Latar Belakang Masalah Penyaluran dana zakat untuk pendidikan dalam perspektif imam hanafi :studi terhadap bazis kotamadya jakarta selatan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat sebagai salah satu rukun Islam yang asasi merupakan media yang tepat untuk menghubungkan antara yang kaya dan miskin, sekaligus berfungsi untuk membina Ukhuwah Islamiyyah. Karena pada dasarnya prinsip zakat adalah harta orang mampu dibagikan kepada mustahik dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan agama. 1 Kewajiban zakat dalam Islam memiliki makna yang sangat fundamental. Selain berkaitan erat dengan aspek-aspek ketuhanan, juga ekonomi dan sosial. Di antara aspek-aspek ketuhanan Trasendental adalah banyaknya ayat-ayat Al- Qur’an yang menyebut masalah zakat, termasuk diantaranya dua puluh tujuh ayat yang menyandingkan kewajiban zakat dengan kewajiban shalat secara bersamaan. Sedangkan dari aspek keadilan sosial al-adallah al-ijtima’iyyah, perintah zakat dapat dipahami sebagai satu kesatuan sistem yang tak terpisahkan dalam pencapaian kesejahteraan sosial-ekonomi dan kemasyarakatan. Zakat diharapkan dapat meminimalisir kesenjangan pendapatan antara orang kaya dan miskin. Di 1 Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2002, Cet. 1, hlm 132. 1 samping itu, zakat juga diharapkan dapat meningkatkan atau menumbuhkan perekonomian, baik pada level individu maupun pada level sosial masyarakat. 2 Kemiskinan sangat rentan terhadap religiusitas seseorang, sehingga Islam sangat memperhatikan persoalan kemiskinan ini. Salah satu nilai instrumen ekonomi yang terkadang dalam ajaran Islam adalah peralihan kekayaan melalui zakat. 3 Zakat merupakan salah satu tata hubungan yang menghubungkan hamba secara vertikal kepada Tuhan serta menjembatani hamba secara horizontal dalam hal agar ada keseimbangan dan stabilitas sosial ekonomi. Dalam hal pendayagunaan zakat secara tekstual yang berhak menerima zakat adalah sasarannya pada delapan ashnaf golongan, yaitu : fakir, miskin, amil, mu’allaf, riqab hamba sahaya, gharim, fi sabilillah dan ibnu sabil. Di lain hal juga dipergunakan untuk kepentingan seperti : sarana ibadah pendidikan Islam, beasiswa pendidikan dan lain sebagainya. Seperti yang dilakukan oleh Bazis DKI Jakarta yang memiliki beberapa program unggulan, yaitu pembinaan SDM. Yang diantaranya memberikan beasiswa dari tingkat SDMI Madrasah Ibtidaiyyah sampai S3 Strata 3, kesejahteraan, pembinaan guru dan marbot. Zakat yang diberikan untuk biaya pendidikan termasuk kedalam golongan yang berhak menerima zakat mustahik yaitu Ibnu Sabil yang berarti musafir, 2 Nurudin Mhd Ali, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Cet. 1, hlm 1-2. 3 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta : UI Press, 1998, Cet. 1, hlm 9. 2 berpergian atau orang yang berpergian. Terdapat pandangan dari ulama membagi Ibnu Sabil kedalam dua golongan, yaitu orang yang mengadakan perjalanan ditanah airnya sendiri dan orang yang mengadakan pekerjaan di negeri orang. Surat-surat dalam Al-Qur’an menjelaskan tentang zakat secara mendetail berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dalam hal ini Allah juga telah menjadikan zakat sebagai salah satu tujuan untuk memberikan kakuasaan di bumi. Tidak ada sebab bagi seseorang yang mengaku dirinya sebagai Muslim mengelak dari tuntutan zakat dalam semua cabang-cabang zakat apabila ia memenuhi syarat wajib zakat tersebut. Zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim dibagi dalam dua bagian, yaitu zakat fitrah dan zakat harta Mal. Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan pada setiap akhir Ramadhan oleh setiap keluarga yang ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan untuk sehari pada hari raya Idul Fitri. Sedangkan yang dimaksud dengan zakat harta adalah zakat atas harta yang wajib dikeluarkan oleh muslim apabila telah sampai nisab dan atau haul. 4 Zakat merupakan sumber sosial ekonomi Islam yang disyariatkan oleh Allah SWT untuk menjadi tonggak bagi kekuatan umat karena kemampuannya dalam menyelesaikan masalah ummat Islam pada saat ini. Islam meletakan 4 A. Djazuli dan Yani Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat sebuah pengenalan, Jakarta : PT. raja Grarindo Persada, 2002, h 41. 