tanpa memandang perbedaan latar belakang kehidupannya. Florian dalam Ilahi, 2013: 50 menjelaskan pendidikan inklusi lahir atas dasar prinsip bahwa
layanan sekolah seharusnya diperuntukkan untuk semua siswa tanpa menghiraukan perbedaan yang ada, baik siswa dengan kondisi kebutuhan
khusus, perbedaan sosial, emosional, kultural, maupun bahasa. Jadi menurut teori yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa prinsip sekolah inklusi harus bisa menerima semua anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak tidak berkebutuhan khusus tanpa
membeda-bedakan siswa yang satu dengan siswa yang lainnya untuk mendapatkan hak belajar.
2. Sekolah Dasar Inkusi
Stainback dan Stainback dalam Ilahi, 2013 : 83 mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas
yang sama. Menurut Salamanca, sekolah regular dengan orientasi inklusi merupakan cara yang paling efektif untuk memerangi sikap diskriminatif,
menciptakan masyarakat yang terbuka, membangun suatu masyarakat inklusi dan mencapai pendidikan yang efektif kepada mayoritas anak dan
meningkatkan efisiensi sehingga menekan biaya untuk keseluruhan sistem pendidikan. Menurut Rosilawati 2013 : 18, Sekolah inklusi merupakan
tempat bagi setiap anak untuk dapat diterima menjadi bagian dari kelas, dapat mengakomodir dan merespon keberagaman melalui kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan setiap anak dan bermitra dengan masyarakat.
Jadi menurut teori yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa sekolah dasar inklusi adalah sekolah yang menerima setiap anak di
dalam kelas yang sama dan mendapatkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak.
3. Anak Berkebutuhan Khusus
a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Menurut Triani 2013:3 dalam profil pendidikan inklusi di Indonesia
yang dikeluarkan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa tahun 2010, anak berkebutuhan khusus ABK adalah:
1. Anak yang karena internalnya mengalami kecatatankelainan
disability
membutuhkan layanan pendidikan khusus, seperti: tuna netra, tuna rungu, tunawicara, tunagrahita, tuna daksa, tuna laras,
berkesulitan belajar, autis, memiliki gangguan motorik, anak berbakat dan berkecerdasan istimewa, tuna ganda, memiliki kelainan lainnya.
2. Anak yang karena kondisi eksternalanya mengalami hambatan dalam
belajar sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus seperti anak-anak dalam faktor gender, suku asli, pekerja anak, anak yang
terinfeksi HIVAIDS, anak pekerja migran, anak korban bencana alam,rural termasuk juga
rural exodus
, anak di daerah terpencil atau pulau terpencil, anak suku minoritas, anak jalanan, anak yang
tersangkut kasus hukum, dll.
Menurut Dhelpie 2006:1, Anak Berkebutuhan Khusus ABK merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa ALB
yang menandakan adanya kelainan khusus. Menurut Rosilawati 2013:1, anak berkebutuhan khusus ABK adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya secara serius dan menetap. Jadi menurut teori yang diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami hambatan dalam internal atau eksternalnya sehingga mengalami kelainan khusus atau anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak yang tidak mempunyai kebutuhan khusus.
b. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus Tiarni 2013: 24, dalam panduan penganganan ABK bagi pendaming
orang tua, keluarga, dan masyarakat, membagi menjadi 12 macam, antara lain:
1. Anak disabilitas penglihatanadalah anak yang mengalami gangguan
daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh total atau sebagian
lowvision.
2. Anak disabilitas pendengaran adalah anak yang mengalami gangguan
pendengaran, baik sebagian maupun menyeluruh, dan biasanya memiliki hambatan dalam berbahasa dan bicara.
3. Anak disabilitas intelektual adalah anak yang memiliki inteligensi yang
signifikan berada di bawah rata-rata anak seusianya dan sertai dengan
ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku, yang muncul dalam masa perkembangan.
4. Anak disabilitas fisik adalah anak yang mengalami gangguan gerak
akibat kelumpuhan, tidak lengkap anggota badan, kelainan bentuk, dan fungsi tubuh atau anggota gerak.
5. Anak disabilitas sosial adalah anak yang memiliki masalah atau
hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial, serta berperilaku menyimpang.
6. Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif GPPH
atau
attention deficit and hyperactivity disorder
ADHD adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan, yang ditandai dengan
sekumpulan masalah berupa gangguan pengendalian diri, masalah rentang atensi atau perhatian, hiperativitas, dan impulsivitas, yang
menyebabkan kesulitan berperilaku, berpikir, dan mengendalikan emosi. Anak dengan gangguan spektrum autisma atau
autism spectrum disorders
ASD adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga area dengan tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi dan
interaksi sosial, serta pola-pola perilaku yang repititif dan stereotipi. 7.
Anak dengan gangguan gada adalah anak yang memiliki dua atau lebih gangguan sehingga diperlukan pendampingan, layanan, pendidikan
khusus, dan alat bantu pelajar yang khusus. 8.
Anak lambat belajar atau
slow learner
adalah anak yang memiliki potensi intelektuan sedkit di bawah rata-rata tetapi belum termasuk
gangguan mental. Mereka butuh waktu lamadan berulang-ulang dan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non
akademik. 9.
Anak dengan kesulitan belajar khusus atau
specific learning disabilities
adalah anak yang mengalami hambatan atau penyimpangan pada satu atau lebih proses psikologis dasar berupa ketidakmampuan mendengar,
berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung. 10.
Anak dengan gangguan kemampuan komunikasi adalah anak yang mengalami penyimpangan dalam bidang perkembangan bahasa wicara,
suara, irama, dan kelancaran dari usia rata-rata yang disebabkan oleh faktor fisik, psikologis, dan lingkungan, baik reseptif maupun ekspresif.
11. Anak dengan potensi kecerdasan danatau bakat istimewa adalah anak
yang memiliki skor inteligensi yang tinggi
gifted,
atau mereka yang unggul dalam bidang-bidang khusus
talented
seperti musik seni, olah raga, dan kepemimpinan.
Permendiknas No 70 Tahun 2009 dalam Sartika 2013:7-22 tentang Pendidik
Inklusif Bagi
Peserta Didik
yang Memiliki
Potensi Kecerdasandanatau Bakat Istimewa, menjelaskan bahwa peserta didik yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, atau memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa adalah:
1. Tunanetra hambatan indra penglihatan tunanetra adalah individu yang
memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total
blind
dan
low vision.
2. Tunarungu hambatan pendengaran adalah individu yang memiliki
hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran
adalah: 1 Gangguan pendengaran sangat ringan 27-40dB
2 Gangguan pendengaran ringan 41-55dB 3 Gangguan pendengaran sedang 56-70dB
4 Gangguan pendengaran berat 71-90dB 5 Gangguan pendengaran ekstrimtuli di atas 91dB
3. Tunawicara hambatan bicara adalah seseorang yang mengalami
kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain.
4. Tunagrahita hambatan intelektual adalah individu yang memiliki
itelegensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa
perkembangan. 5.
Tunadaksa kelainan motorik dan mobilitas adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular
dan struktur tulang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk
celebral palsy
, amputasi, polio, dan lumpuh. 6.
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
Public La w
dalam Hidayat. 2013:13 mengemukakan pengertian tunalaras dengan istilah gangguan
emosi, yaitu gangguan emosi adalah suatu kondisi yang menunjukan salah satu atau lebih gejala-gejala berikut dalam satu kurun waktu
tertentu dengan tingkat yang tinggi yang mempengaruhi prestasi belajar : 1
Ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikaitkan dengan faktor kecerdasan, pengindraan, atau kesehatan
2 Ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan
teman dan guru 3
Berperilaku yang tidak pantas dalam keadaan normal 4
Perasaan tertekan atau tidak bahagia terus menerus 5
Cenderung menunjukan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalah-masalah sekolah.
Karkteristik yang dikemukakan oleh Hallahan Kauffman dalam Hidayat. 2013: 32-33, berdasarkan dimensi tingkah laku:
1 Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku
memperlihatkan ciri-ciri : suka berkelahi, memukul, menyerang, tidak mau bekerja sama, cemburu dan mudah
terpengaruh. 2
Anak yang sering merasa cemas dan menarik diri, dengan ciri-ciri khawatir, cemas, ketakutan, sedih, dan kurang
percaya diri. 3
Anak yang kurang dewasa, dengan ciri-ciri yaitu pelamun, kaku, pasif, dan pembosan.
4 Anak yang agresif bersosialisasi, dengan ciri-ciri, yaitu
mempunyai kelompok
jahat, mencuri
bersama kelompoknya, dan bolos sekolah.
7. Kesulitan belajar
lea rning disability
adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis dasar yang melibatkan pemahaman
atau atau penggunaan bahasa, lisan maupun tertulis, yang termanifestasikan dalam suatu kemampuan yang tidak sempurnauntuk
mendengarkan, berpikir, bicara, membaca, menulis, mengeja, maupun melakukan perhitungan matematika. Jenis-jenis kesulitan belajar
diantaranya
dyscalculia, dysgraphia, dyslexia, dan dyspraxia.
8. Lambat belajar
slow learner
adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah, di bawah rata-rata anak pada umumnya pada salah satu
atau seluruh area akademik, tetapi mereka ini bukan tergolong anak keterbelakang mental.
Anak lambat belajar atau
slow learner
adalah merekayang memiliki prestasi belajar rendah atau sedikit dibawah rata-rata dari anak pada
umumnya, pada salah satu atau seluruh area akademik. Jika dilakukan pengetesan pada IQ mereka menunjukkan skor antara 70-90.Wiley
dalam Triani, 2013:3 menjelaskan karakteristik anak yang mengalami
slow lea rner :
1. Inteligensi Dari segi inteligensi, anak-anak lambat belajar atau
slow learner
berada pada kisaran di bawah rata-rata yaitu 70-90 berdasarkan skala WISC.
2 Bahasa
Anak-anak lambat belajar atau
slow learner
mengalami masalah dalam berkomunikasi.
3 Emosi
Dalam hal emosi, anak-anak lambat belajar atau
slow learner
memiliki emosi yang kurang stabil. Mereka cepat marah dan sensitif.
4 Sosial
Anak-anak lambat belajar atau
slow lea rner
dalam bersosialisasi biasanya kurang baik. Mereka sering
memeilih jadi pemain pasif atau penonton saat bermain atau bahkan menarik diri.
5 Moral
Anak-anak lambat belajar atau
slow lea rner
tahu aturan yang berlaku tetapi mereka tidak paham untuk apa
peraturan tersebut dibuat Tiarni, 2013:10-12. 9.
Autis
autism child
adalah keadaan anak yang mengalami gangguan autisme. Menurut Tiarni 2013: 26-28, Adapun anak berkebutuhan
khusus yang bisa masuk di sekolah inklusif antara lain anak yang:
1 Berkesulitan belajar
Adalah anak yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman
dan penggunaan bahasa, berbicara, dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung,
berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, disleksia, dan afasia
perkembangan. 2
Lamban belajar Jika anak yang berkesulitan belajar memiliki IQ rata-rata
atau di atas rata-rata maka sebaliknya dengan anak-anak lamban belajar. Mereka memiliki IQ di bawah lancar
ingatannya sangat pendek sekali. 3
ADHD
Attention Deficits and hiperactivity disorder
adalah gangguan yang berupa kekurangannya perhatian dan
hiperaktivitas aktivitas yang berlebihan.
4 Spectrum Autism
Spectrum Autisma
atau autisme
adalah kelainan
perkembangan sistem saraf pada seseorang yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita.
4. Prinsip Penyelenggaraan Sekolah Inklusi