disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas Lutony Rahmayati, 2000.
2.3.2 Metode pengepresan
Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang
cukup tinggi. Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang mengandung minyak atsiri akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir ke permukaan bahan. Contohnya
minyak atsiri dari kulit jeruk dapat diperoleh dengan cara ini Ketaren, 1985.
2.3.3 Ekstraksi dengan pelarut menguap
Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri dalam pelarut organik yang mudah menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik pada umumnya digunakan untuk
mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, terutama untuk mengekstraksi minyak atsiri yang berasal dari bunga misalnya bunga cempaka,
melati, mawar dan kena Ketaren, 1985.
2.3.4 Ekstraksi dengan lemak padat
Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan, untuk mendapatkan mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi Ketaren, 1985.
2.4 Analisa Komponen Minyak Atsiri dengan GC-MS 2.4.1 Kromatografi gas
Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen campuran kimia dalam suatu bahan, Komponen yang akan dipisahkan di bawa oleh suatu gas lembam
gas pembawa melalui kolom. Campuran cuplikan akan terbagi diantara gas pembawa dan fase diam. Fase diam akan menahan komponen secara selektif berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
koefisien distribusinya, sehingga terbentuk sejumlah pita yang berlainan pada gas pembawa. Pita komponen ini meninggalkan kolom bersama aliran gas pembawa dan
dicatat sebagai fungsi waktu oleh detekto Mc Nair and Bonelli, 1988. Waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan di kolom
disebut waktu tambat waktu retensi yang diukur mulai saat penyuntikan sampai saat elusi terjadi Gritter, dkk., 1991.
Menurut Eaton 1989, hal yang mempengaruhi waktu retensi yaitu: 1.
Sifat senyawa, semakin sama kepolaran dengan kolom dan makin kurang keatsiriannya maka akan tertahan lebih lama di kolom dan sebaliknya.
2. Sifat adsorben, semakin sama kepolaran maka senyawa akan semakin lama
tertahan dan sebaliknya. 3.
Konsentrasi adsorben, semakin banyak adsorben maka senyawa semakin lama tertahan dan sebaliknya.
4. Temperatur kolom, semakin rendah temperatur maka senyawa semakin lama
tertahan dan sebaliknya. 5.
Aliran gas pembawa, semakin kecil aliran gas maka senyawa semakin lama tertahan dan sebaliknya.
6. Panjang kolom, semakin panjang kolom akan menahan senyawa lebih lama dan
sebaliknya. Bagian utama dari kromatografi gas adalah gas pembawa, sistem injeksi,
kolom, fase diam, suhu dan detektor.
2.4.1.1 Gas Pembawa
Gas pembawa harus memenuhi persyaratan antara lain harus inert, murni, dan mudah diperoleh. Pemilihan gas pembawa tergantung pada detektor yang dipakai,
Universitas Sumatera Utara
semua gas yang dipakai ini harus tidak reaktif, dapat dibeli dalam keadaan murni dan kering yang dapat dikemas dalam tangki bertekanan tinggi. Gas pembawa yang sering
dipakai adalah helium He, argon Ar, nitrogen N
2
, hidrogen H
2
, dan karbon dioksida CO
2
Gritter, 1991.
2.4.1.2 Sistem Injeksi
Cuplikan dimasukkan kedalam ruang suntik melalui gerbang suntik, biasanya berupa lubang yang ditutupi dengan septum atau pemisah karet. Ruang suntik harus
dipanaskan tersendiri, terpisah dari kolom, dan biasanya pada suhu 10-15
o
C lebih tinggi dari suhu maksimum. Jadi seluruh cuplikan diuapkan segera setelah disuntikkan
dan dibawa ke kolom Gritter, dkk., 1991.
2.4.1.3 Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan hal sentral dalam kromatografi
gas. Ada dua jenis kolom pada kromatografi gas yaitu kolom kemas packing column dan kolom kapiler capillary column.
