Memahami ekspresi marah orang tua : dilihat dari perspektif anak middle childhood.

(1)

vii

MEMAHAMI EKSPRESI MARAH ORANG TUA: DILIHAT DARI PERSPEKTIF ANAK MIDDLE CHILDHOOD

Priscilla Rosty Sukmono ABSTAK

Penelitian ini bertujuan untuk lelihat pelahalan anak middle childhood terhadap ekspresi larah dari orang tua yang dapat lenilbulkan kesalahpahalan di antara relasi orang tua dan anak. Penelitian ini lerupakan jenis penelitian kualitatif yang lenggunakan analisis fenolenologi deskriptif. Inforlan dalal penelitian ini adalah berjullah elpat orang yang lerupakan anak-anak kelas 6 Sekolah Dasar atau berusia 10-12 tahun serta berdolisili di Yogyakarta. Metode pengalbilan data dalal penelitian ini lenggunakan kuisioner, wawancara seli terstuktur dan triangulasi data kepada orang tua inforlan. Hasil dari penelitian ini lenunjukkan bahwa pelahalan anak terhadap ekspresi larah orang tuanya bersifat subjektif. Anak dapat lelahali sebagai hal yang baik laupun lerugikan. Secara positif inforlan lelahali bahwa ekspresi larah orang tuanya lerupakan bentuk kasih sayang padanya. Akan tetapi pelahalan inforlan yang tidak sesuai dengan alasan larah orang tua serta dapat lenilbulkan adanya kesalahpahalan di antara relasi keduanya adalah adanya pelahalan inforlan bahwa ekspresi larah orang tuanya itu bersifat lerugikan. Inforlan lenganggap bahwa ekspresi larah yang diberikan oleh orang tuanya itu lelbingungkan, inforlan jadi lenganggap diri sebagai sulber lasalah, dan lelicu adanya perasaan kesendirian padanya Kata kunci: middle childhood, ekspresi larah orang tua


(2)

viii

UNDERSTANDING PARENT’S ANGER: REFERED TO MIDDLE CHILD’S PERSPECTIVE

Priscilla Rosty Sukmono ABSTACT

The aimed of this research is to find out the middle child’s understanding about parent’s anger which contributed in misconception between parents and child relation. This qualitative research used the descriptive phenomenological to analyzed. The subject of this research is four elementary student or student who are between 10-12 years old and lived in Yogyakarta. To collected data, researcher use questionnaire, semi-structured interview and data triangulations to their parents. Result show that child’s perspective to understand parent’s anger were subjective. Positively, informant saw parent’s anger as a love sign from their parents. But, informant has a different perception which contributed in misconception between themselves and their parents. Informant saw that their parent’s anger has a damage effect. Informant understood that their parent’s anger made them confused, blamed themselves, and they were felt lonely.


(3)

MEMAHAMI EKSPRESI MARAH ORANG TUA: DILIHAT DARI

PERSPEKTIF ANAK

MIDDLE CHILDHOOD

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh: Priscilla Rosty Sukmono

119114088

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

HALAIUAN

t"*Sr*rAt

l DOSEN PtsIlBfteIF{C

MEMAHAMI EKSPRESI MARA}I ORAI{G TUA: DILIHAT DARI PERSPEKTIF A}IAK M/DDLT CH ILDHOO D

I

D

n

J

a9

@

XyoKOe


(5)

HALAMAN PENGESAHAN

MEMAHAMI EI(SPRESI MARAH ORANG TUA:

DILtrIIiT

DAru PERSPEKTIF ANAK T{Z}D'E

CHILI'HU)D

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Priscilla Rosty Sukmono

NIM:119114088

L 2. 3.

Yoryakarta0

i

Dr. Tarsisius hiyo Widiyanto, M. Si.


(6)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“AKU MELAYANGKAN MATAKU KE GUNUNGUGUNUNG, DARI MANAKAH AKAN DATANG PERTOLONGANKU?

PERTOLONGANKU IALAH DARI TUHAN YANG MENJADIKAN LANGIT DAN BUMI, IA TAKKAN MEMBIARKAN KAKIMU

GOYAH” (MAZMUR 121: 1U3a)

“PENCOBAANUPENCOBAAN YANG KAMU ALAMI IALAH PENCOBAAN BIASA, YANG TIDAK MELEBIHI KEKUATAN MANUSIA. SEBAB ALLAH SETIA DAN KARENA ITU IA TIDAK

AKAN MEMBIARKAN KAMU DICOBAI MELAMPAUI KEKUATANMU. PADA WAKTU KAMU DICOBAI IA AKAN MEMBERIKAN KEPADAMU JALAN KELUAR SEHINGGA KAMU

DAPAT MENANGGUNGNYA” (1 KORINTUS 10:13)

LIFE MUST GO ON (ANONYMOUS)


(7)

v

Hasil karya ini aku persembahkan demi kemuliaan

Tuhan Yesus yang telah membawaku mengalami

banyak pemahaman dan pengalaman hidup lewat

proses studiku di strata 1 Psikologi USD, untuk

keluarga, bapak Jarot, ibu Roeswati, dan adikku

Saras yang terus mendukungku untuk maju,

teman-teman dan sahabatku terkasih, dan untuk para

anak-anak di seluruh dunia. Aku sungguh bersyukur bisa

menyelesaikan karya ini. Terima kasih untuk

dukungan, doa, dan semangat yang diberikan.


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan dadtar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 Februari 2016 Peneliti,


(9)

vii

MEMAHAMI EKSPRESI MARAH ORANG TUA: DILIHAT DARI PERSPEKTIF ANAK MIDDLE CHILDHOOD

Priscilla Rosty Sukmono ABSTAK

Penelitian ini bertujuan untuk lelihat pelahalan anak middle childhood terhadap ekspresi larah dari orang tua yang dapat lenilbulkan kesalahpahalan di antara relasi orang tua dan anak. Penelitian ini lerupakan jenis penelitian kualitatif yang lenggunakan analisis fenolenologi deskriptif. Inforlan dalal penelitian ini adalah berjullah elpat orang yang lerupakan anak-anak kelas 6 Sekolah Dasar atau berusia 10-12 tahun serta berdolisili di Yogyakarta. Metode pengalbilan data dalal penelitian ini lenggunakan kuisioner, wawancara seli terstuktur dan triangulasi data kepada orang tua inforlan. Hasil dari penelitian ini lenunjukkan bahwa pelahalan anak terhadap ekspresi larah orang tuanya bersifat subjektif. Anak dapat lelahali sebagai hal yang baik laupun lerugikan. Secara positif inforlan lelahali bahwa ekspresi larah orang tuanya lerupakan bentuk kasih sayang padanya. Akan tetapi pelahalan inforlan yang tidak sesuai dengan alasan larah orang tua serta dapat lenilbulkan adanya kesalahpahalan di antara relasi keduanya adalah adanya pelahalan inforlan bahwa ekspresi larah orang tuanya itu bersifat lerugikan. Inforlan lenganggap bahwa ekspresi larah yang diberikan oleh orang tuanya itu lelbingungkan, inforlan jadi lenganggap diri sebagai sulber lasalah, dan lelicu adanya perasaan kesendirian padanya Kata kunci: middle childhood, ekspresi larah orang tua


(10)

viii

UNDERSTANDING PARENT’S ANGER: REFERED TO MIDDLE CHILD’S PERSPECTIVE

Priscilla Rosty Sukmono ABSTACT

The aimed of this research is to find out the middle child’s understanding about parent’s anger which contributed in misconception between parents and child relation. This qualitative research used the descriptive phenomenological to analyzed. The subject of this research is four elementary student or student who are between 10-12 years old and lived in Yogyakarta. To collected data, researcher use questionnaire, semi-structured interview and data triangulations to their parents. Result show that child’s perspective to understand parent’s anger were subjective. Positively, informant saw parent’s anger as a love sign from their parents. But, informant has a different perception which contributed in misconception between themselves and their parents. Informant saw that their parent’s anger has a damage effect. Informant understood that their parent’s anger made them confused, blamed themselves, and they were felt lonely.


(11)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Priscilla Rosty Sukmono

Nomor Mahasiswa : 119114088

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Memahami Ekspresi Marah Orang Tua: Dilihat dari Perspektif Anak Middle Childhood

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta, 9 Februari 2016 Yang menyatakan,


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hidirit Tuhin Yesus Kristus itis segili hikmit, pengertiin, din penyertiin ying tik berkesudihin sehinggi peneliti dipit menyelesiikin skripsi ini. Dilim proses penyelesiiin skripsi ini, peneliti mengilimi binyik pengilimin ying membuit peneliti semikin melihit perspektif berigim dilim menyikipi suitu hil sehinggi membuit peneliti menjidi lebih berkembing. Peneliti menyidiri bihwi peneliti tidik mimpu sendiri dilim menyelesiikin skripsi ini sehinggi peneliti menerimi binyik dukungin din bimbingin, biik seciri moril itiupun miteriil diri pihik-pihik ying terlibit. Oleh kireni itu, dengin segili hormit peneliti mengucipkin terimi kisih sebesir-besirnyi kepidi:

1. Tuhin Yesus Kristus ying kisihNyi terus tercurih kepidi peneliti 2. Bipik Tirsisius Priyo Widiyinto, seliku Dekin F. Psi USD

3. Ibu Ritri Sunir Astuti, seliku Kiprodi F. Psi USD (simpii semester gisil 2015/ 2016). Terimi kisih untuk kesediiinnyi dilim memberi bintuin, misukin din sirin ikidemik

4. Ibu Sylvii Cirolini Mirii Yuniinti Murtisiri, seliku dosen pembimbing skripsi. Terimi kisih untuk kesibirin din kesediiinnyi untuk selilu membimbing din memberikin bintuin kepidi peneliti

5. Ibu Debri Pristinelli, seliku dosen Pembimbing Akidemik din dosen penguji ying senintiisi memberikin semingit din membigikin keceriiin kepidi piri inik bimbingin ikidemiknyi serti memberi misukin


(13)

xi

6. Ibu (Mbik) P. Henrietti PDADS, seliku partner kerji ikreditisi stindir 4. Terimi kisih untuk pengilimin ying dililui bersimi din dorongin untuk menyelesiikin skripsi disimping mengerjikin ikreditisi

7. Ibu L. Pritidirministiti, seliku dosen penguji ying binyik memberikin misukin din sirin ying berminfiit dilim penyelesiiin skripsi ini

8. Seluruh dosen din kiryiwin Fikultis Psikologi Universitis Siniti Dhirmi untuk pengilimin din bintuinnyi selimi peneliti menjilini studi 9. Seluruh keluirgi, bipik, ibu, Siris. Terimi kisih untuk segili kisih, stpport, din jerih upiyinyi dilim mendukung peneliti untuk dipit menyelesiikin tihip ini

10. Adik-idik informin din oring tui informin ying dengin keterbukiinnyi dilim membigikin pengilimin hidupnyi pidi peneliti sehinggi skripsi ini bisi selesii sebigiimini idinyi sekiring

11. Tim Peliyinin Siswi PERKANTAS untuk segili pengilimin berhirgi bersimi ying berguni selimi proses hidup peneliti

12. Temin-temin kelompok bermiin din belijir selimi 14 tihun. WITZIG. Join, Dilli, Uli, Ofi, Sivini, Lirissi, din Erlini. Terimi kisih untuk setiip gelik cindi din semingit ying diberikin kepidi peneliti

13. Kelompok Tumbuh Bersimi, Mbik Yini, Lili, Windi, Lisi untuk telingi ying terus miu mendengir pergumulin din mulut ying memberikin ucipin motivisi bigi peneliti


(14)

xii

14. Sttdent staee sekretiriit din ikreditisi F. Psikologi USD, Cliri, Annety, Hervy, Arum, Yoin, Tirziyini, Jojo, Mirthi untuk perjuingin bersimi din dorongin untuk segeri menyusul menyelesiikin skripsi

15. Temin-temin kuliih, Woro, Meggy, Beitriks, din semui temin-temin Psikologi liin serti temin-temin bimbingin skripsi Bu Sylvi ying seding berjuing. Semingit kiwin!

16. Kik Johin Andreis Sintosi din Kik Reny Triwirdhini sekeluirgi ying jugi memberikin stpport din meminjimkin buku-buku serti perilitin penunjing skripsi ini

17. Thevei Yurike din Yomeldi, terimi kisih binyik untuk dukungin din semingit wiliupun kiti semui sudih berpencir di jilin mising-mising 18. Semui pihik pendukung proses penyelesiiin skripsi ini ying tidik dipit

peneliti sebutkin situ per situ

Akhir kiti, peneliti menyidiri misih terdipit binyik kekuringin dilim skripsi ini. Oleh kireni itu, peneliti terbuki untuk menerimi sirin din misukin demi penyempurniin penelitiin ini.