3 tanggung jawab administrasi zakat kepada wewenang pemerintah sekaligus menjadikan zakat sebagai sumber keuangan terkemuka. 5 Penanaman zakat bukanlah karena menghasilkan kesuburan bagi harta, tetapi untuk mensucikan diri masyarakat. Ia merupakan manifestasi dari kepedulian para hartawan dengan para mustahik orang yang berhak menerima terikat dalam ikatan tanggung jawab dalam fakir miskin. Adanya kewajiban ini bukan disebabkan antara muzakki wajib zakat dan hak dan kewajiban. Pengeluaran zakat merupakan perlindungan bagi masyarakat dari bencana sosial, yaitu kemiskinan, kelemahan baik fisik maupun mental. Akibat dari kemiskinan itu pula, masalah-masalah pendidikan pun terhambat. Banyak dari masyarakat yang lemah tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dikarenakan biaya pendidikan yang mahal. 6 Apabila seseorang mengkhususukan diri mencari ilmu, maka ia boleh diberi zakat sekedar memenuhi kebutuhan membeli buku-buku guna kepentingan agama dan dunianya. Orang yang mencari ilmu patut diberi zakat karena dia melaksanakan fardhu kifayah dan fardhu ilmunya itu tidak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk seluruh umat. Ia berhak untuk ditolong dengan harta zakat, karena ia termasuk kategori orang yang membutuhkan kaum muslim itu sendiri. Sebagian orang ada yang memberi syarat dalam pemberian zakat untuk golongan pencari ilmu, yaitu kepandaian yang dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan 5 Beni Sarbeni, Panduan Zakat Al-Qur’an dan Sunnah, Bogor : Pustaka Ibnu Katsir, 2005, h 25. 6 Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 1999, h 8-9. 4 masyarakat, khususnya kaum Muslim pendapat tersebut dianut oleh Negara- negara modern, dimana pemerintah atau lembaga-lembaga memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang pandai. 7 Dalam lembaga zakat antara pemberi dan penerima sebenarnya tidak mempunyai hubungan apa-apa. Munculnya kewajiban di pundak si pemberi semata karena pada hartanya terdapat sesuatu yang menyebabkan ia wajib mengeluarkannya, yaitu memiliki harta yang banyak dan pada si penerima ada sesuatu yang menyebabkan ia berhak menerima kebutuhannya. Dengan demikian, Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah BAZIS telah dapat meneruskan, niat suci kepemerintahan Negeri Indonesia dalam usaha membantu pelajar-pelajar sekolah rendah SD, sekolah menengah atas SMA dan juga kepada pelajar-pelajar yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Maka bagi pihak ketua BAZIS Jakarta Selatan berharap agar pelajar-pelajar dapat belajar dengan lebih tekun dan lebih bersungguh-sungguh sehingga dapat berhasil dan sukses. Dengan usaha yang gigih dalam menimba ilmu pengetahuan sehingga kita dapat mengerti makna dari kesenangan, kemewahan dan kesejahteraan, pada masa yang akan datang. Adanya fenomena yang terjadi di masyarakat membuat BAZIS lebih memfokuskan diri untuk menangani bidang pendidikan melalui program beasiswa. Program beasiswa tersebut perlu dikaji dan diteliti, mengingat urgensi 7 Yusuf Al-Qardhawi, Fiqhuzzakah, Muassah Dar-salam, terjemahan Hukum Zakat Studi Kompratif mengenai Status dan Filsafat Zakat berdasarkan al-Qur’an dan Hadist, Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 1996, h 525-526. 5 zakat sebagai salah satu instrumen model pengembangan keuangan umat Islam yang berperan sebagai sebuah institusi keagamaan yang diharapkan mampu mengatasi kelemahan struktur ekonomi yang mengangkat pemeratan distribusi pendapatan. Karena dengan pemberdayaan zakat, akan dapat meminimalisir kesenjangan ekonomi yang merupakan salah satu kelemahan struktur ekonomi dan mampu membawa pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan masyarakat dalam meningkatkan pendidikan. 8 Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti masalah ini melalui penelitian berupa skripsi dengan judul “Penyaluran Dana Zakat Untuk Pendidikan Dalam Perspektif Imam Hanafi Studi Terhadap Bazis Kotamadya Jakarta Selatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah