Deskripsi Tekstural Pengalaman Marah Sarah

41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tekstural Pengalaman Marah Sarah

1. Latar belakang Sarah Sarah berusia 35 tahun dan berstatus belum menikah. Saat ini ia tinggal berdua bersama ayahnya, ibunya sudah meninggal dan adiknya sudah menikah. Sarah memiliki usaha warung di rumahnya yang dijaga oleh ayahnya. Sedangkan ia bekerja di toko adiknya. Sarah sudah menjadi seorang Kristiani sejak ia berumur 28 tahun dan sudah melayani di gereja selama 4 tahun terakhir, saat ini Sarah menjabat sebagai ketua salah satu tim pelayanan di gereja. Sarah aktif dalam melayani pada ibadah hari minggu, sebagai ketua salah satu tim pelayanan Sarah selalu memimpin rapat yang diadakan sekitar 1 minggu sekali. Dalam rapat tersebut Sarah sering membagikan visi untuk memajukan tim pelayanan tersebut, Sarah juga sering membagikan refleksi firman Tuhan yang ia dapat dalam kehidupannya sehari-hari. Kemarahan yang Sarah sering alami adalah ketika ia menghadapi ayahnya yang sulit berhenti merokok. Menurut Sarah ayahnya tidak boleh merokok karena ayahnya adalah seorang Kristiani dan juga karena kesehatan ayahnya yang memburuk akibat rokok. Selain kepada ayahnya Sarah sulit untuk mengungkapkan kemarahannya. 41 42 2. Kategorisasi Sarah Berikut ini adalah kategorisasi yang didapat melalui proses pembacaan data wawancara, konstitusi, dan transformasi. Tema-tema serupa pada kolom sebelah kanan membentuk kategori pada kolom di sebelah kiri. Kondisi yang menyebabkan marah Marah kepada orang yang melanggar peraturan, Lelah dan buru-buru, Tidak mau berhenti merokok sama sekali, Marah karena ayah merokok, Ayah merokok, Rokok membahayakan, Merokok tidak baik, Perbuatan terus menerus, Kesalahan terus menerus Pencegahan pengulangan kejadian yang tidak disukai Berjuang agar ayah tidak merokok, Menasehati ayah, Mau menggantikan ayah merokok, Mendoakan ayahnya, Usaha memberikan alternatif pengganti rokok, Ayah menuruti nasehat P1, Usaha kurang berhasil, Usaha belum berhasil, Usaha sia-sia, Menyemangati ayah untuk tidak merokok, Menasehati ayah, Menasehati dengan santai Perasaan ketika pencegahan tidak berhasil Bingung dan kesal karena usaha tidak berhasil, Jengkel karena nasehat diabaikan, Geregetan ketika ayah merokok dan tidak bisa benar-benar lepas dari rokok Perasaan saat marah Sebal, lelah, sedih, menangis, Marah saat tidak sabar Mengungkapkan kemarahan dengan komunikasi non-verbal Memberikan peringatan, Menanggapi dengan keras, Menaikkan nada bicara, Menyatakan rasa tidak percaya, Mencereweti ayahnya Setelah marah Introspeksi diri, Menangis, Merasa tidak bisa melayani dengan baik, Berusaha melayani dengan baik, Menyesal karena marah, Menyesal karena tidak bisa mengendalikan diri dan akhirnya marah, Tidak betah di rumah Pikiran yang mengacu pada permasalahan Tidak mau memperpanjang masalah, Masalah tidak penting, Tanggung jawab pribadi, Malas memberikan 43 tanggapan, Ujian hati, Rasa tidak percaya kepada ayah Cara untuk mengendalikan marah, Menyetop kemarahan, Tidak marah ketika masalah masih bisa diselesaikan dan tidak merugikan ayahnya, Takut akan akibat dari kemarahan yang berlebih, Ingin tahu cara mengendalikan marah, Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan Pikiran yang mengacu pada nilai Kristiani Godaan iblis, Ingin ayah hidup sesuai ajaran Kristen, Marah itu boleh, Ingin hidup sesuai firman Pengungkapan kemarahan kepada orang terdekat Tidak mengungkapkan marah kepada orang yang ia anggap belum dewasa, Marah kepada orang yang dekat secara emosional, Tanggung jawab untuk merawat ayah, Marah karena sayang, Tidak ingin ada hal buruk terjadi, Sayang dan peduli, Bos yang berhak untuk marah, Sayang dan ingin yang terbaik untuk ayah Dukungan sosial Dukungan untuk menasehati ayah, Menceritakan kesedihan, Larangan dokter untuk berhenti merokok, Larangan dokter Perasaan sebelum marah Sedih 3. Deskripsi tekstural Sarah Sarah mengalami perasaan marah ketika ada orang lain yang melanggar peraturan. Saat pelanggaran terjadi satu kali, Sarah mungkin tidak langsung mengungkapkan marahnya, ia memendamnya dan memberikan peringatan atau melakukan usaha tertentu agar pelanggaran tidak terjadi lagi. “. . . uda tak uda di apa kayak di nasehatin gitu . . . . aku cuman bilang besok lain kali jangan kayak gini ya . . . . kasih berbagai macam buah, jadi kalo meh ngerokok wis makan itu. . .” “. . . sekali ya udah, ya udah, ya aku gak marah, tapi mungkin entah kapan kalo salah-salah 44 terus. . .” Kesalahan yang berulang membuat Sarah mulai menyatakan rasa tidak percaya dan menaikkan nada bicara; perasaan sedih, bingung dan jengkel ketika usaha yang dilakukan gagal; ditambah aktivitas Sarah yang padat dan melelahkan membuat ia mengungkapkan kemarah annya. “. . . aku tu kalo marah tu cerewet, cerewetnya lama banget tu lo. . .” Sarah hanya bisa mengungkapkan kemarahan kepada orang yang ia sayang. “. . . kalo kayak sama papahku kenapa aku bisa marah karena aku sayang dan aku tau itu gak bagus, tapi kalo sama orang lain mungkin aku ndak sayang, itu pa ya jawabannya mungkin, jadi aku gak marah. . .” Selain itu anggapan bahwa orang lain belum dewasa, pandangan bahwa ada orang yang lebih berhak untuk marah dan situasi saat Sarah sedang pelayanan membuat Sarah tidak mengungkapkan kemarahannya. Sarah menangis karena ia sedih dan lelah akibat beban permasalahan yang membuatnya marah. Ia juga menangis mengintrospeksi diri tentang kejadian yang membuat marah dan menyesal karena mengungkapkan kemarahannya. “. . . iblis ki kok ya ngerti lo kelemahanku tu dimana gitu lo, mesti wis aku tu gak bisa e, apa mengendalikan tu lo. . .” Sarah menyesal karena tidak bisa mengendalikan diri sesuai firman Tuhan. 45

B. Deskripsi Tekstural Pengalaman Marah Hanna