Yogyikirti, 9 Februiri 2016 Peneliti,


(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

ABSTRAK...vii

ABSTACT...viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI...xiii

DAFTAR SKEMA...xvii

DAFTAR TABEL...xviii

DAFTAR LAMPIRAN...xix

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah...7

C. Tujuan Penelitian...7

D. Manfaat Penelitian...8

1. Manfaat Teoritis...8


(16)

xiv

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...10

A. Marah...10

1. Definisi...10

2. Penyebab Munculnya Ekspresi Marah...11

3. Tipe Ekspresi Marah...12

B. Karakteristik Anak Usia 11-12 Tahun...14

1. Aspek Fisik...14

2. Aspek Kognitif...15

3. Aspek Bahasa...15

4. Aspek Regulasi Emosi...16

5. Aspek Sosial...17

C. Kemunculan Ekspresi Marah dalam Keluarga...18

D. Memahami Sikap Marah Orang Tua: Dilihat dari Perspektif Anak...20

1. Deskripsi Memahami Sikap Marah Orang Tua: Dilihat dari Perspektif Anak...20

2. Skema Memahami Sikap Marah Orang Tua: Dilihat dari Perspektif Anak...23

E. Pertanyaan Penelitian...23

1. Central Question...24

2. Subquestion...24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...25


(17)

xv

B. Fokus Penelitian...25

C. Informan Penelitian...26

1. Teknik Pemilihan dan Kriteria Pemilihan Informan...26

2. Prosedur Mendapatkan Informan Penelitian...26

D. Metode Pengumpulan Data...27

E. Metode Analisis Data...29

F. Verifikasi Penelitian...31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...32

A. Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan...32

1. Pencarian dan Seleksi Informan...32

2. Pengambilan Data...33

B. Profil Informan Penelitian...34

1. Informan 1 a) Deskripsi Diri Informan...36

b) Pengalaman Mendapat Sikap Marah dari Orang Tua...36

c) Pelaksanaan Wawancara Informan 1...37

d) Analisis Informan 1...37

2. Informan 2 a) Deskripsi Diri Informan...40

b) Pengalaman Mendapat Sikap Marah dari Orang Tua...41


(18)

xvi

d) Analisis Informan 2...42

3. Informan 3 a) Deskripsi Diri Informan...45

b) Pengalaman Mendapat Sikap Marah dari Orang Tua...46

c) Pelaksanaan Wawancara Informan 3...46

d) Analisis Informan 3...47

4. Informan 4 a) Deskripsi Diri Informan...49

b) Pengalaman Mendapat Sikap Marah dari Orang Tua...50

c) Pelaksanaan Wawancara Informan 4...51

d) Analisis Informan 4...51

C. Pembahasan Hasil Penelitian...58

D. Analisis Nomotetik Seluruh Informan...67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...70

A. Kesimpulan...70

B. Kelemahan Penelitian...71

C. Saran...71

DAFTAR PUSTAKA...73


(19)

xvii

DAFTAR STEMA

Skema 1 Memahami Ekspresi Marah Orang Tua: Dilihat dari

Perspektif Anak Middle Childhood ...23 Skema 2 Nomotetik Seluruh Informan...66


(20)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Guideline Pertanyaan Wawancara...28

Tabel 2 Ringkasan Identitas dan Deskripsi Singkat Seluruh Informan...35

Tabel 3.1 Pelaksanaan Wawancara Informan 1...37

Tabel 3.2 Pelaksanaan Wawancara Informan 2...41

Tabel 3.3 Pelaksanaan Wawancara Informan 3...46

Tabel 3.4 Pelaksanaan Wawancara Informan 4...51


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Informan...76

Lampiran 2 Kuisioner...77

Lampiran 3 Verbatim Wawancara Informan 1...78

Lampiran 4 Daftar Tema Utama Informan 1...84

Lampiran 5 Verbatim Wawancara Informan 2...86

Lampiran 6 Daftar Tema Utama Informan 2...91

Lampiran 7 Verbatim Wawancara Informan 3...93

Lampiran 8 Daftar Tema Utama Informan 3...97

Lampiran 9 Verbatim Wawancara Informan 4...98

Lampiran 10 Daftar Tema Utama Informan 4...103

Lampiran 11 Hasil Triangulasi Informan 1...105

Lampiran 12 Hasil Triangulasi Informan 2...113

Lampiran 13 Hasil Triangulasi Informan 3...120

Lampiran 14 Hasil Triangulasi Informan 4...125


(22)

1

BABBIB

PENDAHULUANB

A. LatarBBelakangB

Setiap individu itu unik. Salah satu novel yang diangkat dari kisah nyata berjudul Toto-Chan: Gadis Cilik di Jendela (Kuroyanagi, 2007) cukup menggambarkan bagaimana individu dalam konteks ini, anak-anak memiliki keunikannya masing-masing. Toto-chan adalah murid sekolah dasar yang memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar dan sering bertindak sesuka hatinya. Tak jarang bahwa perilaku yang dilakukannya tidak dapat dipahami orang dewasa. Suatu kali, mama chan dipanggil oleh wali kelasnya karena Toto-chan melakukan banyak hal yang sangat mengganggu aktivitas di kelas. Hal-hal yang dilakukan Toto-chan itu sangat membuatnya senang namun sebaliknya, sangat menjengkelkan bagi wali kelasnya. Akibatnya, wali kelas dan guru-guru Toto-chan yang sudah kehabisan akal untuk menghadapi sikapnya itu sangat memohon agar Toto-chan dipindahkan dari sekolah tersebut. Yang menarik adalah bagaimana sikap orang tua chan dalam menghadapi sikap Toto-chan tersebut. Mama Toto-Toto-chan merupakan tokoh yang sering muncul dalam novel ini. Dihari dimana Toto-chan dipindahkan dari sekolah yang lama, mama Toto-chan tidak mengatakan kepada Toto-chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah. Mama Toto-chan tahu bahwa Toto-chan tidak akan mengerti mengapa


(23)

dia dianggap telah berbuat salah dan mama Toto-chan tidak ingin Toto chan menderita tekanan batin, jadi diputuskan untuk tidak memberitahu Toto-chan sampai dia dewasa kelak. Hal yang menarik lainnya adalah mama Toto-chan mau berusaha untuk mendengarkan dan memahami apa yang diceritakan oleh Toto-chan. Mama Toto-chan menanggapi secara positif apa yang diceritakan oleh Toto-chan dampaknya, Toto-chan dapat belajar untuk menemukan sendiri kesalahan yang dilakukannya tanpa harus ditegur secara keras atau dimarahi oleh mama Toto-chan.

Dari kisah Toto-chan dapat dilihat bahwa ia berulang kali melakukan hal yang dianggap salah di sekolahnya bahkan sampai membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Bagi anak-anak, pengalaman dikeluarkan dari sekolah merupakan hal yang menyulitkan, tidak menyenangkan, dan dianggap sebagai sebuah kegagalan. Namun, Toto-chan tidak menganggap pengalaman itu sebagai hal yang menyulitkan karena ia tidak dijadikan sumber masalah oleh mamanya. Mama Toto-chan tidak menyalahkan Toto-chan akan kejadian yang dialami. Hal itu yang kemudian membuat Toto-chan tetap berkembang dengan baik.

Usia anak-anak merupakan masa-masa eksplorasi dan pengembangan potensi yang dimilikinya. Anak belajar juga untuk beradaptasi dengan lingkungan agar dapat berfungsi secara sosial di masyarakat kelak. Dalam prosesnya bereksplorasi dan belajar, anak dapat melakukan banyak cara salah satunya yaitu dengan melakukan hal yang disukai atau bermain. Montessori (dalam Woolfolk, 2005 hal. 36), berkata bahwa “Play is children’s work” atau


(24)

bermain adalah pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak. Otak manusia berkembang karena adanya stimulasi dan bermain menyediakan stimulasi pada setiap tahap perkembangan. Pada anak-anak yang beranjak remaja, bermain akan berlanjut menjadi bagian dari perkembangan fisik dan sosial mereka (Meece, 2002 dalam Woolfolk, 2005). Di sisi lain, anak-anak juga mulai belajar untuk mengambil keputusan sendiri berdasarkan pertimbangannya. Hal ini didukung dengan pernyataan penting dari Piaget bahwa setiap individu membangun pemahamannya sendiri (Woolfolk, 2005), sehingga tidak jarang bahwa anak sering didapati melakukan kesalahan atau melanggar aturan yang ditetapkan orang tua. Semua hal di atas merupakan hal yang wajar terjadi pada anak-anak karena memang seperti itulah natur dari anak-anak dan mereka pun masih terus berkembang.

Dalam masa perkembangannya, anak memiliki suatu zona yang disebut

zone of proximal development yang merupakan area dimana anak tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri dan untuk berhasil dibutuhkan bimbingan orang yang lebih dewasa atau berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih mahir (Wertsch, 1991 dalam Woolfolk, 2005). Orang dewasa yang berinteraksi setiap hari dengan anak adalah orang tua sehingga mereka memiliki peran dalam membimbing dan mengarahkan anak sehingga menjadi individu yang mandiri. Oleh karena itu, keluarga memiliki fungsi sosialisasi yang menekankan bagaimana anak memperoleh motivasi, nilai, dan pola perilaku yang membuatnya dapat berfungsi dalam masyarakat luas (Maccoby, 1984; Zigler &


(25)

Child, 1973, dalam Kuczynsky, 1997). Walaupun bahasan sosialisasi memberikan gambaran tentang orang tua yang menekan standar dan perilaku tertentu pada anak yang dianggap pasif dan resisten, sosialisasi yang efektif membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekedar perilaku yang muncul berdasarkan permintaan orang tua (Kuczynsky, 1997). Dengan kata lain dalam membangun suatu sosialisasi yang efektif dibutuhkan cara pandang terhadap anak sebagai subjek yang aktif.

Sosialisasi dan penanaman nilai pada anak tidak terlepas dari proses komunikasi yang terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi dalam keluarga tersebut kemudian menjadi pusat dari penyesuaian diri dalam keluarga (Galvin, dkk, 2015). Pemahaman yang anak dapatkan di rumah akan mereka bawa di lingkungan luar. Bagaimana orang tua menjelaskan pada anak tentang suatu kejadian dan menolong anak dalam memahami kejadian tersebut.

Namun, pada kenyataannya orang tua tidak hanya menghadapi situasi yang mudah. Ada kalanya orang tua menghadapi situasi yang sulit dalam menanamkan nilai pada anak, misalkan anak melakukan pelanggaran, menolak perintah atau bertindak seenaknya. Pada saat itulah orang tua perlu melakukan suatu cara untuk mengatasi dan mengomunikasikan apa yang diharapkan orang tua kepada anak dalam rangka memberitahu apa yang baik dan yang tidak bagi anak. Hal tersebut juga dilakukan demi mendisiplinkan anak. Dalam proses tersebut tidak jarang ditemukan orang tua yang berespon dengan menegur keras


(26)

atau memarahi anak. Menurut Cummings, dkk (1989), bahkan dalam keluarga yang harmonis pun didapati momen kemarahan di antara orang tua.

Ekspresi marah memiliki efek yang membangun ketika disampaikan dengan cara yang tepat. Menurut APA (dalam Ensyclopledia of Psychology,

2000), marah bisa menjadi hal yang baik karena marah dapat memberikan jalan untuk mengekspresikan perasaan negatif atau memotivasi untuk menemukan solusi dari permasalahan. Menurut Gautam (2013), terdapat pula tipe kemarahan yang bertujuan untuk mendorong individu membuat suatu perubahan positif bagi dirinya. Begitu pula dalam konteks keluarga, orang tua perlu menunjukkan ekspresi marah untuk memberitahu kesalahan yang dilakukan anak. Dengan begitu, anak akan belajar dari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki diri di kemudian hari. Namun, menurut penelitian Crockenberg (dalam Cummings 1991), anak-anak sangat sensitif dengan ekspresi marah dari orang dewasa terutama orang tuanya.

Menurut psikolog anak dan remaja, Zulhaqqi (dalam m.detik.com diakses pada tanggal 17 September 2015), ketika terbiasa dimarahi dan dibentak maka anak cenderung membentuk pemikiran bahwa membentak, memukul dan tindak kekerasan lain adalah bentuk kasih sayang. Hal ini berdampak pada kecenderungan anak untuk meniru hal tersebut dalam kesehariannya dan mengekspresikan kemarahan dan permusuhan kepada orang tuanya. Selain itu, anak menjadi mudah cemas, merasa tidak aman, tidak nyaman, tidak percaya diri dan tidak bisa memposisikan dirinya dengan tepat. Hal tersebut didukung


(27)

dengan penelitian Cummings (1991), ia menemukan hal yang cukup konsisten secara umum dengan fakta bahwa anak laki-laki cenderung menanggapi kemarahan orang dewasa dengan sikap marah dan agresivitas dibandingkan anak perempuan sedangkan anak perempuan cenderung menahan diri dan mengalami kecemasan dibandingkan anak laki-laki (e.g., Block, Block, & Gjerde, 1986; Feshbach, 1970).

Dalam mengambil suatu tindakan tentu orang tua memiliki alasannya masing-masing. Namun yang menjadi masalah apakah anak menangkap maksud dari orang tua tersebut. Menurut Galvin (2005), jika makna tidak tersampaikan dengan baik oleh si pembawa pesan maka hasilnya adalah kebingungan atau kesalahpahaman. Selain itu, kosa kata yang dimiliki anak masih lebih sedikit dibandingkan orang dewasa sehingga terkadang anak tidak mampu memberikan alasan kepada orang tua tentang perbuatan yang dilakukannya sehingga orang tua pun tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada anaknya. Ditambah dengan adanya kecenderungan anak untuk menampilkan display rules atau suatu tata krama dalam mengungkapkan ekspresi atau hal yang sebenarnya dirasakan atau menampilkan topeng dalam pengungkapan emosinya (Bukatko, 2008). Dalam menampilkan display rules

anak dapat tidak menunjukkan ekspresi apapun, cenderung diam atau justru menampilkan emosi yang berkebalikan yang lebih dapat diterima orang lain (Underwood, 1992). Apabila hal itu terjadi maka hal yang sebenarnya terjadi


(28)

akan semakin kabur dan dapat menghambat relasi dalam keluarga sehingga pada akhirnya berdampak pula pada perkembangan anak.

Besarnya efek dari ekspresi marah orang tua yang memungkinkan munculnya kesalahpahaman dan kebingungan di antara relasi anak dan orang tua mendorong peneliti untuk melihat dari sudut pandang anak dan meninjau bagaimana mereka memahami ekspresi marah orang tua tersebut. Kurangnya penelitian terkini yang dilakukan oleh para peneliti lain tentang pemahaman ekspresi marah orang tua dari sudut pandang anak mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode wawancara terhadap sejumlah anak berusia 10-12 tahun yang memiliki pengalaman dimarahi oleh orang tuanya. Ekspresi marah orang tua itu penting untuk menyatakan kesalahan namun perlu pula meninjau pemahaman anak agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara relasi orang tua dan anak.

B. BBRumusanBMasalahB

Uraian latar belakang di atas menjadi dasar munculnya pertanyaan yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimana pemahaman anak middle childhood terhadap ekspresi marah orang tua yang dapat menimbulkan kesalahpahaman di antara relasi orang tua dan anak?


(29)

C. BBTujuanBPenelitianB

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pemahaman anak

middle childhood terhadap ekspresi marah orang tua yang dapat menimbulkan kesalahpahaman di antara relasi orang tua dan anak.

D. BBManfaatBPenelitianB 1. Manfaat TeoretisB

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan gambaran mengenai pemahaman anak terhadap ekspresi marah orang tua yang menimbulkan efek kebingungan dan kesalahpahaman dalam relasi orang tua dan anak.B

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi penelitian-penelitian lain, terutama di ranah psikologi perkembangan dan komunikasi keluarga khususnya mengenai hal-hal yang anak pahami ketika menghadapi ekspresi marah yang diberikan orang tua kepada mereka.B

2. Manfaat Praktis a. Bagi Orang tua:

1) Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi orang tua untuk dapat memahami bagaimana anak melihat ekspresi orang tua kepada mereka


(30)

2) Hasil penelitian ini juga bermanfaat dalam mengembangkan sikap yang tepat dalam mengatasi anak

3) Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu mendorong orang tua dan masyarakat luas untuk dapat membuat lingkungan dan situasi yang kondusif serta membangun anak agar lebih berkembang.

b. Bagi Anak:

1) Anak yang menjadi subjek penelitian ini dapat merefleksikan apa yang mereka pahami terhadap ekspresi marah orang tuanya

2) Pemahaman tersebut dapat membantu anak dalam mengungkapkan apa yang mereka pahami terhadap ekspres marah orang tuanya sehingga komunikasi dalam keluarga dan perkembangan anak dapat dibangun dengan lebih baik.


(31)

(32)

101

BABBIIB

TINJAUANBPUSTATAB

B

A. MarahB 1. Definisi1

Banyak1 hal1 dapat1 memprovokasi1 munculnya1 sikap1 marah1 pada1 diri1 seseorang.1 Orang1 tua1 kerap1 kali1 menghadapi1 situasi1 yang1 mengondisikan1 dirinya1mengambil1sikap1marah1terhadap1anaknya.11

Menurut1 Chapman1 (2010),1 marah1 atau1 amarah1 adalah1 suatu1 respons1 terhadap1 beberapa1 kejadian1 atau1 situasi1 dalam1 hidup1 yang1 menyebabkan1 kejengkelan,1 rasa1 frustasi,1 rasa1 sakit,1 atau1 hal-hal1 tidak1 menyenangkan1 lainnya1bagi1kita.1

Menurut1APA1dalam1Ensyclopedia of Psychology1(2000),1marah1 adalah1 suatu1emosi1yang1dicirikan1dengan1sikap1antagonis1terhadap1seseorang1atau1 sesuatu1yang1dianggap1melakukan1kesalahan.1Marah1bisa1menjadi1hal1yang1 baik.1 Marah1 1 memberikan1 jalan1 untuk1 mengekspresikan1 perasaan1 negatif1 atau1memotivasi1untuk1menemukan1solusi1dari1permasalahan.11

Jadi,1marah1adalah1suatu1respon1emosi1terhadap1kejadian1atau1situasi1yang1 tidak1 menyenangkan1 yang1 diungkapkan1 dengan1 sikap1 antagonis1 pada1 seseorang1atau1sesuatu1yang1dianggap1melakukan1kesalahan.1Namun,1sikap1 marah1 dapat1 menjadi1 hal1 yang1 positif1 ketika1 yang1 dilakukan1 adalah1


(33)

mengungkapkan1 perasaan1 negatif1 secara1 tepat1 dan1 dapat1 menemukan1 akar1 permasalahan.1

1

2. Penyebab1munculnya1ekspresi1marah1

Menurut1Gautam1(2013),1terdapat121faktor1yang1menyebabkan1munculnya1 ekspresi1marah1pada1diri1individu.1

a. Faktor1internal1

Penyebab1internal1yang1biasanya1dialami1muncul1dari1persepsi1yang1tidak1 rasional1 (irrational perception)1 tentang1 realita.1 Adapun1 empat1 tipe1 pemikiran1yang1berkontribusi1pada1munculnya1ekspresi1marah:1

1) Pemikiran1 emosional.1 Individu1 yang1 menggunakan1 pemikiran1 emosional1cenderung1menyalahartikan1sikap1biasa1seseorang1sebagai1 suatu1hal1yang1mengancam1hidupnya.11

2) Lemahnya1 toleransi1 terhadap1 kegagalan.1 Hal1 ini1 diakibatkan1 stress1 berkaitan1 dengan1 kecemasan1 yang1 melemahkan1 toleransi1 terhadap1 kegagalan1 sehingga1 cenderung1 menerima1 sesuatu1 yang1 normal1 sebagai1suatu1hal1yang1mengancam1well-being atau1ego1individu.1 3) Ekspektasi/1harapan1yang1tidak1logis.1Individu1menjadi1marah1ketika1

sesuatu1tidak1berjalan1sesuai1dengan1ekspektasi1atau1harapannya.11 4) Penilaian1terhadap1seseorang.1Individu1yang1memiliki1pemikiran1ini1

akan1 cenderung1 mudah1 marah1 karena1 memiliki1 penilaian1 atau1 label1 negatif1terhadap1seseorang.11


(34)

b. Faktor1Eksternal1

Ada1 banyak1 hal1 internal1 maupun1 eksternal1 yang1 dapat1 memicu1 munculnya1 ekspresi1 marah1 dalam1 diri1 individu.1 Namun,1 secara1 umum1 faktor1 eksternal1 penyebab1 munculnya1 ekspresi1 marah1 dapat1 dikelompokkan1dalam141tipe,1yaitu:1

1) Seseorang1membuat1perlawanan1yang1bersifat1personal1 2) Terdapat1pertentangan1pemikiran1dari1orang1lain1 3) Ancaman1terhadap1kebutuhan1

4) Frustasi1dengan1lingkungan1sekitar1 1

3. Tipe1ekspresi1marah1(Gautam,12013)1

a. Behavioral anger.1 Tipe1 ekspresi1 marah1 ini1 biasanya1 didapatkan1 pada1 individu1 yang1 cenderung1 reaktif1 terhadap1 suatu1 stimulus1 yang1 memicu1 kemarahannya.1Tipe1ini1sering1terwujud1dalam1sikap1kekerasan1fisik1atau1 menyerang1orang1lain.1

b. Passive anger.1 Individu1 yang1 menggunakan1 kata-kata1 kasar1 atau1 mengumpat1 untuk1 mengalihkan1 apa1 yang1 dirasakannya.1 Mereka1 cenderung1menghindari1konfrontasi1langsung1dengan1orang1lain.1

c. Verbal anger.1Tipe1kemarahan1yang1didominasi1oleh1kata-kata1dan1tidak1 melakukan1 tindakan.1 Tipe1 ini1 biasa1 digunakan1 untuk1 mengkritik1 dan1 menghina1seseorang.1


(35)

d. Constructive anger. Tipe1ekspresi1marah1ini1merupakan1salah1satu1faktor1 penting1yang1mendorong1individu1membuat1suatu1perubahan1positif. e. Self-inflicted anger. Tipe1 ekspresi1 marah1 yang1 cenderung1 merugikan1

dengan1 memberi1 hukuman1 terhadap1 diri1 sendiri1 terkait1 kesalahan1 yang1 terjadi.

f. Volatile anger. Ekspresi1marah1dalam1tipe1ini1dapat1terjadi1dalam1banyak1 bentuk.1Tipe1ini1tidak1begitu1pasti1kapan1kemarahan1tersebut1akan1datang,1 menghilang,1 atau1 justru1 membangun1 kemarahan1 yang1 lebih1 besar.1 Ekspresi1tipe1marah1ini1dapat1berupa1bentuk1kekerasan1fisik1atau1verbal. g. Chronic anger.1Tipe1kemarahan1secara1umum,1tidak1memiliki1alasan1pasti1

yang1menyebabkan1munculnya1marah.

h. Judgmental anger.11Individu1yang1mengungkapkan1kemarahannya1dengan1 tipe1 ini1 cenderung1 membuat1 orang-orang1 di1 sekitar1 menjadi1 merasa1 bersalah1atau1tidak1berarti.

i. Overwhelmed anger.1 Individu1 yang1 cenderung1 mengungkapkan1 kemarahannya1 dengan1 berteriak1 atau1 melemparkan1 barang1 jika1 dirinya1 merasa1sudah1tidak1dapat1mengontrol1kondisinya.1

j. Retaliatory anger.1Tipe1ekspresi1marah1ini1merupakan1yang1paling1umum1 terjadi1 ketika1 individu1 merespon1 secara1 langsung1 kemarahan1 dari1 orang1 lain.

k. Paranoid anger.1 Tipe1 kemarahan1 ini1 muncul1 ketika1 individu1 merasa1 iri1 atau1merasa1bahwa1orang1lain1dapat1merebut1haknya.


(36)

l. Deliberate anger. Individu1yang1menggunakan1tipe1ini1cenderung1sengaja1 melakukannya1 untuk1 memberinya1 kekuatan1 terhadap1 situasi1 atau1 orang1 lain.1

B. TarakteristikBAnakBUsiaBMiddle ChildhoodB

Menurut1Crockenberg1(1985,1dalam1Cummings11991),1anak-anak1sangat1 sensitif1dengan1ekspresi1marah1dari1orang1dewasa1terutama1orang1tuanya.11Anak1 usia1 111 –1 121 tahun1 termasuk1 ke1 dalam1 tahap1 usia1 tengah1 (middle childhood) atau1biasa1disebut1usia1sekolah.1Selama1usia1middle childhood,1hubungan1antara1 orang1tua1dan1anak1tidak1lagi1satu1arah1melainkan1orang1tua1mulai1melatih1anak1 untuk1 bernegosiasi1 dalam1 membuat1 keputusan1 dan1 menyelesaikan1 masalah1 (Bukatko,1 2008).1 Selain1 itu,1 pada1 tahap1 ini1 anak1 sudah1 mampu1 membuat1 pemaknaan1 akan1 suatu1 hal1 yang1 dialaminya,1 termasuk1 sikap1 marah1 yang1 dialami1 dari1 orang1 tua1 mereka.1 Hal1 ini1 dikarenakan1 anak1 sudah1 memiliki1 aktivitas1mental1seperti1reversibility1yang1mendukung1mereka1untuk1membuat1 alasan1dari1kejadian1yang1sudah1dialami1(Bukatko,12008).1

Setiap1tahap1perkembangan1memiliki1keunikannya1masing-masing.1Pada1 tahap1ini1anak1mengalami1perkembangan1dalam1beberapa1aspek,1yaitu:B

1. Aspek1Fisik1

Selama1usia1sekolah,1anak1mengalami1pertumbuhan1sekitar12-31cm1 setiap1tahunnya.1Kemampuan1otot1dan1kekuatan1mengalami1peningkatan1 pesat1 yang1 dipengaruhi1 oleh1 faktor1 keturunan1 dan1 latihan1 fisik.1 Akan1


(37)

tetapi1perkembangan1fisik1pada1usia1middle childhood1ini1masih1jauh1dari1 kematangan1dan1mereka1 membutuhkan1aktivitas1 yang1banyak.1 Aktivitas1 fisik1 merupakan1 hal1 yang1 penting1 pada1 tahap1 ini1 sebagai1 upaya1 untuk1 melatih1dan1mengembangkan1kemampuannya1(Santrock,11997).1

2. Aspek1Kognitif1

Dalam1 rentang1 usia1 middle childhood,1 otak1 anak1 mengalami1 ledakan1 pertumbuhan1 yang1 cepat.1 Salah1 satu1 pertumbuhan1 yang1 paling1 cepat1 terjadi1 di1 area1 lobus1 frontal.1 Hal1 ini1 mengakibatkan1 anak1 akan1 cenderung1 berespon1 dengan1 reaksi1 yang1 “tidak1 disadari”1 terhadap1 stimulus1emosional1(Santrock,12007)1

Anak1 akan1 masuk1 pada1 tahap1middle childhood 1 ketika1 mereka1 mulai1bisa1menyelesaikan1suatu1permasalahan.1Anak1usia1sekolah1masuk1 ke1 dalam1 tahap1 perkembangan1 kognitif1 operasional1 konkret1 yang1 memampukan1mereka1memiliki1aktivitas1mental1seperti1reversibility1yang1 mendukung1 mereka1 untuk1 membuat1 alasan1 dari1 kejadian1 yang1 sudah1 dialami.1Pada1usia1ini,1egoisentrisme1anak1berkurang1sehingga1membuat1 mereka1mampu1memahami1persepsi,1keyakinan,1dan1perasaan1orang1lain1 yang1mungkin1berbeda1dengan1dirinya1(Bukatko,12008).1

3. Aspek1Bahasa1

Menurut1Woolfolk1(2005),1anak1usia1sekolah1atau1middle childhood1 mengalami1perkembangan1dalam1kosakata1yang1dimiliki1menjadi1sekitar1 40.0001kosakata.1Pada1tahap1ini1anak1memahami1kata-kata1secara1harafiah1


(38)

dan1tidak1begitu1memahami1arti1sarkasme1atau1metafora.1Oleh1karena1itu,1 anak-anak1 masih1 cenderung1 mengartikan1 kata1 cemooh1 atau1 kata-kata1 kasar1 yang1 mereka1 dapatkan1 secara1 harafiah1 (Berger,1 2003;1 Gardner,1 1982b1dalam1Woolfolk,12005).1

4. Aspek1Regulasi1Emosi1

Pada1 usia1 ini,1 anak1 mengalami1 peningkatan1 kemampuan1 untuk1 memahami1berbagai1emosi1 yang1kompleks1seperti1 rasa1bangga1dan1rasa1 malu.1 Anak1 juga1 mengalami1 peningkatan1 dalam1 memahami1 lebih1 dari1 satu1emosi1yang1dapat1dialami1kembali1di1situasi1tertentu.1Selain1itu,1anak1 juga1mengalami1peningkatan1dalam1kemampuan1untuk1menyembunyikan1 atau1 menekan1 reaksi1 emosi1 negatif1 yang1 dialaminya1 (Santrock,1 2007).1 Cara1 anak1 untuk1 mengelola1 emosi1 bergantung1 paling1 tidak1 pada1 pengalaman1yang1diberikan1oleh1orang1tua1mereka.1Ketika1orang1tua1tidak1 bisa1 menghadapi1 anak1 yang1 mengekspresikan1 emosi1 negatifnya1 pada1 mereka1atau1justru1menghukum1mereka,1maka1anak1akan1lebih1marah1dan1 menimbulkan1permusuhan1sehingga1berdampak1pada1masalah1di1sekolah1 (Eisenberg,1 Fabes,1 et1 al.,1 1999;1 Fabes,1 Leonard,1 et1 al.,1 20011 dalam1 Bukatko,1 2008).1 Sedangkan1 orang1 tua1 yang1 memberikan1 pendampingan1 yang1suportif1untuk1menjelaskan1emosi-emosi1negatif1yang1dialami1anak,1 membuat1anak1menjadi1lebih1tenang1dan1menetralisir1emosi1negatif1yang1 dialami1(Gottman,1Katz,1&1Hooven,119971dalam1Bukatko,12008).111


(39)

Cummings1 (1989,1 dalam1 Cummings1 1991),1 menemukan1 hal1 yang1 cukup1 konsisten1 secara1 umum1 dengan1 fakta1 bahwa1 anak1 laki-laki1 cenderung1menanggapi1kemarahan1orang1dewasa1dengan1sikap1marah1dan1 agresivitas1 dibandingkan1 anak1 perempuan1 sedangkan1 anak1 perempuan1 cenderung1 menahan1 diri1 dan1 mengalami1 kecemasan1 dibandingkan1 anak1 laki-laki1 (e.g.,1 Block,1 Block,1 &1 Gjerde,1 1986;1 Feshbach,1 1970).1 Berdasarkan1penelitian1 Cummings1(1991)1tersebut,1menunjukkan1bahwa1 anak1usia1ini1melihat1suatu1kemarahan1sebagai1hal1yang1negatif1dan1sering1 merespon1 dengan1 perasaan1 marah,1 sedih,1 dan1 adakalanya1 muncul1 perasaan1takut.11Pada1usia1ini1juga1muncul1kemampuan1anak1untuk1dapat1 menggunakan1 emotional display rules1 atau1 suatu1 tata1 krama1 dalam1 mengungkapkan1 ekspresi1 atau1 hal1 yang1 sebenarnya1 dirasakan1 atau1 menampilkan1 topeng1 dalam1 pengungkapan1 emosinya1 (Bukatko,1 2008).1 Dalam1 menampilkan1 display rules1 anak1 dapat1 tidak1 menunjukkan1 ekspresi1 apapun,1 cenderung1 diam1 atau1 justru1 menampilkan1 emosi1 yang1 berkebalikan1yang1lebih1dapat1diterima1orang1lain1(Underwood,11992).1 5. Aspek1Sosial1

Ditinjau1 dari1 aspek1 sosial,1 anak1 pada1 tahap1 usia1 sekolah1 mulai1 membuat1 perbandingan1 sosial,1 yaitu1 kecenderungan1 untuk1 menilai1 kemampuan,1 perilaku,1 penampilan,1 dan1 karakteristik1 lainnya1 dengan1 orang1 lain.1 Hal1 ini1 membuat1 anak1 usia1 sekolah,1 terutama1 pada1 tahun1 –1 tahun1pertama,1mengalami1penurunan1drastis1terhadap1harga1diri1mereka1


(40)

(Marsh1et1al.,11984;1Stipek1&1Maclver,119891dalam1Berk,119941halaman1 442).1111

Jadi,1 dapat1 disimpulkan1 bahwa1 dalam1 anak1 di1 usia1 sekolah1 mengalami1 perubahan1dalam1aspek1fisik,1kognisi,1emosi,1dan1sosial1yang1saling1berkaitan1 satu1sama1lain.1

B

C. TemunculanBEkspresiBMarahBdalamBTeluargaB

Dalam1 keluarga1 terdapat1 proses1 sosialisasi1 atau1 penanaman1 nilai1 pada1 anak.1 Studi1 tentang1 sosialisasi1 dalam1 keluarga1 konsen1 pada1 bagaimana1 anak1 mendapatkan1 motivasi,1 nilai,1 dan1 pola1 perilaku1 yang1 membuat1 mereka1 bisa1 berfungsi1dalam1masyarakat1yang1luas1(Maccoby,11984;1Zigler1&1Child,11973,1 dalam1Kuczynsy,11997).1Akan1tetapi1dalam1proses1penanaman1nilai1orang1tua1 terhadap1 anak1 tersebut1 kerap1 kali1 muncul1 hal1 yang1 bertentangan1 sehingga1 menimbulkan1 percekcokan.1 Menurut1 Cummings,1 dkk1 (1989),1 bahkan1 dalam1 keluarga1yang1harmonis1pun1didapati1momen1kemarahan1di1antara1orang1tua.11

Penelitian1 dalam1 sosialisasi,1 kebanyakan1 mempelajari1 teknik1 yang1 berkaitan1 dengan1 kontrol,1 yaitu1 power assertion1 (Hoffman,1 19601 dalam1 Kuczynsky,11997).1Teknik1power-assertive1seperti1perintah1langsung,1ancaman,1 deprivasi,1dan1kekerasan1fisik1memberikan1tekanan1yang1memaksa1anak1secara1 langsung1 untuk1 mengubah1 pola1 perilaku1 yang1 sedang1 dibentuknya.1 Hoffman1 mengatakan1bahwa1semakin1sering1seorang1ibu1menggunakan1power assertive1 yang1 tidak1 tepat1 ketika1 menghadapi1 anak,1 maka1 anak1 akan1 semakin1


(41)

menunjukkan1sikap1bermusuhan1dan1melakukan1power assertive1kepada1 anak1 lainnya.1Selain1itu,1anak1akan1semakin1resisten1dengan1pengaruh1yang1diberikan1 oleh1 guru1 dan1 anak1 lainnya.1 Oleh1 karena1 itu,1 secara1 ekstrim1power assertive11 memberikan1efek1resisten1pada1anak1(dibandingkan1kepatuhan),1menghasilkan1 pencegahan1 proses1 internalisasi1 dan1 penolakan1 terhadap1 upaya1 sosialisasi.1 Lytton1 (19801 dalam1 Kuczynsky,1 1997)1 mengungkapkan1 efek1 negatif1 kontrol1 terhadap1 anak.1 Berdasarkan1 penelitiannya1 dengan1 mengamati1 interaksi1 antara1 ibu1dan1anak1menunjukkan1hasil1bahwa1ibu1yang1lebih1sering1mengontrol1dan1 mencaci1 anaknya1 memiliki1 skor1 internalisasi1 yang1 lebih1 rendah1 dibandingkan1 anak1 dengan1 ibu1 yang1 tidak1 mencaci1 dan1 membantu1 anaknya1 untuk1 mengerjakan1sesuatu1secara1mandiri1(Kuczynsky,11997).111

Yang1 menarik1 bahwa1 orang1 tua1 seperti1 tidak1 sadar1 bahwa1 mereka1 memahami1 jika1 pendekatan1 menggunakan1 kontrol1 cenderung1 tidak1 mungkin1 memenuhi1 kebutuhan1 dalam1 jangka1 panjang.1 Kuczynski1 (1984)1 mengatakan1 bahwa1orang1tua1cenderung1memilih1pendekatan1yang1tidak1terlalu1mengontrol1 anak1seperti1memberikan1pemahaman1terlebih1ketika1orang1tua1meminta1anak1 untuk1patuh1terhadap1perintah1orang1tua1di1kemudian1hari1dibandingkan1dengan1 tidak1 memberikan1 informasi1 sama1 sekali1 kepada1 anak.1 Namun,1 pemahaman1 orang1tua1tersebut1tidak1selalu1sejalan1dengan1kenyataannya.1Pada1kenyataannya,1 setiap1keluarga1memiliki1pola1yang1bisa1jadi1berbeda1dalam1mengomunikasikan1 apa1 yang1 diharapkan1 oleh1 orang1 tua1 kepada1 anak1 atau1 bagaimana1 nilai-nilai1 yang1ingin1ditanamkan1oleh1orang1tua1itu1dapat1disampaikan1kepada1anak.1Hal1


(42)

tersebut1 bergantung1 pada1 pola1 komunikasi1 yang1 terbangun1 dalam1 masing-masing1keluarga.1B

1

D. MemahamiBEkspresiBMarahBOrangBTua:BDilihatBdariBPerspektifBAnakB 1. Deskripsi1Memahami1Ekspresi1Marah1Orang1Tua:1Dilihat1dari1Perspektif1

