38 Diangkatnya Badan Hukum sebagai subyek hukum, disamping
manusia sebagai personal alamiah semata-mata bertujuan agar badan hukum dapat memenuhi misi dan tujuan dari didirikannya badan hukum tersebut di
dalam masyarakat. Jadi, jika dalam prakteknya, badan hukum tersebut melakukan penyimpangan dari tujuan semula dengan hanya mengutamakan
kepentingan manusia alamiah saja sebagai pengurusnya, maka seharusnya kepada badan hukum itu tidak diberikan kewenangan-kewenangan untuk
melakukan suatu perbuataan hukum.
32
2. Kementerian Hukum dan HAM
Akta pendirian suatu Yayasan, diharuskan dibuat oleh notaris dengan menggunakan Bahasa Indonesia, tidak dimungkinkan adanya bahasa lainnya.
Jika pihak pendirinya berhalangan hadir dalam pembuatan akta pendiriannya, maka ia dapat memberikan kuasanya kepada orang lain dengan menggunakan
surat kuasa. Dalam surat kuasanya, harus ditegaskan kewenangan apa saja yang dikuasakan oleh pihak pendiri kepada si penerima kuasa. Kemudian,
surat kuasa tersebut dilekatkan menjadi satu dengan akta pendirian yayasan tersebut oleh si notaris yang bersangkutan.Adanya akta pendirian Yayasan
yang dibuat oleh notaris sebagai pejabat umum, merupakan suatu syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh pendiri Yayasan.
Setelah Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 maka pembuatan akta pendirian yayasan dihadapan
32
J. Satrio, Hukum Pribadi Bagian I Persoon Alamiah, cet. 1, Jakarta : PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
39 notaris harus mendapat pengesahan yang dilakukan oleh Menteri Hukum dan
Hak Azasi Manusia guna memperoleh status badan hukum. Pengesahan akta pendirian ini merupakan kewajiban hukum bagi
pendiri yayasan. Tanpa ada pengesahan, bukan sebuah lembaga yayasan namanya. Karena yang disebut yayasan, sesuai dengan pengertian Undang –
Undang Yayasan, adalah mutlak badan hukum. Oleh karena itu, tidak ada alasan sama sekali bagi pendiri untuk tidak mengajukan permohonan
pengesahan akta pendirian kepada menteri karena segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh pengurus atas nama yayasan sebelum yayasan
memperoleh status badan hukum menjadi tanggung jawab pengurus secara tanggung renteng.
Adapun prosedur pengesahan akta pendirian yayasan ini telah diatur pada Pasal 11 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 yang isi pasal
tersebut telah mengalami perubahan pada Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2008. Jika pada Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 permohonan dapat
dilakukan oleh pendiri atau kuasanya langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia atas nama menteri
di wilayah kerjanya tempat kedudukan yayasan, maka pada Pasal 11 ayat 2 Undang – Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004 pendiri atau kuasanya
mengajukan permohonan kepada Menteri Hukum Dan Azasi Manusia melalui notaris yang membuat akta pendirian yayasan.
Perubahan Pasal 11 sebelas diatas telah mempertegas bahwa wewenang untuk mengesahkan suatu yayasan sebagai badan hukum berada di
Universitas Sumatera Utara
40 tangan Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia, dan menyatakan bahwa
notaris harus mengajukan permohonan untuk menjadi yayasan sebagai badan hukum tersebut. Hal ini disebabkan pada masa lalu banyak yayasan yang
dengan sengaja tidak mengajukan permohonan untuk menjadi badan hukum. Dengan ditetapkannya notaris yang mengajukan permohonan kepada menteri
maka ini merupakan cara negara memaksa pendiri yayasan agar yayasan yang didirikan berstatus badan hukum.
Universitas Sumatera Utara
41
BAB III PROSEDUR PEROLEHAN IZIN MENDIRIKAN YAYASAN
A. Persyaratan Dalam Perolehan Izin Mendirikan Yayasan