Keluarga ini memiliki tiga orang anak dalam mendidik anak dikenalkan dua budaya suku, namun dalam memutuskan budaya suku
yang akan diikuti dan dipilih orang tua memberikan kebebasan bagi anaknya untuk memilih. Dalam kehidupan sehari-hari si anak dalam
melakukan sesuatu selalu diberi penjelasan mengenai kebiasaan,tradisi dari masing-masing budayasuku kedua orang tuanya.
Komunikasi yang dilakukan oleh keluarga ini berlangsung secara efektif karena suami istri selalu membicarakan terlebih dahulu ketika ingin
memutuskan sesuatu meskipun keputusan akhir sang istrilah yang menetapkan. Dimaksudkan disini adalah segala hal selalu dibicarakan agar
masing-masing punya kesempatan yang sama untuk menyatakan pendapat, memberi masukan satu sama lain, semua keputusan yang ada dalam
keluarga selalu berdasar atas pemikiran kedua belah pihak sehingga meskipun istri yang menentukan keputusan apa yang diambil, peran suami
tidak dibiarkan begitu saja. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi
komunikasi yang digunakan adalah Be Open dan Communicate.
4.2.1.4 Strategi Komunikasi Keluarga IV
Keluarga IV memiliki keadaan ekonomi yang cukup sederhana, dimana sang suami bekerja sebagai anggota TNI berpangkat Sersan.
Pasangan suami Jawa bernama Supriyono usia 51 tahun dan istri Kalimantan bernama Elly usia yang satu tahun lebih muda dari suami
yakni 50 tahun ini dikaruniai dua orang anak. Supriyono dan Elly merupakan pasangan beda budaya suku menyatakan bahwa pernikahan
mereka merupakan hal terndah dalam hidup mereka. Rumah mereka terlihat rapi, didinding terdapat banyak foto keluarga yang tertata rapi,
perabotan rumah tangga yang digunakan serba elektronik. Di informan sebelumnya pembuat keputusan ada ditangan istri,
namun dalam keluarga ini sang suamilah yang menjadi pengendali. Terkadang suami memutuskan sendiri jika melakukan sesuatu,terkadang
suami juga meminta masukan dan mendiskusikan dengan istrinya, baru setelah itu sang suami yang ambil keputusan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan. Berikut ini penuturannya ;
Informan IV Suami
“tentu kita buat kesepakatan bersama, kita bertukar pendapat yaa, kan berasal dari latar belakang budaya suku yang beda..”
Ketika wawancara dimulai suara ramai para anak kecil, anak tetangga yang bermain cukup mengganggu. Kutipan diatas menunjukkan
bahwa kesepakatan dibuat dalam mereka memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Keduanya sama-sama membuat kesepakatan
pada saat sebelum menikah karena menganggap adanya kesepakatan bersama akan membantu mereka dalam menjalankan pernikahan mereka
yang memiliki latar belakang yang beda. Menurut istri kesepakatan dibuat untuk menggabungkan dua hal yang berbeda agar dikedepannya semua
dapat diatasi dengan baik dan salah satunya adalah kesepakatan bersama.
Informan IV Istri
“…kami merupakan dua perpaduan yang menjadi satu, sebelum menikah kami memiliki banyak kesepakatan karena adanya beda budaya..”
Informan IV Suami
“..lama-lama setelah saya terus mengenalkan budaya suku, saya keras kepala pokoknya ingin serius dengan Elly dan akhirnya tidak apa-apa. Dan
Elly pun setuju untuk mengenal keluarga saya..”
Kutipan diatas menunjukkan bahwa keluarga ini menganggap kesepakatan bersama merupakan hal yang penting dan harus diperhatikan
dengan baik. Salah satunya adalah untuk mendapatkan restu dari keluarga sehingga dalam pernikahannya yang berlandaskan agama islam yang kuat,
mereka sepakat bahwa peran pengambil keputusan dan pengendali dalam keluarga berada ditangan suami karena suami dianggap sebagai imam.
Seperti yang dijelaskan berikut ini :
Informan IV Istri
“.. dalam islam seorang pemimpin adalah laki-laki yang dimana fungsinya sebagai pengontrol dan pengendali..”
Kutipan diatas memberi penjelasan bahwa sebagai pengendali suami tidak terlalu otoriter dalam keluarga. Karena suami tidak melupakan
peran istri dalam memutuskan suatu hal dan pada akhirnya mereka saling member kebebasan satu sama lain untuk saling menyampaikan apa yang
ingin diutarakan apalagi bila berhubungna dengan anak. Yang dijelaksn dalam petikan berikut ini :
Informan IV Istri
“..kita saling beri kebebasan untuk beri pendapat, apalagi berhubungan dengan anak. Tahu sendiri persoalan anak cukup rumit jadi kedua orang tua
harus berperan, mendukung satu sama lain..”
Adanya kebebasan yang diperlihatkan untuk masing-masing pribadi dalam urusan anak menjadikan keluarga ini memiliki porsi yang
sama rata antara satu dengan yang lain dalam member arahan dan pengenalan akan masing-masing budaya suku. Seperti yang dikatakan
berikut ini :
Informan IV Istri
“.. kami menginginkan anak bisa mengenal dan memahami budaya suku yang dimiliki kedua orang tuanya..”
Dengan melihat kutipan diatas dapat diketahui bahwa suami dan istri sama-sama ingin kelak sang anak bisa mengenal dan memahami
budaya suku kedua orang tuanya. Dan dari hal tersebut kunci dari pernikahan mereka yang terlihat tanpa hambatan yang berarti adalah sama-
sama saling menghargai, dan mengkomunikasikan atau membicarakan segala sesuatunya. Berikut kutipannya :
Informan IV Suami
“..inti pokoknya kita harus saling terbuka, saling menghargai satu sama lain. Ketika kita buat kesepakatan harus dibicarakan lebih lanjut..”
Informan IV Istri
“..hanya satu kata.. Komunikasi..”
Dari kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa keluarga ini selalu mengutamakan komunikasi dan toleransi antara satu dengan yang
lain, sehingga kekompakan dan keharmonisan dapat mereka jaga dalam keluarga mereka yang dikaruniai 2 orang anak ini. Dan dari situ mereka
sepakat dan memberi pengertian ke anak akan perbedaan budayasuku, mereka menceritakan juga menjelaskan dengan sederhana dan sedikit demi
sediki agar sang anak tidak mengalami kebingungan akan hal tersebut. Dengan cara seperti itu, diharapkan sang anak bisa mengerti dan menerima
secara bertahap akan adanya multicultural dalam keluarganya. Seperti yang dijelaskan berikut ini:
Informan IV Suami
“..dengan cara menceritakan, pokoknya sesederhana mungkin biar dimengerti anak kita, kita ajarkan pelan-pelan, sedikit-sedikit, tidak
langsung “brek” gitu. Nanti malah susah dan ribet..”
Hal senada juga dilakukan oleh istrinya pada saat wawancara berlangsung suami terlihat mendengarkan dengan seksama pertanyaan dari
pewawancara. Sebelum memutuskan untuk menikah suami istri ini membuat kesepakatan tertentu karena mereka menganggap bahwa segala
sesuatunya harus terkonsep dengan jelas agar kesalahpahaman bisa diminimalisasikan. Selain menyerahkan semuanya kepada Tuhan, mereka
juga berusaha dengan jalan membuat suatu komitmen bersama bagaimana pernikahan akan dijalankan, bagaimana dengan urusan anak, pendidikan,
kesehatan dan lainnya. Munculnya kesepakatan tentang cara mengenalkan ke anak tentang adanya multikultur dalam keluarganya, bagaimana
nantinya mendidik anak untuk mengarahkannya dalam menentukan kehidupan ketika dewasa. Komunikasi yang mereka jalani adalah
komunikasi yang menggunakan sistem terbuka. Mereka menganggap strategi seperti itu sangat baik karena jika semua dibicarakan maka
kesalahpahaman bisa dihindari agar konflik-konflik yang harusnya tidak muncul, bisa disingkirkan.
Perbedaan budaya suku bukan menjadi masalah dalam keluarga ini dalam menjalankan pernikahan dan mendidik anaknya. Masalah
keluarga yang dihadapi dapat diselesaikan secara bersama terutama dalam mendidik anaknya, bagaimana agar tidak terjadi kecemburuan di masing-
masing pribadi atau keputusan anak kelak. Masa penjajakan dan toleransi yang begitu besar membuat keluarga ini tetap menjaga keterbukaan
pemikran, pandangan dalam keluarganya. Dalam hal berkomunikasi dengan anak, suami istri ini tidak
mendominasi dalam mengenalkan budaya suku masing-masing. Anak dibiarkan mengenal budaya suku kedua orang tuanya, sehingga anak
mengerti kebiasaan-kebiasaan, adat bahkan hal-hal yang dilakukan oleh orang tuanya meskipun pada akhirnya keputusan ada ditangan sang anak.
71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan