Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN
Ayu Wulandari, 2015 PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
lebih sehat dan berperilaku baik, dan yang paling berperan dalam hal ini adalah orang tua. Namun kenyataan tidak semudah teori. Suatu penelitian yang disampaikan
Yaumil dalam Harry, 2002 bahwa dari 100 orang tua, yang mampu dan sadar untuk bisa mendidik karakter anak tidak lebih dari 20 atau 30. Selebihnya tidak
memiliki kapasitas untuk mendidik. Dalam pengembangan karakter anak, orang tua memiliki peran penting, dimana
orang tua secara efektif membuat dampak yang besar pada anak Santrock, 2012. Pada keluarga inti, peranan utama pendidikan ini terletak pada ayah- ibu. Menurut
Philips hendaknya keluarga menjadi sekolah untuk kasih sayang school of love Zubaedi, 2011, hlm. 144. Berkowitz Grych, 1998; Solomon, Watson,
Battistich Lickona, 1998, menambahkan bahwa hangat, penuh perhatian, dan responsif adalah hubungan orang tua-anak yang positif terkait dengan perkembangan
moral anak. Begitupun sebaliknya, tidak adanya kasih sayang orang tua memprediksi pengembangan bermasalah pada anak-anak. Dalam persfektif konvergensi,
perkembangan individu baik dasar, pembawaan, maupun lingkungan memiliki peranan yang penting Al-Asyamawi, 2004, hlm. 68.Figur ayah dan figur ibu secara
komplementatif sangat diperlukan anak dalam pengembangan karakternya. Hal ini karena adanya beberapa peran ayah yang khas yang sulit digantikan oleh perempuan,
sekalipun single parents. Pola pengasuhan ibu yang hati-hati, akan diseimbangkan oleh ayah sehingga membentuk pengasuhan yang sempurna. Ibu biasanya
memberikan perlindungan dan keteraturan, sedangkan ayah bersikap santai, lugas sehingga membantu anak untuk bebas bereksplorasi, tegar, kompetitif dan menyukai
tantangan Arismantoro, 2008. Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama, disamping itu orang tua
harus memberi contoh dan perilaku baik agar anak dapat meniru kebaikan dari orang tuanya Al-Asyamawi, 2004. Melihat peran penting yang dimiliki orang tua, secara
efektif membuat dampak yang besar pada anak, terutama pada pengembangan karakter anak, dan dalam prosesnya dibutuhkan kerja sama antara ayah dan ibu Al-
Asyamawi, 2004; Arismantoro, 2008; Santrock, 2012. Jay Belsky dalam Santrock, 2012 menyatakan bahwa relasi perkawinan, pengasuhan, serta perilaku dan
Ayu Wulandari, 2015 PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
perkembangan bayi dapat memiliki dampak langsung ataupun tidak langsung satu sama lain. Sebagai contoh, perceraian orang tua akan memengaruhi efisiensi
pengasuhan anak, dan secara tidak langsung dapat memengaruhi perilaku anak. Pengembangan karakter merupakan proses yang dilakukan seumur hidup. Kemudian,
bagaimana profil karakter anak yang tinggal dengan single parents, namun dengan latar belakang bercerai Al-Asyamawi, 2004, Wiludjeng, 2011. Suami dan istri yang
bercerai biasanya diawali dengan proses yang panjang mulai dari konflik hingga proses perceraian selesai. Berpisahnya ibu dan ayah mengakibatkan anak-anak
mereka juga berpisah dengan ibu atau ayahnya. Ada kemungkinan anak-anak hidup dengan ayahnya saja, atau ibunya saja, dan seketika ayah atau ibu tersebut menjadi
single parents atau orang tua tunggal Wiludjeng, 2011. Menurut Sager, dkk Perlmutter Hall, 1999, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan orang tua
tunggal adalah orang tua yang secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan atau tanggung jawab pasangannya.
Data statistik Indonesia pada tahun 2010 tercatat 8.680.144 orang yang pasangannya meninggal dunia dan 2.523.431 orang yang bercerai. Apabila yang
tercatat itu mengurus anak, kemungkinan mereka menjadi orang tua tunggal. Keadaan ini tidak begitu berbeda dengan tahun 1995 dimana 8.071.500 janda terdapat di
Indonesia dan 2.399.153 duda Wiludjeng, 2011. Banyak kasus kerusakan moral dan perilaku anak disebabkan pengaruh buruk dari pengasuhan ayah-ibu yang tidak tepat.
