Pemodal di Pasar Modal

yang “menempatkan dana dan menggunakan jasa penanggulangan resiko” sesuai dengan UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Dari ketiga undang- undang ini peserta sangat identik dengan “pihak yang menggunakan, memakai atau memanfaatkan jasa dan menempatkan dana”. Peserta sesuai dengan UU Dana Pensiun merupakan pihak yang menempatkan dananya disebut iuran dengan memanfaatkan jasa investasi atau pengelolaan dana pensiun.

D. Pemodal di Pasar Modal

Pemodal di pasar modal sangat erat kaitannya dengan jual beli surat berharga atau yang sering disebut efek dalam istilah pasar modal. Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal UU Pasar Modal memberikan pengertian pasar modal, yaitu merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal pada dasarnya menyediakan sumber pembiayaan dengan jangka waktu yang lebih panjang, yang diinvestasikan sebagai modal untuk menciptakan dan memperluas lapangan kerja yang akan meningkatkan volume aktivitas perekonomian yang profitable dan sehat. Modal yang bisa berupa dana produksi atau dana untuk pengadaan barang modal seperti barang atau benda, pabrik dan peralatannya yang digunakan secara aktual untuk memproduksi barang Universitas Sumatera Utara dan jasa. 47 “penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi ke risiko yang dirancang untuk mendapatkan modal. Investasi dapat pula berarti menunjuk ke suatu investasi keuangan dimana investor menempatkan uang ke dalam suatu sarana atau menunjuk ke investasi suatu usaha atau waktu seseorang yang ingin memetik keuntungan dari keberhasilan pekerjaannya”. Maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan kegiatan yang terkait dengan investasi, dimana terjadinya transaksi jual beli surat-surat berharga. Investasi dalam Kamus Istilah Keuangan dan Investasi menggunakan istilah investment investasi yang mempunyai arti: 48 Efek sebagaimana tercantum di dalam Pasal 1 Angka 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal selanjutnya disebut UU Pasar Modal adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, Investasi di Pasar Modal, investornya tidak perlu hadir secara fisik, sebab pada umumnya mungkin untuk kasus-kasus tertentu investor mau memiliki perusahaan secara permanen dengan perhitungan bisnis tentunya tidak cukup menjanjikan pendapatan tujuan utama dari investor bukanlah mendirikan perusahaan, melainkan hanya membeli saham dengan tujuan untuk dijual kembali. Tujuan investor di sini adalah bagaimana memperoleh hasil yang maksimal dengan rentang waktu yang tidak terlalu lama sudah bisa menikmati keuntungan. Dengan kata lain, jenis investasi seperti, yang diharapkan oleh investor adalah capital again, artinya adanya penghasilan dari selisih antara beli dan jual saham di bursa efek. 47 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2004, hlm. 15. 48 John Downes dan Jordan Elliot Goodman dalam Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, Bandung: Nuansa Aulia, 2010, hlm. 31. Universitas Sumatera Utara saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyetoran kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Perusahaan yang menjual efeknya kepada masyarakat umum, misalnya berupa saham biasa common stock, berarti perusahaan tersebut menjual sebagian kepemilikannya. Sebagai pemilik sebagian, maka pemegang saham atau pemodal baru ini akan menanggung sebagian resiko sebagai pemilik, dan juga nilai kepemilikannya dapat berubah setiap waktu sesuai dengan naik turunnya harga saham yang beredar di pasar modal. 49 Saham biasa ini terjual oleh perusahaan kepada pemodal pada pasar perdana. Setelah saham dijual, uang yang didapat masuk ke perusahaan. Apabila pemodal sudah membeli saham pada pasar perdana, pada umumnya pemodal tidak dapat menjual kembali saham tersebut kepada perusahaan, namun mereka dapat menjualnya kepada pemodal lain yang ingin membeli sham tersebut. Penjualan ini disebut pasar sekunder. Berapa pun harga saham tersebut terjual pada pasar sekunder, segala keuntungan ataupun kerugian ada sepenuhnya pada pemegang saham yang membeli atau menjual. 50 Jual beli dalam pasar modal sangat bertolak belakang dengan makna konsumen “tidak untuk diperdagangkan” pada UU Perlindungan Konsumen. Sebagaimana layaknya suatu pasar yang mempunyai sifat pelaku yang antara lain terdiri dari penjual, pembeli, dan pemasok barang, pasar modal juga terdiri dari banyak pihak yang masing-masing memiliki peran sendiri. Menurut Asri 49 Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Ibid., hlm. 199. 50 Ibid. Universitas Sumatera Utara Prabosinta Prabowo, 51 para pihak atau yang lebih sering disebut sebagai pelaku pasar modal, meliputi diantaranya investorpemodal. Pemodal menurutnya adalah perorangan danatau lembaga yang menanamkan dananya dalam efek. Pasar modal sebagaimana yang dikemukakan Asri Sitompul, bahwa pasar modal Indonesia sebagai salah satu lembaga yang memobilisasi dana masyarakat dengan menyediakan sarana atau tempat untuk mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang yang disebut efek. 52 Merumuskan doktrin yang ada, pemodal atau investor dalam perspektif UU Perlindungan Konsumen lebih tepat diartikan sebagai pelaku usaha. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia ISEI menyebut empat kelompok besar kalangan pelaku ekonomi, tiga diantaranya termasuk kelompok pengusaha pelaku usaha, baik privat maupun publik. Ketiga kelompok pelaku usaha tersebut adalah sebagai berikut. 53 1. Kalangan investor, yaitu pelaku usaha penyedia dana untuk membiayai berbagai kepentingan, seperti perbankan, usaha leasing, tengkulak, penyedia dana lainnya, dan sebagainya; 2. Produsen, yaitu pelaku usaha yang membuat, memproduksi barang danatau jasa dari barang-barang danatau jasa-jasa lain bahan baku, bahan tambahanpenolong, dan bahan-bahan lainnya. Mereka dapat terdiri atas orangbadan usaha berkaitan dengan pangan, orangbadan yang memproduksi sandang, orangusaha yang berkaitan dengan jasa angkutan, perasuransian, perbankan, orangusaha yang berkaitan dengan obat-obatan, kesehatanm narkotika dan sebagainya; dan 3. Distributor, yaitu pelaku usaha yang mendistribusikan atatu memperdagangkan barang danatau jasa tersebut kepada masyarakat, seperti pedagang secara retail, pedagang kaki lima, warung, took, supermarket, hypermarket, rumah sakit, klinik, warung dokter, usaha angkutan darat, laut, udara, kantor pengacara dan sebagainya. 51 Asri Prabosinta Prabowo dalam Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hlm. 177. 52 Asril Sitompul dalam Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Ibid., hlm. 165. 53 Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm. 11. Universitas Sumatera Utara Membandingkan definisi yang terdapat antara UU OJK dengan UU Perlindungan Konsumen, maka ada perbedaan terutama terkait kata “tidak untuk diperdagangkan”. Hal ini tentu tidak berlaku bagi investor atau pemodal di pasar modal. Pemodal di pasar modal pada dasarnya menempatkan dananya dengan harapan akan memperoleh keuntungan di kemudian hari melalui penjualan yang dilakukannya terhadap surat-surat berharga yang dimilikinya. Artinya terjadi aktivitas jual beli yang dilakukan oleh pemodal di pasar modal, karena surat-surat berharga tersebut diperdagangkan. Jika dikaitkan dengan doktrin tadi, maka kedudukan pemodal di pasar modal bisa dikatakan sebagai pelaku usaha atau investor dalam UU Perlindungan Konsumen, yang dalam UU OJK justru disebut konsumen. Batasan definisi selalu diperlukan untuk memperjelas ruang lingkup dan pegangan dalam pembahasan pokok permasalahan. Rumusan mengenai konsumen dua undang-undang ini tampak berbeda. UU Perlindungan Konsumen tidak memperbolehkan konsumen yang memakai barang danatau jasa dengan tujuan komersial, sedangkan UU OJK memperbolehkan konsumen memanfaatkan jasa dengan tujuan komersial. Artinya, jika batasan konsumen pada UU Perlindungan Konsumen hanya mencakup konsumen akhir, pada UU OJK, konsumen bukan hanya konsumen akhir tetapi juga konsumen antara. Pemodal di pasar modal mendapatkan tempat sebagai konsumen dala UU OJK. Dengan batasan tersebut, pemodal sebagai konsumen di pasar modal mendapatkan perlindungan khusus dalam UU OJK. Universitas Sumatera Utara

BAB III BENTUK PERLINDUNGAN KONSUMEN MENURUT UU NO. 21

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3 72 93

Peranan Badan Amil Zakat Berdasarkan Undang - Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Sumatera Utara (Studi Pada Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara)

0 37 186

Pengoplosan Beras Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

11 144 123

Perlindungan Konsumen Terhadap Jasa Pelayanan Tukang Gigi Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

12 99 88

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA JASA PENITIPAN HEWAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 9 50

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN BARANG DAN JASA YANG TIDAK SESUAI DENGAN YANG DIJANJIKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 1 1

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENUMPANG JASA ANGKUTAN UMUM KERETA API DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

4 32 119

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN KONSUMEN MUSLIM ATAS PANGAN (DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN).

0 0 11