d. Ada  beberapa  pertanyaan  yang  dapat  dipecah  kembali  menjadi  sebuah
pertanyaan baru. Konten  isi  validator  menyarankan  agar  pertanyaan  digali  kembali
supaya  tertuju  langsung  kesasaran  penelitian  dan  dalam  penggunaan  bahasa kuesioner diganti lebih sederhana agar dapat dipahami oleh subjek penelitian.
Pertimbangan  tersebut  sebagai  pertimbangan  peneliti  agar  instrumen kuesioner layak dan dapat menghasilkan datayang terpercaya.
F. Teknik Pengujian Instrumen
Instrumen penelitian  yang digunakan  harus  melalui pengujian  validitas dan reliabilitas. Uji validitas yang digunakandalam penelitian ini validitas isi
dan validitas konstruk. 1.
Uji Validitas Instrumen 1
Validitas Isi Validitas  isi  merupakan  pengukuran  kualitas  ketepatan  instrumen
dalam  memberi  cakupan  isi  yang  sesuai  dengan  maksud  dan  tujuan penelitian  sebagaimana  telah  dipandu  dalam  operasional  variabel
Indrawan dan Yaniawati, 2014: 124. Validitas isi diberikan oleh para ahli  yang  bidang  keahliannya  berhubungan  dengan  penelitian
ini.Peneliti  dalam  hal  ini  memberikan  rentan  skor  atas  komentar  para ahli  menjadi  data  interval.  Skala  penilaian  terhadap  lembar  kuesioner
dengan bentuk pertanyaan terbuka mengenai penyelenggaraan sekolah dasar  inklusi  meliputi:  sangat baik 4, baik 3, cukup  2, tidak  baik
1  Untuk  menyusun  tabel  klasifikasi,  dicari  skor  tertinggi,  skor terendah, jumlah kelas, dan jarak interval.
Skor Tertinggi ideal = 4 sangat baik Skor Terendah
= 1 sangat tidak baik Jumlah kelas
= 4 sangat tidak baik sampai sangat baik Jarak interval
= 4-13 = 1 Skor  yang  sudah  didapat  kemudian  dikonversikan  menggunakan  tabel
konversi  nilai  skala  empat  berdasarkan  skala  Likert.Skala  Likert  berisi pernyataan  yang  sistematis  untuk  menunjukkan  sikap  seorang  responden
terhadap  pernyataan  itu Prasetyo dan  Jannah, 2005:  110. Lembar penilaian yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  dibuat  berdasarkan  indikator-indikator
dan  hasil  akhirnya  akan  diakumulasi  kemudian  dikategorikan  menggunakan kriteria  yang  telah  ditentukan.  Ketentuan  pelaksanaan  revisi  terhadap
instrumen diatur dalam tabel berikut. Tabel 3.3 Skala Likert
Skor Jawaban Klasifikasi Kelayakan
5 Sangat Baik
4 Baik
2 Tidak Baik
1 Sangat Tidak Baik
Dari  tabel  3.3  di  atas  dapat  diketahui  bahwa  jika  soal  mendapat nilai 4 atau  kurang dari 4 serta mendapat saran untuk diperbaiki, maka soal
tersebut  perlu  direvisi.  Jika  soal  mendapat  nilai  4  dan  kurang  dari  4  dan
mendapat  komentar  baik  maka  soal  perlu  direvisi.Jika  soal  yang  divalidasi mendapat nilai lebih dari 4 tetapi mendapat saran untuk diperbaiki, maka soal
perlu  direvisi.Jika  soal  lebih  dari  3  dan  mendapat  komentar  baik,  maka  soal tidak perlu direvisi.
Validator pertama adalah  validator ahli  A. Validator A adalah  seorang dosen  Universitas  Sanata  Dharma  yang  mengampu  di  program  studi
Bimbingan  dan  Konseling.  Hasil  validasi  dari  validator  A  menunjukkan bahwa beberapa soal perlu direvisi pada beberapa kesalahan pengetikan kata
dan  kekonsistenan  penggunaan  kata  inklusi  atau  inklusif.  Validator  A memberi nilai 5 pada setiap aspek yang tertulis pada
blue print.
Validator  pertama  adalah  validator  ahli  B.  Validator  B  adalah  seorang dosen  Universitas  Sanata  Dharma  yang  mengampu  di  program  studi
Bimbingan  dan  Konseling.Hasil  validasi  dari  validator  B  menunjukkan bahwa beberapa soal perlu direvisi pada susunan kalimat yang sesuai dengan
kaidah  EYD.  Revisi  lain  dari  validator  B  adalah  beberapa  soal  harus  lebih dipertajam agar  jawaban  yang diharapkan dari responden dapat tercapai  dan
ada  satu  pertanyaan  yang  dipecah  menjadi  pertanyaan  baru.  Validator  B memberi nilai 4 pada setiap aspek yang tertulis pada
blue print
. Berdasarkan  validasi  instrumen  kuesioner  yang  telah  dilakukan  oleh
validator, instrumen
kuesioner yang
dibuat oleh
peneliti layak
untuk  digunakan,  namun  ada  beberapa  hal  yang  harus  direvisi  oleh  peneliti. Adapun beberapa hal tersebut adalah:
1 Menkonsistenkan pemilihan kata antara inklusi atau inklusi
2 Kalimat pertanyaan harus sesuai dengan SPOK
3 Ada  beberapa  pertanyaan  yang  kurang  dapat  menggali  informasi
lebih dalam sehingga pertanyaan tersebut harus dipecah lagi 4
Ada beberapa pertanyaan yang harus diubah beberapa katanya agar lebih dipahami oleh responden
Semua  saran  yang  diberikan  oleh  validator  tersebut  dijadikan pedoman  oleh  peneliti  untuk  perbaikan  instrumen  kuesioner  yang  akan
digunakan agar layak dan dapat menghasilkan data yang terpercaya. Berdasarkan  validasi  yang  telah  dilakukan  oleh  validator  A  dan
validator B, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian layak untuk digunakan  dengan  revisi  sesuai  saran  yang  diberikan  oleh  validator  A  dan
validator  B.  Setelah  divalidasi  oleh  dua  orang  validator  ahli,  peneliti menggunak  100  pertanyaan  pada  kuesioner  terbuka  yang  sudah  dianggap
valid untuk diujikan di 26 sekolah dasar  inklusi  di  Kabupaten  Kulon Progo. Selanjutnya, hasil pengujian tersebut dikoreksi oleh peneliti untuk dilihat soal
yang valid. 1
Validitas Konstruk Validitas  konstruk
construct  validity
,  yaitu  tingkat  validitas  ketika terdapat  konsistensi  antarkomponen  konstruk  yang  satu  dengan  yang  lain
Martono,  2014:  100.  Validitas  konstruk  tercapai  bila  instrumentersebut
sudah sesuai atau  memenuhi konsep-konsep atau konstruk dari teori empiris yang  sesuai  atau  mewakili  dengan  apa  yang  diteliti  sesuai  dengan  bidang
keilmuannya Indrawan dan Yaniawati, 2014: 125. Cara menguji validitas konstruk pada penelitian ini akan dilihat melalui
pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang diturunkan dari aspek-aspek yang ada dalam instrumen. Bentuk pertanyaan dari kuesioner ini adalah pertanyaan
terbuka sehingga peneliti akan mendapatkan jawaban yang berbeda-beda dan bervariasi  dari  seluruh  responden.  Jawaban  yang  berbeda  dan  bervarias  dari
masing-masing  responden  peneliti  kelompokkan  yang  memiliki  kata  kunci yang sama. Hasil jawaban ini kemudian dilakukan uji validitas konstruk yang
akan  direkap  menggunakan  microsoft  excel  yang  kemudian  disesuaikan dengan  aspek-aspek  yang  telah  peneliti  pilih  untuk  dipetakan  menjadi
beberapa pertanyaan
berdasarkan indikator-indikator
yang peneliti
kembangkan. Kuesioner  yang  peneliti  buat  terdiri  dari  delapan  aspek.  Kedelapan
aspek tersebut adalah: 1 aspek penerimaan peserta didik baru yang kemudian dikembangkan  oleh  peneliti  menjadi  beberapa  indikator.  Indikator  tersebut
adalah  menerima  semua  tipe  anak  berkebutuhan  khusus,  mengukur  sumber daya  pendidikan  dan  tenaga  kependidikan  yang  ada  di  sekolah,
mempersiapkan sarana dan prasarana, dan merencanakan sumber daya biaya. Melalui  pengembangan  indikator  tersebut  peneliti  bertujuan  untuk
mendapatkan  informasi  tentang  penerimaan  peserta  didik  baru  yang dijalankan  masing-masing  sekolah  dasar  inklusi.  2  aspek  identifikasi
Identifikasi  menghasilkan  sebuah  indikator,  yaitu  mengidentifikasi tipe anak berkebutuhan  khusus.  Melalui  indikator  tersebut  peneliti  bertujuan  untuk
mendapatkan informasi tentang sekolah dasar inklusi dalam mengidentifikasi tipe  anak  berkebutuhan  khusus.  3  aspek  ketiga  adalah  adaptasi  kurikulum
kurikulum  fleksibel.  Adaptasi  kurikulum  menghasilkan  indikator,  yaitu menyusun  kurikulum.  Melalui  indikator  tersebut  peneliti  bertujuan  untuk
mendapatkan informasi tentang kurikulum yang digunakan oleh sekolah dasar inklusi.  4  aspek  keempat  adalah  merancang  bahan  ajar  dan  kegiatan
pembelajaran yang ramah anak. Aspek tersebut menghasilkan indikator, yaitu menyusun perencanaan pembelajaran bagi siswa dan  menentukan  bahan ajar
yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Dari indikator tersebut peneliti  bertujuan  untuk  mendapatkan  informasi  tentang  bahan  ajar  dan
kegiatan pembelajaran yang digunakan sekolah dasar inklusi. 5 aspek kelima adalah  penataan  kelas  yang  ramah  anak.  Aspek  tersebut  menghasilkan
indikator  yaitu,  mengelola  kelas  untuk  mengoptimalkan  proses  belajar mengajar dan mengarahkan pengelompokan siswa untuk pengajaran di ruang
kelas.  Dari  indikator  tersebut  peneliti  bertujuan  untuk  mengetahui  penataan kelas  ramah  anak  yang  digunakan  oleh  sekolah  dasar  inklusi.  6  aspek
keenam adalah asesmen. Asesmen menghasilkan tujuh indikator, yaitu  upaya pengumpulan  informasi  untuk  memantau  kemajuan  pendidikan,  melakukan
penyaringan atau
screening,
melakukan diagnosis menyangkut kelayakan atas layanan  pendidikan  khusus,  melakukan  penempatan  program  pada  anak
berkebutuhan  khusus,  melakukan  penempatan  kurikulum  untuk  memulai
pengajaran  siswa,  melakukan  evaluasi  pengajaran  untuk  anak  berkebutuhan khusus,  dan  melakukan  evaluasi  program  pada  anak  berkebutuhan  khusus.
Melalui  indikator  yang  telah  dibuat  peneliti  memiliki  tujuan  untuk mengetahui  proses  asesmen  yang  digunakan  oleh  sekolah  dasar  inklusi.  7
aspek  ketujuh  adalah  pengadaan  dan  pemanfaatan  media  pembelajaran adaptif. Aspek tersebut menghasilkan indikator, yaitu memahami pentingnya
media  pembelajaran  adaptif  sebagai  sarana  dalam  pembelajaran.  Melalui indikator tersebut peneliti bertujuan untuk mengetahui tentang pengadaan dan
pemanfaatan media pembealajaran adaptif yang digunakan sekolah inklusi. 8 aspek  kedelapan  adalah  aspek  penilaian  dan  evaluasi  pembelajaran.  Aspek
tersebut  menghasilkan  indikator,  yaitu  menentukan  KKM,  menjelaskan karakteristik  evaluasi,  dan  menunjukan  kegunaan  kegiatan  evaluasi.  Melalui
indikator tersebut peneliti  bertujuan untuk  mengetahui tentang penilaian dan evaluasi yang digunakan sekolah dasr inklusi.
Peneliti  mengumpulkan  informasi  tentang  penyelenggaraan  sekolah dasr  inklusi  dari  jawaban-jawban  responden.  Pertanyaan-pertanyaan
kuesioner  tersebut  dibuat  berdasarkan  indikator  hasil  pengembangan  dari delapan aspek. Jadi, dapat dismpulkan bahwa pertanyaan pada kuesioner yang
peneliti  buat  untuk  mengumpulkan  informasi  telah  sesuai  dengan  aspek penyelenggaraan  sekolah  dasar  inklusi  yang  menjadi  teori  pembuatan
instrumen.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Walaupun  reliabilitas  mempunyai  berbagai  nama  lain,  seperti keterpercayaan,  keterandalan,  keajegan,  kestabilan,  konsistensi,  dan
sebagainya,  namun  ide  pokok  yang  terkandung  dalam  konsep  reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya Azwar, 2008: 4.
Instrumen  dikatakan  reliabel  apabila  instrumen  tersebut  memiliki  ketepatan atau  ketepatan  dalam  menilai  apa  yang  seharusnya  dinilai  dan  instrumen
harus  dapat  mengatur  apa  yang  seharusnya  diukur.  Pada  intinya,  instrumen dikatakan  reliabel  jika  instrumen  tersebut  dapat  dipercaya  karena  sesuai
dengan hasil yang didapat. Metode  yang  maksimal  untuk  menilai  kepercayaan  adalah  dengan
menanyakan  pertanyaan  yang  tepat  pada  responden  yang  tepat.  Responden yang  tepat  akan  dapat  menjawab  semua  pertanyaan  dan  dapat  memberi
informasi  yang  sesuai  dengan  pertanyaan.  Pertanyaan-pertanyaan  yang peneliti  buat  mengenai  penyelenggaraan  sekolah  dasar  inklusi.Responden
yang  peneliti  pilih  merupakan  guru  kelas  sekolah  dasar  inklusi.Jadi, dapatdisimpulkan  bahwa  instrumen  penelitian  yang  dibuat  peneliti  telah
reliabel.
G. Teknik Analisis Data