Revol Ulung Bisara Tamba : Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Auditor melakukan fungsi monitoring pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan keuangan. Tugas auditor adalah memberikan opini atas
laporan keuangan tersebut tentang kewajarannya. Auditor saat ini juga harus mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan.
C. OPINI AUDIT
Menurut standar profesional akuntan publik SAP Seksi 110, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan,
untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk tidak
mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak memiliki suatu kepentingan dengan kliennya IAI, 1994.
Standar Profesional Akuntan Publik SPAP mengharuskannya dibuat laporan setiap kali kantor akuntan publik dikaitkan dengan laporan keuangan. Auditor
mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap suatu entitas bisnis dalam mempertahakan kelangsungan hidupnya dalam
periode waktu pantas. Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau
proses atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan pemakai
Revol Ulung Bisara Tamba : Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor
dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.
Berdasarkan standar profesional akuntan publik seksi 508 ada 5 tipe pendapat auditor yaitu.
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang
signifikan mengenai kewajaran dan penerapan standar akutansi keuangan dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan standar
akuntansi keuangan tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien,
pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor. Laporan keungan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan
hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan standar akuntansi keuangan, jika memenuhi kondisi berikut :
a. standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan,
b. perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan,
Revol Ulung Bisara Tamba : Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
c. informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan
standar akuntansi keuangan. 2.
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan. Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu
paragraf penjelasan atau bahasa penjelasan lain dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas
laporan keuangan. 3.
Pendapat wajar dengan pengcualian. Jika auditor menemukan kondisi-kondisi berikut ini maka ia akan
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian pada laporan audit : a. lingkup audit dibatasi oleh klien,
b.auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar
kekuasaan klien maupun auditor, c.laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan standar akuntansi
keuangan, d. standar akuntansi keuangan yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan tidak diterapkan secara konsisten 4.
Pendapat tidak wajar. Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa
pengecualian, akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan satndar akuntansi keuangan
Revol Ulung Bisara Tamba : Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Auditor memberikan
pendapat tidak wajar jika ia dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung
pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama
sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat.
Jika auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut laporan tanpa pendapat adverse opinion.
Kondisi yang menyebabkan audit tidak memberikan pendapat adalah : a. pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit,
b. auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya. Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat
tidak wajar adalah, pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien,
sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat no opinion karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan
keuangan auditan atau karena ia tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
Revol Ulung Bisara Tamba : Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Pada saat auditor menetapkan bahwa ada keraguan yang pasti terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya sebagai going concern, auditor
diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan opini wajar tanpa syarat atau opini disclaimer.
PSAK 29 paragraf 11 huruf d, menyatakan bahwa keraguan yang besar tentang kemampuan suatu usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambah paragraf penjelasan dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa
pengecualian yang dinyatakan auditor.
D. GOING CONCERN