karena konsumen dapat diartikan sebagai pihak yang memperjualbelikan atau mengkomersialkan barang danatau jasa.
C. Konsumen pada Sektor Jasa Keuangan
Konsumen pada sektor jasa keuangan sebagaimana yang telah disebutkan dalam UU OJK meliputi nasabah pada perbankan, pemodal di pasar modal,
pemegang polis pada perasuransian dan peserta pada dana pensiun serta pihak- pihak lain dalam sektor jasa keuangan. Jika merujuk pada UU OJK yang ikut
dalam kegiatan sektor jasa keuangan seperti “menempatkan dananya danatau memanfaatkan pelayanan”, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 Angka 15 UU
OJK. Namun jika dikaitkan dengan definisi konsumen sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 2 UU Perlindungan Konsumen, maka aktivitas di sektor jasa
keuangan identik dengan “memakai jasa”. Berikut batasan konsumen pada sektor jasa keuangan, diantaranya nasabah pada perbankan, pemodal di pasar modal,
pemegang polis pada perasuransian dan peserta pada dana pensiun. Nasabah pada perbankan jika merujuk tiga undang-undang terkait, maka
aktivitas nasabah dapat dikatakan sebagai “pemakai jasa” sesuai dengan UU Perlindungan Konsumen atau “menempatkan dana danatau memanfaatkan
pelayanan” sesuai dengan UU OJK atau “pihak yang menggunakan jasa” sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Dari ketiga undang-undang
ini, nasabah sangat identik dengan “pihak yang menggunakan, memakai atau memanfaatkan jasa danatau pelayanan”.
Ketentuan dalam UU Perbankan membedakan dua tipe nasabah, yaitu nasabah penyimpan dan nasabah debitur. Nasabah penyimpan adalah nasabah
Universitas Sumatera Utara
yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.
45
Bentuk-bentuk simpanan biasanya berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan.
Sedangkan nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah bank yang bersangkutan.
46
45
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Bab I, Pasal 1 Angka 17
46
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bab I, Pasal 1 Angka 18.
Nasabah penyimpan dan nasabah debitur termasuk “para pihak yang menggunakan, memakai atau memanfaatkan jasa atau pelayanan”, meskipun
nasabah penyimpan juga termasuk “pihak yang menempatkan dananya”. Misalnya, nasabah penyimpan “menempatkan dananya” pada bank tertentu
sejumlah uang dalam bentuk tabungan. Dalam hal ini, nasabah penyimpan juga termasuk orang yang menggunakan jasa atau pelayanan bank, yaitu jasa
penyimpanan uang. Pemodal di pasar modal jika merujuk tiga undang-undang terkait, maka
aktivitas pasar modal dapat dikatakan sebagai “pemakai jasa” sesuai dengan Pasal 1 Angka 2 UU Perlindungan Konsumen atau “menempatkan dana danatau
memanfaatkan pelayanan” sesuai dengan Pasal 1 Angka 15 UU OJK atau pihak yang “menempatkan dana dan menggunakan jasa investasi” sesuai dengan Pasal
3 huruf a UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dari ketiga undang- undang ini, pemodal sangat identik dengan “pihak yang menggunakan, memakai
atau memanfaatkan jasa dan menempatkan dana”.
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan dalam UU Pasar Modal menempatkan pemodal sebagai pihak yang terlibat dalam jual beli efek karena merupakan pihak yang menempatkan
dananya pada suatu emiten pihak yang menjual efek kepada masyarakat dengan memanfaatkan jasa investasi.
Pemegang polis pada perasuransian jika merujuk tiga undang-undang terkait, maka aktivitas pemegang polis dapat dikatakan sebagai “pemakai jasa”
sesuai dengan Pasal 1 Angka 2 UU Perlindungan Konsumen atau “menempatkan dana danatau memanfaatkan pelayanan” sesuai dengan Pasal 1
Angka 15 UU OJK atau pihak yang “menempatkan dana dan menggunakan jasa penanggulangan resiko” sesuai dengan Pasal 3 huruf a UU No. 2 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian. Dari ketiga undang-undang ini pemegang polis sangat identik dengan “pihak yang menggunakan, memakai atau memanfaatkan
jasa dan menempatkan dana”. Ketentuan dalam UU Usaha Perasuransian mengartikan pemegang polis
sebagai pihak yang memiliki alat bukti yang kuat yang menunjukkan telah terjadi asuransi melalui persetujuan atau kesepakatan bebas dalam bentuk tertulis berupa
akta yang disebut polis. Pemegang polis merupakan pihak yang menempatkan dananya pada suatu perusahaan asuransi disebut premi dan akan mendapatkan
jasa penanggulangan risiko sesuai dengan premi yang dibayar. Peserta pada dana pensiun jika merujuk tiga undang-undang terkait, maka
aktivitas peserta dapat dikatakan sebagai “pemakai jasa” sesuai dengan Pasal 1 Angka 2 UU Perlindungan Konsumen atau “menempatkan dana danatau
memanfaatkan pelayanan” sesuai dengan Pasal 1 Angka 15 UU OJK atau pihak
Universitas Sumatera Utara
yang “menempatkan dana dan menggunakan jasa penanggulangan resiko” sesuai dengan UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Dari ketiga undang-
undang ini peserta sangat identik dengan “pihak yang menggunakan, memakai atau memanfaatkan jasa dan menempatkan dana”. Peserta sesuai dengan UU Dana
Pensiun merupakan pihak yang menempatkan dananya disebut iuran dengan memanfaatkan jasa investasi atau pengelolaan dana pensiun.
D. Pemodal di Pasar Modal