kilometer 6 Palopat Maria Padang Sidempuan Sumatera Utara dan dari Desa Besuki Kecamatan Padang Lintang Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.
3.3.2. Identifikasi Sampel
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor, hasil identifikasi dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 46.
3.3.3. Pengolahan Sampelpembuatan sampel
Sampel yang digunakan adalah buah kemukus Cubebae fruktus, Buah dibersihkan dari kotoran dengan cara dicuci, disortasi basah lalu ditiriskan dan
ditimbang, selanjutnya buah dikeringkan dengan cara dianginkan kemudian dimasukkan dalam lemari pengering dengan suhu 40 – 50
O
C sampai buah kering lalu ditimbang.
Buah kemukus di sortasi untuk memisahkan benda-benda asing atau pengotoran-pengotoran jika ada, lalu ditimbang, kemudian simplisia dihaluskan
menggunakan blender menjadi serbuk. Serbuk simplisia di simpan dalam wadah plastik kedap udara untuk mencegah pengaruh lembab dan pengotoran lain.
3.4. Pemeriksaan Karakteristik Simplisia 3.4.1. Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk luar dari simplisia buah kemukus Cubebae fructus.
3.4.2. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia. Serbuk simplisia ditaburkan diatas kaca objek, lalu diteteskan kloralhidrat dan ditutup dengan
kaca penutup, kemudian diamati dibawah mikroskop.
Universitas Sumatera Utara
3.4.3. Penetapan Kadar Air a. Penjenuhan Toluen
Sebanyak 200 ml toluen dimasukkan kedalam labu alas bulat, lalu ditambahkan 2 ml air suling, kemudian alat dipasang dan dilakukan destilasi selama 2 jam. Destilasi
dihentikan dan dibiarkan dingin selama ± 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.
b. Penetapan kadar air simplisia
Kemudian kedalam labu tersebut dimasukkan 5 gram serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, lalu dipanaskan hati – hati selama 15 menit. Setelah toluen
mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes per detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes per detik. Setelah
semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu
kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kadar air yang terdapat
dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen WHO, 1992.
2.4.4. Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air
Sebanyak 5 gram serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air – kloroform 2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter
dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan
sampai kering dalam cawan penguap yang rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105
C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes RI, 1995.
Universitas Sumatera Utara
3.4.5. Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol
Sebanyak 5 gram serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 95 dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6
jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang rata yang telah
dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105 C sampai bobot tetap. Kadar
dalam persen sari yang larut dalam etanol 95 dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes RI, 1995.
3.4.6. Penetapan Kadar Abu Total
Sebanyak 2 gram serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan.
Krus dipijar perlahan – lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 500 - 600
C selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes RI,
1995.
3.4.7. Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu didihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan,
disaring melalui kertas saring dan dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap
bahan yang dikeringkan di udara Depkes RI, 1995.
3.4.8. Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan menggunakan alat Stahl. Caranya : sebanyak 15 gram buah yang telah dimemarkan dimasukkan kedalam labu
Universitas Sumatera Utara
alas bulat berleher pendek, lalu ditambahkan air suling sebanyak 300 ml. Labu diletakkan diatas pemanas listrik, lalu dihubungkan dengan pendingin dan alat
penampung berskala. Sebelum buret diisi penuh dengan air, selanjutnya dilakukan destilasi. Volume minyak atsiri dihitung dan kadar minyak atsiri dihitung dalam vb
Depkes RI, 1995.
3.5. Isolasi Minyak Atsiri