50,0 µgml yaitu 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0 dan 6,0 ml,
16
masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 25,0 ml, ditambahkan cairan lambung buatan tanpa pepsin sampai garis tanda, lalu dikocok homogen.
Diperoleh larutan baku kerja dengan kadar 1; 2; 4; 6; 8; 10; dan 12 µgml yang diamati absorbannya pada panjang gelombang maksimum dan sebagai blanko
cairan lambung buatan tanpa pepsin. Data yang diperoleh dibuat kurva absorbansi terhadap kadar.
3. Keseragaman Kandungan
Tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang, dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50 bobot sediaan harus memenuhi uji
keseragaman kandungan Depkes RI, 1995. Adapun prosedur pemeriksaan keseragaman kandungan tablet sebagai berikut:
Sejumlah 10 tablet yang telah memenuhi keseragaman bobot digerus sampai homogen. Ditimbang sejumlah serbuk yang setara dengan 10 mg nifedipin
sebanyak 5 kali. Masing-masing serbuk tablet tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml dan ditambah metanol hingga garis tanda lalu dikocok. Larutan
tersebut disaring dengan milipore membran filter 0,45 mikron kemudian dipipet 1,0 ml dan dimasukkan dalam labu ukur 100,0 ml, ditambahkan cairan lambung
buatan tanpa pepsin hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan konsentrasi 10,0 µgml. Sebagai larutan standar dipakai larutan baku kerja 10,0 ppm.
Absorban larutan diamati dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Vis pada λ
maksimum. Sebagai blanko digunakan cairan lambung buatan tanpa pepsin.
4.4.2.3 Pemeriksaan Waktu Hancur
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi. Untuk menetapkan waktu hancur
dari tablet nifedipin dapat menggunakan alat Disintegration tester 2 cavity dengan prosedur sebagai berikut Depkes RI, 1995:
Untuk tablet tidak bersalut. Dimasukkan 1 tablet ke dalam masing-masing tabung dari keranjang, lalu dimasukkan satu cakram pada tiap tabung dan
dijalankan alat. Gerakan turun naik keranjang dalam cairan media pada frekuensi yang tetap antara 29 hingga 32 kali per menit dan gunakan air suhu 37°C ± 2°C
sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam monografi.
17
Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi diangkat keranjang dan amati semua tablet semua tablet harus hancur sempurna. Untuk tablet
bersalut bukan enterik. Dimasukkan 1 tablet ke dalam masing-masing tabung dari keranjang, bila tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut, celupkan
keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5 menit kemudian dimasukkan cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan cairan lambung buatan
bersuhu 37°C ± 2°C sebagai media. Setelah alat dijalankan selama 30 menit, angkat keranjang dan amati semua tablet semua tablet harus hancur sempurna.
Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
4.4.2.4 Uji Disolusi
Untuk mengukur laju disolusi tablet dilakukan dengan menggunakan Dissolution tester, dengan prosedur sebagai berikut Depkes RI, 1995:
Sebanyak 900,0 ml cairan lambung buatan tanpa pepsin sebagai media disolusi dimasukkan ke dalam wadah, biarkan media disolusi hingga suhu 37°C ±
0,5°C. Apabila suhu telah tercapai, dimasukkan 1 tablet ke dalam wadah dan segera dijalankan alat dengan kecepatan seperti yang tertera dalam masing-masing
monografi dengan kecepatan 50 putaran per menit. Pada interval waktu 5, 10, 15 dan 20 menit larutan dipipet sebanyak 10,0 ml. Kemudian disaring melalui
milipore membran filter 0,45 mikron. Setiap kali setelah pengambilan cuplikan, media disolusi diganti dengan cairan lambung buatan tanpa pepsin sebanyak
volume yang diambil. Kemudian absorban masing-masing cuplikan diamati dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
maksimum. Konsentrasi nifedipin yang terlarut setiap interval waktu, didapatkan dengan memasukkan data absorban kedalam persamaan kurva baku. Untuk blanko
digunakan cairan lambung buatan tanpa pepsin. Pengujian disolusi dilakukan terhadap 6 tablet.
4.4.3 Analisis Statistik
Data hasil pemeriksaan kualitas tablet yang mengandung nifedipin 10 mg baik generik dan non generik nama dagang secara in vitro yang meliputi
18
keseragaman bobot, keseragaman kandungan, waktu hancur dan uji disolusi,
dianalisa dengan One Way Anova Analisys of Variances.
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan bermakna secara signifikan pada masing-masing tablet nifedipin generik dan non generik nama dagang dari tiga
pabrik yang berbeda PMA, PMDN dan PMDN Generik dengan membandingkan harga F hitung yang diperoleh dengan harga F tabel pada tingkat sig
nifikan α = 0,05. Apabila diperoleh harga F hitung lebih besar dari F tabel, maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan bemakna antar tablet-tablet nifedipin tersebut, maka dilakukan analisis lanjut dari uji Anova menggunakan uji HSD Honestly
Significant Difference Test menurut Tukey untuk mengetahui produk tablet nifedipin mana saja yang berbeda bermakna.
19
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tablet nifedipin dilakukan dengan membeli tablet nifedipin di apotik yang ada di Malang sebanyak 100 tablet untuk masing-masing
produk baik PMA, PMDN dan PMDN Generik dengan ketentuan tablet nifedipin yang diambil dari satu pabrik mempunyai nomor batch dan waktu edar yang
sama. Profil sampel dapat dilihat pada Lampiran 4.
5.2 Pemeriksaan Kualitas Tablet Nifedipin
Data Pemeriksaan kualitas tablet nifedipin meliputi keseragaman bobot, keseragaman kandungan, waktu hancur dan uji disolusi.
5.2.1 Pemeriksaan Keseragaman Bobot
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa bobot tablet nifedipin dari ketiga produk PMA, PMDN dan PMDN Generik yang diperiksa memenuhi persyaratan
keseragaman bobot yang tercantum pada Farmakope Indonesia edisi IV yaitu persyaratan keseragaman bobot dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-
masing dari 10 satuan sediaan terletak antara 85,0 - 115,0 dari jumlah yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0
DepKes, 1995. Data hasil pemeriksaan keseragaman bobot tablet nifedipin dapat dilihat pada Tabel V.1.