32
dengan pedoman, petunjuk teknis pelaksanaan, bimbingan, serta peringatan keras dan ancaman sanksi agar dalam pelaksanaan dan
pengeloalaan zakat dapat berjalan efektif dan efisien.
2. Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Khalifah ini memiliki kepedulian yang sangat tinggi dan serius terhadap persoalan zakat. Hal ini disebabkan strategis fungsi zakat sebagai
pajak dan sumber pendapatan Negara. Dalam menangani dan mengelola pelaksanaan zakat, khalifah selalu berpedoman pada sebuah hadist Nabi
Saw : “Dari Umar ra. Bahwasannya Rasulullah Saw bersabda : saya
diperintahkan untuk memerangi manusia, sampai mereka mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Apabila
mereka melaksanakan semuanya, maka mereka telah memelihara darah dan hartanya dari padaku, kecuali yang hak Islam, maka perhitungan
mereka terserah kepada Allah” H.R. Bukhari dan Muslim
Pembahasan kewajiban shalat dan zakat secara bersamaan dan beiringan, hal ini menunjukan indikasi signifikansi dan urgensi zakat
dalam ajaran Islam. Khalifah Abu Bakar Shidiq melakukan gerakan untuk memerangi orang yang tidak berzakat, seperti memerangi orang yang
tidak shalat. Hal ini nampak dalam salah satu ultimatum yang berbunyi :
33
“Aku akan memerangi siapa saja yang memisahkan antara shalat dan zakat” Hadist tersebut menjadi landasan teorotik dan operasional
dalam pengelolaan zakat. Meskipun Nabi Saw semasa hidupnya tidak pernah mengambil tindakan tegas memerangi yang enggan membayar
zakat, karena pada masa itu belum timbul gerakan menentang zakat sebagaimana yang terjadi pada masa Abu Bakar”.
Khalifah mengangkat petugas-petugas zakat Amil Zakat, dan mendistribusikan kepada mustahik secara langsung tidak menumpuk di
Baitul Mal. Sementara beliau mengambil haknya sekedarnya saja.
3. Masa Umar Bin al-Khattab
Pemungutan dan pengelolaan zakat pada masa ini dilakukan secara intensif. Penerimaan zakat meningkat drastic, karena jumlah wajib zakat
bertambah secara kuantitatif dengan berkembangnya wilayah kekuasaan Islam.
Salah satu kebijakan Umar mengenai zakat, pendapatannya yang menyatakan bahwa zakat merupakan sumber pendapatan Negara. Zakat
merupakan sumber pendapatan nasional. Dengan demikian, zakat harus diserahkan kepada Negara.
18
Umar memahami bahwa tujuan utama kewajiban zakat yakni mencegah menumpuknya harta dibawah kekuasaan sekelompok kecil.
18
Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, Jakarta : CV. Pustaka Amri, 2005, hal 30
34
Oleh karena itu Umar menyusun kebijakan penambahan jenis barang yang wajib dizakati, menghilangkannya sewaktu-waktu, jika dianggap sudah
tidak relevan dalam struktur perpajakan dan pendapatan Negara sewaktu- waktu.
19
4. Masa Utsman bin Affan