45 luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.
Keempat, keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai apakah suatu pekerjaan yang
dilakukan profesional atau tidak adalah rekan sesama profesi, bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi di bidang ilmu dan
pekerjaan tersebut. Kelima, hubungan dengan sesama profesi adalah dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di
dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Teori pendukung Kualitas Audit
Dalam meningkatkan kualitas audit, dalam hal ini pertimbangan materialitas, maka auditor sebaiknya selalu mengikuti perkembangan
peraturan, hukum maupun kasus-kasus yang terjadi di dalam dan di luar negeri. Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik SPAP
audit yang dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar auditing. Standar auditing mencakup
mutu profesional profesional qualities auditor independen, pertimbangan judgment yang digunakan dalam pelaksanaan audit
dan penyusunan laporan auditor. Dimana 1 Standar Umum menyatakan auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
memadai, independepensi dalam sikap mental dan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama, 2 Standar pelaksanaan
46 pekerjaan lapangan yang berisi tentang perencanaan dan supervisi
audit, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern, dan bukti audit yang cukup dan kompeten, dan 3 Standar pelaporan
menjelaskan pernyataan apakah laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, pernyataan mengenai
ketidakkonsistensian penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, pengungkapan informatif dalam laporan keuangan, dan pernyataan
pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Di samping indikator kualitas audit dalam Standar Profesional
Akuntan Publik SPAP, seorang auditor juga harus memiliki sikap kompetensi dan independensi Christiawan, 2002 yang akan
menentukan kualitas audit. Dimana kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik
dalam bidang auditing dan akuntansi. Sedangkan independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan
publik. Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak kepentingan siapapun serta jujur kepada semua pihak
yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik.
c. Teori pendukung Tingkat Materialitas
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Dalam Pernyataan
Standar Auditing PSA no.25, diberikan pedoman bagi auditor dalam
47 mempertimbangkan resiko dan materialitas pada saat perencanaan dan
pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia Hastuti et al., 2003:
1. Risiko Audit dan materialitas perlu dipertimbangkan dalam
menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
2. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan
keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat
mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Salah saji dapat terjadi sebagai akibat penerapan yang keliru prinsip akuntansi tersebut, penyimpangan
fakta, atau dihilangkan informasi yang diperlukan. 3.
Dalam mengambil kesimpulan mengenai materialitas dampak suatu salah saji, secara individual atau keseluruhan, auditor
umumnya harus mempertimbangkan sifat dan jumlahnya dalam hubungan dengan sifat dan nilai pos laporan keuangan yang
sedang diaudit. 4.
Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi persepsi auditor atas
kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan.
48 Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan auditor
dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.
2.3. Kerangka Pikir