Uji Realibilitas Uji Regresi Linier Berganda

Tabel 4.13: Hasil Uji Validitas dari Variabel Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi pada UKM Y Variabel Butir r hitung r kritis Keterangan Y Y.1 0.815 0.30 Valid Y.2 0.755 0.30 Valid Y.3 0.771 0.30 Valid Y.4 0.758 0.30 Valid Sumber : Lampiran 7 Hasil uji validitas terhadap semua item pertanyaan dari variabel Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi pada UKM menunjukkan nilai r hitung r kritis , maka semua item pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

4.2.2. Uji Realibilitas

Menurut Nugroho 2005:72 pengukuran reliabilitas menggunakan nilai Cronbach Alpha yaitu suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha 0,6. Ringkasan hasil uji reliabilitas disajikan pada Tabel 4.14 di bawah ini, dimana hasil uji reliabilitas secara lengkap dapat pula dilihat pada Tabel 4.14: Hasil Uji Reliabilitas Variabel Koefisien Alpha Cronbach’s Nilai batas Ket Tingkat Pelatihan X 1 0,627 0,60 Reliabel Tingkat Pendidikan X 2 0,914 0,60 Reliabel Tingkat Pemahaman X 3 0,754 0,60 Reliabel Investasi Dibidang Teknologi X 4 0,878 0,60 Reliabel Penggunaan Informasi Kuntansi Y 0,896 0,60 Reliabel Sumber : Lampiran 3,4,5,6 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Hasil uji reliabilitas di atas dapat diketahui bahwa semua variabel dalam penelitian ini memiliki nilai koefisien Alpha Cronbach’s 0,60, maka dapat disimpulkan bawa ketiga variabel di atas adalah andal reliabel.

4.2.3. Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang diperoleh sudah mengikuti sebaran normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan melihat range data. Data dapat dikatakan baik apabila penyebarannya normal serta tidak terlalu luas. Untuk dapat menentukan bahwa persebaran data normal ada beberapa cara, yakni : 4.2.3.1. P-P Plot P-P plot merupakan sebuah kurva yang digunakan untuk dapat menguji apakah suatu variabel dianggap normal atau tidak. Variabel dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila P-P plot menunjukan persebaran data relatif mengikuti garis diagonal atau lebih sering disebut normal plot. Sebaliknya Suatu variabel dikatakan tidak memenuhi asumsi normalitas apabila P-P plot menunjukan persebaran data yang melebar atau menjauhi garis normal plot. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 4 : Grafik P-PLOT Sumber : Lampiran 8 Terlihat pada grafik diatas bahwa grafik normal plot variabel pelatihan, pendidikan, pemahaman, dan investasi dibidang teknologi memberikan gambaran tentang pola distribusi normal. Hal ini ditunjukan dari pola persebaran data dari bawah hingga atas yang mengikuti pergerakan dari garis diagonal sendiri hal ini membuktikan bahwa variabel pelatihan, pendidikan, pemahaman, dan investasi dibidang teknologi memiliki distribusi yang normal.

4.2.3.2. Uji Kolmogorov-Smirnov

Uji Kolmogorov-Smirnov merupakan salah satu uji normalitas yang sering digunakan karena kemudahan dan reliabilitasnya dibandingkan dengan P-P plot. Cara untuk melakukan uji Kolmogorov-Smirnov adalah dengan menggunakan SPSS versi 16.0 dimana nilai signifikansi dari tabel Kolmogorov-Smirnov harus diatas standard error 0,05 atau 5. Apabila Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. nilai signifikansi diatas dari standar error sebesar 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data dari suatu variabel memiliki distribusi yang normal. Tabel 4.15: Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 10 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation .25110874 Most Extreme Differences Absolute .123 Positive .081 Negative -.123 Kolmogorov-Smirnov Z .389 Asymp. Sig. 2-tailed .998 a. Test distribution is Normal. Sumber : Lampiran 8 Pada uji Kolmogorov-Smirnov diatas terlihat bahwa signifikansi yang dihasilkan 0,998 diatas 5. Hal ini membuktikan bahwa data dari variabel yang diteliti memiliki distribusi yang normal dan dapat dilanjutkan untuk pengujian asumsi klasik lainnya.

4.2.4. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi klasik digunakan agar model regresi dapat disebut model regresi yang baik. Persamaan regresi yang dihasilkan haruslah bersifat BLUE Best, Linier, Unbiased, Estimator artinya pengambilan keputusan melalui uji F tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. BLUE, maka harus dipenuhi tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi, yaitu: 1. Tidak boleh ada multikoloniaritas. 2. Tidak boleh ada heteroskedastisitas. 3. Tidak boleh ada autokorelasi. Apabila salah satu dari tiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga pengambilan keputusan melalui uji t menjadi bias Gujarati, 1995: 153.

4.2.4.1. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat diketahui dengan melakukan uji Variance Inflating Factor VIF. Uji VIF merupakan salah satu metode pengujian yang mudah digunakan dalam menganalisis data apakah terjadi multikolinearitas atau tidak. Deteksi adanya Multikolinearitas yaitu dengan melihat besarnya VIF Variance Inflation Factor, jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan adanya multikolinearitas. Tabel 4.16 : Hasil Uji Multikolinearitas Collinearity statistics Tolerance VIF X1 X2 X3 X4 0,558 0,581 0,420 0,704 1.794 1.720 2.380 1.421 Sumber : Lampiran 8 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Berdasarkan hasil perhitungan Lampiran , diperoleh hasil bahwa nilai VIF untuk variabel tingkat pelatihan X1 adalah sebasar 1.794, variabel tingkat pensdidikan X2 sebesar 1.720, variabel tingkat pemahaman X3 sebesar 2.380, dan variabel ninvestasi di bidang teknologi X4 sebesar 1.421, atau dapat dilihat bahwa nilai VIF seluruh variabel bebas berkisar diangka 1, artinya seluruh variabel bebas pada penelitian ini tidak ada gejala multikolinier.

4.2.4.2. Uji Heteroskedastistas

Tujuan dari uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam suatu model linear terdapat perbedaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Terjadinya gejala hetdroskedastisitas dapat dilihat dari ketidaksamaan diantara varians residual dari masing masing variabel bebas. Untuk mendeteksi adanya gejala heterokedastik dilakukan dengan 2 cara yakni menggunakan uji rank spearman dan menggunakan grafik scatter plot. Menurut Gujarati 1995: 177, mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah jika nilai probabilitas 0.05 berarti bebas dari heteroskedastisitas dan sebaliknya jika nilai probabilitas 0.05 berarti terkena heteroskedastisitas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 4.17 : Hasil Uji Heteroskedastistas Correlations Unstandardized Residual Spearmans rho X1 Correlation Coefficient -.147 Sig. 2-tailed .686 N 10 X2 Correlation Coefficient .049 Sig. 2-tailed .893 N 10 X3 Correlation Coefficient -.200 Sig. 2-tailed .579 N 10 X4 Correlation Coefficient -.073 Sig. 2-tailed .840 N 10 Sumber : Lampiran 8 Tabel di atas menunjukkan bahwa signifikansi dari masing-masing variabel bebas yaitu diatas 5, yang artinya tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel pelayanan dan fasilitas. Cara kedua untuk menguji heteroskedastisitas adalah dengan uji scatter plot dimana grafik scatter plot dibuat dengan memasukan variabel terikat zpred dibagian sumbu x dan residual dari masing masing variabel terikat sresid dibagian sumbu y. Apabila penyebaran data terlihat acak dan tidak membentuk pola khusus maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastik dalam variabel bebas yang akan diteliti. Sebaliknya apabila ketika melakukan uji scatter plot terjadi pola Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. data yang mengumpul dan membentuk suatu pola khusus maka dapat dikatakan data tersebut mengalami gejala heterokedastik. Gambar 5 : Grafik Scatter Plot Sumber : Lampiran 8 Terlihat pada grafik di atas bahwa data dari variabel bebas yang diteliti menyebar terpencar secara acak tersebar diantara 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola khusus. Maka dapat dikatakan tidak ada gejala heterokedastik dalam variabel bebas.