Hal tersebut menjadi tantangan bagi seluruh orang tua, terutama single parents, dimana tantangan tersebut semakin menguatkan peran penting pengasuhan yang tepat
dilakukan oleh ayah-ibu single parents dalam mengembangkan karakter anak Amini dalam Arismantoro, 2008. Dalam keluarga dengan orang tua tunggal, diibaratkan
sebagai burung bersayap satu, karena memiliki keterbatasan dan kekurangan. Hal ini dimaksudkan bahwa orang tua tunggal membutuhkan penyesuaian dengan peran
barunya, begitupun anaknya terhadap orang tua single parent. Orang tua single parents juga merasa kehilangan persahabatan, kasih, rasa aman dan mengalami
penghentian kepuasan seks Goode, 1983. Simon Associates dalam Wiludjeng, 2011 menambahkan bahwa hal tersebut yang menyebabkan mereka mengalami
Ayu Wulandari, 2015 PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
stress, marah, merasa bersalah dan gagal, yang pada akhirnya menurunkan kesejahteraan emosi dan kualitas perannya sebagai orang tua.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya membahas mengenai kecenderungan karakter anak akan muncul jika anak tinggal dengan orangtua tunggal. Biasanya anak
tersebut akan cenderung tidak begitu baik dalam sosial dan edukasional dibandingkan dengan anak dengan orang tua yang utuh, karena orang tua tunggal cenderung lemah
dalam segi finansial. Namun biasanya, anak yang hidup dengan orang tua tunggal akan lebih mandiri, daripada anak yang tinggal dengan kedua orang tuanya. Selain
itu, mereka memiliki tanggung jawab dalam rumah tangga, lebih banyak konflik dengan saudara kandung, kurangnya kekompakkan dalam keluarga, kurangnya
mendapat support, kontrol dan disiplin dari ayah, apabila ayah absen dalam rumah tangga tersebut Papalia, et al., 2008.
Analisis terhadap 33 studi dari 814 anak dalam perwalian bersama dan 1.846 anak dalam perwalian tunggal menunjukkan anak yang berada dalam perwalian bersama
baik secara legal maupun fisik, mampu menyesuaikan diri lebih baik serta memiliki harga diri lebih tinggi, serta hubungan keluarga yang lebih baik dibandingkan dengan
orang tua dengan perwalian tunggal. Faktanya anak yang hidup dengan perwalian bersama mampu menyesuaikan diri dengan baik, sama dengan anak yang hidup
dalam keluarga dengan orang tua yang utuh Papalia et al., 2008, hlm. 498. Penelitian menjelaskan bahwa anak yang hidup dengan orang tua tunggal baik karena
perceraian maupun kematian ada kecenderungan memiliki kemampuan yang kurang dalam menyesuaikan diri. Selain itu, anak cenderung kurang memiliki harga diri dan
hubungan keluarga yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang hidup dengan orang tua yang utuh Papalia et al., 2008.
Dalam sebuah keluarga dengan orang tua tunggal yang bercerai, terdapat riset terkini yang menyatakan bahwa percekcokan perkawinan menyakiti anak jauh lebih
parah dibandingkan perceraian Hetherington et al., 1998; Hetherington Stanley- Hagan, 1999 dalam Papalia, 2011. Namun, dua tahun setelah perceraian, anak
menderita lebih banyak dari pertengkaran dibandingkan dengan anak dengan orang tua yang utuh. Hal ini akan terjadi apabila setelah perceraian konflik masih belum
Ayu Wulandari, 2015 PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
mereda antar orang tua. Satu tim peneliti memeriksa data kelompok longitudinal 11.407 pria dan wanita yang lahir di Inggris pada Maret 1958. 16 dari mereka yang
usianya 33 tahun, melaporkan bahwa orang tua mereka telah bercerai pada suatu waktu. Dalam penelitian ini, para peneliti juga mampu mengontrol karakteristik awal
dari anak-anak tersebut. Hasil riset menunjukkan bahwa terlepas dari beberapa perbedaan, baik itu pria atau wanita yang merasakan perceraian orang tua pada usia
berapapun, menunjukkan outcome yang sama pada beberapa aspek. Mereka menunjukkan ketidakbugaran tubuh, cenderung memiliki pendidikan dan kualifikasi
pekerjaan yang lebih rendah dan kecenderungan yang lebih besar untuk menjadi pengangguran dibandingkan dengan anak yang hidup dengan orang tua yang utuh
Papalia, et al. , 2008, hlm. 499. Selain penelitian-penelitian yang dilakukan di luar negeri, adapula penelitian yang
dilakukan di Indonesia oleh Febryanti dan Tairas tentang Perbedaan Kesiapan Sekolah Taman Kanak-Kanak TK Antara Anak dari Orangtua Tunggal dengan
Orangtua Utuh. Penelitian yang dilakukan pada 36 siswa, yang terdiri atas 18 siswa berasal dari orangtua tunggal dan 18 siswa yang berasal dari orangtua utuh. Hasil
analisis data penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam kesiapan sekolah anak Taman Kanak-Kanan TK yang berasal dari
orang tua tunggal dan orang tua utuh, dimana anak yang berasal dari orangtua utuh memiliki kesiapan sekolah lebih tinggi dibandingkan dengan anak dari orangtua
tunggal. Melihat hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa anak yang berasal dari orangtua tunggal memiliki kekurangan dalam kompetensi sosial,
kesehatan dan kesejahteraan fisik, kematangan emosi, perkembangan bahasa dan kognitif serta keterampilan komunikasi dan pengetahuan umum.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sodikin, dkk., tentang Pengaruh Karakteristik Anak, Keberadaan Orang Tua, dan Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan
Sosial, Emosional dan Moral pada Usia Sekolah. Dalam penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial, emosional
dan moral anak, yaitu: 1 pekerjaan ayahlokasi sekolah, 2 pekerjaan ibulokasi sekolah, dan 3 pola asuh orang tua. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa
Ayu Wulandari, 2015 PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, dan pola asuh merupakan faktor yang berhubungan dengan perkembangan sosial, emosional, dan moral anak usia sekolah, sehingga bagi
orang tua yang bekerja harus memperhatikan kualitas dan kuantitas untuk melakukan kontak dengan anak sehingga tidak terjadi masalah sosial, emosional dan moral di
kemudian hari. Selain itu, hasil penelitian Kalter dan Rembar dari Children’s
Pasychiatric Hospital, University of Michigan, AS, dari 144 anak dan remaja awal yang orangtuanya bercerai ditemukan bahwa 63 diantaranya mengalami masalah
psikologis seperti kegelisahan, sedih, suasana hati mudah berubah, fobia, dan mengalami stress Wiludjeng, 2011, hlm. 54. Meskipun secara fisik anak terlihat
normal, namun ada saja kekurangan yang dirasakan dari dirinya, dan kemungkinan anak menjadi introvert Wiludjeng, 2011.
Berdasarkan pemaparan yang menunjukkan bahwa, peran orang tua baik itu ayah ataupun ibu sangatlah penting dalam pengembangan karakter anak usia dini. Melihat
permasalahan dalam kasus perceraian akan menyebabkan lahirnya single parents, sehingga hak asuh bisa jatuh ke tangan ibu ataupun ayah. Ketika single parents harus
menjalankan dua peran sekaligus sebagai ayah dan ibu, single parents juga harus mendidik serta mengembangkan karakter pada anak. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya, menghasilkan bahwa anak yang hidup dengan single parents mengalami kekurangan dalam kompetensi sosial beradaptasi, kematangan emosi,
perkembangan bahasa dan kognitif, keterampilan komunikasi, kesehatan dan kesejahteraan fisik, serta pengetahuan umum. Meskipun besar kecilnya karakter
courage memiliki keterkaitan dengan beberapa aspek yang telah diteliti sebelumnya. Namun, belum ada penelitian yang secara jelas menggambarkan terkait dengan
karakter courage yang terdiri dari keberanian, kegigihan, integritas dan semangat
anak. Oleh karena itu, penelitian ini akan memfokuskan kajian pada Profil Karakter Courage Anak Usia Dini pada Single Parents.