Praanggapan Deiksis Fenomena Pragmatik

2.2.4.1.2 Deiksis Ruang Deiksis ruang berhubungan dengan pemahaman mengenai lokasi atau tempat yang dipergunakan peserta pertuturan dalam situasi pertuturan. Nadar, 2009:55-56 Tidak semua leksem ruang dapat dikatakan bersifat deiktis dan tidak ada leksem ruang yang berupa nomina. Leksem ruang dapat berupa adjektiva, adverbial atau verba. Dalam deiksis ruang terdapat leksem yang tidak deiktis dan ada leksem yang deiktis. Tetapi leksem yang tidak deiksis dapat menjadi deiktis apabila dirangkaikan dengan leksem persona. Purwo 1984 menjelaskan deiksis ruang dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni deiksis ruang yang berupa leksem demonstratif meliputi kata ini dan itu. Deiksis ruang yang berupa verba meliputi kata sini, sana, dan situ. 2.2.4.1.3 Deiksis Waktu Fillmore 1971 menyebutkan bahwa ada dua pengertian tentang gerak yang dihubungkan dengan waktu yakni kita yang bergerak melewati waktu dalam hal ini waktu dianggap sebagai hal yang diam, atau waktu yang bergerak menuju ke arah kita dan melewati kita. Seperti yang diungkapkan Purwo 1984 Fenomena ini juga dapat ditemukan dalam bahasa Indonesia. Purwo menjelaskan leksem yang termasuk ke dalam deiksis adalah sebagai berikut. Minggu yang lalu, hari Kamis yang lalu, bulan yang lalu, bulan April yang lalu, tahun 1951 yag lalu, minggu ini, hari Kamis ini, bulan ini, bulan April ini, tahun ini, tahun 1983 ini, kemarin dulu, kemarin, sekarang, besok, lusa, dulu, tadi, nanti, kelak.

2.2.4.2 Deiksis Dalam-Tuturan Endofora

Deiksis dalam-tuturan endofora menyoroti mengenai masalah sintaksis. Purwo 1984:103 menyebutkan salah satu akibat dari penyusunan konstituen- konstituen bahasa secara linear adalah kemungkinan adanya konstituen tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya disebut ulang pada penyebutan selanjutnya, entah itu dengan bentuk pronominal entah tidak. Kedua konstituen itu karena kesamaannya lazim dikatakan sebagai dua konstituen yang berkorelasi. Kekorelasian semacam ini, dan yang pronomina, biasa disebut anafora. Pada bentuk anafora, suatu leksem mengacu pada konstituen di sebelah kanannya disebut katafora. Hal yang diacu tersebut, baik di sebelah kiri maupun sebelah kanan dinamakan titik tolak. Titik tolak bisa berupa kata, frasa atau kalimat atau wacana, berupa unsur dalam bahasa. Purwo dalam bukunya yang berjudul Deiksis dalam bahasa Indonesia membagi menjadi dua hal penting dalam deiksis dalam- tuturan endofora yakni penggunaan istilah anafora dan katafora. Anafora mengacu pada konstituen di sebelah kiri, dan katafora mengacu konstituen di sebelah kanan. Di antara bentuk-bentuk persona, hanya personal ketiga yang dapat menjadi pemarkah anafora dan katafora. Deiksis persona ketiga meliputi ia, dia, beliau, mereka, -nya deiksis Ruang kata ini, itu, begini, begitu yang tidak merujuk pada lokasi tertentu tetepi merujuk pada konstituen kanan atau kiri juga termasuk dalam deiksis endofora Purwo, 1984:105-110.