Komunikasi Antar Budaya Landasan Teori

Dari beberapa penjelasan tersebut peneliti berkesimpulan bahwa komunikasi interpersonal merupakan sebuah bentuk proses pertukaran pesan yang dilakukan setidaknya dua orang sebagai perwujudan dari bentuk komunikasi diadik. Dalam proses komunikasi ini masing-masing peserta komunikasi dapat menafsirkan pesan yang dikirim secara langsung sehingga umpan balik bersifat langsung.

2.1.2 Komunikasi Antar Budaya

Perspektif komunikasi antar budaya menekankan bahwa tujuan komunikasi antar budaya adalah mengurangi tiingkat ketidakpastian tentang orang lain. Gudykunst dan Kim oleh Alo Liliweri menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak kita kenal selalu berusaha mengurangi tingkat ketidakpastian melalui peramalan yang tepat atas realisasi antar pribadi. Usaha untuk mengurangi tingkat ketidakpastian itu dilakukan melalui tiga tahap interaksi, yakni : Schramm, oleh Susanto yang dikutip dari Gatra-Gatra Komunikasi antar budaya, mengemukakan efektivitas komunikasi antara lain tergantung pada situasi dan hubungan sosial antara komunikator dengan komunikan terutama dalam lingkup referensi maupun luasnya pengalaman di antara mereka. Liliweri,2001:171. Sedangkan Schramm, oleh Mulyono yang dikutip dari Gatra-Gatra Komunikasi menyebutkan, komunikasi antar budaya yang benar-benar efektif harus memperhatikan empat syarat, yaitu: a. Menghormati anggota budaya lain sebagai manusia b. Menghormati budaya lain sebagaimana apa adanya dan bukan sebagaimana yang kita hendaki. c. Menghormati hak anggota budaya yang lain untuk bertindak berbeda dari cara kita bertindak d. Komunikator pra kontrak atau tahap pembentukan kesan melalui symbol verbal maupun non verbal.. initial contact and impression, yakni tanggapan lanjutan atas kesan yang muncul dari kontak awal tersebut. Closure, mulai membuka diri yang semula tertutup melalui atribusi dan pengembangan kepribadian implisit. Konsep penting dalam Komunikasi Antar Budaya : 1. Kebudayaan Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan symbol,pemaknaan dan penggambaran imej, struktur aturan, kebiasaan, nilai, pemprosesan informasi dan pengalihan pola-pola konvensi antara para anggota suatu system sosial dan kelompok sosial. 2. Etnosentrisme Konsep etnosentrisme seringkali dipakai secara bersama- sama dengan rasisme. Konsep ini mewakili sebuah pengertian bahwa setiap kelompok etnik atau ras mempunyai semangat bahwa kelompoknyalah yang lebih superior dari kelompok lain. 3. Prasangka Prasangka adalah sikap antipasti yang didasarkan pada kesalahan generalisasi yang tidak luwes yang diekspresikan lewat perasaan. Prasangka merupakan sikap negative atas suatu kelompok tertentu dengan tanpa alasan dan pengetahuan atas sesuatu sebelumnya. Prasangka ini juga terkadang digunakan untuk mengevaluasi sesuatu tanpa adanya argument atau informasi yang masuk. Efeknya adalah menjadikan orang lain sebagai sasaran, misalnya mengkambinghitamkan sasaran melalui stereotip, diskriminasi, dan penciptaan jarak sosial Bennet da Janet,1996 4. Stereotip Stereotip berasal dari kecenderungan untuk mengorganisasikan sejumlah fenomena yang sama atau sejenis yang dimiliki oleh sekelompok orang ke dalam kategori tertentu yang bermakna. Stereotip berkaitan dengan konstruksi imej yang telah ada dan terbentuk secara turun-menurun menurut sugesti. Ia tidak hanya mengacu pada imej negative tetapi juga positif. Misalnya masyarakat Batak memiliki sikap kasar dan tegas sedangkan masyarakat jawa dikenal sebagai masyarakat yang luwes,lemah dan penurut. Dalam berkomunikasi dengan individu yang berbeda budaya, pasti akan menemukan banyak hambatan. Dalam komunikasi antar budaya dikenal istilah Above The Waterline dan Below The Waterline. Istilah Above The Waterline itu sendiri mengacu pada rintangan yang nampak atau berupa hambatan fisik. Sementara Below The Waterline menjelaskan tentang hambatan-hambatan yang tidak kasat mata dan biasanya ada dalam diri masing-masing individu Chaney Martin,2004:11-12 Berikut hambatan yang dapat dikategorikan Above The Waterline : a. Budaya : Contoh hambatan dalam hal budaya adalah perbedaan suku,agama,ras,etnis antara satu dengan lainnya. Sebagai contoh seorang dari Batak kemungkinan akan lebih nyaman berkomunikasi dengan sesama orang Batak dibandingkan dengan orang Jawa, sebab mereka memiliki kebiasaan yang berbeda. Orang Batak lebih terus terang, sementara orang Jawa berupaya menyampaikan sesuatu dengan cara lebih santun sehingga terlihat berbelit-belit. b. Agama : dalam hal ini perspektif perbedaan agama dengan latar belakang budaya yang berbeda seringkali memicu timbulnya konflik antar individu yang satu dengan yang lainnya. Hal ini akan berdampak negative dalam melakukan