AnakB

Keluarga1 merupakan1 kelompok1 intim1 yang1 saling1 berbagi1 dan1 berkomunikasi.1 Di1 dalam1 komunikasi1 yang1 dibangun1 terdapat1 proses1 pertukaran1pesan1dan1pemaknaan1akan1pesan1tersebut.1Orang1tua1memiliki1 peran1 yang1 besar1 dalam1 membangun1 komunikasi1 di1 dalam1 keluarga,1 melibatkan1 tiap1 anggota1 di1 dalamnya1 termasuk1 anak1 dalam1 proses1 komunikasi1 tersebut.1 Proses1 komunikasi1 yang1 terbangun1 di1 dalam1 keluarga1tidak1 selamanya1berjalan1dengan1mudah,1ada1kalanya1keluarga1 menemukan1 situasi1 yang1 sulit1 yang1 mengharuskan1 untuk1 mengambil1 sikap1 tertentu.1 Sebagai1 contoh1 ketika1 orang1 tua1 mendapati1 anaknya1 melakukan1 hal1 yang1 dianggap1 salah,1 orang1 tua1 dapat1 memilih1 untuk1 menasihati,1menegur,1memarahi1atau1membiarkan1anak1tersebut.1Menurut1 Cummings,1 dkk1 (1989),1 bahkan1 dalam1 keluarga1 yang1 harmonis1 pun1 didapati1 momen1 kemarahan1 di1 antara1 orang1 tua.1 Setiap1 tindakan1 yang1 dipilih1orang1tua1memiliki1alasan1tersendiri,1anak1pun1juga1berusaha1untuk1 memahami1dan1memaknai1tindakan1tersebut.11


(43)

Terdapat1 bermacam1 hal1 yang1 mendukung1 orang1 tua1 untuk1 memunculkan1ekspresi1marah1kepada1anak.1Hal1tersebut1bisa1jadi1berasal1 dari1pemikiran1orang1tua1itu1sendiri1maupun1kondisi1di1luar.1Pemikiran-pemikiran1 yang1 tidak1 rasional1 atau1 tidak1 sesuai1 dengan1 realita1 berkontribusi1besar1pada1munculnya1ekspresi1marah1seseorang1(Gautam,1 2013).1 Faktor-faktor1 internal1 yang1 memungkinkan1 orang1 tua1 menunjukkan1 ekspresi1 marah1 pada1 anak1 diantaranya1 karena1 adanya1 pemikiran1 emosional1 sehingga1 orang1 tua1 cenderung1 menyalahartikan1 sikap1biasa1anak1sebagai1suatu1hal1yang1mengganggu,1lemahnya1toleransi1 terhadap1 kegagalan1 atau1 kesalahan1 yang1 dilakukan1 anak,1 adanya1 ekspektasi1 atau1 harapan1 yang1 tidak1 logis1 pada1 anak1 sehingga1 orang1 tua1 menjadi1 marah1 ketika1 anak1 tidak1 melakukan1 hal1 yang1 sesuai1 dengan1 ekspektasi1atau1harapannya,1dan1orang1tua1sudah1memiliki1penilaian/1label1 negatif1pada1anak.1Selain1faktor1internal,1orang1tua1juga1mendapati1adanya1 faktor1eksternal1yang1mendukungnya1memunculkan1ekspresi1marah,1yaitu1 sikap1 anak1 yang1 melawan1 orang1 tua,1 terdapat1 pertentangan1 pemikiran1 dengan1 anak,1 ancaman1 terhadap1 kebutuhan,1 dan1 frustasi1 dengan1 lingkungan1sekitar.1

Dalam1 mengungkapkan1 ekspresi1 marahnya1 pada1 anak,1 orang1 tua1 bisa1 menggunakan1 banyak1 cara.1 Terdapat1 banyak1 tipe1 ekspresi1 marah1 yang1 bisa1 dilakukan1 orang1 tua1 kepada1 anak,1 diantaranya1 cenderung1 langsung1 reaktif1 terhadap1 suatu1 stimulus1 yang1 memicu1 kemarahannya,11


(44)

menggunakan1 kata-kata1 kasar1 atau1 mengumpat,1 mengkritik1 atau1 menghina1anak,1mendorong1anak1untuk1membuat1suatu1perubahan1positif,1 cenderung1 merugikan1 dengan1 memberi1 hukuman1 terhadap1 diri1 sendiri1 terkait1kesalahan1yang1terjadi,1cenderung1membuat1anak1menjadi1merasa1 bersalah1 atau1 tidak1 berarti,1 berteriak1 atau1 melemparkan1 barang1 jika1 dirinya1 merasa1 sudah1 tidak1 dapat1 mengontrol1 kondisinya,1 tidak1 pasti1 (terkadang1diam1atau1meledak-ledak).1

Melihat1 tahap1 perkembangan1 anak1 usia1middle childhood,1 mereka1 sudah1 mampu1 membuat1 alasan1 dari1 kejadian1 yang1 dialami1 karena1 anak1 sudah1 masuk1 pada1 tahap1 operasional1 konkret1 dan1 memiliki1 aktivitas1 mental1 seperti1reversibility.1 Selain1 itu,1 menurut1 Bukatko1 (2008)1 anak1 sudah1 mampu1 memahami1 persepsi,1 keyakinan,1 dan1 perasaan1 orang1 lain1 yang1 mungkin1 berbeda1 darinya.1 Hal1 ini1 mendukung1 anak1 untuk1 bisa1 melihat1dari1sudut1pandang1orang1lain1sehingga1anak1dapat1belajar1untuk1 memahami1 sikap1 yang1 ditunjukkan1 orang1 tua1 pada1 mereka,1 termasuk1 sikap1marah1orang1tua.1B


(45)

Orang1tua1 menganggap1 anak1 melakukan1 kesalahan Menasehati,1 menjelaskan Memarahi Behavioral anger Passive anger Verbal anger Self-inflicted anger Volatile anger Constructive anger Chronic anger Judgmental anger Overwhelmed anger Retaliotory anger Paranoid anger Deliberate anger Membiarkan

2. Skema1 1.1 Memahami1 Sikap1 Marah1 Orang1 Tua:1 Dilihat1 dari1 Perspektif1 AnakB B B B B B B B B B Bagaimana1 pemahaman1 anak1 terhadap1 ekspresi1 marah1 orang1 tua1 yang11 dapat1 menimbulkan1 kesalah-pahaman1 di1 antara1 relasi1 orang1 tua1 dan1 anak?1


(46)

G. PertanyaanBPenelitianB

Dalam1 penelitian1 kualitatif,1 peneliti1 menetapkan1 pertanyaan1 penelitian,1 bukan1 tujuan1 spesifik1 dari1 penelitian1 atau1 hipotesis1 (Creswell,1 20091 halaman1 129).1Pertanyaan1penelitian1dalam1kualitatif1bersifat1tidak1terbatas,1berkembang,1 dan1tidak1mengarahkan1(Creswell,120071halaman1107).1Menurut1Creswell1(20091 halaman1129-130),1pertanyaan1penelitian1memiliki1dua1bentuk,1yaitu:B

1. Central Question,1 yaitu1 pertanyaan1luas1 yang1mengeksplorasi1fenomena1 utama1 atau1 konsep1 dalam1 penelitian1 (Creswell,1 2009).1Central question 1 atau1pertanyaan1utama1dari1penelitian1ini1adalah1bagaimana1pemahaman1 anak1middle childhood1 terhadap1 ekspresi1 marah1 orang1 tua1 yang1 dapat1 menimbulkan1kesalahpahaman1di1antara1relasi1orang1tua1dan1anak?11 2. Subquestions,1 yaitu1 pertanyaan1 spesifik1 yang1 digunakan1 selama1

wawancara1 yang1 mendukung1 pertanyaan1 utama1 (Creswell,1 2009).1 Subquestion dalam1penelitian1ini1yaitu,11

2.1)111Apa1yang1dirasakan1anak1ketika1orang1tua1marah1pada1mereka?1 2.2)111Apa1yang1dipikirkan1anak1ketika1orang1tua1marah1pada1mereka?1 2.3)1 1 Bagaimana1 anak1 memahami1 alasan1 atau1 maksud1 dari1 sikap1 marah11

orang1tua1pada1mereka?1

2.4)11 Bagaimana1dampak1 pemahaman1anak1terhadap1sikap1marah1orang1 tua1tersebut1terhadap1kehidupan1anak1sehari-hari?1


(47)

25

BABBIIIB

METODOLOMIBPENELITIANB

B

A. JenisBPenelitianB

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Meolong (2007), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh informan penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.B

B

B. FokusBPenelitianB

Fokus dalam penelitian ini adalah melihat pemahaman anak middle childhood terhadap ekspresi marah orang tua yang berbeda dengan maksud orang tua. Pemahaman tersebut didapat dengan meminta informan menceritakan tentang pengalamannya ketika orang tua marah kepada mereka dan menggali bagaimana pikiran, perasaan, dan dampak yang dialami informan.B B

B B


(48)

C. InformanBPenelitianB

1. TeknikBPemilihanBdanBKriteriaBPemilihanBInformanB

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Pada penelitian yang menggunakan teknik purposive sampling,

peneliti memilih individu yang sesuai dengan penelitian dan dengan maksud tertentu dapat memberikan informasi mengenai pemahaman dalam pertanyaan penelitian dan fenomena utama dalam penelitian (Creswell, 2007 halaman 125). Adapun kriteria informan yang sesuai dengan penelitian ini, yaitu:

a) Informan penelitian memiliki anak yang duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar

b) Informan penelitian berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. c) Informan penelitian memiliki pengalaman dimarahi orang tua d) Informan penelitian berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta

2. ProsedurBMendapatkanBInformanBPenelitianB

Prosedur yang digunakan peneliti untuk mendapatkan informan penelitian adalah sebagai berikut:B

a) Menyebarkan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya kepada anak kelas 6 Sekolah Dasar

b) Menyaring informan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan c) Menetapkan informan


(49)

d) Melakukan rappor, pengenalan diri, menjelaskan tujuan penelitian dan meminta kesediaan informan

e) Melakukan wawancara semi terstuktur secara bertahap

B

D. MetodeBPengumpulanBDataB

Menurut Lofland dan Lofland (1M84, dalam Meolong 2007), sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan atau perilaku, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini, digunakan wawancara semi terstruktur untuk mengumpulkan data.B

1) Kuisioner Penelitian

Kuisioner penelitian berfungsi untuk menyaring informan yang sesuai dalam penelitian ini. Calon informan diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman yang mereka terima dari orang tua ketika mereka dianggap melakukan kesalahan oleh orang tua mereka.

2) Wawancara Semi Terstruktur kepada informan

Dalam wawancara semi terstruktur, peneliti akan memiliki daftar pertanyaan atau guideline wawancara, namun pertanyaan wawancara tidak berpatokan pada daftar yang telah dibuat. Pada penelitian yang menggunakan wawancara semi terstruktur, terdapat beberapa hal yang membedakan dengan metode yang lain, diantaranya adanya usaha untuk


(50)

membangun rapport dengan informan, urutan pertanyaan yang diajukan tidak terlalu diperhatikan, peneliti memiliki kebebasan untuk menggali lebih lanjut topik menarik yang muncul dalam wawancara, dan peneliti diperbolehkan untuk mengikuti topik minat dari responden. (Smith, 2008). 3) Wawancara semi terstuktur dengan orang tua informan

Wawancara semi terstuktur dengan orang tua informan ini berfungsi untuk melengkapi informasi mengenai latar belakang informan dan triangulasi data informan.

TabelB1.BGuideline PertanyaanBWawancaraB

1 Pernahkah memiliki pengalaman dimarahi orang tua? 2 Siapa yang sering marah padamu?

3 Biasanya karena masalah apa mereka marah padamu? 4 Ceritakan pengalaman yang paling diingat

5 Saat itu, apa yang kamu rasakan ketika dimarahi? 6 Apa yang dipikirkan?

7 Apakah kamu tahu kenapa orang tua marah padamu?

*Jika ya, menurutmu apa alasannya dan bagaimana kamu tahu? *Jika tidak, apakah kamu berusaha mencari tahu alasannya?

8 Lalu bagaimana kamu memandang atau memahami sikap marah orang tuamu tersebut?


(51)

M Menurutmu, benar atau salah orang tuamu marah padamu? Mengapa? 10 Apa dampak sikap marah orang tua padamu?

11 Apa harapanmu bagi orang tua saat mendapati dirimu melakukan hal yang dianggap salah oleh orang tuamu?

B

E. MetodeBAnalisisBDataB

Pada penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah fenomenologi deskriptif. Metode ini digunakan untuk mengklarifikasi situasi yang dialami dalam kehidupan seseorang sehari-hari (Smith, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pemahaman anak middle childhood

terhadap ekspresi marah orang tuanya yang dapat menimbulkan kesalahpahaman di antara relasi orang tua dan anak. Hal yang paling penting dalam fenomenologi adalah bagaimana pribadi senyatanya mengalami dan menginterpretasikan situasi, maka data-basenya sering kali berupa deskripsi retrospektif. Menurut Smith (2008), terdapat empat langkah dasar dalam metode analisis fenomenologi deskriptif, yaitu:B

1) Membaca keseluruhan deskripsi yang ditulis oleh informanB

Langkah ini harus dibuat eksplisit karena metode lain tidak memerlukan syarat ini. Perspektif fenomenologis bersifat holistik maka seseorang harus memahami sisi global dari deskripsi yang ada sebelum melangkah lebih lanjut.B


(52)

2) Melakukan konstitusi terhadap bagian-bagian deskripsi

Langkah ini sedikit menekankan rangkuman untuk menemukan unit makna atau tema utama. Perlu diperhatikan bahwa tidak ada unit makna “objektif dalam teks semua itu berkorelasi dengan sikap peneliti. Tidak menjadi masalah ketika peneliti yang berbeda akan memiliki unit makna yang juga berbeda.

3) Membentuk transformasi

Tujuan transformasi adalah mengubah yang implisit menjadi eksplisit dan membuatnya terartikulasi secara lebih deskriptif serta dapat menyampaikan makna-makna psikologis dengan lebih baik.

4) Menyusun struktur pengalaman

Struktur diperoleh dengan menyelesaikan transformasi terakhir dari pemaknaan unit-unit kemudian menentukan apa saja konstituen yang tampaknya esensial. Hal ini dilakukan dalam rangka menyusun pengalaman konkret yang dilaporkan. Yang dimaksud “esensial” di sini adalah bahwa struktur yang diperoleh tidaklah universal. Struktur tersebut hanyalah bersifat general karena peran dari konteks. Seseorang seringkali berusaha untuk mendapatkan struktur untuk semua data. Hal tersebut tidaklah selamanya dapat dilakukan. Sebaiknya sebagai peneliti tidak berusaha memaksakan data untuk sesuai dengan struktur.


(53)

F. VerifikasiBPenelitianB

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data kepada orang tua informan untuk melakukan verifikasi data penelitian. Menurut Creswell (2007 halaman 208), triangulasi melibatkan penguatan bukti dari berbagai sumber untuk memancarkan hal penting dari tema atau perspektif. B


(54)

323

BABBIVB

HASILBDANBPEMBAHASANB

B

A. PelaksanaanBPenelitianBSecaraBKeseluruhanB

12 Pencarian3dan3Seleksi3Informan3

Penelitian3 diawali3 dengan3 mengurus3 perijinan3 di3 bulan3 Agustus3 20153 ke3 beberapa3 sekolah,3 yaitu3 SD3 Negeri3 Malangrejo,3 SD3 Negeri3 Krapyak3 II,3 dan3 SD3 Kanisius3 Babadan.3 Proses3 pencarian3 dan3 seleksi3 informan3 dilakukan3 dalam3 lingkup3 sekolah3 untuk3 melihat3 variasi3 calon3 informan3yang3lebih3beragam3dan3melewati3proses3yang3lebih3legal3dalam3 berhubungan3 dengan3 informan3 yang3 notabene3 masih3 berstatus3 siswa3 sekolah3 dasar.3 Setelah3 melalui3 proses3 perijinan,3 hanya3 SD3 Kanisius3 Babadan3 yang3 menghubungi3 dan3 bersedia3 memberikan3 ijin3 penelitian.3 Selanjutnya,3 peneliti3 membagikan3 kuisioner3 pada3 tanggal3 313 Agustus3 20153 kepada3 223 siswa3 kelas3 VI3 di3 SD3 Kanisius3 Babadan3 guna3 mencari3 informan3yang3sesuai3dengan3kriteria.33

Setelah3 melakukan3 pemetaan3 terhadap3 hasil3 kuisioner3 yang3 diisi3 oleh3para3siswa,3terdapat3sembilan3siswa3yang3memiliki3jawaban3“orang3 tua3 marah”3 ketika3 mengetahui3 siswa3 dianggap3 melakukan3 kesalahan.33 Kemudian,3peneliti3melakukan3 wawancara3pertama3terhadap3kesembilan3 informan3tersebut3pada3tanggal333September32015.3Dari3hasil3wawancara3


(55)

tersebut3 terdapat3 enam3 informan3 yang3 memenuhi3 kriteria3 secara3 penuh3 dari3 segi3 usia3 dan3 sikap3 marah3 yang3 diterima3 dari3 orang3 tua3 ketika3 dianggap3 melakukan3 kesalahan.3 Peneliti3 mencoba3 untuk3 menghubungi3 orang3tua3calon3informan3untuk3meminta3ijin3terkait3dengan3keterlibatan3 dalam3 penelitian3 ini3 namun3 dari3 enam3 orang3 tua3 yang3 dihubungi3 hanya3 empat3orang3tua3yang3menindaklanjuti3kesediaan3dalam3penelitian3ini.3 3

22 Pengambilan3Data3

Wawancara3 informan3 dilakukan3 pada3 hari3 yang3 sama3 yaitu3 pada3 hari3 Kamis,3 33 September3 20153 pada3 pukul3 11.003 –3 12.303 WIB.3 Wawancara3 dilakukan3 secara3 bergantian3 bertempat3 di3 perpustakaan3 SD3 Kanisius3Babadan.33Pengambilan3data3ini3dilakukan3pada3hari3yang3sama3 terkait3 dengan3 ijin3 yang3 diberikan3 oleh3 pihak3 sekolah3 kepada3 peneliti.3 Pada3 pertemuan3 tersebut,3 masing-masing3 informan3 menggunakan3 waktu3 sekitar3 153 menit3 untuk3 wawancara.3 Wawancara3 dilakukan3 dalam3 waktu3 yang3 cukup3 singkat3 mengingat3 banyak3 faktor,3 yaitu3 keterbatasan3 anak-anak3untuk3bercerita3secara3luas,3mengindari3faktor3kebosanan,3dan3terkait3 ijin3 dari3 pihak3 sekolah.3 Namun,3 berdasarkan3 wawancara3 tersebut,3 informan3 cukup3 dapat3 memberikan3 informasi3 yang3 padat3 dan3 jelas.3 Setelah3 itu3 peneliti3 melakukan3 koding3 dan3 pemetaan3 terhadap3 hasil3 wawancara3tersebut.33


(56)

Selanjutnya3 pada3 tanggal3 163 –3 193 Oktober3 20153 peneliti3 mengirimkan3 surat3 pernyataan3 persetujuan3 keterlibatan3 informan3 dan3 orang3 tua3 informan3 dalam3 penelitian3 dengan3 ketentuan3 bagi3 para3 orang3 tua3 yang3 tidak3 menyetujui3 keterlibatan3 tersebut3 maka3 proses3 tidak3 akan3 dilanjutkan3 dan3 data3 tidak3 akan3 digunakan3 dalam3 penelitian.3 Setelah3 pengumpulan3lembar3persetujuan3keterlibatan,3seluruh3orang3tua3informan3 setuju3untuk3terlibat3dalam3penelitian3ini.3Setelah3itu,3peneliti3melakukan3 wawancara3 dan3 validasi3 data3 dengan3 salah3 satu3 orang3 tua3 informan3 dengan3 mendatangi3 masing-masing3 rumah3 dalam3 penyesuaian3 waktu3 yang3 berbeda-beda.3 Wawancara3 dan3 validasi3 data3 orang3 tua3 informan3 dilakukan3dalam3kurun3waktu3263Oktober320153–373November32015.33

B

B. ProfilBInformanBPenelitianB

Informan3dalam3penelitian3ini3berjumlah3empat3orang.3Adapun3identitas3 dan3deskripsi3singkat3seluruh3informan3dapat3dilihat3dalam3tabel3berikut:B


(57)

TabelB2.BRingkasanBIdentitasBdanBDeskripsiBSingkatBSeluruhBInformanB

B InformanB1B InformanB2B InformanB3B InformanB4B

InisialB MK3 KA3 KKS3 FH3

JKB P3 P3 P3 P3

UsiaB 113 103 113 113

JumlahB

SaudaraB 13 33 33 13

UrutanB

KelahiranB 13 13 43 23

AgamaB Katholik3 Kristen3 Kristen3 Katholik3

SukuB Jawa-Dayak3 Cina3 Batak3 Jawa3

AyahB FXS3 NN3 L3 NN3

UsiaB 363 383 563 583

StatusB Bercerai3 Menikah3 Menikah3 Menikah3

PekerjaanB Buruh3 Wiraswasta3 Buruh3 -3

AgamaB Katholik3 Kristen3 Kristen3 Katholik3

SukuB Jawa3 Cina3 Batak3 Jawa3

IbuB NN3 M3 NN3 Mu3

UsiaB 323 363 483 483

StatusB Bercerai3 Menikah3 Menikah3 Menikah3

PekerjaanB Pegawai3 Rumah3Tangga3 Rumah3tangga3 Wiraswasta3

AgamaB Islam3 Kristen3 Kristen3 Islam3

SukuB Dayak3 Cina3 Jawa3 Jawa3

B


(58)

1. InformanB1B

a. DeskripsiBDiriBInformanB

Informan3adalah3anak3pertama3dari3dua3bersaudara.3Adiknya3 masih3berusia353tahun3sedangkan3dirinya3sendiri3berusia3113tahun.3 Berdasarkan3 pernyataan3 ayah3 informan,3orang3tua3 informan3 sudah3 berpisah3 sejak3 setahun3 yang3 lalu3 tepatnya3 bulan3 Agustus3 2014.3 Sekarang3 informan3 tinggal3 di3 Jogja3 dengan3 ayahnya3 sedangkan3 adiknya3 bersama3 ibunya3 di3 Kalimantan.3 Diterangkan3 bahwa3 informan3 lebih3 dekat3 dengan3 ayahnya3 sejak3 kecil3 dibandingkan3 dengan3ibunya.3Hal3ini3membuat3ayah3informan3mengatakan3bahwa3 sifat3 yang3 dimiliki3 informan3 kurang3 lebih3 sama3 dengan3 ayahnya3 salah3satunya3yaitu3cenderung3tidak3suka3diatur3oleh3orang3lain3dan3 tidak3menyukai3hal3yang3terlalu3memusingkan.3B

3

b. PengalamanBDimarahiBOrangBTuaB

Informan3 mengaku3 bahwa3 dirinya3 sering3 dimarahi3 oleh3 ibunya3 apabila3 ia3 tidak3 mematuhi3 perintah3 yang3 diberikan3 oleh3 ibunya,3yaitu3apabila3ia3terlihat3tidak3rukun3dengan3adiknya,3berebut3 barang,3 dan3 menjahilinya.3 Hal3 ini3 dapat3 dilihat3 pada3 pernyataan3 informan:B

“Yang paling sering itu… siapa ya. Kalo misalnya nggak rukun sama adeke adek nangise marahin. Siapa yang sering marahin?BIbu. Coba


(59)

misalnya rebutan ni rebutan mainan sama adek ya mau nggak mau sih harus ngalah soalnya kalo misalnya adek nangis pasti nanti ke Me dimarahin gitu. Jadi biasanya, seringnya mama marah karena…

Rebutan mainan sama adek. Oo rebutan mainan sama adek. Kalo nggak mainane makanan. Pokoknya waktu rebutan sama adek gitu ya. He’em”

(Informan31,39-13,338-512B

3

c. PelaksanaanBWawancaraBInformanB1B

TabelB3.1BPelaksanaanBWawancaraBInformanB1B

Hari,BtanggalB TempatB WaktuB

Kamis,33 33September320153

Perpustakaan3SD3 Kanisius3Babadan3

11.00-11.153

Senin,3193Oktober320153 Rumah3Informan313 10.003–311.003WIB3

3

d. AnalisisBInformanB1B

1) PemahamanBAnakBterhadapBEkspresiBMarahBOrangBTuaB

Informan3memahami3ekspresi3marah3orang3tuanya3sebagai3 hal3yang3merugikan.3Informan3menganggap3bahwa3orang3tuanya3 selalu3 menyalahkannya3 dan3 dirinya3 seperti3 dijadikan3 sumber3 masalah3oleh3orang3tuanya.3Hal3ini3terungkap3dalam3pernyataan3 yang3disampaikan3oleh3informan3sebagai3berikut:B

“Yang selalu dibela tu mesti adeke M nggak pernah. Tapi pernah nggak sih kamu memaknai waktu mama marah itu karena untuk

kebaikanmu gitu? Nggak pernah. Oo nggak pernah. Jadi kalau

selama ini misalnya mama marah ke kamu, M menganggapnya

bahwa, karena mama lebih sayang sama adek gitu? Iya.”

(Informan31,3102-103,3143-15323 3

3 3


(60)

2) BentukBEkspresiBMarahBOrangBTuaB

Menurut3 informan,3 sikap3 marah3 ibunya3 nampak3 dengan3 bentuk3 ”mengomel”3 atau3 banyak3 memerintah3 dan3 menuntut3 sesuatu3 pada3 informan.3 Hal3 ini3 nampak3 pada3 pernyataan3 informan3sebagai3berikut:B

“Iiih ibu tu cerewet kalau bapak kan enggak. Harapannya yae nggak usah terlalu ngomel-ngomel gitu” 333333(Informan31,317-18,3129-13023

B

3) Nilai-NilaiBPositifByangBDidapatkanBB

Pada3saat3orang3tua3memarahi3informan3terdapat3nilai-nilai3 yang3ia3terima3dan3pahami3sebagai3suatu3hal3yang3positif,3yaitu3 kesadaran3 bahwa3 dirinya3 harus3 belajar3 untuk3 bersikap3 dengan3 benar.3 Dalam3 hal3 ini3 informan3 menyadari3 bahwa3 dirinya3 harus3 menjadi3teladan3bagi3adiknya.3Hal3ini3nampak3dalam3pernyataan3 informan3sebagai3berikut:B

“Ya harusnya ngalah sama yang kecil... Tapi kamu mandang waktu mamamu marah sama kamu tu bener atau salah sih sebenernya?

Bener. Kenapa bener? Soalnya kan harusnya M nggak jahil sama adeke nggak rebutan sama adek gitu” (Informan31,354-55,390-972 3

4) Perasaan-PerasaanBNegatifByangBMunculB

Berdasarkan3 pengalaman3 informan3 tersebut,3 muncul3 perasaan-perasaan3 negatif3 seperti3 merasa3 bahwa3 ibunya3 tidak3 pernah3 menyayanginya3 dibandingkan3 dengan3 kasih3 sayang3 terhadap3 adiknya3 sehingga3 informan3 pun3 merasa3 sebal3 dengan3


(61)

ibunya.3 Informan3 juga3 cenderung3 menyalahkan3 dirinya3 sendiri3 karena3merasa3bahwa3dirinya3adalah3sumber3permasalahan3yang3 membuat3 ibunya3 marah.3 Selain3 itu3 sebagai3 seorang3 kakak,3 informan3 juga3 merasa3 adanya3 sibling rivalry3 atau3 adanya3 perasaan3 persaingan3 dengan3 adiknya.3 Hal3 ini3 dikarenakan3 informan3 merasakan3 ketidakadilan3 dan3 pembelaan3 yang3 terus3 diberikan3 kepada3 adiknya3 sehingga3 menimbulkan3 iri3 hati3 dan3 rasa3 sebal3 terhadap3 adiknya.3 Hal3 tersebut3 nampak3 dalam3 pernyataan3yang3diberikan3oleh3informan:B

“Ya ngerasa tu kalo adek tu yang paling disayange M enggak. Mm

gitu ya. Tapi pernah sebel nggak ? Pernah sih... Sedih ya? (tertawa)

Jadi kamu ngerasa kamu nggak dibela gitu?He’em”

3(Informan31,372-73,3133-1372B

3

3

5) RegulasiBEmosiBB

Informan3 cenderung3 menekan3 emosi-emosi3 negatif3 yang3 dialami3 dan3 menunjukkan3 sikap3 yang3 cenderung3 negatif3 pula.3 Dalam3 hal3 ini3 informan3 cenderung3 menekan3 perasaan3 tidak3 menyenangkan3yang3dialami3dan3cenderung3menunjukkan3sikap3 patuh3 dihadapan3 orang3 tuanya.3 Namun,3 manifestasi3 dari3 pengelolaan3 emosi3 tersebut3 muncul3 dalam3 perasaan3 sebal3 terhadap3 figur3 adiknya3 (displacement2.3 3 Hal3 tersebut3 nampak3 dalam3pernyataan3informan3sebagai3berikut:3

“Gimana ya. Kan ini misalnya rebutan ni rebutan mainan sama adek ya mau nggak mau sih harus ngalah soalnya kalo misalnya adek


(62)

nangis pasti nanti ke Me dimarahin gitu. Terus kamu kalo sama adek

jadi ikutan sebel atau nggak? Sebel. Ikutan sebel ya. Soalnya kenapa?

Yang diinget kalo lihat adek terus gimana? Ya kadange kadang tu

dikit-dikit sebele dikit-dikit tu dia lucu”

3 3 3 3 3 3333333(Informan31,338-41,3104-1062B

3

6) HarapanByangBMunculBterhadapBEkspresiBMarahBOrangBTuaB

Adanya3 sikap3 yang3 diterima3 informan3 dan3 bagaimana3 informan3memahami3hal3tersebut3menimbulkan3adanya3harapan3 terhadap3 sikap3 yang3 sebaiknya3 diberikan3 oleh3 orang3 tua,3 yaitu3 adanya3perubahan3dalam3cara3penyampaian3pesan,3dengan3tidak3 banyak3 menggunakan3 ekspresi3 marah.3 Selain3 itu,3 infoman3 juga3 berharap3agar3dirinya3lebih3diperhatikan3dan3dibela3bukan3hanya3 adiknya.3 Hal3 tersebut3 dapat3 dilihat3 dalam3 pernyataan3 informan3 sebagai3berikut:B

“Harapannya yae nggak usah terlalu ngomel-ngomel gitue dikit maksudnya tu dikit-dikit tu kadang M yang dibela masak adek terus”

3 33 3 3 3 3 33333(Informan31,3129-13223

3

2. InformanB2B

a. DeskripsiBDiriBInformanB

Informan3 adalah3 anak3 pertama3 dari3 empat3 bersaudara.3 Informan3 berusia3103tahun3sedangkan3 adiknya3berusia38,37,3dan323 tahun.3Sehari-hari3informan3lebih3sering3berinteraksi3dengan3ibunya3 yang3 notabene3 adalah3 ibu3 rumah3 tangga3 sedangkan3 ayahnya3 memiliki3usaha3di3luar3rumah3sehingga3waktu3kebersamaan3dengan3


(63)

ayah3 menjadi3 kurang.3 Oleh3 karena3 itu,3 informan3 lebih3 banyak3 menerima3 sikap3 marah3 dari3 ibunya.3 Secara3 umum3 informan3 cenderung3 mengalami3 kebingungan3 ketika3 menerima3 sikap3 marah3 dari3orang3tuanya.3Cara3yang3paling3sering3digunakan3ibu3informan3 ketika3marah3adalah3menggunakan3nada3tinggi.B

3

b. PengalamanBDimarahiBOrangBTuaB

Informan3 mengaku3 bahwa3 ia3 paling3 sering3 dimarahi3 oleh3 ibunya.3 Pengalaman3 yang3 sering3 dialami3 adalah3 informan3 tidak3 mematuhi3 perintah3 ibunya3 yaitu3 berkaitan3 dengan3 masalah3 tidur3 siang.3Informan3mengatakan3bahwa3dirinya3tidak3suka3disuruh3tidur3 siang3dan3lebih3memilih3untuk3bermain.3Hal3tersebut3terdapat3dalam3 pernyataan3yang3disampaikan3informan3sebagai3berikut:B

“Ada. Waktu itu sempet disuruh tidur siang kan dan kebiasaan suruh tidur siang. Nah ndak suka pengennya main habis itu nggak pengen tidur siang dimarahine dinasehatinlah”3 3 3333333333(Informan32,310-1523 3

c. PelaksanaanBWawancaraBInformanB2B

TabelB3.2BPelaksanaanBWawancaraBInformanB2B

Hari,BtanggalB TempatB WaktuB

Kamis,3 33September320153

Perpustakaan3SD3

Kanisius3Babadan3 11.30-11.453

Selasa,3

33November320153 Rumah3Informan323 16.003–316.303WIB3


(64)

d. AnalisisBInformanB2B

1) PemahamanBAnakBterhadapBEkspresiBMarahBOrangBTuaBB

Informan3cukup3kesulitan3dalam3memahami3maksud3yang3 ingin3 disampaikan3 orang3 tua3 ketika3 mereka3 menunjukkan3 ekspresi3 marahnya.3 Selain3 itu,3 informan3 juga3 merasa3 sebagai3 sumber3 masalah3 karena3 ia3 menangkap3 bahwa3 orangtuanya3 cenderung3 menyalahkannya.3 Hal3 ini3 kemudian3 yang3 membuat3 informan3 cenderung3 memahami3 sikap3 marah3 yang3 orang3 tua3 berikan3padanya3sebagai3hal3yang3merugikannya.3Hal3ini3muncul3 melalui3pernyataan3yang3disampaikan3informan3sebagai3berikut:B

“Waktu itu pernah sempet kesel ajae masak tidur siang terus tidur siang terus nanti kalau bangunnya sore banget trus nggak bisa main gimana tapi malah kayak gitue kadang sambil dimarahin lama-lama tidur sendiri. Oo gitu, kalo K sendiri memandang sikap marahnya

mama tu gimana sih? bener atau salah? Bener sih kalau dipikir-pikir

lagi kadang kalau lagi marahe marah lagi marah lagi semua salah gitue kadang juga mikir gitu. Jadi K pernah ngerasa sebel ya, kok

dimarahin terus gitu ya? Iyae he’em. Emang seharusnya mama

gimana sih kalau misalnya nggak marah, maksudnya ngasih taunya

gimana menurut K sendiri? Ya ngasih taunya nggak usah pakai

marah juga kan pelan-pelan bisa tapi ya namanya kebawa emosi kan pasti demi kebaikan jadi nggak paham juga aku. Jadi K sempet bingung juga ya sama sikapnya mama gitu ya, kok marah gitu ya.

Kalo menurut K sendiri, mama kok sering marah karena apa? Ya

karena salah aja akunya. Tadi kan K bingung ya waktu mama marah, bingungnya tu maksudnya gimana sih? Bisa dijelasin nggak.

Bingung? He’em. Bingungnya tu ya.. bingung. Sebenernya tu aku tu salahnya sebesar apa sih sampai marahnya segitu banget. Kadang juga ngerasa bersalah harusnya nggak kayak gitu. Bingung habis itu mau ngapain sama mama kalau dah marah-marah gitu dimaafin atau enggak tapi ya mesti dimaafin kalau enggak kan ya..

333(Informan32,341-58,3132-14723


(65)

2) BentukBEkspresiBMarahBOrangBTuaB

B B Menurut3 informan,3 orang3 tuanya3 marah3 dengan3 cara3

“mengomel”3 namun3 masih3 dalam3 kadar3 memberi3 saran.3 Selain3 itu,3 orang3 tua3 informan3 cenderung3 melibatkan3 emosi3 negatif3 di3 dalamnya3dan3bernada3tinggi.3Hal3ini3nampak3dalam3pernyataan3 informan3sebagai3berikut:B

“Ya.. dimarahin. Sering. Tapi kalo bentak-bentak enggak Cuma saran aja kamu tu gini-gini ginie kalau gini nanti ginie gitu… Emang seharusnya mama gimana sih kalau misalnya nggak marah,

maksudnya ngasih taunya gimana menurut K sendiri? Ya ngasih

taunya nggak usah pakai marah juga kan pelan-pelan bisa tapi ya namanya kebawa emosi kan” (Informan32,318-21,359-672

B

3) Nilai-NilaiBPositifBByangBDidapatkanB

Melalui3 sikap3 marah3 yang3 sering3 informan3 terima3 dari3 orang3 tuanya,3 ia3 mendapati3 bahwa3 dirinya3 harus3 bersikap3 yang3 benar3terutama3mengingat3perannya3sebagai3seorang3kakak3yang3 diharapkan3 menjadi3 teladan3 bagi3 adik-adiknya.3 Selain3 itu,3 informan3 menangkap3 nilai3 positif3 bahwa3 apa3 yang3 dilakukan3 oleh3 orang3 tuanya3 tersebut3 adalah3 demi3 kebaikannya.3 Hal3 ini3 muncul3dari3pernyataan3informan3sebagai3berikut:B

“Anak pertama kan harusnya lebih nurut.. Oo gitu, kalo K sendiri memandang sikap marahnya mama tu gimana sih? bener atau salah?

Bener sih kalau dipikir-pikir lagi...” (Informan32,333-34,348-3522B

3 3 3


(66)

4) Perasaan-PerasaanBNegatifByangBMunculB

B Informan3 mengaku3 bahwa3 ketika3 ia3 mendapatkan3 sikap3

marah3 dari3 orang3 tuanya,3 muncul3 perasaan-perasaan3 negatif3 seperti3 merasa3 paling3 nakal,3 malu,3 sedih,3 dan3 bingung.3 Hal3 ini3 nampak3dari3pernyataan3informan3sebagai3berikut:B

“Ya sedih trus kayak gimana gitu rasanyae aneh. Aneh? Bingung rasanya kayak gimana. Agak malu gitu dimarahin kane apalagi anak pertama. Mm gitu, K ngerasa paling nakal gitu? Iya.