4.2.5. Uji Regresi Linier Berganda

Uji regresi linear dilakukan atas variabel pelatihan, pendidikan, pemahaman, dan investasi terhadap penggunaan system informasi akuntansi disajikan dalam tabel di bawah ini: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 4.18 : Hasil Uji Regresi Linear Berganda Model Unstandardized Coefficients B Std. Error Constanta -0.406 1.275 X1 0.194 0.133 X2 0.041 0.150 X3 0.228 0.260 X4 0.680 0.107 Sumber : Lampiran 8 Dari hasil tabel diatas persamaan untuk membentuk model regresi linear dapat dilihat pada tabel unstandarized coefficient di kolom beta. Dari Hasil analisis tersebut diperoleh nilai konstanta sebesar -0.406 nilai variabel pelatihan sebesar 0,194, nilai variabel pendidikan sebesar 0,041, nilai variabel pemahaman sebesar 0.228, dan variabel tingkat investasi sebesar 0.680. Dari nilai tersebut dapat dibentuk model regresi linear sebagai berikut : Y = -0,406 + 0,194X1 + 0,041X2 + 0,228X3 + 0,680X4 nilai koefisien regresi dalam persamaan regresi menunjukan bahwa perubahan satu-satuan variabel tingkat pelatihan, tingkat pendidikan, tingkat pemahaman, dan investasi dibidang teknologi akan menyebabkan perubahan pada variabel penggunaan informasi akuntansi. a. Konstanta bernilai -0.406 berarti apabila variabel lainnya seperti pelayanan dan fasilitas tidak dipertimbangkan atau dianggap 0 maka persepsi masyarakat terhadap perbankan syariah sebesar -0.406. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b. Nilai koefisien regresi tingkat pelatian X 1 sebesar 0,194 memiliki pengertian bahwa setiap kenaikan 1 satuan dari tingkat pelatian maka akan memberikan kenaikan penggunaan system informasi akuntansi Y sebesar 0,194 dengan asumsi variabel lain konstan. c. Nilai koefisien regresi tingkat pendidikan X 2 sebesar 0,041 memiliki pengertian bahwa setiap kenaikan 1 satuan dari tingkat pendidikan maka akan memberikan kenaikan penggunaan system informasi akuntansi Y sebesar 0,041 dengan asumsi variabel lain konstan. d. Nilai koefisien regresi tingkat pemahaman X 3 sebesar 0,228 memiliki pengertian bahwa setiap kenaikan 1 satuan dari tingkat pemahaman maka akan memberikan kenaikan penggunaan system informasi akuntansi Y sebesar 0,228 dengan asumsi variabel lain konstan. e. Nilai koefisien regresi investasi dibidang teknologi X 4 sebesar 0,680 memiliki pengertian bahwa setiap kenaikan 1 satuan dari investasi dibidang teknologi maka akan memberikan kenaikan penggunaan system informasi akuntansi Y sebesar 0,680 dengan asumsi variabel lain konstan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.6. Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA MENENGAH KABUPATEN JEMBER

2 34 17

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH ATAS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN (Studipada Pengusaha Kecil dan Menengah di Sentra KerajinanTas Kain Kabupaten Kendal)

2 16 133

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH ATAS INFORMASI AKUNTANSI

1 14 152

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI BERBASIS TEKNOLOGI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi kasus di Koperasi Pegawai “Swadharma” Surabaya).

0 0 99

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI BERBASIS TEKNOLOGI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM).

0 1 86

(ABSTRAK) FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH ATAS INFORMASI AKUNTANSI (Studi pada Pengusaha Kecil dan Menengah di Sentra Kerajinan Seni Relief/Ukiran Kabupaten Jepara).

0 0 2

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN WONOSOBO.

0 2 2

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI BERBASIS TEKNOLOGI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)

0 2 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI BERBASIS TEKNOLOGI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi kasus di Koperasi Pegawai “Swadharma” Surabaya)

0 0 18

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi Kasus Pada Pengusaha Toko Penjualan Perlengkapan Olahraga Di Kabupaten Gresik ) SKRIPSI

0 0 20