Uji Disolusi Pemeriksaan Kualitas Tablet Nifedipin

7

2.3.2 Pemeriksaan Keseragaman Kandungan

Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah zat aktif dalam tablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch. Hal ini umumnya dilakukan dengan cara analisis kimiawi Voight, 1995. Farmakope mensyaratkan bahwa tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang, dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50 bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan DepKes RI, 1995. Menurut USP XXXII, kapsul nifedipin mengandung tidak kurang dari 90 dan tidak lebih dari 110 nifedipin C 17 H 18 N 2 O 6 dari jumlah yang tertera pada etiket USP, 2009.

2.3.3 Pemeriksaan Waktu Hancur

Bagi tablet, langkah penting pertama sebelum melarut adalah pecahnya tablet menjadi partikel-partikel kecil atau granul-granul Banker Anderson, 1986. Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur menjadi partikel dibawah kondisi yang ditetapkan King, 1980. Pada umumnya waktu hancur akan mempengaruhi laju pelarutan zat aktif Hermann dkk, 1993. Sebagai medium biasanya digunakan air atau cairan pencernaan buatan bersuhu 37°C, dimana pengujian dilakukan pada kondisi yang sedapat mungkin mendekati situasi fisiologis Voight, 1995. Waktu hancur tablet dapat dianggap sebagai kriteria untuk memprediksi penyerapan obat secara in vitro Swarbrick, 2010. Menurut USP, tablet tidak bersalut mempunyai standar waktu hancur paling rendah 5 menit, akan tetapi kebanyakkan tablet tidak bersalut memiliki waktu hancur 30 menit Banker Anderson, 1986.

2.3.4 Uji Disolusi

Bahan obat dalam bentuk sediaan farmaseutik solid yang diberikan peroral yaitu tablet setelah dikonsumsi seseorang akan terlepas dari sediaannya dan mengalami disolusi dalam media biologis diikuti dengan absorpsi zat aktif ke dalam sirkulasi sistemik dalam tubuh melalui suatu rangkaian proses yang dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut: 8 Gambar 2.2 Hubungan Antara Disolusi dan Proses Absorpsi Hermann dkk, 1993 Berdasarkan skema diatas, kemampuan obat berada dalam tubuh atau ketersediaan hayati dari produk sediaan farmaseutik solid yang diberikan peroral sangat besar tergantung pada adanya obat dalam keadaan melarut, maka karakteristik disolusi merupakan sifat yang penting dari produk obat Ansel, 1989. Disolusi merupakan proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi terlarut dalam suatu pelarut Shargel, 2005. Jika bentuk sediaan farmaseutik yang diberikan peroral masuk dan berada di saluran cerna dalam bentuk sediaan solid, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi untuk tahap pembatasan kecepatan zat aktif dalam sirkulasi. Pertama, bentuk sediaan solid harus terdisintegrasi dan zat aktif larut dalam media cair dan kemudian melewati membran saluran cerna. Zat aktif yang mudah larut akan cenderung cepat melarut, membuat tahap pembatasan kecepatan, yakni difusi pasif dan transpor aktif zat aktif, untuk absorpsi melalui membran saluran cerna. Sebaliknya, kecepatan absorpsi zat aktif yang sukar larut akan dibatasi oleh laju disolusi zat aktif yang tidak larut atau juga dapat dibatasi oleh kecepatan disintegrasi bentuk sediaan Siregar Wikarsa, 2010. Maka seringkali laju disolusi bahan obat sangat kecil bila dibandingkan dengan laju absorpsinya sehingga laju disolusi merupakan tahap penentu kecepatan rate limiting step dalam proses absorpsi Shargel, 2005. Kecepatan disolusi suatu senyawa tergantung pada beberapa parameter, diantaranya Hermann dkk, 1993: Karakteristik fisika-kimia bahan obat Tablet Agregat Partikel Zat aktif terlarut Zat aktif terserap Penghancuran I Penghancuran II Pelarutan Pelarutan Penyerapan 9 Luas permukaan yang berubah antara senyawa dan cairan pelarut Sifat cairan pelarutan pH, kekentalan, tegangan permukaan Parameter yang berkaitan dengan alat suhu dan volume cairan uji serta pengadukan Untuk obat yang kelarutan dalam air terbatas, disolusi akan lebih berarti daripada waktu hancur. Dalam banyak hal, kecepatan disolusi dapat dikorelasikan dengan ketersediaan hayati zat aktif DepKes RI, 1995. Bioavailabilitas ketersediaan hayati dapat ditentukan secara in vitro dalam laboratorium dengan mengukur laju disolusi zat aktif dalam waktu tertentu dissolution rate. Untuk laju disolusi nifedipin kapsul setelah waktu 20 menit harus larut tidak kurang 80 Q C 17 H 18 N 2 O 6 dari jumlah yang tertera pada etiket, dengan media disolusi berupa cairan lambung buatan tanpa pepsin USP, 2009.

2.4 Obat Generik dan Non Generik Merek Dagang