3(Informan3 2,3 27-382

3

5) RegulasiBEmosiB

Informan3 cenderung3 menekan3 emosi3 negatifnya.3 Hal3 ini3 nampak3 pada3 saat3 informan3 3 menerima3 sikap3 marah3 dari3 orang3 tuanya,3 ia3 mengungkapkan3 bahwa3 hal3 tersebut3 tidak3 terlalu3 berdampak3 pada3 dirinya.3 Namun3 informan3 merasa3 sedih3 dan3 cenderung3 bersikap3 diam3 dalam3 menyikapi3 sikap3 marah3 orang3 tuanya.3 Hal3 ini3 dapat3 dilihat3 dari3 pernyataan3 informan3 sebagai3 berikut:B

Tapi kalau mama marah gitu ada dampaknya nggak sih ke K

sendiri? Enggak sih. Cuma kadang sedih ajae kok mama tu

marah-marah terus marah-marah-marah-marah terus. Tapi ya nggak terlalu sih. Terus

waktu dimarahin itu, K ngapain? Diem aja...”3

333333333(Informan32,322-24,378-8423 3

3 3 3


(1)

126 28

29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57

anak-anak tu jarang ngapa-ngapa gitu tu jarang ngapa. Paling kalau aku jengkel “He! Marah!” Cuma gitu gitu aja. Memang yang S ini lebih bandel daripada kakaknya kok. Kakaknya cowok aja nggak kayak gitu

Kenapa ya bu ya?

Susahlah dia tu, kalau diomongin ngelawan, jawab gitu Kalau sehari-hari setelah pulang sekolah gitu S...

Yaudah pulang sekolah yo makan-makan nonton TV gitu kalau nggak dia mainan HP gitu. Nggak ada lagi kerjaan, nggak ada

Sekarang bawaannya HP kok ya bu

Iya kadang. Tapi dia sekolah nggak bawa. Pokoknya kalau pulang sekolah habis makan di tiduran di situ, nonton TV dah nyampe sore. Kalau keluar-keluar aku malah nggak boleh, takut ada apa gitu. Kalau mau belajar kelompok aja temenmu suruh belajar di sini. Kamu jangan keluar aku gitu. Dah itu

Takut ya bu ya?

Makanya temen-temennya pada sering ke sini. Mau ke sini belajar pada di atas kan pada nggak keganggu

Oo udah pernah bu sebelumnya kalau terlambat pulang sekolah atau apa?

Enggak, kalau jemput aku memang tepat waktu biarpun bapaknya nggak ada, motorku Cuma sa..dua to aku aja tak jemput jalan kaki lho, pakai payung aku tak jemput. Bapaknya kadang pergi nggak, motornya nggak ada tu. Aku jemput jalan kaki, aku mesti tepat waktu nggak pernah aku jemput telat gitu

Jadi dijemput sama ibu ya?

Ho’o sampai tak rewang rewangi nggak ada motor tak rewangi aku bawa payung jalan kaki itu aku

Padahal cukup deket ya bu ya?

Iya cukup dekat kalau pulang jam 1, setengah 3 gitu apa nggak panas jalan ke sana Maksudnya si S tidak pulang sendiri ?

Enggak... nggak mau dia nggak berani dia jalan sendiri, “daripada suruh aku pulang jalan sendiri mending pulang sore” de’e ngono. Kalau nggak ada bapaknya aku jemput tapi kalau jalan kaki aku bawa payung


(2)

127 58

59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87

Mending aku nunggu sana sebentar daripada aku nunggu gitu. Nek jemput aku memang nggak pernah telat

Jadi setiap hari ibu jemput, berarti ini nanti ibu jemput

Yoo.. yen ada bapaknya, bapaknya. Kalau ada bapaknya yang minta jemput bapaknya. Kalau bapaknya nggak ada baru

Ibu kalau selama ini ada kesulitan lain nggak bu ketika mungkin mendidik S apa gitu

Enggak, dia lain-lainnya mandiri. Cuma mandi itu aja, Cuma belajar apa gitu nggak tahu tanya kakaknya. Dia bongso makan apa gitu dia mandiri. Kalau nggak ada lauk bisa makan, masak sendiri

Belajar dari ibu ya pinter masak. Kalau ibu sendiri waktu misalnya S ngeyel atau apa ya ee dia sulit diatur, ibu tipenya lebih ke kayak gimana sih dalam menghadapi S itu?

Lha ya aku Cuma teriak-teriak itu. Jewer opo opo gitu nggak pernah Cuma teriak-teriak aja gitu. Itu aja dia dah berangkat gitu. Dia sudah berangkat jalani tapi sambil mulutnya tu sambil ngedumel ngomel ngomel gitu lho. Dia berangkat juga tapi sambil ngomel-ngomel dia mulutnya. Itu aja kalau ngadapin dia, jengkel

Kalau di antara ibu dan bapak gitu yang lebih dominan mungkin ketika ngasih tau S itu siapa ya?

Aku. Makane anak-anak tu kalau mau apa-apa gitu kalau aku bilang ya, ya. Mbok aku bilang nggak bapaknya bilang ya, yo emoh. Gitu, anak-anak tu lebih dominan aku, ngasih tau opo dia minta apa minta apa mesti sama mama sama papanya jarang

Kalau misalnya tadi S nggak mau kayak gitu, ibu lebih cenderung yang nyuruh dia sampai mandi atau yaudahlah dibiarin aja

Ya biarin aja kalau dia..aku teriak-teriak dan dibiarkan kan dia kunci pintu ngomong belajar gitu ya biarin aja kadang gitu. Jengkel tak biarin kadang gitu. Kadang sampai sore aja sampai aku masakin air panas lho. Biar apa biar dia tu mau mandi gitu sampai entah sampai...kalau nggak “mandi Sis”, “ya ntar nunggu iklan” ya nunggu iklan ya sampai bubar nggak mulai mulai, tak biarin aja. Dia juga ditanya kalau mandi to?


(3)

128 88

89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117

Kalau bangun pagi soale nek sekolah, pagi kan waktu mandi juga pakai air panas. Kan aku kalau bangun tidur masak air panasbuat dia. Soale mau sekolah nek pagi mesti mandi, nek sore gitu bisa diitung dia mandi tu, kalau sore tu

Udah keasyikan ya bu nonton? Memang males dia sore tu mandi

Oyaya, kalau di sekolah gitu ibu pernah denger gimana gitu ?

Enggak di sekolah kata gurunya ya baik, inisiatif misalnya nggak tau, tanya. Soalnya kan aku ambil-ambil rapor gitu kan tanya gurunya gitu. Dia di sekolah aktif, kalau nggak tau ya nanya, temennya banyak. Kata gurunya gitu...

Lha gimana menurut ibu sendiri? Hehe

Lhaiya...wong di sekolah kan nggak tahu. Soalnya kan kalau di rumah kan nggak ada temen dia, sendiri kan. Sama kakak, kakaknya kan sore kadang-kadang ngomong dah nggak nyambung gitu lho. Kakaknya dah semester 5 dia baru kelas 6 kan...

Jauh.. berarti kalau di rumah seringnya interaksinya sama ibu ya

Iyo sama aku. Ya kegiatan banyak yo nonton TV sama kadang di kamar nanti belajar Kalau selama belajar gitu dia lebih cenderung sendiri gitu ya bu?

Iyo belajar sendiri nanti kalau nggak tau baru tanya, “Ini apa ma, ini apa pa?”. Kalau ada kakaknya matematika gitu tanya kakaknya, kakaknya kan jago

Jurusan apa to bu? Kimia

Kimia murni bu?

(mengangguk) kakaknya. Bisanya sama kakaknya tapi dibentak-bentak, “kayak gini aja nggak tahu” kakaknya kan kalau ngajarin agak cepet gitu. Dia kan IQ ne emang lain sama kakaknya, lebih nganu kakaknya kayaknya, daya tangkapnya

Apalagi ya bu, ibu tadi ada kesulitan, enggak ya bu? Enggak kadang ngomong keras kalau marah

Terus kalau di sini kan beberapa anak karena jaraknya deket biasanya merekakalau sekolah sendiri. Kalau ibu memang ada ketakutan karena beberapa kasus gitu ya bu?


(4)

129 118

119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147

kalau jalannya rame apa gitu-gitu bapaknya tu Iya sih

“kalau punya sepeda tak berangkat sendiri” gitu dia. Bapaknya nggak bolehin

Ya rame juga sih ya bu di sini itungannya. Kalau.. berarti habis dikasih tau ibu, dikasih tau siapa gitu dia lebih suka cenderungnya ngeles gitu ya bu, ngedumel gitu ya bu

Iya

Kalau dari ibu sendiri pernah menjelaskan nggak bu maksudnya, maksudnya ketika ibu membentak atau apa ke S gitu?

Yaiyo kadang, kan tak jelasin itu “Kamu tu harus gini harus gini” gituin juga “cewek tu harus sregep mandi sregep itu” ngomong-ngomong itu sudah

Tapi dianya masih Cengar cengir dia

Kalau nurunnya lebih nurun siapa bu? He?

Sifatnya lebih nurun siapa? Atau dia beda sendiri si S? Karenamungkin deket ibu “oh ini mirip aku”

Enggak, cerewetnya apanya gitu kayaknya nurun omanya dia tu. Omanya juga cerewet kayak dia tu. Wong tante-tantenya bilang “S ni koyo oma ni”

Cerewet ya bu hehe... aktif ya bu itungannya baru setahun kemarin saya kira sudah anak lama, relasi sama temen-temennya udah deket

Kemarin nyari sekolah itu oma sama tantenya kok wong aku pertama nganter S ke situ tu mau nangis tau nggak

Lho kenapa bu?

Nggak mentholo gitu lho liat aku, liat anakku sekolah di sana tu. Aku lihat di Bali sekolah SD nya kayak gitu trus sekolah di situ kayak gitu tu aku nangis aku habis nganter S pertama sekolah tu pulangnya aku. Terus bapaknya bilang “Ayo kalau gitu dipindahi di Kaliurang opo”

Yaudah lah aku, wong sudah terlanjur yo tinggal setahun setengah aku ngono Sebelumnya dimana bu SD nya?


(5)

130 148

149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163

Di SD Thomas Aquino. Yo Katholik tapi baguslah dari gedungnya aja udah lantai 3, udah besar

Jadi beda banget gitu ya bu?

Banget. Terus itu aku pulang nangis lho itu. Dulu itu anakku yang gede itu “Sis kamu sekolahnya di PL, di PL nggak papa, nanti mama nggak nangis lagi” dia sampai kayak gitu. Nggak mentholo sekolahnya ndeso. Wong aku...

Nggak tega gitu ya

Gimana anaknya pinter kalau sekolahnya we nggak memadai kayak gitu. Orang sekolahan itu pengaruh kan ya, pengaruh siswanya gitu

Tinggal sebentar lagi ya bu, tahun depan udah. Kalau ini bu, ada harapan bu untuk S? Biar S lebih apa atau apa gitu?

Enggak

Berarti pesannya agar rajin mandi gitu ya bu

Hahaha... dia misalnya mau beli apa apa gitu diapakai uang sendiri kok. Misalnya dikasih omanya opo dikasih om nya gitu setelah itu dia beli apa untuk dia sendiri gitu Oo begitu. Itu aja sih bu terima kasih banyak


(6)

131

KLASIFIKASI HASIL TRIANGULASI DATA INFORMAN

Kategori Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4

Pengalaman

memarahi Menolak perintah (disuruh

melakukan sesuatu)

Menolak perintah (disuruh

melakukan sesuatu)

Tidak menepati

perintah Menolak perintah (disuruh tidak

langsung melakukan) Figur yang sering

memarahi Ibu (sudah berpisah) Ibu Ayah Ibu

Maksud atau alasan orang tua marah

Menurut ayahnya, ibunya marah karena memang sudah sifat bawaan yang cerewet dan diakibatkan oleh pola asuh yang ibunya dapatkan dari orang tuanya

Ekspektasi yang diberikan kepada anak tidak terwujud

Harapan atau ekspektasi orang tua yang tidak terwujud pada anak

Bagi ibunya membentak yang dianggap

informan marah itu bukan marah

Tidak ada alasan

yang jelas Adanya tuntutan agar anak menjadi

teladan tidak sepenuhnya dilakukan

Mengingatkan

informan Agar melakukan sesuatu hal yang

seharusnya dilakukan Pelampiasan

amarah Proteksi

Cara orang tua yang dianggap marah oleh informan

Menggunakan nada tinggi dan keras

Menyuruh dengan

nada tinggi Memerintah dengan suara

tinggi, membentak

Membentak dengan nada tinggi Mendikte apa

yang seharusnya dilakukan

Penjelasan yang diberikan

cenderung bersifat perintah

Sikap informan Diam Diam Diam Menunda

Melakukan