UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
seperti kapas. Kitosan memiliki pH 4,0-6,0 pada larutan 1. Kitosan larut di dalam air, praktis tidak larut dalam etanol 95, pelarut organik lain, dan larutan
netral atau alkali pada pH dibawah 6,5. Kitosan mudah larut dalam larutan encer atau terkonsentrasi pada kebanyakan asam organik dan pada beberapa asam
inorganik mineral kecuali asam sulfat dan fosfat. Selama disolusi, gugus amina dari polimer menjadi terprotonasi, menghasilkan muatan positif polisakarida
RNH
3 +
dan garam kitosan larut di dalam air. Kelarutan kitosan dipengaruhi oleh derajat deasetilasi. Kelarutan juga dipengaruhi oleh penambahan garam ke dalam
larutan. Kekuatan ion yang semakin kuat, kelarutan akan semakin rendah sebagai hasil dari efek salting-out, yang akan mengakibatkan pengendapan kitosan pada
larutan. Kitosan inkompatibel dengan agen pengoksidasi kuat Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009.
Sifat film kitosan bergantung pada morfologi, yang dipengaruhi oleh berat molekul, derajat N-asetilasi, penguapan pelarut, dan mekanisme regenerasi amin
bebas. Film kitosan digambarkan bersifat kuat, tahan lama, dan lentur Bhuvaneswari et al., 2007. Film kitosan harus terdegradasi secara perlahan di
bawah kondisi fisiologis, dan untuk alasan ini kitosan harus di sambung silang. Proses sambung silang, dilakukan dengan tujuan untuk mengontrol kecepatan
pelepasan obat, juga bisa memperngaruhi sifat utama dari sistem, contohnya mukoadesif Colonna et al., 2006.
2.4.2 Aplikasi Kitosan
Aplikasi kitosan dalam bidang farmasetikal sebagai pengikat, bentuk sediaan pelepasan terkontrol, formulasi gel, sifat mukoadesif, sistem penghantaran
optalmik, sistem penghantaran nasal, sistem penghantaran bukal, sistem penghantaran periodontal, sistem penghantaran peroral, sistem penghantaran
gastrointestinal, sistem penghantaran intestinal, sistem penghantaran vaginal, sistem penghantaran transdermal, peningkat disolusi, sistem penghantaran kolon,
mikrosfer dan mikrokapsul, sifat penutup luka, sistem penghantaran multipartikulat, penghantaran gen Shaji, Jain, dan Lodha, 2010.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.3 Film Kitosan-Sitrat
Ketika kitosan dilarutkan dalam larutan asam asetat encer, gugus amino menjadi terprotonasi dan terhubung dengan ion asetat yang bermuatan berlawanan,
membuat muatan polimer larut. Film kitosan biasanya dibuat oleh sambung silang kimia melalui interaksi elektrostatik diantara fosfat multivalen dan kitosan pada
formulasi. Film kitosan sambung silang mengembang di bawah kondisi asam akibat dari ionisasi gugus amino tetapi mengkerut pada kondisi netral Honary,
Hosenzaideh, dan Shalchian, 2010.
[Sumber : Pieróg dan Czubenko, 2009]
Gambar 2.5 Struktur Kitosan-Sitrat
Sitrat merupakan anion dengan tiga gugus karboksilat dan kitosan adalah kation polibasa. Densitas muatan dari sitrat dan kitosan secara utama dikontrol oleh
larutan pH. Pada kondisi netral dan asam lemah, derajat ionisasi dari natrium sitrat menurun secara signifikan karena karakteristik asam dari asam sitrat. Kebalikan
dari itu, kitosan yang menjadi polibasa lemah menunjukkan penurunan yang tajam pada ionisasi dari gugus aminnya ketika larutan pH ditingkatkan menjadi di atas 6
pKa kitosan = 6,3 Honary, Hosenzaideh, dan Shalchian, 2010. Densitas muatan bergantung pada pH dari sitrat dan kitosan. Pada pH rendah 1,0-4,0, larutan secara
visual terlihat jernih akibat dari densitas muatan sitrat yang lemah. Turbiditas meningkat besar dan larutan memisah menjadi dua fase ketika pH ditingkatkan di
atas 4,3. Hal ini dapat disebabkan oleh densitas muatan sitrat dan kitosan yang