proses komunikasi sehari-hari. c. Persepsi : setiap orang memiliki persepsinya masing- masing ketika mereka melihat sesuatu hal. Oleh karena itu persepsi yang berbeda membuka kemungkinan untuk timbulnya perbedaan antara seorang dengan yang lainnya. d. Motivasi : hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari para pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan dalam komunikasi e. Pengalaman : pengalaman dapat menjadi hambatan karena setiap individu memiliki pengalaman hidup yang berbeda- beda. f. Emosi : sebagai bagian dari pribadi seseorang, emosi memegang peranan dalam menentukan bagaimana seorang melakukan komunikasi. Jika emosi seseorang sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi cenderung akan semakin besar karena tidak dapat berpikiran dengan terbuka dan mempertimbangkan semua hal menggunakan rasio. Hal yang berbeda tentu akan dijumpai ketika seseorang sedang memiliki emosi yang stabil maka dapat mengambil keputusan setelah proses pertimbangan yang matang. g. Bahasa atau verbal : dengan total 485 suku bangsa yang memiliki 583 bahasa daerah yang berbeda daerah satu dengan lainnya. Indonesia adalah contoh nyata bagaimana bahasa mungkin saja menjadi penghambat dalam proses komunikasi antar budaya. Berikut hambatan yang dapat dikategorikan Below The Waterline : a. Persepsi Perceptions b. Norma Norms c. Stereotip Stereotypes: kesan atau pandangan yang dibangun mengenai kelompok lain yang belum pasti kebenarannya. d. Filosofi Philosophy e. Aturan Rules f. Jaringan Networks g. Nilai Values : nilai yang dianut h. Grup cabang Subcultures group Untuk bisa mengatasi hambatan-hambatan dalam komunikasi antar budaya yang timbul dalam konteks komunikasi interpersonal seperti contoh di atas, maka poin penting yang harus dilakukan adalah memahami peran budaya di dalam komunikasi itu sendiri. Prinsip utama yang patut diperhatikan dalam melakukan komunikasi antar budaya : a. Mendidik diri sendiri Cara terbaik untuk mempersiapkan sebuah komunikasi antar budaya adalah melengkapi diri dengan pengetahuan tentang budaya dari orang lain. Selain itu individu tudak hanya perlu untuk menambah pengetahuan terkait kebudayaan yang berbeda tersebut yang tidak kalah pentingnya adalah mengenali dan memahami ketakutan-ketakutan yang ada pada diri sendiri yang kelak akan menghalangi suatu komunikasi antar budaya yang efektif. b. Mengurangi ketidakpastian Semua bentuk komunikasi akan berpotensi menimbulkan ketidakpastian dan ambiguitas. Oleh karena itu seiring dengan besarnya perbedaan yang terjalin dalam suatu komunikasi antar budaya maka ketidakpastian itu akan cenderung membesar jika dibandingkan dengan komunikasi dalam suatu budaya tertentu. Namun hal itu bukannya tidak dapat diatasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan apakah dengan aktif mendengarkan dan juga dengan mengecek kembali persepsi yang ada pada diri sendiri. c. Mengenali perbedaan Dalam hal ini harus bisa memamahi perbedaan apa yang terbentang antara budaya yang satu dengan budaya yang lain ketika melakukan komunikasi. d. Menghadapi stereotip dalam diri sendiri Stereotip adalah suatu kesan yang dibangun suatu kelompok tertentu terhadap kelompok lainnya yang biasanya belum tentu tepat dan benar. Dalam komunikasi antar budaya stereotip ini memegang peranan yang cukup penting karena mempengaruhi persepsi individu terhadap orang lain sehingga akhirnya mempengaruhi pula tindakan dan perlakuan individu kepada orang dari budaya yang berbeda. e. Menyesuaikan cara berkomunikasi Penyesuaian adalah prinsip penting kelima dalam melakukan komunikais interpersonal. Hal ini karena tidak ada dua orang di dunia ini yang memiliki kesamaan identik dalam memaknai sesuatu hal. Jika dalam suatu budaya yang sama saja masih ada perbedaan dalam memaknai sesuatu maka prinsip ini memegang peranan yang lebih penting dalam komunikasi antar budaya f. Kurangi sikap etnosentrisme Etnosentrisme dapat dipahami sebagai suatu kecenderungan untuk mengevaluasi nilai, kepercayaan,dan perilaku dari kebudayaan sendiri sehingga akan menjadi lebih baik. Namun etnosentrisme terkadang akan berkembang menjadi sikap yang begitu mengagungkan kebudayaannya sendiri dan di lain pihak cenderung merendahkan budaya yang berbeda dengan budayanya yang dalam ilmu sosial lainnya dikenal dengan istilah Chauvimisme. Sikap ini tentu tidaklah baik sebab akan menjadikan suatu kelompok menjadi tertutup bagi keberagaman yang dimiliki kelompok lainnya. Oleh karena itu yang terpenting dalam menjalin komunikasi dengan orang dari budaya berbeda adalah menempatkan etnosentrisme terhadap kebudayaan itu pada posisinya dan bukannya menjadikan diri tertutup bagi kebudayaan yang berbeda.

2.1.3 Komunikasi Keluarga Suami Istri