Kolom kemas terdiri atas fase cair yang tersebar pada permukaan penyangga yang lembam inert yang terdapat dalam tabung yang relatif besar diameter dalam 1-
3mm. Kolom kapiler jauh lebih kecil 0,02 – 0,2 mm dan dinding kapiler bertindak sebagai penyangga lembam untuk fase diam cair. Semakin sempit diameter kolom,
maka efisiensi pemisahan kolom semakin besar atau puncak kromatogram yang dihasilkan semakin tajam. Pada umumnya, seorang analis akan memilih kolom dengan
diameter 0,2 atau yang lebih kecil ketika menganalisis sampel dengan konsentrasi yang kecil atau memisahkan komponen yang sangat kompleks Rohman, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.4.1.4 Fase diam
Banyak macam bahan kimia yang dipakai sebagai fase diam antara lain: squalen, DEGS Dietilglikol suksinat. Fase diam yang dipakai dalam kolom kapiler
dapat bersifat non polar, polar atau semi polar. Jenis fase diam akan menentukan urutan elusi komponen – komponen dalam campuran. Seorang analis harus memilih
fase diam yang mampu memisahkan komponen – komponen dalam sampel Rohman, 2007.
2.4.1.5 Suhu
Tekanan uap sangat bergantung pada suhu, maka suhu merupakan faktor utama dalam GC. Pada GC-MS terdapat tiga pengendali suhu yang berbeda, yaitu: suhu
injektor, suhu kolom, suhu detektor.
Suhu injektor
Suhu injektor harus cukup panas untuk menguapkan cuplikan dengan cepat sehingga tidak menghilangkan keefisienan cara penyuntikan. Tetapi sebaliknya, suhu
harus cukup rendah untuk mencegah peruraian atau penataan ulang akibat panas McNair and Bonelli, 1988.
Suhu kolom
Suhu kolom harus cukup tinggi sehingga analisis dapat diselesaikan dalam waktu yang sesuai, dan harus cukup rendah sehingga terjadi pemisahan. Umumnya
semakin rendah suhu kolom, semakin tinggi koefisien partisi dalam fase diam sehingga hasil pemisahan semakin baik. Pada beberapa hal tidak dapat digunakan suhu kolom
yang rendah, terutama bila cuplikan terdiri atas senyawa dengan rentangan titik didih yang lebar, untuk itu suhu perlu diprogram.
Universitas Sumatera Utara
Suhu detektor
Detektor harus cukup panas sehingga cuplikan dan air atau hasil samping yang terbentuk pada proses pengionan tidak mengembun McNair and Bonelli,1988.
2.4.1.6 Detektor
Menurut McNair dan Bonelli 1988 ada dua detektor yang popular yaitu detektor hantar-thermal DHB dan detektor pengion nyala DPN.
2.4.2 Spektrometri massa
Spektrofotometer massa pada umumnya digunakan untuk: 1.
Menentukan massa molekul 2.
Menentukan rumus molekul dengan menggunakan Spektrum Massa Beresolusi Tinggi High Resolution Mass Spectra
3. mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola fragmentasinya
Dachriyanus,2004 Spektrometer massa terdiri dari sistem pemasukan cuplikan, ruang pengion dan
percepatan, tabung analisis, pengumpul ion dan penguat, dan pencatat. Keuntungan utama spektrometri massa sebagai metode analisis yaitu metode ini
lebih sensitif dan spesifik untuk identifikasi senyawa yang tidak diketahui atau untuk menetapkan keberadaan senyawa tertentu. Hal ini disebabkan adanya pola fragmentasi
yang khas sehingga dapat memberikan informasi mengenai bobot molekul dan rumus molekul. Puncak ion molekul penting dikenali karena memberikan bobot molekul
senyawa yang diperiksa. Puncak paling kuat pada spektrum, disebut puncak dasar base peak, dinyatakan dengan nilai 100 dan kekuatan puncak lain, termasuk puncak
ion molekulnya dinyatakan sebagai persentase puncak dasar tersebut Silverstein, 1986.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN